PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
DRAFT PERATURAN KEPALA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR : 800 / 7684 / 2014
TENTANG PETUNJUK TEKNIS MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DI LINGKUNGAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI JAWA TENGAH
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DRAFT
PERATURAN KEPALA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR : TENTANG PETUNJUK TEKNIS MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DI LINGKUNGAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan dalam rangka memenuhi kebutuhan sumber daya manusia aparatur yang berkualitas diperlukan Petunjuk Teknis Model Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi di Lingkungan Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jawa Tengah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pendidikan Dan Pelatihan Provinsi Jawa Tengah tentang Petunjuk Teknis Model Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi di Lingkungan Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jawa Tengah. Mengingat
: 1. 2.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tanggal 15 Januari 2014 tentang Aparatur Sipil Negara; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 198, tambahan Lembaran Negara Nomor 4019); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 7. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Inspektorat dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 7 Seri D Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 13); 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengembangan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah; 10. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 89 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jawa Tengah (Berita Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 89) sebagaimana telah diubah melalui Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 79 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 89 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jawa Tengah (Berita Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 Nomor 79).
MEMUTUSKAN : Menetapkan
: PERATURAN KEPALA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DI LINGKUNGAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI JAWA TENGAH Pasal 1
Petunjuk Teknis Model Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi di Lingkungan Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jawa Tengah sebagaimana tercantum pada Lampiran sebagai bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. Pasal 2 Petunjuk Teknis Model Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi di Lingkungan Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jawa Tengah sebagaimana dimaksud Pasal 1 digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan Model Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi di Lingkungan Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jawa Tengah. Pasal 3 Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Semarang pada tanggal KEPALA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI JAWA TENGAH,
MUHAMAD MASROFI
LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN DIKLAT PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG
: : MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DI LINGKUNGAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI JAWA TENGAH
PETUNJUK TEKNIS MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DI LINGKUNGAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI JAWA TENGAH
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan tujuan diselenggarakannya pembinaan penyelenggaraan pemerintahan melalui pendidikan dan pelatihan (diklat), maka diklat-diklat yang dilaksanakan
untuk
memenuhi
kebutuhan
peningkatan
kompetensi
penyelenggara pemerintahan/aparatur dilaksanakan dalam suatu sistem diklat berbasis kompetensi. Standar kompetensi kerja, sistem diklat kerja/diklat dan sistem sertifikasi merupakan tiga (3) pilar utama sistem pengembangan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM). Ketiga sub sistem tersebut saling terkait satu dengan yang lain, dalam pengertian bahwa jabatan-jabatan sesuai dengan jenjangnya dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) mempunyai profil kompetensi yang terdiri atas unit-unit kompetensi kerja yang tertuang di dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Pengakuan atas unit-unit standar kompetensi kerja dilakukan melalui proses sertifikasi/ uji kompetensi yang dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) atas nama Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Penyelenggaraan diklat tersebut diarahkan antara lain untuk meningkatkan kinerja aparatur sehingga mampu melaksanakan tugas/pekerjaan secara inovatif, kreatif, profesional dan berwawasan global. Upaya peningkatan kinerja 1
tersebut hanya dapat diwujudkan apabila penyelenggara diklat aparatur dan tenaga pengajar/Widyaiswara (WI) mampu mengelola pembelajaran dengan baik mulai dari perencanaan pembelajaran, tujuan pembelajaran, tahapan pembelajaran, metode pembelajaran, evaluasi pembelajaran, sarana pendukung pembelajaran serta lingkungan pembelajaran.
B. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Memberikan acuan bagi penyelenggara diklat dan tenaga pengajar/WI dalam melaksanakan pembelajaran Diklat Berbasis Kompetensi bagi Aparatur/Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkungan Badan Pendidikan dan Pelatihan (Badan Diklat) Provinsi Jawa Tengah. 2. Manfaat Tersusunnya
standar
pelaksanaan
pembelajaran
Diklat
Berbasis
Kompetensi bagi Aparatur/PNS di Lingkungan Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah.
C. Ruang Lingkup Mengatur tentang perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi pembelajaran dalam pelaksanaan Diklat Berbasis Kompetensi bagi Aparatur di Lingkungan Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah.
D. Sasaran Penyelenggara diklat aparatur dan tenaga pengajar/WI di lingkungan Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah.
E. Pengertian-Pengertian 1. Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. 2. Standardisasi kompetensi kerja adalah proses merumuskan, menetapkan dan menerapkan standar kompetensi kerja.
2
3. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah uraian kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja minimal yang harus dimiliki seseorang untuk menduduki jabatan tertentu yang berlaku secara nasional. 4. Kerangka
Kualifikasi
penjenjangan
Nasional
kualifikasi
Indonesia
kompetensi
yang
(KKNI)
adalah
dapat
kerangka
menyandingkan,
menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang diklat kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. 5. Elemen kompetensi adalah merupakan elemen dasar dari suatu unit kompetensi. Elemen menjelaskan tugas-tugas yang lebih rinci yang membentuk fungsi yang lebih luas dari suatu pekerjaan yang dijabarkan pada unit. 6. Kriteria Unjuk Kerja (KUK) adalah pernyataan (berhubungan dengan evaluasi) yang menentukan apa yang dinilai dan level unjuk kerja yang diinginkan. Kriteria unjuk kerja memberikan kegiatan, keterampilan dan pemahaman yang memberikan bukti penguasaan unjuk kerja untuk setiap elemen kompetensi. 7. Kompetensi kunci adalah pekerjaan yang berhubungan dengan kompetensi dengan kompetensi umum yang sangat penting dalam partisipasi efektif di tempat kerja. 8. Diklat Berbasis Kompetensi (yang selanjutnya disebut DBK) adalah proses diklat yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu di mana materi, metode dan fasilitas diklat serta lingkungan diklat yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja. 9. Peserta diklat adalah angkatan kerja yang telah memenuhi persyaratan teknis dan administrasi untuk mengikuti diklat tertentu dengan program diklat berbasis kompetensi. 10. Menganalisis adalah menyelidiki dengan menguraikan bagian-bagiannya. 11. Program diklat adalah suatu rumusan tertulis yang memuat secara sistematis tentang pemaketan unit-unit kompetensi sesuai dengan area kompetensi
jabatan
pada
area
pekerjaan
penyelenggaraan Diklat Berbasis Kompetensi.
3
sebagai
acuan
dalam
12. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. 13. Sarana pendukung pembelajaran adalah segala sesuatu (alat, media) yang digunakan untuk mendukung dalam mencapai tujuan pembelajaran. 14. Sesi pembelajaran adalah jumlah tatap muka yang dilaksanakan oleh seorang WI dalam memfasilitasi pembelajaran untuk suatu topik atau materi tertentu. 15. Analisis materi pembelajaran adalah telaahan yang dilakukan terhadap silabus diklat dalam rangka menetapkan metode, sumber belajar, media pembelajaran dan alokasi waktu pembelajaran untuk tiap topik pembelajaran. 16. Tahapan penyajian materi pembelajaran adalah susunan sub topik pembelajaran dari suatu topik pembelajaran yang dibuat secara berurutan agar memudahkan proses pembelajaran dapat dilaksanakan oleh WI ataupun penerimaaannya
oleh
peserta.
Bentuk
tahapan
penyajian
materi
pembelajaran ini dapat dibuat dalam bentuk diagram alir. 17. Pembelajaran adalah suatu proses terjadinya interaksi antara peserta diklat dan WI dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan waktu tertentu pula. 18. Tahapan
pembelajaran
adalah
langkah-langkah
penyajian
materi
pembelajaran yang dilaksanakan WI agar proses pembelajaran dan transformasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. 19. Kualifikasi jabatan adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan jabatan (job performance requirements) yang diperoleh dari analisis jabatan. 20. Analisis jabatan adalah proses pengumpulan fakta, data, dan keterangan pekerjaan, mengolahnya dan menyajikan dalam bentuk gambaran jabatan yang tersusun secara sistematis, akurat, dan jelas.
F. Sistematika Adapun sistematika dalam Juknis ini adalah: BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang; B. Tujuan dan Manfaat; 4
C. Ruang Lingkup; D. Sasaran; E. Pengertian-pengertian; F. Sistematika. BAB II PERENCANAAN PEMBELAJARAN BAB III PELAKSANAAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran; B. Materi Pembelajaran; C. Tahapan Penyajian; D. Metode Pembelajaran; E. Sarana Pembelajaran; F. Lingkungan Pembelajaran. BAB IV EVALUASI PEMBELAJARAN A. Menetapkan Metode Evaluasi; B. Menangani Hasil Evaluasi Pembelajaran. BAB V PENUTUP
5
BAB II PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Perencanaan pembelajaran merupakan suatu proses yang harus dilakukan oleh seorang WI sebelum melaksanakan proses latih-melatih (delivery training). Satu aspek penting dalam proses latih-melatih yang efektif adalah apabila seorang WI memiliki rencana (plan) apa yang harus dan diharapkan, dilakukan atau terjadi di kelas ketika melaksanakan proses tersebut. Suatu rencana pembelajaran yang baik merupakan panduan bagi WI dalam melaksanakan kegiatan melatih dan juga menjadi skenario bagi peserta diklat dalam melaksanakan kegiatan berlatih. Menyusun rencana pembelajaran mencakup aspek menetapkan tujuan yang realistik, menetapkan tahapan penyampaian materi diklat, bagaimana memanfaatkan materi diklat (buku teks, buku informasi, dan materi lainnya), mengembangkan aktivitas yang yang akan menghidupkan aktivitas latihmelatih, dan mengorganisir peralatan serta fasilititas diklat lainnya. Apabila seorang WI diperintahkan untuk mengajar suatu materi diklat, maka langkah pertama apakah yang harus dilakukannya dalam rangka mempersiapkan diri? Tentunya mengumpulkan informasi tentang diklat tersebut mulai dari: • Peserta diklat; • Program diklat; • Sarana dan fasilitas. Latar belakang peserta, kemampuan dan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya, serta pendidikan dan diklat yang pernah diikuti sebelumnya merupakan informasi penting yang dapat diperoleh dari peserta diklat. Sarana dan fasilitas yang disediakan, jadwal, serta lokasi di mana diklat dilaksanakan dapat diketahui dari pihak penyelenggara yang menangani sarana dan fasilitas. Informasi tujuan, isi materi, metode diklat dapat diperoleh dari program diklat (atau standar kompetensi). Berdasarkan informasi tersebut maka WI melakukan perencanaan penyajian materi pembelajaran, yang dilaksanakan berdasarkan tahapan: • Merancang sesi pembelajaran;
6
• Mempersiapkan bahan/perlengkapan pembelajaran dan media yang digunakan, dan diakhiri dengan tahapan pembelajaran; • Mengorganisasikan lingkungan pembelajaran sesuai dengan situasi pembelajaran. Apabila Diklat Berbasis Kompetensi diawali dengan persiapan perencanaan yang matang, maka materi yang disampaikan tidak akan menyimpang dari program diklat (Standar kompetensi), penyajiannya akan lebih terstruktur dan sistematis, sehingga pelaksanaan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Rencana pembelajaran tersebut biasanya dituangkan ke dalam Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) dan Satuan Acara Pembelajaran (SAP)/ Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat (RBPMD) dan Rencana Pembelajaran (RP).
7
BAB III PELAKSANAAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran 1. Tujuan Umum Diklat Tujuan umum diklat menggambarkan suatu pencapaian apa yang diharapkan dan perubahan yang akan terjadi pada peserta diklat. Tujuan umum diklat menggambarkan hasil yang diinginkan, yaitu kinerja peserta diklat yang dapat diukur setelah menyelesaikan program diklat. Tujuan umum diklat adalah satu atau beberapa kompetensi umum (general) yang diharapkan dapat dicapai peserta setelah selesai mengikuti diklat.
Isi
kompetensi
umum
dalam
tujuan
umum
diklat
meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berkaitan dengan tugas yang diharapkan dan dimiliki setelah menyelesaikan diklat. Pada dasarnya fungsi tujuan diklat adalah: Sebagai sesuatu yang akan dicapai; Kriteria untuk mengukur keberhasilan atau kegiatan diklat. Sedangkan manfaat tujuan diklat adalah : Landasan untuk mengembangkan pertanyaan; Alat untuk evaluasi program dan bahan diklat; Alat untuk menentukan metode penyampaian, isi, garis besar dan urutan, serta tipe media yang digunakan; Alat bantu bagi peserta untuk mengarahkan perhatiannya kepada hasilhasil diklat dan perilaku yang diharapkan. Tujuan umum diklat adalah abstraksi yang menggambarkan cakupan kompetensi yang harus dicapai peserta diklat sampai dengan akhir proses diklat kerja, dengan demikian unsur-unsur yang terkandung dalam tujuan umum diklat meliputi: a. Adanya subjek belajar (peserta); 8
b. Ada pernyataan ingin dicapai; (Contoh: ” kompeten ...........”) c. Ada kata kerja aktif seperti: menyusun, mengelola, menggunakan.....dan seterusnya; d. Adanya objek yang dipelajari; e. Menguraikan
cakupan
diklat
yang
menggambarkan
kesenjangan
kemampuan (lack of skill); f. Merupakan kalimat yang menggambarkan keseluruhan tujuan diklat; g. Menggambarkan uraian ringkas jabatan/pekerjaan; h. Memenuhi kriteria kemampuan, kondisi, dan standar. Dari uraian tersebut di atas disimpulkan bahwa tujuan umum diklat (goal), digunakan lebih terarah pada suatu program. Contoh: Tujuan umum: Setelah selesai mengikuti diklat, peserta kompeten menetapkan calon peserta yang
tepat,
merancang
media
pembelajaran
dalam
bentuk
audio
visual/multimedia, dan mengelola sarana pendukung pembelajaran sesuai dengan ketentuan, serta mengevaluasi pendanaan program diklat yang efisien dan efektif.
2. Tujuan Khusus Diklat Tujuan
khusus
(Objective)
merupakan
pelaksanaan
(perilaku)
seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan khusus (Objective) lebih bersifat khusus mengarah kepada perilaku yang secara langsung dapat dilihat, diamati, didengar dan diukur serta dapat secara langsung dinilai. Tujuan khusus suatu program diklat berisi kompetensi khusus sebagai jabaran dari kompetensi umum, dengan cara sebagai berikut: 1. Menjabarkan kompetensi umum yang ada di dalam tujuan diklat umum menjadi satu set kompetensi khusus dengan mempergunakan analisis kompetensi atau analisis umum (goal analysis). 2. Mengidentifikasi
dan
memberi
tanda
kompetensi
khusus
yang
diperkirakan sudah dikuasai oleh calon peserta. 3. Merumuskan tujuan khusus yang berisi kompetensi yang belum dikuasai oleh calon peserta.
9
Untuk mencapai tujuan umum tersebut, maka unit kompetensi yang ditempuh yang ada dalam SKKNI adalah:
Tujuan khusus: Unit kompetensi yang ditempuh: 1. PLK.MP01.005.01
Menilai Kebutuhan Latihan dalam Organisasi
2. PLK.MP01.006.01
Mengelola Bahan Diklat
3. PLK.MP01.007.01
Mengelola Peralatan Diklat
4. PLK.MP02.001.01
Memilih Sumber Daya Diklat untuk Penyusunan Program Diklat
5. PLK.MP02.005.01
Merancang
Pembuatan
Sarana
Pendukung
Pembelajaran 6. PLK.MP02.012.01
Mengevaluasi Pelaksanaan Program Diklat
Berdasarkan uraian tujuan khusus tersebut di atas bahwa pada dasarnya tujuan khusus merupakan jabaran dari tujuan umum yang berisi kompetensi (unit-unit kompetensi) yang akan ditempuh dan berkaitan dengan bagian dari program diklat, yang sering disebut dengan tujuan diklat khusus yang mencerminkan mata latihan.
B. Materi Pembelajaran Materi diklat harus dirancang menurut prinsip-prinsip belajar dengan urutan yang tepat yaitu: • Dari materi yang mudah menuju materi yang mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi; • Dari materi yang bersifat “harus yang dikuasai (must know)” menuju materi yang bersifat “sebaiknya diketahui (nice to know)”; • Dari materi yang sederhana menuju materi yang kompleks; • Dari materi yang nyata menuju materi yang abstrak; • Dari materi yang menyeluruh menuju materi yang rinci sehingga dapat diambil kesimpulan.
10
C. Tahapan Penyajian Penyusunan Struktur Tahapan Materi Pembelajaran dilakukan untuk mendapatkan tahapan pembelajaran yang akan dilakukan, topik apa saja yang harus didahulukan (topik pra syarat), topik mana yang belakangan, atau topik apa saja yang tidak merupakan pra syarat untuk topik lain. Penyusunan struktur tahapan materi pembelajaran dapat dilakukan dengan mengurutkan isi/konten pembelajaran. Biasanya terlebih dahulu dilakukan penyajian materi teori kemudian latihan atau prakteknya. Waktu melatih/mengajar materi diklat diajarkan secara bertahap yang biasa digunakan adalah ”Pola Empat (4) Tahap dalam Mengajar” (The four step pattern of instruction) atau juga disebut ”The Standard Herbartian Lesson”. Pola ini terdiri atas empat (4) tahap secara berurutan, yaitu: 1. Tahap Pendahuluan (Introduction/Preparation) Tahap pendahuluan meliputi: a. Mengkondisikan peserta (perkenalan, berdoa, presensi); b. Menyampaikan tujuan dan skenario pembelajaran; c. Memotivasi peserta dengan ice breaking. 2. Tahap Penyajian Apabila peserta diklat telah benar-benar siap menerima materi diklat, barulah WI menyajikan isi pelajaran. Penyampaian isi pelajaran, baik teori maupun praktek merupakan tahap penyajian. WI menjelaskan dengan metode yang tepat. Kegiatan ini dapat berupa: a. Menjelaskan; b. Melukiskan/menggambarkan; c. Mendemonstrasikan; d. Bertanya. 3. Tahap Aplikasi Pada
tahap
ini
peserta
diberi
kesempatan
untuk
memperoleh
pengalaman dengan melakukan sendiri apa yang sudah diajarkan. Aplikasi dilaksanakan dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan materi diklat. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap aplikasi adalah: a. Untuk pelajaran teori Dilakukan dengan memberikan tugas-tugas, pertanyaan-pertanyaan yang harus dikerjakan/dijawab, baik secara lisan maupun tulisan. 11
Widyaiswara membetulkan jawaban yang salah, memberikan penguatan terhadap jawaban yang benar dan memberikan pujian. Bila peserta tidak dapat menjawab atau jawabannya kurang tepat, jangan memojokkan peserta karena akan menurunkan semangatnya. Waktu peserta sudah menjawab, jangan buru-buru dikomentari, tetapi buatlah suasana persaingan dengan cara menanyakan pendapat peserta lain terhadap jawaban peserta terdahulu. b. Untuk pelajaran praktek Sebelum dimulai tekankan kepada peserta tentang keselamatan kerja dan kunci kerja yang harus diperhatikan; Atur tempat kerja setiap peserta agar tidak saling terganggu; Tunjukkan/bagikan/tentukan bahan dan alat yang akan digunakan oleh setiap peserta diklat; Bagikan lembaran kerja (job sheet) bila itu diperlukan; Lakukan pengawasan yang seksama; Berikan bantuan bila diperlukan saja, jangan pilih kasih; Bila peserta melakukan langkah yang salah, segera hentikan dan betulkan; Bila diperlukan, demonstrasikan atau jelaskan kembali.
4. Tahap Evaluasi Berkaitan dengan diklat berbasis kompetensi, penilaian/evaluasi adalah proses pengumpulan bukti kompetensi sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Jadi, evaluasi diklat adalah suatu pengumpulan dan penafsiran informasi yang berkesinambungan dalam proses diklat agar dapat diambil suatu keputusan. Tahap evaluasi merupakan tahap yang sangat membantu, baik untuk WI maupun peserta dalam penentuan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Evaluasi merupakan alat ukur dari proses belajar. Untuk itu, WI hendaknya tidak terlalu menekankan kepada peserta terhadap berhasil atau tidaknya, tetapi lebih pada proses capaian sudah sejauh mana sehingga peserta sendiri yang akan menilai dirinya tentang keberhasilan tersebut. Karena pentingnya tahap evaluasi, maka akan dijelaskan dalam Bab tersendiri.
12
Dalam
kegiatan
belajar,
orang
dewasa
mampu
berpartisipasi
berdasarkan pengalamannya. Mereka dapat menjadi sumber yang kaya untuk belajar. Belajar sesuatu yang baru bagi mereka mempunyai kecenderungan mengambil makna dari pengalamannya yang lama. Implikasi praktis dalam proses pembelajaran orang dewasa adalah bahwa mereka perlu dilibatkan untuk berperan sebagai nara sumber. Pengenalan konsepkonsep baru dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari akan lebih tepat apabila dijelaskan melalui pengalaman mereka sendiri (experiential learning). Oleh karena itu dalam tahapan penyajian dapat dipergunakan pula Daur Belajar Mengalami atau Experiencing Learning Cycle (ELC) yaitu:
Daur Belajar Mengalami (Experiencing Learning Cycle/ELC)
CLIMATE SETTING GOAL CLARIFICATION EXPERIENCING APPLYING
PROCESSING
GENERALIZING
D. Metode Pembelajaran Dalam melaksanakan tugasnya sebagai WI, salah satu yang harus dikuasai adalah memilih dan menerapkan metode melatih. Ada pun macam-macam metode melatih adalah sebagai berikut: 1. Metode Melatih yang Berpusat pada Widyaiswara a. Ceramah 13
Ceramah
adalah
metode
menyajikan/menyampaikan
informasi
melatih kepada
dengan
peserta
cara
diklat
melalui
penggunaan kata-kata, isyarat, ekspresi wajah dan nada suara saja. b. Ceramah Bergambar Ceramah bergambar adalah metode melatih dengan cara menyajikan informasi melalui penjelasan dan tampilan benda atau ilustrasi kepada peserta diklat sehingga kata-kata yang digunakan menjadi jelas dan mudah dimengerti. c. Demonstrasi Demonstrasi adalah metode melatih dengan cara menyampaikan informasi melalui penggunaan model/benda asli. Widyaiswara menjelaskan apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya, mengapa dilakukan, kapan dan di mana dilakukan. Waktu menggunakan metode demonstrasi ini sering
dikombinasikan
dengan
metode
lainnya,
misalnya
ceramah
bergambar, tanya-jawab, dan sebagainya. 2. Metode Melatih Berpusat pada Peserta Diklat a. Tanya jawab Tanya jawab adalah metode melatih dengan cara menugaskan peserta diklat melengkapi materi diklat yang telah dipelajari dengan memberikan jawaban dengan lisan atau tindakan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
secara
langsung
oleh
WI
dan
sebaliknya.
Pada
waktu
menggunakan metode ini sering dikombinasikan dengan metode lainnya, misalnya metode ceramah bergambar, dan sebagainya. b. Diskusi Diskusi adalah metode melatih dengan cara menyampaikan topik tertentu sesuai dengan materi diklat yang sudah diajarkan melalui pembahasan lebih dalam kelompok-kelompok peserta diklat. Peran WI terbatas pada pemilihan topik, mengawasi dan menjaga agar diskusi tetap pada materi dan merangsang seluruh peserta berperan aktif. c. Praktek Praktek adalah metode melatih yang memberikan kemungkinan pada peserta untuk menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari guna meningkatkan kemampuannya secara utuh dalam kompetensi.
14
E. Sarana Pembelajaran Sarana pembelajaran yang disiapkan digunakan untuk memfasilitasi peserta belajar, menjadi sesuatu yang sangat signifikan penyediaannya agar proses pembelajaran semakin efektif, dan kualitas hasil belajar akan semakin meningkat. Terkait dengan itu, WI dan penyelenggara diklat harus kreatif dalam mempersiapkan sarana pembelajaran tersebut sehingga mampu mengantarkan peserta diklat untuk memiliki kompetensi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran sering ditemukan bahwa WI merupakan satusatunya sumber belajar di kelas. Situasi ini kurang menunjang kualitas pengajaran sehingga hasil belajar kurang dicapai secara optimal. Jadi, harus disediakan sumber belajar yang lain seperti buku, alat peraga, dan lain sebagainya. Sarana pembelajaran tersebut meliputi: 1. Perangkat Lunak (Software) Perangkat lunak merupakan sarana pembelajaran yang umumnya digunakan dalam mengisi kompetensi melalui aspek kognitif yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar melakukan keterampilan yang di dalamnya melekat sikap kerja yang harus dilakukan. Dalam Diklat Berbasis Kompetensi, perangkat lunak ini terutama modul diklat yang terdiri atas tiga (3) buku, yaitu buku informasi, buku kerja, dan buku penilaian. Semakin komunikatif modul diklat maka semakin mudah peserta diklat melakukan proses belajar. 2. Perangkat Keras (Hardware) Perangkat keras meliputi ruangan belajar, peralatan diklat, baik yang berupa mesin maupun peralatan lainnya. a. Ruangan Belajar Ruangan belajar harus disiapkan untuk kebutuhan belajar, baik dari ukuran luas yang disesuaikan dengan banyaknya peserta diklat dalam kelas, maupun dari penataan ruangan yang menunjang efisiensi dan efektivitas dalam proses pembelajaran. Tata letak ruangan kelas diatur agar interaksi di dalam kelas lancar dengan ruang gerak yang nyaman. Hal ini bisa terjadi kalau diatur sebagai berikut: -
Setiap orang mendapatkan satu meja belajar dengan ukuran 70 cm X 90 cm; 15
-
Jarak antar meja diasumsikan tebal badan orang 40 cm sehingga masih bisa berpapasan dengan berjalan miring, sementara lebar lorong 120 cm diasumsikan lebar badan orang 60 cm sehingga masih bisa berjalan berpapasan. Ruangan Belajar terdiri atas: 1) Ruangan Teori Kesiapan ruangan teori disesuaikan dengan banyaknya peserta diklat. Kesiapan ruangan teori meliputi: −
Meja dan kursi belajar sebanyak peserta dengan kondisi layak pakai;
−
Penerangan memadai untuk belajar yang pancaran cahayanya merata ke seluruh ruangan;
−
Sirkulasi aliran udara atau suhu udara ruangan ber-AC memadai kebutuhan kenyamanan (tidak gerah);
−
Tidak terganggu kebisingan;
−
Warna dinding menunjang untuk belajar;
−
Media presentasi seperti LCD, Komputer dan layar tersedia;
−
Ruangan bersih dan rapi.
2) Ruangan Praktek −
Peralatan/mesin praktek siap digunakan dan berfungsi baik sebanyak peserta diklat;
−
Peralatan Keselamatan, dan Kesehatan Kerja (K3) tersedia;
−
Bahan praktek tersedia sebanyak peserta diklat;
−
Penerangan cukup memadai dalam ruangan praktek;
−
Ruangan dalam kondisi bersih dan rapi.
b. Peralatan Diklat Peralatan diklat adalah seluruh peralatan yang diperlukan dan digunakan untuk pelaksanaan suatu diklat kerja. Peralatan diklat adalah salah satu komponen diklat, yang memegang peranan yang penting untuk tercapainya tujuan diklat berbasis kompetensi. Secara umum peralatan diklat dibutuhkan untuk melatih peserta diklat dalam melakukan suatu pekerjaan/tugas sesuai dengan tuntutan kompetensi yang sedang dipelajari atau dilatihkan. Untuk itu, agar peserta dapat 16
melakukan tugas dengan baik dan lancar, maka peralatan diklat disediakan satu alat untuk satu orang peserta diklat kecuali untuk peralatan yang digunakan untuk pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan sendiri. c. Mesin Pada waktu menempuh diklat untuk mencapai kompetensi sesuai dengan tuntutan unit kompetensi yang sedang dipelajari yang mengharuskan peserta diklat menggunakan mesin sebagai peralatan diklat. Seperti halnya peralatan diklat yang lain, mesin yang digunakan juga harus selalu dalam keadaan siap digunakan dalam keadaan berfungsi
dengan
baik
agar
peserta
diklat
tidak
mengalami
kendala/hambatan pada saat melaksanakan tugas/instruksi dari WI. Agar peserta diklat dapat melaksanakan tugasnya dengan lancar dan benar, di samping mesin dalam keadaan berfungsi dengan baik, terlebih dahulu peserta harus diuji pengetahuannya (teori) tentang pedoman/cara/langkah-langkah penggunaan mesin tersebut termasuk mengenai kunci kerja dan keselamatan kerja. Apabila peserta berdasarkan hasil ujinya dinyatakan kompeten (semua materi tes dijawab dengan benar karena materi ini termasuk aspek kritis sehingga penguasaannya harus 100%), peserta baru boleh menggunakan mesin tersebut. Sebab kalau tidak demikian, maka kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. d. Bahan Diklat Bahan diklat yang digunakan dalam proses pembelajaran (diklat) mencakup dua (2) kelompok bahan, yaitu bahan untuk proses pembelajaran pengetahuan/teori dan bahan untuk proses pembelajaran keterampilan/praktek. Untuk kepentingan teori, bahan disediakan untuk setiap orang peserta diklat dengan diberi kelebihan persediaan apabila peserta melakukan kesalahan sehingga harus mengulang. Sedangkan untuk kepentingan praktek, persediaan bahan praktek diperhitungkan sampai peserta melakukan tiga (3) kali praktek (1X mencoba, 1X melakukan sendiri masih dengan bimbingan WI, 1X melakukan sendiri tanpa
17
bimbingan WI). Jadi, jangan sampai terjadi kehabisan bahan diklat untuk proses pembelajaran. 3. Perangkat Mengajar (Teachware) Perangkat mengajar/alat bantu mengajar meliputi alat peraga dan media pembelajaran yang merupakan sumber belajar bagi peserta diklat. Peranan media dan alat peraga pembelajaran menjadi sangat penting untuk memperkuat akurasi penyampaian pesan-pesan dalam proses pembelajaran. Dengan adanya media yang digunakan akan memudahkan peserta diklat dalam belajar, bukan hanya mendengar saja penjelasan WI. Berdasarkan uraian di atas, media dan alat peraga pembelajaran dapat membantu mempermudah proses pemahaman peserta diklat terhadap materi diklat, dan menjadi sesuatu yang sangat signifikan penyediaannya oleh WI agar proses pembelajaran semakin efektif, dan kualitas hasil belajar akan semakin
meningkat.
Terkait
dengan
itu,
WI
harus
kreatif
dalam
mempersiapkan media dan alat peraga pembelajaran sehingga mampu mengantarkan peserta diklatnya memiliki kompetensi sesuai dengan tujuan pembelajaran. a. Media Pembelajaran Mengapa informasi dalam bentuk audio dan visual sangat penting dalam proses pembelajaran karena menurut prinsip pembelajaran bahwa makin banyak indera yang dilibatkan akan membawa hasil lebih baik. Pada umumnya media dapat digolongkan menjadi tiga (3) yaitu: 1) Media Audio; 2) Media Visual; 3) Media Audio Visual. b. Alat Peraga Alat peraga pembelajaran mempunyai kegunaan yang spesifik. Ada tiga (3) macam alat peraga, yaitu: 1) Benda yang sebenarnya (unmodified real thing) adalah benda sebagaimana adanya, tanpa perubahan, kecuali hanya dipindahkan dari tempat aslinya. Sayangnya benda asli ini tidak selalu dapat dihadirkan/digunakan kapan saja dan di mana saja saat dibutuhkan karena ukurannya atau karakteristik lainnya.
18
2) Benda yang sudah dimodifikasi (modified real thing) adalah benda asli yang sudah dimodifikasi, seperti replika, imitasi/tiruan (mock-up), miniatur, dan potongan-potongan (cutaway). Mock up adalah benda asli yang disederhanakan yang dibuat hanya bagian yang penting diperlukan, tidak seutuhnya. Mock up sangat efektif untuk belajar karena di samping dapat mengkongkritkan yang abstrak, juga menarik perhatian. Contoh Mock up, seperti drive trainer, sistem bahan bakar bensin. Miniatur adalah suatu model hasil penyederhanaan suatu realitas, tetapi tidak menunjukkan suatu proses. Miniatur ini mengandung informasi detail tentang model tersebut secara tiga (3) dimensi. Diorama adalah pemandangan tiga (3) dimensi dalam ukuran kecil untuk memperagakan atau menjelaskan suatu keadaan atau fenomena yang menunjukkan aktivitas. Dalam diorama terdapat benda-benda tiga (3) dimensi dalam ukuran kecil pula. Cutaway adalah benda asli yang dimodifikasi melalui potongan penampang untuk memperlihatkan yang tersembunyi, yang bergerak yang statis. Contohnya seperti penampang mesin mobil, tubuh manusia. 3) Spesimen, sering juga disebut sampel adalah benda asli yang digunakan.
F. Lingkungan Pembelajaran 1. Lingkungan Proses pembelajaran selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pembelajaran. Lingkungan ini mencakup: a. Lingkungan Fisik Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia yang merupakan tempat dan sekaligus memberikan dukungan dan kadang-kadang juga hambatan bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Lingkungan fisik ini berupa sarana dan prasarana yang digunakan. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, baik secara kuantitas maupun kualitas, akan sangat mendukung berlangsungnya pembelajaran yang efektif. 19
b. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial merupakan lingkungan pergaulan antar manusia, terutama antara WI dan peserta diklat. Interaksi dalam proses pembelajaran
dipengaruhi
oleh
karakteristik
pribadi
dan
corak
pergaulan mereka termasuk dengan manusia lainnya yang terlibat dalam proses pembelajaran tersebut. Karakteristik setiap orang berbeda-beda, baik selaku individu maupun sebagai anggota kelompok. Karakteristik ini meliputi karakteristik fisik dan karakteristik psikis. Karakteristik fisik seperti tinggi dan berat badan, nada suara, roman muka, gerak-gerik, dan lain-lain. Karaterisitik psikis seperti sabar, temperamental, jujur, setia, kemampuan intelektual (cerdas, bodoh), kemampuan psikomotorik (cekatan, terampil). c. Lingkungan Intelektual Lingkungan intelektual merupakan kondisi dan iklim sekitar yang mendukung pengembangan kemampuan berpikir, seperti perangkat lunak (modul diklat), perangkat keras (alat peraga, peralatan diklat), dan aktivitas-aktivitas pengembangan dan penerapan kemampuan berpikir. d. Lingkungan Nilai-nilai Lingkungan nilai merupakan tata kehidupan nilai, baik nilai kemasyarakatan, ekonomi, sosial, politik, estetika, etika maupun nilai keagamaan yang hidup dan dianut dalam suatu daerah atau kelompok tertentu.
2. Analisis Peserta Diklat a.Kondisi Peserta Diklat Secara Psikologis Psikologi Diklat sangat bermanfaat untuk melakukan suatu kegiatan mendidik dan melatih, karena Psikologi merupakan ilmu yang berusaha memahami manusia dengan tujuannya untuk dapat memanfaatkan ilmu tersebut lebih tepat, guna mencapai keberhasilan dalam proses belajar/berlatih. Ruang lingkup Psikologi Diklat: -
Sampai sejauh mana faktor-faktor pembawaan dan lingkungan berpengaruh terhadap belajar;
20
-
Sifat-sifat dari proses belajar;
-
Hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar;
-
Signifikansi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan keterbatasan belajar;
-
Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi selama proses belajar;
-
Hubungan antara prosedur-prosedur melatih dengan hasil berlatih;
-
Teknik-teknik yang sangat efektif bagi penilaian kemajuan dalam berlatih;
-
Pengaruh/akibat relatif dari diklat formal dibandingkan dengan pengalaman berlatih yang insidental dan informasi terhadap suatu individu;
-
Nilai/manfaat sikap ilmiah terhadap diklat bagi personil lembaga diklat;
-
Akibat/pengaruh psikologis yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi sosiologis terhadap sikap peserta diklat.
b. Faktor-faktor Penyebab Perbedaan Individu 1) Kemampuan Mental Dengan adanya perbedaan dalam kemampuan mental, maka ada beberapa peserta diklat mempelajari aspek-aspek diklat tertentu lebih mudah daripada peserta lain, ada beberapa peserta lebih mampu mempelajari jenis pengetahuan/keterampilan dari pada peserta lain. 2) Kondisi Fisik Peserta diklat berbeda dalam: •
Ukuran fisik (gemuk, kurus, tinggi, pendek);
•
Karakteristik fisik (kecekatan tangan, koordinasi mata dan tangan, ketangkasan, kegesitan);
•
Kesehatan (sehat, sakit);
•
Persepsi indera (kemampuan indera menerima rangsangan);
•
Umur dan jenis kelamin. Perbedaan ukuran dan karakteristik fisik mempengaruhi kecepatan
otot mempelajari keterampilan baru. Kesehatan sering mempengaruhi sikap mental dan emosi untuk belajar. Perbedaan persepsi indera
21
mempengaruhi bagaimana cara peserta melihat, mendengar, meraba, merasa atau mencium aspek-aspek apa yang dikerjakan. 3) Lingkungan Lingkungan banyak mempengaruhi pengalaman peserta diklat di masa lalu dan pengaruh lingkungan tersebut akan terlihat dalam diklat. Banyak peserta diklat, karena pengalamannya dipengaruhi lingkungan mereka,
mengakibatkan
alat/perlengkapan.
mereka
Namun
sangat
demikian,
terampil peserta
menggunakan yang
belum
berpengalaman tadi ada kemungkinan mempunyai bakat untuk keterampilan yang berkembang sehingga mahir/terampil pada akhir diklat. 4) Latar Belakang Sosial-Budaya Perbedaan latar belakang kebudayaan menunjukkan perbedaan pada nilai-nilai budaya kelompok. Nilai-nilai ini mungkin dipengaruhi oleh keadaan sosial dan kesukuannya. Perbedaan kebiasaan makan dan sikap terhadap pekerjaan, belajar, disiplin, ketepatan waktu, kehadiran dan lain-lain dapat berasal dari pengaruh kebudayaan. 5) Keadaan Emosional Peserta diklat adalah manusia dan sebagai manusia mempunyai perasaan. Peserta diklat akan berbeda dalam cara mengendalikan perasaan, dalam hubungan mereka antara satu dengan yang lainnya. Beberapa peserta akan lebih bersahabat dari yang lain, beberapa peserta akan terlihat agresif, beberapa peserta akan lebih lucu/riang dari yang lain.
3. Analisis Widyaiswara Dalam diklat, proses belajar direncanakan dan dilaksanakan serta disesuaikan dengan tujuan diklat. Mengajar merupakan proses pemberian bantuan kepada peserta diklat dalam belajar. Mengajar bukanlah sekedar menjelaskan, menunjukkan atau memberi instruksi, melainkan membantu peserta diklat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, waktu mengajar WI harus fokus kepada peserta diklat. WI harus mengenal peserta diklat agar ia dapat mengetahui kemampuan
22
setiap peserta diklat sehingga akan lebih meningkatkan efektifitas dalam mengajar. Jadi, seorang WI harus menguasai bidang keahliannya dan mampu mentransfer keahliannya kepada peserta diklat. Di samping itu, seorang WI harus memiliki sikap mental yang baik sehingga berpengaruh positif dalam proses
pembelajaran.
Cara
WI
mengembangkan
pengajaran,
cara
berbicara, cara bertindak, dan cara bersikap sangat mempengaruhi kesuksesan peserta diklat dalam belajar. Keteladanan adalah hal yang dominan dalam proses pembelajaran agar peserta diklat bersikap ”ada yang diharapkan”. Widyaiswara mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk meletakkan pondasi sebagai dasar pengembangan karier peserta diklat. Widyaiswara dalam melaksanakan tugas pokoknya (mengajar) mampu menilai diri sendiri melalui peserta diklat, apakah dia termasuk WI yang diidam-idamkan atau tidak. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua (2) faktor utama, yaitu: a. Faktor Internal Individu Peserta Diklat 1) Kemampuan peserta diklat dalam menyerap materi diklat; 2) Motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis; 3) Waktu yang tersedia. b. Kualitas Pembelajaran 1) Kualitas WI Hubungan
antara
kemampuan
yang
dimiliki
WI
dengan
keberhasilan belajar adalah: •
Kemampuan mentransfer memberikan kontribusi keberhasilan belajar 32,43 %.
•
Penguasaan materi pembelajaran memberikan kontribusi 32,58 %.
•
Sikap WI memberikan kontribusi 8,6 %.
2) Banyaknya Peserta Diklat Rasio ideal yang digunakan dalam diklat antara WI dan peserta diklat: •
1 : 16 untuk penyampaian materi di kelas (teori);
23
•
2 : 16 untuk pembelajaran praktek.
3) Suasana Belajar Suasana belajar yang demokratis akan memberi peluang mencapai hasil belajar yang optimal dibandingkan dengan suasana belajar yang kaku, disiplin ketat. Suasana belajar yang demokratis memberikan kebebasan peserta belajar, mengajukan pendapat, berdialog dengan WI dan teman sekelas.
4) Fasilitas dan Sumber Belajar yang Tersedia Sering ditemukan bahwa WI merupakan satu-satunya sumber belajar di kelas. Situasi ini kurang menunjang kualitas pengajaran sehingga hasil belajar kurang dicapai secara optimal. Jadi, harus disediakan sumber belajar yang lain seperti buku, alat peraga, dan lain-lain.
24
BAB IV EVALUASI PEMBELAJARAN Seorang WI tentunya mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah materi yang disampaikannya sudah dikuasai oleh peserta diklat atau belum. Karena pelaksanaan penilaian nantinya melalui proses pengukuran, maka tujuan yang ditetapkan harus dapat diukur terhadap materi diklat, baik materi teori maupun praktek. Dalam diklat berbasis kompetensi, silabus yang disusun memudahkan WI untuk merumuskan tujuan evaluasi ini karena dalam silabus tersebut tercantum pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk setiap elemen kompetensinya termasuk cakupan luasnya yang akan diukur. A. Menetapkan Metode Penilaian Sebelum menetapkan metode penilaian yang akan digunakan, terlebih dahulu harus mengetahui macam-macam metode penilaian peserta diklat. Macam-macam metode penilaian yang digunakan dalam diklat berbasis kompetensi, antara lain: 1. Metode Penilaian Pengetahuan a. Tes Tertulis; b. Tes Lisan/Wawancara. 2. Metode Penilaian Praktek a. Tes Simulasi; b. Aktivitas Praktek. 3. Metode Penilaian Sikap a. Observasi.
25
Untuk lebih memperjelas penerapan metode penilaian di atas dapat dilihat diagram evaluasi berikut:
METODE PENILAIAN
EVALUASI KETERAMPILAN
PENGETAHUAN
TES
TES
NON TES
A. LISAN
TES
A. OBSERVASI
B. TERTULIS 1. OBJEKTIF TES a. TF b. Multiple Choice c. Matching d. Completetion 2. SUBJEKTIF TES a. Short Answer b. Essay C. PRAKTIKUM 1. PRODUK TRAINING 2. SIMULASI
SIKAP
B. PRAKTIKUM 1. REAL ON THE JOB 2. SIMULASI C. PORTO FOLIO D. PRODUK
26
NON TES
B. Menangani Hasil Penilaian Pembelajaran Proses pemberian nilai merupakan suatu proses membandingkan skor dengan acuan yang dipakai, yang hasilnya bisa berupa nilai dengan skala, misalnya 0 – 4, 0 – 10, atau A – E. Nilai tersebut mengandung pengertian baik – tidak baik, lulus – tidak lulus, kompeten – belum kompeten, dan sebagainya. Oleh karena maknanya sangat berpengaruh sekali terhadap nasib seseorang, maka proses pemberian nilai haruslah dilakukan dengan hati-hati dan seksama. Hal-hal yang harus dilakukan untuk menangani hasil penilaian adalah: 1. Membuat Acuan Penilaian Peserta diklat yang hasil evaluasinya mencapai batas penguasaan minimum akan dinyatakan berhasil/lulus/kompeten. Oleh sebab itu, WI yang menggunakan acuan penilaian ini dituntut selalu mengarahkan, membantu, dan membimbing peserta diklat ke arah penguasaan minimal. Sebagai contoh acuan penilaian dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Contoh Batas Bawah Penguasaan Minimum TINGKAT PENGUASAAN
NILAI AKHIR
90% – 100%
Baik Sekali
80% - 89%
Baik
65% - 79%
Cukup
55% - 64%
Sedang
KETERANGAN
Batas Minimum Berhasil 55%
Dalam diklat berbasis kompetensi batas penguasaan ditentukan oleh aspek kritis atau bukan aspek kritis. Selama materi diklat itu merupakan aspek kritis, maka tingkat penguasaannya harus seratus (100) persen, apalagi semakin tinggi tingkat risikonya. Yang dimaksudkan dengan aspek kritis di sini adalah materi diklat, baik pengetahuan maupun keterampilan, yang harus dikuasai oleh peserta diklat, tanpa materi diklat ini peserta tidak akan pernah kompeten melaksanakan suatu tugas/pekerjaan. Yang termasuk dalam aspek kritis dalam suatu unit kompetensi dapat dilihat/ditemukan dalam SKKNI-nya. 27
2. Umpan Balik Penilaian Umpan balik adalah informasi yang diberikan kepada peserta diklat mengenai kemajuannya ke arah pencapaian tujuan pembelajaran atau dengan perkataan lain memberitahu peserta diklat mengenai hasil tes mereka setelah menempuh proses pembelajaran. Umpan balik tidak akan berguna kalau tidak disertai dengan proses belajar kedua dan seterusnya untuk memperbaiki kesalahan atau kompetensi minimal yang belum mereka kuasai. Berdasarkan hasil acuan penilaian telah ditetapkan peserta diklat yang berhasil dan yang belum berhasil sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk peserta yang dinyatakan berhasil tentunya bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau melanjutkan materi diklat selanjutnya, sedangkan yang belum berhasil tentunya akan mengulang materi yang belum dikuasai atau yang belum dinyatakan kompeten. Apabila setelah mengulang dalam waktu tertentu dan selanjutnya dievaluasi dinyatakan berhasil, maka yang bersangkutan dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya. Tetapi kalau masih tetap belum berhasil juga, maka peserta dipersilahkan mengambil alternatif kegiatan yang setara dan peserta bersangkutan harus ditangani secara khusus dan sifatnya individual melalui proses diagnosis kesulitan belajar dan pengajaran remedial. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar skema di bawah ini.
28
+
MODUL 1
SIAP
MODUL 2
EVALUASI
+ MENGULANG
+
+= telah memenuhi kriteria
ALTERNATIF
− = belum memenuhi kriteria
-
+
REMEDIAL
Pengajaran remedial adalah tindak lanjut dari hasil pengukuran. Kegiatan ini terdiri atas program perbaikan dan program pengayaan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan remedial antara lain jumlah peserta diklat yang akan dilayani, tempat kegiatan akan dilaksanakan, waktu pelaksanaan, WI yang menangani remedial, metode dan alat yang akan digunakan, tingkat kesulitan materi diklat. Metode dan alat yang akan digunakan hendaknya dipilih yang benar-benar dapat memberikan motivasi belajar peserta diklat. Program perbaikan dapat dilakukan melalui: Memberikan buku-buku yang relevan; Tutorial; Kerja kelompok; Pengajaran berprogram; Re-teaching; Penggunaan lembar kerja; Penggunaan alat bantu mengajar dengan audio-visual. Perbaikan
terhadap
pokok
bahasan
dapat
dilakukan
melalui
menerangkan kembali, memanfaatkan peserta diklat yang pandai untuk 29
menolong teman-temannya, memberikan tugas membaca buku referensi, mengumpulkan informasi dan membuat laporan, atau memberi tugas untuk didiskusikan.
BAB V PENUTUP 1. Petunjuk Teknis Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi merupakan acuan dalam pelaksanaan diklat berbasis kompetensi; 2. Petunjuk Teknis ini bersifat dinamis dan akan diubah sesuai dengan dinamika pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur Lingkup Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah.
KEPALA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI JAWA TENGAH,
30
MUHAMAD MASROFI
31