Bagaimana Caranya Melepaskan Dari Jeratan Dosa - Bagian II
Diri
Oleh: Hz. Mirza Ghulam Ahmad.as Penterjemah: A.Q. Khalid Kami merasa mendapat kehormatan mereproduksi ulang artikel ini yang merupakan sari pati dari tulisan pendiri Jemaat Islam Ahmadiyah, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad.as, Al-Masih yang Dijanjikan dan Imam Mahdi, sebagai wujud yang menerbitkan majalah Review of Religions. Artikel ini menarik minat dari para penulis di seluruh dunia yang memuji isinya. Pertama kali diterbitkan dalam Review of Religions vol. 1, no. 1, 1902. Bagian pertama dari artikel ini telah dipublikasikan ulang dalam edisi Juni 2002. Kalau ada yang menuduh bahwa Islam telah menggunakan pedang di masa awalnya dan karena itu menjadi pengabsahan daripada Jihad, kami menganggap tuduhan tersebut sebagai akibat dari ketidak-tahuan mengenai keadaan lingkungan di masa awal Islam. Islam sendiri tidak pernah mengizinkan penggunaan pedang untuk penyiaran agama. Sebaliknya bahkan, karena agama ini secara tegas menyatakan tidak ada paksaan dalam keimanan. Agama ini jelas menyatakan ‘Tidak ada paksaan dalam agama.’ Lalu mengapa mereka waktu itu mengangkat senjata? Keadaan lingkungan yang mengharuskan dilakukannya cara ini sama sekali tidak berkaitan dengan sistem penyebaran agama, tetapi lebih terkait pada penyelamatan nyawa sendiri. Singkatnya apa yang terjadi adalah sebagai berikut: Penduduk liar dari gurun Arabia saat itu tidak bisa membedakan di antara yang salah dengan yang benar dan mereka mempunyai rasa kebencian mendalam terhadap Islam di masa awalnya dimana mereka karena itu menjadi musuh besar. Alasan kebencian mereka bisa dimengerti. Ketika Ketauhidan Ilahi dan kebenaran Islam disiarkan secara terbuka kepada bangsa Arab penyembah berhala dimana kepad mereka dikemukakan argumentasi meyakinkan yang menentang penyembahan berhala. Kepada mereka dijelaskan betapa hinanya bagi mahluk Tuhan yang begitu mulia untuk menyembah
batu mati dan mereka ini tidak mampu membantah argumentasi dari para penganut agama baru itu. Eksposur demikian telah menarik minat orang-orang yang berfikir dari antara mereka kepada Islam. Akibatnya tali perhubungan di antara mereka menjadi porak poranda, sang anak berpisah dari bapaknya dan saudara dari saudaranya. Hal itu tambah menjengkelkan mereka dan mereka meyakini bahwa demi menyelamatkan agama nenek moyang maka mereka harus mengambil langkah drastis guna membendung peralihan ke agama baru itu. Karena itu para mubayyin Islam yang baru lalu mereka aniaya secara kejam dan segala cara dilakukan guna membendung jalan ke arah agama baru itu. Mereka yang membaca tentang sejarah awal dari umat Muslim tahu betul betapa kejam dan bengisnya aniaya yang dilakukan terhadap mereka yang baru memeluk Islam dan betapa banyak yang dibunuh secara semena-mena. Namun nyatanya tindakan keras itu tidak juga menjadikan orang jera menerima kebenaran karena pandangan sekilas saja sudah cukup meyakinkan mereka akan rasionalitas dan kesucian Islam dibanding penyembahan berhala. Kemudian ketika musuh-musuh Islam ini melihat bahwa siksaan yang kejam tidak juga membuahkan hasil dan agama nenek moyang mereka tetap saja tambah terancam oleh logika Muslim, maka mereka merencanakan membunuh Hazrat Rasulullah saw. Namun rencana mereka digagalkan. Allah swt ternyata memelihara RasulNya dan membawanya pindah ke Medinah. Bangsa kafir tetap saja tidak bisa tenang apalagi mendengar agama baru itu malah tumbuh subur di tempat lain. Mereka mengejar umat Muslim ke tempatnya yang baru dan hanya kemusnahan mereka saja yang bisa memuaskan bangsa kafir itu. Apa yang bisa dilakukan Islam dalam keadaan demikian kecuali membela diri? Apa kesalahan umat Muslim maka mereka harus dibantai dan tidak boleh mempertahankan nyawanya? Apakah bukan sudah saatnya membalas para penganiaya itu dengan hukuman yang adil? Dengan demikian pertempuran yang dilakukan umat Muslim bukanlah untuk mendapatkan penganut baru tetapi untuk melindungi nyawa Muslim yang tidak berdosa. Apakah ada orang yang berfikiran adil bisa menerima kesimpulan bahwa Islam tidak mampu membuktikan rasionalitasnya terhadap bangsa Arab yang liar? Apakah ada orang waras yang mau mempercayai bahwa orang-orang yang demikian rendahnya sehingga mau menyembah berhala dan benda mati serta melakukan berbagai macam kejahatan, lalu mampu mengalahkan agama Islam yang
mulia pada tatanan intelektual, lalu karena itu Islam harus mengangkat pedang untuk menambah jumlah pengikutnya? Mereka yang menuduh Islam demikian itu sesungguhnya telah melakukan ketidak-adilan yang luar biasa karena mereka telah menyembunyikan fakta yang sebenarnya. Hanya saja dalam hal ini para ulama Muslim sama bersalahnya dengan para missionaris Kristen dalam anggapan keliru tentang Islam itu. Para ulama yang bodoh dengan mengatasnamakan Islam telah gencar terus menerus menanamkan doktrin Jihad di fikiran orang awam dan orang-orang sederhana ini terkecoh oleh fatwafatwa para ulama itu di satu sisi dan tuduhan missionaris Kristen yang mereka anggap sebagai orang-orang terpelajar di sisi lainnya. Karena doktrin Jihad itu didukung oleh dua sisi kesaksian yang berbeda maka mereka menganggap kalau validitasnya tidak usah diragukan lagi. Kalau saja para missionaris Kristen itu mengambil arah lain dan dengan jujur menyatakan bahwa fatwa para ulama Islam didasarkan pada ketidak-mengertian atas sejarah awal Islam dan bahwa keadaan pada saat ini tidak ada lagi yang mengharuskan umat Muslim mengangkat senjata, maka konsep Jihad (sebagai perang senjata) pasti sudah lama hapus dari muka bumi. Namun mereka ini tidak memperhitungkan konsekwensinya sedangkan kegairahan keliru atas agama mereka sendiri telah menjadikan mereka mengaburkan penilaian dalam mencari kebenaran. Yang patut diperhatikan terutama ialah izin untuk membela diri dan membunuh musuh itu baru diberikan setelah bangsa Arab karena penindasan serta kekejamannya yang keterlaluan telah menjadikan diri mereka layak dihukum. Namun nyatanya belas kasihan tetap diberikan kepada mereka yang memeluk Islam. Persatuan dalam agama telah menciptakan rasa persaudaraan dimana semua kesalahan di masa lalu segera dilupakan. Hal inilah yang kemudian disalah-artikan oleh musuh-musuh Islam karena mereka lalu menarik kesimpulan bahwa agama baru itu dipaksakan kepada orang-orang kafir. Padahal, kenyataannya malah terbalik dari apa yang mereka sangkakan. Jelas tidak ada pemaksaan dalam hal ini, malah merupakan karunia bagi mereka yang tadinya sudah patut dihukum mati. Konyol sekali jika ada yang mengartikan pembebasan bersyarat dari hukuman dengan laku pemaksaan. Bangsa kafir itu patut dibunuh, bukan karena mereka tidak beriman pada agama Rasulullah, tetapi karena mereka telah banyak sekali membunuh orang-orang yang tidak berdosa. Seharusnya mereka dikenakan
penalti hukuman yang terberat namun Rahmat Allah yang Maha Pengasih telah memberikan kesempatan kepada mereka untuk menghindari hukuman kapital yang sebenarnya patut dikenakan kepada mereka. Tuhan mengetahui bahwa selama jangka panjang perlawanan itu, kebenaran Islamiah telah disampaikan kepada mereka dan mereka ini memahami kesia-siaan dari penyembahan berhala. Rahmat-Nya telah memberikan kesempatan kepada mereka untuk memohon keampunan-Nya atas dosa-dosa mereka. Semua hal ini menunjukkan bahwa bukanlah tujuan Islam hanya untuk sematamata membunuh bangsa kafir, malah masih memberikan kesempatan pengampunan walau pun mereka sudah sepatutnya dihukum mati. Islam waktu itu juga harus menghadapi kesulitan lainnya. Prasangka keagamaan demikian kuatnya sehingga jika ada anggota dari suku mana pun yang masuk Islam maka yang bersangkutan dibunuh atau diancam akan dibunuh dan aniaya yang harus dialaminya demikian kejamnya laiknya kehidupan menjadi beban bagi dirinya. Islam dalam hal ini harus menghadapi kesulitan menegakkan kebebasan beragama dan untuk tujuan mulia inilah maka Islam mengangkat senjata. Perang yang dilakukan di masa awal Islam selalu karena alasan-alasan tersebut dan tidak pernah dengan tujuan untuk siar agama atau pun tujuan lainnya. Bangsa kafir habis-habisan berusaha memupus eksistensi mereka dan karena itu mereka harus berjuang demi hidup mereka. Islam tidak pernah mengangkat senjata karena maunya sendiri, tetapi karena dipaksa melakukannya. Ia harus mempertahankan diri dan menolak mundur musuh-musuhnya. Belakangan ketika prinsip-prinsip hakiki ini mulai dilupakan orang, akidahnya dibaca dengan persepsi berbeda. Namun kesalahannya tidak terletak pada Islam itu sendiri. Sumber dari mana Islam lahir adalah suci dan bersih dari segala noda. Bahwa kemudian doktrin Jihad diidentikkan dengan ajaran Islam oleh para fanatik berotak dangkal yang tidak menghargai nyawa manusia, bukanlah kesalahan Islam. Hanya saja darah orang tidak berdosa yang telah mengalir selama ini masih juga belum memuaskan mereka. Mereka malah masih menunggu kedatangan seorang Mahdi yang berlumuran darah yang akan menjadi gambaran terburuk tentang Islam di mata bangsa-bangsa lainnya sehingga semua manusia nantinya akan menganggap Islam harus menggunakan pedang untuk penyiarannya dan bahwa agama ini tidak memiliki sezarah pun kebenaran yang
bisa menaklukkan hati manusia. Sepertinya mereka yang mempunyai pandangan seperti ini belum cukup puas melihat kemerosotan dan dekadensi yang dialami Islam dimana mereka masih juga mau lebih mempermalukannya lagi. Orang-orang seperti ini merupakan aib bagi Islam. Namun Tuhan sekarang menghendaki Islam tidak lagi terus menerus disalahkan orang dan tertinggal dalam kesuraman bayang-bayang. Menyedihkan sungguh melihat bagaimana orang-orang yang tidak pernah meneliti masalahnya secara mendalam, sudah langsung saja menyimpulkan bahwa Islam sejak awalnya menggunakan senjata guna menambah jumlah pengikutnya. Sudah tiba saatnya untuk menghapus citra buruk itu dari wajah Islam. Kalau saja para ulama itu mau bersatu untuk mencerabut semua keburukan dari antara umat Muslim maka mereka sudah melakukan suatu jasa akbar dan menjadi rahmat bagi sesama umat. Pengungkapan akidah Islam demikian akan menyembulkan keindahan dan keagungan agama ini kepada masyarakat umum dimana kebencian para lawannya akibat dari kesalah-pahaman demikian akan berubah menjadi ketakjuban. Setelah semua tenang maka mereka ini juga bisa ikut memetik dari sumber nur tersebut. Jelas bahwa tidak akan ada seorang pun yang akan tertarik mendekati seorang pembunuh. Semua orang takut kepadanya, wanita dan anak gemetar tubuhnya melihat wajahnya dan yang bersangkutan mungkin terlihat sebagai seorang gila. Seorang yang berlainan agama tidak akan berani melewatkan waktu bersamanya karena khawatir yang bersangkutan lalu ingin menjadi Ghazi (pejuang besar) dengan mencabut nyawanya. Kejadian seperti ini sudah menjadi praktek keseharian di antara suku bangsa di perbatasan dimana penumpahan darah dianggap akan membuka pintu surga berikut segala rahmatnya bagi si pembunuh. Adalah suatu hal yang memalukan sekali bagi umat Muslim bahwa bangsa asing tidak bisa hidup damai sebagai tetangga mereka. Orang asing ini sama sekali tidak bisa mempercayai mereka meski sesaat dan tidak bisa mengharapkan bantuan saat diperlukan. Mereka ini merasa tidak damai di antara umat Muslim dan mengkeret hatinya atas ide Ghazisme itu. Sebuah contoh mengenai hal ini baru saja terjadi di Qadian. Pada tanggal 20 November yang lalu, seorang bangsa Eropah berkunjung ke sini. Pada saat itu ada sekelompok pengikutku yang sedang
berkumpul dan topik pembicaraannya adalah tentang agama. Tamu tersebut berdiri terpisah dan ia disapa dengan kata-kata halus. Kelihatannya ia baru datang dari Arabia dan beberapa negeri Muslim lainnya dimana ia datang kesini untuk mengambil foto diriku dan para pengikutku. Sebagai seorang tamu, ia ditawarkan untuk tinggal beberapa hari namun ia kelihatan ketakutan. Ia mengatakan bahwa ia telah melihat banyak orang Muslim yang telah melakukan kejahatan pembunuhan orang-orang Kristen. Ia memberikan beberapa contoh dimana kekejaman demikian telah terjadi. Lalu dijelaskan kepadanya bahwa ini adalah Jemaat Ahmadiyah dan anggota Jemaat ini menolak akidah seperti itu dan membenci para pelakunya. Justru Jemaat ini merasa tugasnya untuk memupus kebiasaan buruk tersebut. Mendengar itu ia merasa puas dan sedia menginap untuk satu malam. Ada pelajaran yang bisa ditarik para ulama pro-Jihad dari kisah ini. Berkembangnya akidah busuk seperti itu di antara umat Muslim amat merugikan citra Islam dan menimbulkan kebencian di hati bangsa-bangsa lain. Mereka ini tidak berani menyampaikan simpati selama akidah Jihad demikian masih dianut umat Muslim. Mereka tidak bisa memberikan opini yang mendukung, kecuali mereka memang tidak perduli dengan masalah keagamaan. Semua kesalahpahaman demikian adalah tanggung-jawab umat Muslim sendiri. Yang patut disalahkan sehingga dunia tidak bisa mengenali kebenaran hakiki Islam adalah para ulama yang mengajarkan akidah yang bertentangan dengan fitrat manusia tersebut. Bagaimana mungkin menyebutnya sebagai agama dari Tuhan jika ajarannya memerlukan kilat pedang untuk memasukkannya ke dalam hati manusia? Pertimbangan seperti itu sudah cukup untuk menahan manusia dari menerima kebenaran. Yang dimaksud sebagai agama yang benar ialah karena fitrat dan kekuatan inherennya serta argumentasi yang meyakinkan sudah menjadi jauh lebih bermanfaat daripada pedang yang paling tajam sekali pun dan fitrat demikian tidak bergantung pada sepotong besi untuk eksistensinya. Keburukan-keburukan seperti itulah yang mengharuskan adanya seorang pembaharu. Jika ditinjau sekilas keadaan di dalam umat Islam, hanya keadaan menyedihkan yang terlihat. Gambarannya demikian mengerikan. Matahari sepertinya dimakan gerhana dimana sebagian besar telah menjadi gelap. Hubungan sosial di antara umat Muslim amat mengenaskan. Muncul berbagai Hadith palsu yang
akhirnya menjadi racun bagi kondisi akhlak mereka dan merusak kaidah Ilahi. Hak paling keramat yang dikaruniakan Tuhan kepada manusia adalah yang berkaitan dengan nyawa, hak milik dan kehormatan. Kita diperintahkan untuk tidak membunuh manusia, tidak merusak kehormatannya dan tidak merampas hak miliknya secara culas. Namun nyatanya beberapa Muslim telah melanggar semua ketentuan itu. Mereka membunuh orang yang tidak berdosa dengan tidak berperikemanusiaan. Para ulama berotak kosong telah menyebarkan fatwa yang menyatakan halal merampas wanita orang kafir dan yang bid’ah serta merampas harta benda mereka. Betapa berbahayanya kondisi suatu agama jika dipenuhi demikian banyak kejahatan, dimana para pemuka agamanya bukannya mengikuti kata hati malah memperturutkan nafsu dan menyatakan pandangan sesat mereka sebagai akidah suci dari Tuhan dan para Rasul-Nya. Mereka ini adalah serigala berbulu domba yang telah mengelabui masyarakat. Mereka berlaku sebagai racun tetapi menganggap diri mereka sebagai penawarnya. Mereka ini adalah musuh masyarakat dan musuh Islam. Hati mereka kalis dari rahmat dan welas asih namun mereka sembunyikan. Mereka mengenakan topeng orang suci tetapi perhatiannya hanya pada pemuasan nafsu karnalnya sendiri. Mereka masuk mesjid laiknya orang suci namun karakter mereka hitam oleh tasbeh diabolik. Karakter busuk seperti ini merata terdapat di berbagai negeri Muslim. Mereka menganggap diri sebagai pemuka agama dan penerang akidah agama mereka. Mereka menyebut diri sebagai Maulvi atau ulama dan mengenakan aura orang suci agar mereka dipandang sebagai hamba Ilahi, tetapi kelakuan mereka menunjukkan siapa mereka sebenarnya. Mereka tidak menginginkan sifat ketakwaan dan welas asih hakiki menyebar di dunia karena hal itu dianggapnya akan merugikan kepentingan dirinya. Singkat kata, jalan kemajuan Islam terhambat oleh berbagai kesulitan. Kalbu manusia sudah pada mati dan tidak lagi menanggapi panggilan kepada kebenaran. Pedoman emas yang diajarkan Islam sebagai petunjuk hidup telah ditinggalkan dan umat Muslim sudah melenceng jauh sekali. Sebagian di antara mereka malah ada yang bersujud di makam-makam dan melakukan tawaf di sekelilingnya. Mereka menganggap ruh dari guru ruhani mereka sepertinya bisa mengatur Tuhan dalam pengaturan masalah kemanusiaan. Setiap sekte mempunyai makam yang mereka hormati yang disembah oleh para pengikutnya. Jika ada yang
menanyakan tentang tanda-tanda supra-natural, langsung saja mereka akan menyerocos menguraikan beribu mukjizat yang dilakukan orang suci yang telah mati itu, tetapi jika ditanya buktinya malah tidak ada. Menurut mereka penyembahan makam merupakan esensi dari ajaran Islam. Berbeda dengan mereka adalah golongan yang sama sekali bertolak belakang. Mereka ini sepenuhnya menyangkal fakta-fakta keruhanian dimana mereka bahkan menolak orang-orang suci dan nabi-nabi. Mereka menyangkal segala hal yang disebut sebagai mukjizat dan malah mentertawakanya. Wahyu Ilahi mereka anggap sebagai imaji khayalan atau adanya kekuatan kreatif khusus pada diri seseorang. Prediksi dianggap sebagai hasil dari perkiraan manusia ke masa depan sedangkan nubuatan yang sebenarnya merupakan hasil komunikasi langsung dengan sumber yang luhur, bagi mereka merupakan kemustahilan. Dengan kata lain, mereka menganggap Wahyu Ilahi sebagai omong kosong, segala mukjizat adalah dongeng dan nubuatan sebagai khayalan hampa. Kuburan orang mati hanyalah tumpukan debu dengan apa ruh tidak mempunyai keterkaitan. Kebangkitan kembali orang mati di Hari Penghisaban dianggap dongeng dari masa manusia masih bodoh sedangkan menganggap ada kehidupan setelah mati adalah suatu ketololan. Kebijaksanaan dunia adalah kebijaksanaan yang hakiki. Manusia harus sepenuhnya hanya menghayati segala hal yang ada di dunia dan perhatian dirinya harus hanya untuk memperoleh sarana terbaik dalam mengikuti perjuangan hidup. Sepatutnya ia meneladani manusia yang siang malam hanya tenggelam dalam masalah duniawi dengan segala mekanismenya. Demikian itulah keteledoran dan ekses umat Muslim berkaitan dengan akidah tentang Kebangkitan Kembali dan Wahyu. Semua hubungan sosial dan akhlak mereka juga mengikuti ketentuan yang sama. Mereka lancang dalam berbicara dan berperilaku tanpa disaring, dalam perkawinan dan perceraian, dalam sedekah dan kekikiran, dalam amarah dan kasih, dalam pembalasan dendam dan pengampunan, pokoknya dalam segala urusan mereka. Kebodohan dan kekeliruan merajalela di antara mereka. Begini inilah kondisi dari umat yang di dunia tadinya dikenal sebagai guru-guru yang mengajarkan Ketauhidan Ilahi. Dari sini bisa dinilai kondisi umat lainnya.
Sekarang mari kita lihat keadaan umat Kristiani yang berkembang di negeri yang oleh alam dikaruniai dengan kemampuan intelektual yang tinggi dan kekuatan otak yang luar biasa. Mestinya kita bisa mengharapkan lebih dari umat ini, namun nyatanya dalam bidang agama dan Ketauhidan Ilahi, mereka ini kondisinya amat buruk. Keimanan mereka bertentangan sama sekali dengan filsafat dan ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Jika kita perhatikan kecermatan mereka dalam penataan masalah keduniawian serta kejeniusan mereka dalam mengungkapkan segala temuan baru, lalu melihat kelemahan mereka dalam menggapai kebenaran agama serta delusi mereka yang menjadikan seorang manusia lemah menjadi tuhannya, kita jadi bingung melihat inkonsistensi yang rumit demikian. Di satu sisi mereka mempunyai kemampuan intelektual yang luar biasa tetapi di sisi lain amat berkekurangan. Di antara jalan salah yang dipilih umat Kristiani dan Muslim, ada garis distinktif yang bisa ditarik. Di antara umat Muslim, penyimpangannya terutama berkaitan dengan hak-hak azasi manusia sedangkan pada umat Kristiani adalah pada kewajiban yang harus diberikan kepada sang Pencipta kita. Akidah Jihad telah mengeraskan hati umat Muslim sedemikian rupa sehingga mereka tidak lagi mampu merasakan kasih hakiki dan simpati kepada sesama manusia. Yang tidak berpendidikan dari antara mereka malah selalu siap menyembelih leher orang tak berdosa atau melakukan aniaya atas dirinya karena rangsangan sepele atau pun motif pribadi, sehingga laku hewaniah mereka itu jadinya merendahkan harkat kemanusiaan. Adapun umat Kristiani telah melakukan penghinaan paling buruk terhadap hak-hak Wujud Ilahi. Mereka telah menetapkan seorang manusia lemah sebagai tuhan dan sekutu dari Wujud-Nya. Kasihannya mereka tidak ada mendapat manfaat dari tujuan mereka mempertuhan sesosok mahluk. Kami tidak ada melihat adanya manfaat dari laku mereka itu. Jika keimanan pada darah Yesus bisa menjadi kekuatan yang mampu mensucikan manusia dari dosa, mengapa hal itu tidak menguntungkan Eropah? Mengapa penebusan dosa ternyata tidak bisa menjadi penawar dari dosa-dosa bangsa Eropah, yang menyebutkannya pun malu rasanya? Kejahatan dan dosa di antara bangsa itu sudah amat buruk keadaannya. Apakah bangsa Eropah bisa mengemukakan tingkat akhlak yang lebih tinggi atau tidak lebih jahat dari negeri-negeri Timur? Jika tidak, lalu mengapa mereka tidak menyadari untuk segera merubah akidah mereka dan mencari
cara yang lebih baik? Setiap dokter pun tahu jika suatu obat tidak mujarab dan kesehatan pasiennya tidak membaik maka ia akan mengganti obatnya. Jika kita memang merisaukan kenikmatan sesaat, mengapa tidak juga memberikan perhatian kepada masalah penting yang berpengaruh pada kesejahteraan abadi manusia? Sembilan belas abad lewat sudah sejak darah Yesus diperkenalkan kepada dunia sebagai obat penyembuh dosa, tetapi alih-alih memberi manfaat malah merugikan masyarakat dan meningkatkan kejahatan yang tadinya katanya akan bisa dihilangkan. Apakah masih bisa kita meyakini bahwa keimanan pada darah Yesus mampu menyelamatkan manusia dari belenggu dosa? Apakah mungkin akidah demikian akan efektif di masa depan sehingga umat Kristiani akan meninggalkan nafsu asusila sedangkan di masa lalu saja sudah tidak berfungsi sama sekali? Seorang pengelana yang berfikiran jernih yang pernah berkunjung ke pusat-pusat kebudayaan mereka seperti Paris misalnya, tidak akan ragu membenarkan pernyataan kami ini. Bahkan beberapa bagian Eropah sudah mengalami degenerasi dan merosot demikian rendahnya sehingga mereka tidak lagi jijik terhadap dosa atau pun memperhatikan konsekwensi buruknya. Beristeri lebih dari satu dianggap melanggar hukum di negeri itu tetapi berzinah tidak dianggap sebagai pelanggaran. Apakah ada ayat dalam Injil yang mengesahkan perilaku tidak senonoh jutaan wanita di Perancis dan tempat lainnya yang tidak nikah seumur hidupnya? Apakah tidak bisa dikatakan bahwa akidah darah Yesus justeru membawa mudharat bagi masyarakat? Pada hakikatnya tidak ada keterkaitan alamiah di antara kematian seseorang dengan penebusan dosa orang lain. Kita hanya bisa mengharapkan rahmat dari Wujud Tuhan yang hidup, bukan yang mati. Seluruh dunia ini dicerahkan oleh matahari yang terbit, bukan oleh saat terbenamnya. Pengalaman kegagalan pengobatan masyarakat selama sembilan belas abad, pada dasarnya telah menggerus fondasi yang melandasi konsep Putra Tuhan. Bahwa ada wujud Tuhan yang dikatakan pernah mati itu sendiri sudah merupakan konsep yang tidak masuk akal, tetapi misalnya pun yang Maha Agung itu katakanlah tidak mampu mencari jalan keluar dalam masalah penebusan dosa manusia sehingga menggunakan cara aneh demikian, tentunya masih ada penghiburan kalau obyek tujuannya memang tercapai. Nyatanya tujuan tersebut tidak pernah tercapai dan dunia tambah jauh terbenam dalam dosa. Tindakan Tuhan yang
sia-sia dan tidak masuk akal itu jadinya merupakan kegagalan mutlak. Bahwa Tuhan harus dilahirkan dari rahim seorang wanita untuk mengalami penderitaan, kehinaan dan maut, sesungguhnya bertentangan dengan kaidah Ilahi karena tidak ada presedennya di masa sebelumnya yang bisa diketahui manusia bahwa Tuhan punya kebiasaan seperti itu kalau mau masuk ke dunia dan bahwa hal itu sudah terjadi beberapa kali sebelumnya. Lagi pula pernyataan demikian tidak ada didukung oleh tanda-tanda luar biasa yang bisa meyakinkan orang-orang yang berfikir bahwa kemampuan wujud tersebut jauh lebih akbar daripada mukjizat para nabi-nabi lainnya. Cacat ketiadaan bukti tersebut nyatanya tidak juga menjadikan konsekwensi penerapan dogmanya menjadi lebih baik bagi manusia di dunia. Dua keburukan yang menjadi sumber dari semua nafsu karnal adalah minuman keras dan pelacuran, dan justeru di negeri-negeri Kristen hal ini berkembang dengan amat teruknya. Mayoritas penduduk Eropah terlibat dalam dua bentuk keburukan ini dan rasanya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa dalam masalah pemabukan, Eropah mengalahkan semua negeri-negeri padat penduduk di Asia, dan satu kota besar di Eropah memiliki rumah bordil yang lebih banyak dari total yang sama pada semua kota-kota di Asia. Pengalaman telah menunjukkan kalau minuman keras adalah sumber dari segala kejahatan dimana orang yang mabuk bisa melakukan kejahatan paling keji hanya dengan provokasi yang paling kecil sekali pun. Dosa-dosa lainnya menjadi bagian tak terpisahkan dari hal itu. Sikap kesalehan dan pemabukan samanya dengan pencerahan dan kegelapan dimana keduanya tidak mungkin eksis bersama di satu tempat. Orang yang tidak menyadari hal ini bukanlah orang yang berwawasan luas. Repotnya lagi untuk melepaskan kebiasaan mabuk malah akan menimbulkan kesulitankesulitan lain. Sekarang tentunya secara wajar akan muncul pertanyaan, apakah ada cara untuk melepaskan diri dari belenggu dosa jika nyatanya akidah penebusan tidak mempan. Aku tidak saja menegaskannya secara pasti tetapi juga menawarkannya sebagai pengalaman diriku sendiri dan menyatakannya sebagai obat penawar yang sudah teruji, bahwa dari sejak penciptaan manusia sampai dengan kini ada sebuah dan satu-satunya metoda yang bisa membebaskan manusia
dari perbudakan dosa dan laku kedurhakaan kepada Tuhan. Tidak ada yang bisa membentengi manusia terhadap dosa kecuali pemahaman sepenuhnya akan Wujud Tuhan yang didapat melalui argumentasi pasti dan meyakinkan serta tanda-tanda cemerlang tentang eksistensi-Nya. Bukan hanya semata-mata meyakini bahwa ada satu wujud Tuhan, tetapi juga mengenal dan melihat Tuhan itu sendiri. Dengan pengetahuan akan Tuhan demikian itulah manusia akan bisa melihat bahwa kemurkaan Allah swt merupakan api yang menghanguskan sedangkan manifestasi keindahan-Nya akan menenteramkan kalbu dan menyadarkannya bahwa kedamaian hakiki dan kegembiraan abadi adalah pada pemujaan Allah swt yang tulus dan berkesinambungan. Semua tirai yang tadinya menyembunyikan wajah Tuhan dari manusia akan tersingkap dimana kemegahan dan keindahan Ilahi akan nampak kepada manusia dalam ronanya yang sempurna. Inilah jalan melalui apa nafsu sensual manusia bisa dikendalikan dan hanya pengetahuan yang sempurna tentang Tuhan yang bisa melakukan transformasi hakiki pada diri manusia. Ada beberapa manusia yang menganggap dirinya beriman kepada Tuhan, mencintai dan takut kepada Tuhan, namun mereka tidak dikaruniai kesucian kalbu. Yang lainnya ada yang mengemukakan bahwa sebagian besar isi dunia kecuali segelintir orang, semuanya percaya kepada Tuhan namun tetap saja dosa dan kejahatan merebak di dunia. Yang mereka tidak mengerti adalah adanya perbedaan besar di antara kepercayaan adanya Tuhan dengan pengetahuan tentang Tuhan. Seseorang yang percaya adanya Tuhan tidak serta merta mendapat kekuatan untuk mengalahkan dosa karena kekuatan seperti itu hanya diberikan kepada orang yang mengenal benar Tuhan-nya, dimana ia telah merasakan sendiri rasa takut dan kasih kepada Tuhan. Orang yang percaya akan keberadaan Tuhan hanya melakukan pengakuan bahwa Tuhan memang eksis, sedangkan seseorang yang mengenal sempurna Tuhan-nya bisa melihat apa yang oleh orang lain hanya dianggap sebagai probabilitas. Jika ada yang mengatakan bahwa Iblis memiliki pengetahuan sempurna mengenai Tuhan tetapi tetap saja ia durhaka kepada-Nya, jawabannya adalah hal itu tidak benar adanya. Iblis tidak memiliki pengetahuan sempurna yang dikaruniakan kepada orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan. Sudah menjadi fitrat manusia bahwa jika pengetahuan sempurna telah menjadikannya yakin tentang sesuatu, dengan sendirinya hal itu akan berimpresi pada dirinya. Jika ia sudah mampu melihat maka
ia akan menghindari semua lintasan jalan ke arah kehancuran. Karena itu mustahil pengetahuan yang sempurna tentang Tuhan dan pendurhakaan terhadap firman-Nya bisa bermukim di hati yang sama, karena yang satu bersifat pencerahan sedangkan yang lainnya membawa kegelapan. Berdasarkan pengalaman, umumnya kita melihat bahwa segala sesuatu yang bermanfaat dan kondusif bagi kebaikan akan menjadi dambaan semua orang, sedangkan sesuatu yang akan membawa mudharat akan dibenci dan dianggap suatu yang mengerikan. Sebagai contoh, seseorang yang memegang racun strychnine di tangannya tetapi tidak mengetahui sifatnya yang mematikan, mungkin saja ia akan menyantapnya seberapa banyak pun dengan menganggapnya sebagai obat yang tidak berbahaya, tetapi orang lain yang mengetahui sifat racun tersebut pasti tidak akan mau menelannya meski sesedikit apa pun karena tahu racun itu akan membunuhnya. Begitu pula halnya dan sudah menjadi kebenaran hakiki yang solid bahwa manusia yang mengetahui secara pasti ada Wujud Tuhan yang akan menghukum laku penyimpangan dan hukuman itu langsung mengikuti setiap bentuk pendurhakaan maka ia akan menjaga jarak yang aman dari segala bentuk laku salah seperti penumpahan darah, pencurian, pelacuran, penjajahan, ketidak-adilan, merusak amanah, menyekutukan Tuhan, berdusta, memberi kesaksian palsu, keangkuhan, kemunafikan, spekulasi, menipu, menghina, curang, tidak setia, kealpaan, kebinalan, tidak bersyukur kepada Tuhan, tidak takut kepada Tuhan, mementingkan diri sendiri, tidak memiliki belas kasihan terhadap sesama manusia, tidak shalat dengan sepenuh hati, berfoya-foya secara duniawi, alpa kepada Tuhan, meninggalkan shalat dan kerendahan hati, mencurangi timbangan atau menipu konsumen, menjual lebih tinggi dari harga pasar, tidak berbakti kepada orang tua, berlaku keras terhadap isteri, tidak patuh kepada suami, memandang dengan nafsu pada suami/isteri orang, tidak memelihara anak yatim, mengabaikan orang papa, sakit dan lemah, mengabaikan hak dan merugikan tetangga, menyakiti orang untuk menunjukkan keangkuhan diri, menyoraki orang dengan bahasa yang menyakitkan, mencela cacat tubuh orang, menyebut orang dengan nama buruk, berpura-pura menerima wahyu Ilahi, pura-pura mengaku sebagai rasul, pura mengaku menerima ilham atau nubuatan Ilahi, menyangkal eksistensi Tuhan, memberontak terhadap pemerintahan yang adil atau sengaja mencipta perpecahan di dalam negeri.
Anggapan bahwa kita mengetahui adanya Tuhan dan bahwa dosa akan dihukum, tetapi tetap saja melakukan dosa sehingga menyimpulkan kalau metoda itu tidak cukup adanya, sesungguhnya yang demikian itu hanyalah delusi belaka. Adalah suatu hal yang mustahil seseorang akan melakukan dosa jika ia sudah menyadari sepenuhnya bahwa setiap pelanggaran dirinya atas firman Tuhan akan membawa api hukuman yang akan menghanguskan dirinya dalam sekejap mata. Prinsip seperti itu tidak mungkin diingkari. Adalah suatu hal yang tidak bisa dibantah bahwa manusia akan menahan diri melakukan sesuatu jika menyadari hal itu akan membawa hukuman atas dirinya. Tidak ada orang yang mau memasukkan tangannya ke dalam api yang menyala atau terjun dari puncak gunung atau melompat ke dalam sumur atau berdiri di depan kereta api yang sedang bergerak atau memasukkan tangannya ke dalam mulut singa atau memberikan kakinya kepada seekor anjing gila atau berdiri di tempat terbuka saat kilat menyambar atau tetap saja tinggal di dalam rumah padahal tahu atapnya akan runtuh atau pun berdiri di atas tanah yang sedang terban. Apakah ada orang yang demikian pemberaninya sehingga tidak akan melompat keluar ketika melihat ada ular berbisa di tempat tidurnya? Atau seseorang yang demikian sembrono sehingga tidak mau menyelamatkan nyawanya dengan meninggalkan rumah yang sedang terbakar? Jika semua ini benar demikian dan manusia cenderung menjauh dari mara bahaya, lalu mengapa ia tidak menghindari dosa dan menjauh dari kemurkaan yang akan turun atas dirinya? Memang tidak ada jawaban yang memuaskan atas pertanyaan ini kecuali memang diketahui ada perbedaan pada kedua hal itu berkenaan dengan kepastian dari konsekwensinya. Kebanyakan manusia tidak mengetahui secara pasti tentang pengaruh dari laku pelanggaran mereka. Mereka memang menyadari bahwa laku dosa itu suatu yang berbahaya tetapi mereka tidak takut kepadanya seperti takut kepada singa atau ular berbisa. Di bawah sadar mereka akan keyakinan demikian, terdapat keraguan apakah ada bukti positif tentang penghukuman tersebut. Bahkan eksistensi Tuhan pun masih ada yang meragukannya. Begitu pula terdapat ketidak-pastian tentang imortalitas jiwa, atau jika memang benar jiwa itu bersifat abadi, siapa yang bisa mengatakan apa nasibnya nanti. Apa benar pelanggaran atas firman Tuhan memang akan dihukum? Bahwa fikiran-fikiran seperti itu merupakan suatu hal yang laten dalam benak manusia adalah suatu keniscayaan, meski mungkin tidak terdeteksi atau dicurigai keberadaannya. Kalau yang
berkaitan dengan bahaya nyata seperti contoh-contoh di atas, disadari secara pasti bahwa kehancuran diri akan menjadi konsekwensi seketika sehingga karena itu tidak akan ada orang yang sengaja menghampiri bahaya. Kalau pun ada yang bertemu dengan bahaya tersebut secara tidak sengaja, pasti ia akan lari menghindarinya. Jika disimpulkan, pada kenyataannya sebagian besar manusia tidak mempunyai kepastian dalam masalah keagamaan sebagaimana kepastian yang ada berkenaan dengan dunia material. Dalam hal keduniawian mudah diperoleh suatu kepastian, sedangkan di bidang ruhani lebih berupa suatu konsep pemikiran, suatu perkiraan bahwa yang bersangkutan bisa merasa atau melihat sehingga orang lain akan mengatakannya sebagai omong kosong. Adanya halimun kabut tidak akan mampu mengusir kegelapan daripada dosa, untuk itu harus ada cahaya atau nur yang jernih. Aku sampaikan secara sebenarnya dan dengan tegas bahwa penyelamatan umat manusia tidak ada pertaliannya dengan penyaliban Yesus dan meski ada seribu Al-Masih yang disalib tetap saja tujuan tersebut tidak akan dapat dicapai. Hanya pengetahuan yang sempurna akan kasih hakiki dari Wujud Tuhan yang akan dapat melepaskan manusia dari belenggu dosa. Tentang kewafatan Yesus di kayu salib itu sendiri sudah suatu kekeliruan dan memang tidak ada kaitannya dengan pengakhiran dosa. Pernyataan seperti itu tidak memiliki dasar sama sekali dan tidak ada bukti keberhasilannya. Tidak ada bukti-bukti yang mendukungnya dan pengalaman tidak membenarkannya. Bunuh diri sesosok Mesiah tidak ada korelasinya dengan penghapusan dosa orang lain. Yang dimaksud dengan penebusan dosa yang hakiki adalah bagaimana membebaskan manusia dari dosa di dunia ini. Adanya janji penebusan melalui seseorang yang harus melewati penderitaan karena api dosa adalah suatu falasi atau kekeliruan. Dongeng omong kosong tak akan mungkin mengangkat beban berat manusia dan lagi pula kisah kekanak-kanakan demikian kalis daripada kebenaran dan tidak juga ada gunanya, tidak pernah memberikan manfaat atau pun menolong orang yang mengimaninya. Periksalah seluruh negeri, dari utara ke selatan, dari timur ke barat, kalian tetap saja tidak akan pernah bertemu seorang pun yang melalui kisah-kisah itu lalu mencapai ketakwaan hati yang mengungkapkan wajah Tuhan yang cemerlang. Adalah fitrat ketakwaan tersebut yang tidak saja menyebabkan manusia menjauhi dosa, tetapi juga memberikan kepadanya prospek hakiki tentang surga di akhirat dengan juga
memberkatinya kenikmatan surgawi karena menemukan kebenarankebenaran di dunia ini. Ruh manusia tanpa bisa ditahan lagi akan mencair dan merendahkan dirinya di hadapan Keagungan Tuhan. Kemudian turunlah cahaya dari langit yang akan mengusir kegelapan dari nafsu karnal manusia. Kegelapan akan menguasai suatu ruangan di tengah hari terang benderang jika semua pintu dan tingkap ditutup rapat. Kalau saja manusia mau merepotkan dirinya membuka pintu-pintu tersebut maka cahaya akan masuk menerangi ruangan. Begitu pula keadaannya dengan ruhani manusia. Ia harus berupaya sekuat tenaga sebelum ia bisa meraih hasil yang diharapkan. Untuk memasukkan cahaya ke dalam ruangan, seseorang harus bangun dari tempat duduknya guna membuka tingkap jendela. Kecuali ia melakukan hal itu maka ia tidak akan dapat menikmati karunia dari hukum alam. Seorang yang haus tak akan mungkin menghilangkan dahaganya hanya dengan berfikir tentang air, karena ia harus tunggang-langgang berupaya mencapai sumber air dan membungkukkan dirinya untuk menghirup minum. Dengan cara demikian haus yang menderanya bisa dipuaskan. Air kehidupan yang bisa mendinginkan dan menyegarkan jiwa kalian dari kobaran api dosa adalah suatu jaminan yang sempurna. Di muka bumi ini dan di bawah langit ini tidak ada obat penawar lainnya yang mampu membersihkan manusia dari dosa. Tidak ada kayu salib yang akan bisa menyelamatkan kalian dari keburukan itu, tidak ada tebusan darah yang akan bisa membebaskan kalian dari deraan nafsu. Janganlah kalian mempercayai hal-hal seperti itu karena memang tidak ada hubungannya dengan keselamatan manusia. Renungkanlah realitas tersebut dan fikirkan kebenarannya. Betapa pun kalian mencoba cara duniawi, tidak akan ada nur cahaya sebagai suatu kepastian mutlak yang bisa membawa kalian keluar dari kegelapan nafsu sensual. Hanya air yang suci dan jernih yang mengalir dari pengetahuan sempurna serta revelasi aktual dari wajah Tuhan yang akan dapat mengikis kekotoran jiwa serta menyejukkan dan menyegarkan kalbu yang membara. Teori atau pun prinsip lainnya hanyalah suatu kebodohan dan pengelabuan. Bukan nur cahaya yang akan kalian peroleh tetapi kegelapan keraguan yang lebih kental. Bukan air jernih dan suci yang dijanjikan kepada kalian tetapi malah lebih meruyaknya rasa terbakar yang diperoleh. Tidak ada darah yang bisa mensucikan kalian kecuali darah suci yang dilahirkan dari kepastian, tidak ada kayu salib yang
akan bisa menyelamatkan kalian kecuali kesulitan yang harus dihadapi dalam menapaki jalan yang lurus. Kecuali ada cahaya maka kalian tidak akan bisa melihat, dan kecuali kalian menapaki jalan yang benar maka kalian tidak akan bisa mencapai tujuan. Fikirkan dari segala sudut dan pertimbangkan antara dunia ruhani dengan dunia jasmani. Akidah hukum alam yang berlaku di dunia yang satu juga sama berlaku di dunia lainnya karena keduanya berasal pada satu sumber yang sama. Apakah ada orang yang mampu melihat tanpa bantuan matanya atau mendengar tanpa telinganya atau pun berbicara tanpa lidahnya? Mengapa tidak melihat akidah yang sama yang juga berlaku dalam masalah keruhanian? Bisakah seseorang berdiri di tepi jurang yang dalam dengan hanya satu mata yang terbuka? Bukankah setiap orang akan terkejut ada suara di telinganya yang mengingatkan dirinya akan kedatangan pencuri? Atau adakah seseorang yang sehat mau mengunyah racun yang akan menimbulkan kerancuan di perutnya serta muntah-muntah, pembengkakan tubuh atau penyakit fatal lainnya yang pada akhirnya menghancurkan keseluruhan sistem tubuh? Kalau manusia harus bergantung pada sekian banyak hal untuk membimbingnya di dunia phisikal, bukankah di dunia ruhani ia pun juga membutuhkan nur cahaya yang akan menunjukkan kepadanya keburukan daripada jalan kepada dosa, suara yang akan mengingatkan dirinya tentang tempat-tempat yang dihuni pencuri atau begal, indera rasa yang bisa membedakan pahit dari manis serta racun dari penawarnya. Semua ini merupakan segala hal yang diperlukan manusia agar bisa diselamatkan. Keselamatan tidak mungkin diperoleh dengan cara lain kecuali dengan nur cahaya. Seorang buta yang meyakini keselamatan dirinya karena darah orang lain, sesungguhnya ia menempatkan keyakinannya pada suatu yang hampa. Seseorang yang hanya mendambakan keselamatan di akhirat saja, sesungguhnya berada dalam kekeliruan. Keselamatan hakiki pada dasarnya dimulai dari kehidupan sekarang ini juga. Keselamatan tersebut merupakan nur cahaya yang turun ke hati untuk menunjukkan jurang kehancuran yang menghadang. Karena itu berjalanlah di lintasan kebenaran dan kebijakan maka kalian akan menemukan Tuhan. Hidupkan dan gairahkan hati kalian agar kalian bisa bergerak ke arah kebenaran. Sungguh malang hati yang membeku, sungguh menyedihkan ruhani yang tertekan dan mati sudah kesadaran yang tidak mengenal nur cahaya. Teladanilah ember yang turun ke sumur dalam keadaan kosong dan naik dalam
keadaan penuh. Jangan kalian menjadi tapisan yang langsung kehilangan air begitu dituangkan kepadanya. Fokuskan upaya kalian kepada satu tujuan saja agar kesehatan (ruhani) kalian pulih kembali dan demam yang racunnya telah merusak indera kalian serta mengkaliskan cahaya dari mata kalian dan menghilangkan kemampuan mendengar, menafikan indera rasa dari lidah, menguras tenaga dari anggota tubuh kalian, semua itu akan meninggalkan diri kalian. Putuskanlah hubungan tidak berarti dengan dunia ini agar kalian bisa bersatu dengan yang lebih luhur. Kendalikan kalbu kalian agar tidak mengambil jalan yang salah. Buanglah jauh-jauh cacingcacing dunia yang kotor ini agar permata kemilau dari langit dikaruniakan kepada kalian. Perhatikan di masa awal ketika Allah swt meniupkan ruh-Nya ke dalam diri Adam. Berupayalah agar perilaku kalian sedemikian rupa sehingga patut mendapatkan karunia yang sama, agar kalian dijadikan penguasa atas segala sesuatu sebagaimana dikaruniakan kepada Adam hal yang sama. Bagian terbesar dari hari sudah lewat, senja sudah mendatang dan matahari akan terbenam. Biarkan mata kalian melihat sekarang karena nanti tidak akan lagi bisa melihat. Sebelum kalian menempuh perjalanan abadi tersebut, kirimlah perbekalan terlebih dahulu santapan nikmat untuk dimakan, bukannya batu atau kerikil karena benda ini tidak akan memuaskan lapar atau dahagamu. Kirimkan di muka baju yang akan kalian kenakan dan bukannya belukar berduri atau sampah. Allah swt yang sebelum kelahiran seorang bayi sudah menyediakan susu di dada ibunya, juga telah menyediakan bagi kalian dalam masa hidup kalian dan di negeri kalian agar Dia bisa menyusukan kalian. Dari Dia kalian akan memperoleh susu kepastian dan keimanan, susu yang lebih putih dari mentari serta memberikan kegembiraan yang menggugah. Jika kalian memang dilahirkan hidup dan tidak mati, berlarilah ke dada yang akan memberikan susu yang segar. Buanglah susu busuk dari piala kalian karena susu itu tidak memberikan zat kehidupan sedangkan kalian tidak bisa melihat kebusukannya. Susu demikian telah menjadi racun dan akan merusak sistem internal dalam diri kalian. Semua yang berkilat belum tentu emas dan karena itu jangan juga menganggap suatu yang putih sebagai tanda kemuliaan. Banyak sekali bendabenda di dunia yang berwarna hitam tetapi lebih bernilai daripada benda yang dipoles putih. Rambut hitam menggambarkan saat paling prima seorang manusia sedangkan putih atau kelabu gambaran dari orang yang telah renta dan tua. Keputihan dari kemunafikan dan kesalehan palsu sepatutnya dijauhi. Masih lebih
baik seorang pendosa yang terbuka yang tidak menyembunyikan cacatnya di belakang sebuah topeng. Ia ini masih lebih dekat kepada Ramhat Ilahi daripada yang satunya. Janganlah kalian meletakkan kepercayaan pada hal-hal yang meragukan dan mencurigakan serta tidak dilambari dengan nur hakiki atau pun filsafat yang benar, karena semua itu menjadi jalan kepada bahaya dan kehancuran. Timbanglah dengan baik keinginan hati kalian dan telisik ke dalam fikiran kalian tentang apa yang bisa memuaskannya, tentang cara apa yang harus ditempuh manusia guna membebaskan diri dari dosa. Apa yang dikatakan oleh batin kalian tentang penawar terbaik bagi kejahatan yang demikian teruknya. Bisakah fikiran yang waras dipuaskan oleh akidah bahwa darah Yesus akan menjadikan dosa terlihat sebagai suatu hal mengerikan yang harus dijauhi? Pengalaman menunjukkan justeru keadaan sebaliknya yang ada dan rupanya akidah demikian telah menjadikan manusia tambah berani melakukan dosa karena ia menganggap bahwa hukuman atas dosanya telah dibayar oleh darah Yesus. Hanya mereka yang tahu sepenuhnya hakikat racun daripada dosa yang akan bisa menjauh dari kejahatan karena ia menyadari bahaya yang dihadapinya jika ia melakukan dosa. Seseorang telah diutus Allah swt, Wujud satu-satunya yang bisa memberikan pengetahuan kepada kalian dengan mana kalbu kalian bisa melihat Tuhan dan kandungan racun daripada dosa. Dengan pengetahuan itulah kalian akan menjauh dari dosa sebagaimana orang menjauh dari seekor singa. Karena itu patut kiranya menjadi tujuan hidup dari mereka yang perhatian terhadap kemanusiaan untuk menyebarkan akidah-akidah dan tanda-tanda beliau kepada dunia sehingga mereka yang sia-sia mencari keselamatan dari penyaliban Yesus bisa mengenali sumber keselamatan hakiki. Sumber air yang tohor tidak akan mengandung unsur mensucikan seperti halnya air yang suci. Hanya air yang turun dari langit saja yang bisa membasuh batin manusia dari segala kekotoran. Hanya sungai yang penuh berisi air hujan yang jernih yang akan dapat memasok air yang bersih dan jernih, sedangkan sungai yang mandeg hanya berisi air yang sudah stagnasi dan kotor, dan menjadi bejana yang menampung segala yang tidak suci. Hati yang telah mendapat pencerahan pengetahuan Tuhan dan kepastian, samanya dengan sungai jernih yang mengalir menyuburkan tanah di sekitarnya dan airnya memuaskan dahaga serta mendinginkan hati yang membara. Tidak saja ia sendiri sudah suci, tetapi ia pun menyucikan segala sesuatu yang dibasuh di dalamnya. Ia
memberikan kearifan dan kebijakan yang akan membersihkan karat dari hati dan menumbuhkan ketidak-sukaan terhadap dosa. Adapun sungai yang berair mati dan kelam, karena ia sendiri sudah kotor, dengan sendirinya tidak bisa mensucikan yang lainnya dan tidak ada gunanya bagi dunia. Sudah saatnya bagi semua manusia untuk mempersiapkan diri dan mencari air yang memberikan kepastian, karena air itu akan diberikan kepada mereka yang tekun. Jika telah terisi segala kepastian maka kalian harus mengalir seperti sungai yang deras yang menghanyutkan segala sampah keraguan sehingga hati menjadi suci dan terbebas dari segala dosa. Inilah air yang akan memupus semua jejak dosa dan dengan demikian mempersiapkan hati yang telah kembali suci untuk menerima impresi Ilahi. Ingatlah bahwa teraan sensualitas tidak akan bisa dihapus dari kalbu kalian kecuali dibasuh dengan air kepastian. Berjuanglah dan sarananya akan diberikan kepada kalian, carilah dan kalian akan memperoleh, rendahkan hati kalian dan kalian akan bisa memahami semua hal ini, karena kekakuan hati hanya akan jadi penghalang jalan kepada realitas. Apakah kalian fikir ada jalan lain untuk mendapatkan impresi di hati tentang keagungan Tuhan yang Maha Hidup serta pengungkapan Kebesaran-Nya atau manifestasi Kuasa-Nya? Apakah kalian fikir hati kalian bisa dipenuhi dengan nur cahaya kepastian serta kebencian terhadap dosa melalui cara lain? Hal demikian tidak mungkin dan tidak akan mungkin karena hanya ada satu Tuhan, satu jalan dan satu akidah.