BAB4 Hakikat dan Kedudukan Perkawinan _____________________________________________________________ A. Anjuran Perkawinan Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan
yang paling sempurna
biladibandingkan dengan mahluk yang lainnya. kesempurnaan tersebut dapat dilihat dar predikat manusia sebagai mahluk multi dimensional atau mono pluralis artinya dalam diri manusia unsur jasmanidan rohani yang saling berkaitan satu sama lain (Faqih: 2000: 7). Implikasi dari ini adalah manusia mempunyai berbagai dimensi kehidupan yaitu biopsiko-sosio-religius. Berbagi dimensi ini menunutut pemenuhan kebutuhan secara tepat agar manusia tumbuh menjadi manusia yang sepempurna baik secara individu, sosial, terlebih lagi sebagai mahluk Ciptaan Tuhan. Menurtu gerungan (1966) dalam diri manusia terhadapa tiga kebutuhan yang saling berhubungan yaitu biologis, sosiologis dan teologis. Di mana hal ini didasarkan pada mahluk biologis, sosial damn religi. Sedangkan Moslow (1970), berkut :
hieraraki kebutuhan manusia sebagai
Konseling Perkawinan a.
The physiological needs, yaitu kebutuhan-kebutuhan yang bersifat fisologis, dan kebutuhan-kebutuhan ini merupakan kebutuhann paling kuat, seperti makan minim dan kebutuhan seksual.
b.
The safety needs, kebutuhan yang berkaitan dengan rasa aman.
c.
The belonging and love needs, merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan orang lain (sosial).
d.
The esteem needs, kebutuhan yang berkaitan denagn harga diri, dan rasa dihargai.
e.
The
needs
for
self
actulization,
yaitu
kebutuhna
untuk
mengaktulisasikan diri. Dengan demikian kebutuhan manusi apaling tidak dapat dikleompok secara garis besar sebagai beikut ; a.
Kebutuhan fisologis yaitu kebutuhan yang berkaitan denagn kejasmanian, seperti makan dan minum, seksual, dan udara segar.
b.
Kebutahn psikologis yaitu kebutuhan berkaitan denagn psikis amnusia, seperti rasa aman, kasih sayang, cinta, harga diri dan aktualisasi diri.
c.
Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan yang brkaitan eksistensi amnusia sebagai mahluk soial seperti kebutuhan untuk berteman, berorganisasi melakuakn persaingan dengan yang lain.
d.
Kebutuhan religi yaitu kebutuhan yang berhubunagn diri manusia Sebagai
Mahluk
ciptaan
Tuhan
yang
mempunyai
tugas
menghamba dan beribadah (Walgito, 2004 : 17). Berdasrakan kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki manusia tersebut, perkawinan sebagaimana yang telah diatur dalam hukum agama maupun negara pada dasarnya merupakn satu proses kehidupan yang pening artinya bagi eksistensi manusia itu sendiri. 90
Konseling Perkawinan Perkawinan pada dasarnya merupakan aktivitas hidup yang ditempuh untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia baik secara fisiologis, psikologis, sosial, dan religi. Dipandang dari pemenuhuhan kebutuhan fisiologis manusia merupakn mahluk yang memiliki naluri dan dorongna seksual yang perlu dipenuhi. Rasa cinta dan sayang yang tumbuh pada mahluk lawan jenis merupakan suatu fitrah kemanusian sekaligus ekspresi adanya naluri sek tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut tentunya harus dilakukan sesuia dengan aturan dan adab, karenanya perkawinan menjadi kebutuhan terbaik bagi manusia untuk memenuhi hal ini (Takariawan, 2006 : 6). Secara Psikologis, perkawinan merupakan sarana yang dapat memenuhi kebutuhan manusia baik terhadap ingin dilindungi, rasa aman, cinta dan kasih sayang. Perkawinan merupakan ikatan antara suami atau isteri yang didasari rasa sayang, cinta dan saling pengertian. Pasangan hidup juga meerupakan tempat cuharahan hidup yang secara otomatis mememenuhi kebutuhan manusia secara psikis. Perkawinan juga merupakan pemenuhan kebutuhan manusia secara sosial. Manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya, ikatan pernikahan membuat antara suami dan isteri membangun relasi yang baik dan saling melengkapi untuk memenuhi diri sebagai mahluk sosial. Secara berbeda perkawinan merupakan sebuah tuntutan dari masyarakat tertentu, sehingga mereka yang sudah layak umur harus menikah dan membangun rumah tangga. Orang-orang semacam ini akan dinilai lebih baik dari pada mereka yang memutuskan diri melajang sampai tua ataupun adanya padangan negatif terhadap orang yang suka kawin cerai. Jelaslah bahwa perkawinan 91
Konseling Perkawinan memberikan pemenuhan kebutuhan sosial yang besar artinya bagi keberlangsunagn hidup manusia. Perkawinan dan kebutuhan religi merupakn seuatu yang tidak bisa dipisahkan. Secara umum semua agama membolehkan pengikunya untuk menikah, dan semua agama mempunayi aturan dan tuntunan hidup berumah tangga yang baik. Islam sendiri, mengajarkan dan mesyariatkan pernikahan sebagai sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan sebagai seorang muslim. Selain memang membawa banyak manfaat baginya, secara fitrah manusia memang telah memiliki jodoh sendiri-sendiri
sebagaimana
yang
telah
ditetapkan
pada
awal
penciptaannya. Anjuran untuk menikah diprioritaskan bagi mereka yang telah cukup usia dan matang secara psikologis. Menikah juga menjadi wajib bagi mereka yang sudah tidak mampu menahan hasrat sek sehingga harus disalurkan dengan cara yang santun dan beradab sesuai tuntutan agama dan mengikuti hukum negara tentunya. Hadist riwayat Bukhori Muslim menyatakan “ wahai para pemuda, barang siapa telah mampu di antara kalian hendaklah melaksanakn ppenikahan, karena ia dapat menunudukkan kamu dari pandangan dan menjaga kemaluan. Barang siapa yang tidak mampu hendaklah ia berpuasa, ia ia menjadi benteng perlindungan”. Menikah merupkan saran apenyaluran kebutuhan bilogis yang dihalalkan dan menjadi penutup untuk melakukan zina dan free sex sebagaimana banyak terjadi sekarang. Menikah juga meberikan rasa aman, bahagia, dan ketenangan dari pada memilih hidup tanpa menikah. Hawari (2006: 15) menyebutkan seseorang yang memilih hidup bersama tanpa menikah sebenarnya tidak menjalankan pola hidup 92
Konseling Perkawinan yang selaras dengan kesehatan jiwa, palagi agama dan moral. Mereka menganggap tidak penting lagi ikatan perkawinan yang membawa nama agam dan konsekuensi-konsekuensi yang harus dijalani. Sehingga mereka yang memilih hidup bersama tanpa menikah merupakan kategori orang yang menganut paham : memntingkan diri sendiri dari pada kebersamaan, mereka tidak menganggap perkawinan sebagai sesautu yang suci, mereka lebih mengutamakan faktor seksual dan percintaan dibanding rasa aman, kasoih sayang dan cinta, tidak mempunayi rasa tanggung jawab sosial, lebih mengedepankan hak individu atas nama HAM pola hidup yang mengutamakan rasionalisasi, Dengan demikian benar dan patut kiranya para orang tua sellau menganjurkan nak-anak mereka yang telah cukup dan matang untuk melakuakn perkawinan karena memberikan banyak hikmad dan sekaligus bagian dari melaksanakan perintah Tuhan yang berarti ibadah. B.
Hak dan Kewajiban Suami Istri Dalam tuntutan agama Islam ada 12 butir kewajiban suami terhadap isteri sebagaimana tercantum pada buku nikah. Ke-12 kewajiban suami tersebut adalah : 1.
Berlaku santun
2.
Memberi perhatian
3.
Berlaku adil
4.
Berusaha meningkatkan ppengetahuan
5.
Memelihara kewibawaan
6.
Memberi kebebasan
7.
Melarang isteri
8.
Tidak memberi perintah
9.
Memberi nafkah 93
Konseling Perkawinan 10. Memenuhi kebutuhan 11. Menghormati keluarga 12. Memberi bimbingan Kewajiban Isteri terhadap sebagaimana tercantum dalam buku nikah adalah ; 1. Taat dan patuh 2. Berlaku sopan 3. Tidak menyiksa 4. Tidak cemburu 5. Berlaku adil 6. Berhias dan bersolek 7. Berlaku hemat 8. Berlaku sebagai ibu 9. Minta izin 10. Mengatur rumah tangga 11. Bersikap ridho 12. Membantu suami
Syafruddin (2006: 160-163), secara jelas menguraikan hak dan kewajiban isteri dan suami maupun hak bersaam yang perludilakukan oleh isteri dan suami dalam kehidupan rumah tangga. Secaar detail sebaagimana berikut ; Hak suami merupakan kewajiban bagi Istri, sebaliknya kewajiban suami merupakan hak bagi Istri. Dalam kaitan ini ada tiga hal: a. Kewajiban suami terhadap istrinya, yang merupakan hak istri dari suaminya. 94
Konseling Perkawinan b. Kewajiban istri terhadap suaminya, yang merupakan hak suami dari istrinya. c. Hak bersama suami istri. d. Kewajiban bersama suami istri. Adapun kewajiban suami terhadap istrinya dapat dibagi kepada dua bagian: 1) Kewajiban yang bersifat materi yang disebut nafaqah 2) Kewajiban yang tidak bersifat materi. Kewajiban suami yang merupakan hak bagi istrinya yang tidak bersifat materi adalah sebagai berikut: a)
Menggauli Istrinya secara baik dan patut.
b)
Menjaganya dari segala sesuatu yang mungkin melibatkannya pada suatu perbuatan dosa dan maksiat atau ditimpa oleh sesuatu kesulitan dan mara bahaya.
c)
Suami
wajib
mengujudkan
kehidupan
perkawinan
yang
diharapkan allah untuk terwujud, yaitu mawaddah, rahmah, dan sakinah. Untuk maksud itu suami wajib memberikan rasa tenang bagi istrinya, memberikan cinta dan kasih sayang kepada istrinya.
Kewajiban istri terhadap suaminya yang merupakan hak suami dari istrinya tidak ada yang berbentuk materi secara langsung.yang ada adalah kewajiban dalam bentuk nonmateri. Kewajiban yang bersifat non materi itu adalah: 1)
Menggauli suaminya secara layak sesuai dengan kodratnya. Hal ini dapat dipahami dari ayat yang menuntut suami menggauli istrinya dengan baik yang dikutip diatas, karena perintah untuk menggauli itu berlaku untuk timbal balik. 95
Konseling Perkawinan 2)
Memberikan rasa tenang dalam rumah tangga untuk suaminya; dan memberikan rasa cinta dan kasih sayang kepada suaminya dalam batas-batas yang berada dalam kemampuannya. Hal ini sejalan dengan bunyi surat Rum ayat 21 diatas, karena ayat itu ditunjukkan kepada masing-masing suami istri.
3)
Taat dan patun kepada suaminya selama suamiya tidak menyuruhnya untuk melakukan perbuatan maksiat.
4)
Menjaga dirinya dan menjaga harta suaminya bila suaminya sedang tidak berada dirumah. Hal ini dapat dipahami dari firman Allah tersebut diatas.
5)
Menjauhkan dirinya dari segala sesuatu perbuatan yang tidak disenangi suaminya.
6)
Menjauhkan dirinya dari memperlihatkan kelakuan yang tidak enak dipandang dan suara yang tidak enak didengar. Hak bersama suami istri yang dimaksud dengan hak bersama
suami istri ini adalah hak bersama secara timbal balik dari pasangan suami istri terhadap yang lain. Adapun hak bersama itu adalah sebagai berikut: 1)
Bolehnya bergaul dan bersenang-senag di antara keduanya. Inilah hakikat sebenarnya dari perkawinan itu.
2)
Timbulnya hubungan suami dengan keluarga istrinya dan sebaliknya hubungan istri dengan keluarga suaminya, yang disebut hubungan mushaharah.
3)
Hubungan saling mewarisi diantara suami istri. Setiap pihak berhak mewarisi pihak lain bila terjadi kematian. Sedangkan kewajiban keduanya secara bersama dengan telah
terjadinya perkawinan itu adalah: 96
Konseling Perkawinan 1)
Memelihara dan mendidikan anak keturunan yang lahir dari perkawinan tersebut.
2)
Memelihara kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah
Sedangkan dalam Undang-undang Perkawinan No 1 Tahun 1074 hak dan kewajiban suami isteri diatur dalam pasal-pasal berikut :. Pasal 30 Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Pasal 31 1. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. 2. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum. 3. Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga. Pasal 32 1. Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap. 2. Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditentukan oleh suami istri bersama. Pasal 33 Suami istri wajib saling cinta mencintai , hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir yang satu kepada yang lain. Pasal 34 1. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuanya. 2. Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya. 3. Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada pengadilan. C.
Upaya Membentuk Keluarga Bahagia Keluarga bahagia merupakan dambaan setiap pasangan suami isteri. Keluarga bahagia atau keluarga harmonis atau dalam Islam dikenal dengan keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah tidak dapat terwujud begitu saja tanpa adanya komitmen dari suami isteri untuk
97
Konseling Perkawinan menjalankan tugas dan kewajibannya sehingga keduanya benar-benar merasa damai dan bahagia atas pernikahan yang dijalani. Menurut Poerwadarminta (1984: 433) keharmonisan berasal dari “harmonis” yang artinya salaras, serasi. Kemudian kata harmonis tersebut mendapatkan awalan “ke” dan akiran “an“ menjadi “keharmonisan” yang artinya “Hal (keadaan)” sehingga menjadi keselarasan dan keserasian. Sedangkan menurut Martin
(1976: 191) Keharmonisan adalah
persetujuan atau kerjasama. Jadi keharmonisan ialah yang ditandai dengan adanya persetujuan dan kerjasama yang baik. Saling menerima antara satu sama lain, sebagai pasangan dengan komitmen untuk hidup bersama. Menurut Azis (1990: 13) keluarga adalah orang seisi rumah (masyarakat terkecil) terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga dibangun melalui perkawinan yaitu suatu ikatan kehidupan bersama antara laki-laki dan perempuan yang dihalalkan Allah SWT untuk mendapatkan kebahagian dan kesejahteraan serta anak keturunan yang shaleh dan shalehah (Basri, 1999: 130). Sebuah keluarga disebut harmonis apabila antara suami istri hidup bahagia dengan ikatan yang didasari kerelaan dan keselarasan hidup bersama. Dalam arti suami istri itu hidup di dalam ketenangan lahir batin karena merasa cukup dan puas atas segala sesuatu yang ada yang telah dicapai dalam melaksanakan tugas kerumahtanggaan, baik tugas ke dalam maupun tugas ke luar dan pergaulan dengan masyarakat (Sahli, 1994: 148). 1. Aspek-aspek keharmonisan keluarga Seyal ( 2007: 41) menyatakan bahwa keharmonisan keluarga itu bisa terwujud apabila memperhatikan beberapa aspek yaitu: 98
Konseling Perkawinan 1) Hubungan suami dan istri (kasih sayang, tanggung jawab atas kewajiban, suka memaafkan). 2) Hubungan antara orang tua dengan anak (kasih sayang, perhatian, pendidikan, kepatuhan). Hubungan suami istri maupun anak menjadi baik apabila diantara ketiganya memiliki rasa kasih sayang, yang salah satunya bisa dibuktikan dengan memberikan perhatian. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya tanggng jawab atas kewajiban sebagaiman suami menjadi pemimpin di dalam keluarga, memberikan nafkah lahir dan batin kepada istri. Seorang istri bisa menjadi guru yang baik untuk anak-anaknya. Sebaliknya seorang anak harus patuh kepada orang tuanya, itu semua karena adanya timbal balik yang ada didalam suatu keluarga (Mazhahir, 2001: 57-63). Menurut Ramat (1994: 75) dalam menjalankan kehidupan keluarga yang diawali oleh kegiatan perkawianan adalah wajar kalau orang dalam berkeluarga selalu berupaya membuat perkawianan itu menjadi berhasil atau menjadi keluarga yang harmonis. Ada sembilan kriteria keluarga yang harmonis diantaranya: 1)
Parmentasi, Prementasi yang dimaksud disini adalah, lamanya perkawinan yang berada dalam suasana bahagia dan sejahtera bagi suami dan istri. Pengertian lamanya perkawinan di sini bukan dalam awet rajet.
2)
Penyesuaian dalam kehidupan seksual, Penyesuaian dalam kehidupan seksual Kebutuhan seksual dalam suatu perkawinan adalah penting. Jadi masalah kehidupan 99
Konseling Perkawinan seksual perlu mendapatkan perhatian yang wajar. Kehidupan ini perlu dibina dengan sungguh- sungguh dan terhormat dalam nilai manusia yang martabat sebagai manusia yang berbudi luhur 3)
Penyesuaian terhadap sikap kepribadian masing-masing, Penyesuaian terhadap kepribadian masing-masing, Kriteria ini menyadari pada suami istri bahwa tidak ada dua manusia yang sama dan sebangun karena setiap orang mempunyai sifat kepribadian masing-masing. Jadi usaha mempelajari dan menyesuaikan diri dalam lingkup adanya perbedaan merupakan salah satu usaha untuk memahami demi mencapai suatu keluarga yang selaras dan serasi.
4)
Kepuasan hidup, Kepuasan hidup pada setiap keluarga mempunyai ukuran yang relatif dalam wadah perpaduan kebutuhan dan harapan diri keluarga itu sendiri. Hal ini dapat diartikan sebagai adanya rasa syukur akan nikmat hidup. Namun, tidaklah dapat disangkal dalam kehidupan keluarga kepuasan biologis material turut menentukan berhasilnya atau harmonisnya suatu keluarga, disamping adanya kepuasaan psikologis.
5)
Integrasi dan menyelesaian masalah kehidupan dan dalam mencapai tujuan kehidupan keluarga, Integrasi dalam menyelesaikan masalah kehidupan dan dalam mencapai tujuan. Kehidupan keluarga maksud istilah diatas yaitu adanya keselarasan dan perpaduan antara suami istri tentang kehiupan emosional, keselarasan dan perpaduan hendaknya
100
Konseling Perkawinan tercermin
dalam
usaha
merencanakan
pendidikan
anak,
kesenangan, minat tujuan hidup dan sebagainya. 6)
Memenuhi harapan-harapan mayarakat dan agama, Suatu
keluarga
dapat
dipandang
harmonis
dari
sudut
kepentingan masyarakat apabila keluarga itu dapat mencapai dan dapat melaksanakan harapan dan cita-cita masyarakat serta keluarga kebudayaan di mana keluarga itu hidup. Dan dari sudut agama berarti keluarga didapat memberi kesempatan seluruh anggota keluarga yang dilahirkannya untuk beriman dan takwa sesuai dengan akidah agama yang dianut. 7)
Adanya keakraban diantara anggota keluarga, Keakraban merupakan sesuatu yang selalu didambakan oleh setiap anggota keluarga. Betapa indahnya kalau keakraban ini datang sebagai suatu resultan dari usaha-usaha penyelesaian masalah kehidupan dan sebagai uasaha memahami makna kehidupan
manusia
umumnya
dan
kehidupan
keluarga
khususnya. Keharmonisan dalam keluarga akan melahirkan keakraban yang megikat dalam suatu 8)
Adanya kesempatan untuk “perkembangan kepribadian” bagi anggota keluarga melanjutkan Suatu keluarga yang selaras dan serasi ialah keluarga yang dapat memberi kesempatan pada seluruh anggota keluarga untuk melanjutkan
perkembangan
kepribadiannya.
Ciri
adannya
keberhasilan dan pekerjaanan keberhasilan dalam menjalani kehidupan berkeluarga, mempunyai pergaulan yang luas,
101
Konseling Perkawinan menambah pengetahuan, bersikap positif terhadap hidup dan lain-lain. 9)
Kebahagiaan. perasaan bahagia dalam suatu keluarga harus dapat dirasakan oleh mereka yang sedang menjalankan kehidupan berumah tangga.
Kebahagiaan
merupakan
reaksi
subyektif.
Jadi
kebahagian dalam perkawianan itu hanya dapat dirasakan oleh masing-masing anggota keluarga kebahagian yang dapat dirasakan dan dihayati merupakan kriteria untuk menilai suatu keharmonisan keluarga. Menurut Hawari (1997: 283-286) mengemukan ada enam hal sebagai pegangan atau ciri-ciri untuk menciptakan keluarga yang sakinah sebagai berikut: 1)
Ciptanya kehidupan beragama dalam agama.
2)
Waktu untuk bersama keluarga itu tetap ada.
3)
Dalam interaksi segitiga itu, keluarga harus menciptakan hubungan yang baik antara anggota kelurga, harus ada komunikasi yang baik, demokratis, tombal balik.
4)
Harus ada saling harga-menghargai alam interksi ayah, ibu an anak.
5)
Keluarga sebagai unit terkecil terdiri dari ayah, ibu, dan anak harus erat dan kuat, jangan rapuh.
6)
Menjaga keutuhan rumah tangga
2. Faktor-faktor dari keharmonisan keluarga Sesungguhnya dalam menciptakan keluarga harmonis tidak hanya terpenuhnya kebutuhan primer maupun sekunder saja. Tetapi
102
Konseling Perkawinan terletak pada erat tidaknya silaturahmi antara anggota keluarga. Akan tetapi pada hakikatnya suatu keluarga terletak pada sampai berapa jauhya kemampuan masing-masing pasangan untuk saling berintegrasi dari dua kepribadian yang berbeda. Adanya
Komunikasi
masing-masing
pasangan
dapat
berintegrasi dengan baik. Karena komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam terciptanya keluarga yang harmonis. Pertama, sarana untuk mengungkapkan perasaan kasih sayang. Kedua. Sebagai media untuk menyatakan penerimaan atau penolakan atas pendapat yang disampaikan. Ketiga, sarana untuk menambah keakraban hubungan sesama warga dalam keluarga. Keempat menjadi barometer bagi baik-buruknya kegiatan komunikasi dalam sebuah keluarga. Namun suatu keluarga ada beberapa yang dibutuhkan demi keharmonisan dan keutuhan keluarga, kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah: 1)
Kebutuhan vital, berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal.
2) Kebutuhan biologis, ialah kebutuhan-kebutuhan yang menyangkut atas terbentuknya generai-generasi yang mendatang, keturunanketurunannya. 3) Kebutuhan psikologis, kebutuhan ini banyak menyangkut soal-soal emosi. Diantaranya adalah kebutuhan perlindungan, kebutuhan hiburan, kebutuhan pendidikan, kebutuhan pribadi dan sebagainya. Jadi pemenuhan kebutuhan tersebut besar artinya dalam mewujudkan keluarga yang bahagia dan harmonis.
103
Konseling Perkawinan Nick Stinnet dan John DeFrain (1987) dalam Hawari (2006: 1718),dalam Studinya yang berjudul “tHe Nation Study on Family Strenght”, mengemukakan enam hal yang menjadi pegangan atau kreteria keluarga sehat, bahagia dan harmonis, sebagai berikut : 1)
Kehidupan beragama dalam keluarga. Ciptakan kehidupan beragama dalam keluarga, sebab dalam agama terdapat nilai-nilai moral dan etika kehidupan. Agma merupakan landasan yang penting dalam menjalin hubungan yang baik antar anggota keluarga, sehingga berbagai hal negatif dapat dihindari.
2)
Waktu bersama keluarga Kebersamaan itu penting untuk semakin mempererat hubungan antar anggota keluarga. Waktu bersama keluarga menjadi hal yang pokok untuk diperhatikan apalagi seringkali orang tua mempunyai kesibukan berlebihan sehingga perhatian terhadap anak minim.
3)
Hubungan yang baik antar anggota keluarga Interaksi yang baik antar anggota keluarga harus dapat tercipta. Komunikasi yang baik, demokratis, dan hindari pemaksaan akan membuat kesenjangan tidak tercipta namun justru perasaan saling menghormati antar anak dan orang tua.
4)
Saling menghargai antar anggota keluarga Antar anggota keluarga harus dapt memiliki sikap menghargai dalam hal apapun. Terlebih lagi orang tua, harus dapat belajar menghargai anak-anak mereka, karena biasanya mereka menuntut anak untuk bersikap begitu,namun sebaliknya tidak memberika hak yang sama kepada anak-anak mereka.
104
Konseling Perkawinan 5)
Hubungan yang erat antar anggota keluarga Keluarga merupakan satu kesatuan yang erat. Kebahagian satu anggota keluarga merupakan kebahagian bagi yang lain. demikian pula dengann kesedihan yang terjadi juga merupakan masalah bagi yang lain. hal demikian akan membuat ikatan kelaurag terasa lebih erat dan dekat satu sama lain.
6)
Keutuhan keluarga. Dalam keluarga sering terjadi berbagi masalah baik dari suami, isteri amupun anak. Hal demiian adalah wajar dan harus diselesaikan dengan bijaksana. Bila perlu melibatkan konsultan profesional sehingga keutuhan tetap terjaga.
Dengan demikian utuk dapat menwujudkan keluarga yag bahagia dan harmonis, perlu ditanamkan pada diri setiap anggota keluarga tanggung jawab untuk melaksanakan tugas dan peran masing-masing serta tetap perpegang teguh pada ajaran agama sebagai pedoman menjalani kehidupan berkeluarga.
105