BAB`1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Remaja
pada
masa
perkembangannya
mengalami
berbagai perubahan baik secara fisik maupun mental. Remaja tidak
mengalami
mengalami
pembesaran
perkembangan
otak,
yang
namun sangat
otak pesat
remaja yang
menyebabkan otak menjadi organ yang cepat dan canggih (National Geographic. 2011)1. Mereka dikenal memiliki perilaku yang tidak konsisten, mempunyai sifat senang mengambil risiko. Hal tersebut dilakukan semata-mata bukan karena daya pikir yang lemah, namun menurut Luna (2011) otak remaja belum selesai tumbuh sehingga remaja sering melakukan hal yang tidak semestinya bila dipandang oleh masyarakat, dan oleh masyarakat dicap sebagai berperilaku menyimpang2, antara lain perilaku seks bebas, penyalahgunaan narkotika, dan perilaku mengkonsumsi alkohol. 1
http://nationalgeographic.co.id/feature/2011/10/otaknanrancak&http://n gm.nationalgeographic.com/2011/10/teenage-brains/dobbs-text 8 mei 2012 22.00 2 Hadi Suprapto, Paulus.2000. Makna Penyimpangan di Kalangan Remaja di Kotamdya Semarang.Undip:Fakutas Hukum.
1
Pertama, perilaku seks bebas pada remaja di Indonesia menjadi masalah yang mengkhawatirkan. Hasil survei SKRRI (Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia) menunjukkan Sebanyak 29,5% remaja pria dan 6,2 % remaja wanita pernah meraba atau merangsang pasangannya. Sebanyak 48,1 persen remaja laki-laki dan 29,3 persen remaja wanita pernah berciuman bibir. Semakin meningkatnya perilaku seks bebas semakin besar pula risiko penularan penyakit seksual. Selain itu dampak negatif dari seks bebas yaitu kehamilan pada usia dini yang
menyebabkan
naiknya
jumlah
penduduk
yang
tak
terkendali. Kedua,
hal
mengenai
penyalahgunaan
narkotika.
Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam sebuah survei bersama Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia pada tahun 2008 menyebutkan bahwa penyalahgunaan narkotika menjadi tren yang meningkat dan tidak ada tanda untuk mereda. Besarnya penyalahgunaan narkotika di Indonesia diperkirakan 3,1-3,6 juta orang. Tingginya jumlah penyalahgunaan narkotika mengakibatkan tingginya risiko akibat penyalahgunaan tersebut, seperti gangguan fisik (kerusakan organ vital ; ginjal, hati,
2
jantung, paru-paru, sum-sum tulang), tingginya penularan penyakit akibat jarum suntik seperti hepatitis, HIV/AIDS. Ketiga, perilaku mengonsumsi konsumsi alkohol. Menurut data yang dikeluarkan WHO pada tahun 2011, untuk wilayah South East Asia Region ( Indonesia merupakan bagiannya) memiliki persentase yang tinggi pada bagian konsumsi alkohol tanpa pajak/diluar kontrol pemerintah yaitu 69,0%. Sedangkan pada bagian konsumsi alkohol dengan pajak/dibawah kontrol pemerintah, South East Asia Region menjadi wilayah yang terendah mengonsumsi alkohol yaitu 2,20%. WHO juga menunjukkan persentase konsumsi alkohol pada remaja laki-laki dan perempuan di Indonesia yaitu masing-masing 4,3% dan 0,8%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara terbanyak mengonsumsi alkohol pada remaja urutan ketiga setelah Thailand dan Maladewa. Berbagi dampak muncul terkait penggunaan alkohol. Korban akibat Gerakan Nasional Anti Miras (Genam) mencatat setiap tahunnya ada 18.000 orang yang meninggal akibat minuman alkohol yang diracik sendiri atau atau oplosan. Kasus yang terjadi dalam 6 bulan terakhir yaitu pada Agustus 2013, 14 orang meninggal akibat pesta minuman beralkohol
3
oplosan di Kemayoran, Jakarta Pusat (Tempo. 2013). yang
sama
terjadi
pada
bulan
November
2013
Kasus yang
mengakibatkan 10 orang meninggal di Purworejo, Jawa Tengah (Tempo.co, 2013). Kasus yang sama terjadi pada bulan November 2013, akibatnya 3 orang meninggal dan 2 orang dirawat di Rumah Sakit setelah minum minuman alkohol oplosan di Bibis Baru, Nusukan, Banjarsari Solo (Solopos.com, 2013)3. Peneliti telah melakukan studi pendahuluan sebelumnya di wilayah Kampung Nayu Timur RT 5/RW18, Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Solo, peneliti mendapatkan hasil satu kelompok remaja yang beranggotakan 12 remaja memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Menurut salah satu remaja yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol, kebiasaan tersebut dimulai saat dia masih duduk dikelas 3 Sekolah Dasar hingga sekarang usianya menginjak 17 tahun. Kebiasaan tersebut dilakukan tiga kali dalam satu minggu dengan meminum “ciu”4”. Secara demografi Solo terletak dekat dengan wilayah bekonang yang merupakan wilayah karesidenan Solo yaitu wilayah Sukoharjo. Remaja yang melakukan kebiasaan minum3
http://www.soloposfm.com/2013/11/miras-oplosan-korban-tewas-jadi3-orang/ 4 Ciu adalah minuman beralkohol yang dibuat dari tetes tebu
4
minuman
alkohol
akhirnya
memunculkan
permasalahan-
permasalahan antara lain, perilaku seks bebas yang berdampak pada hamil diluar nikah, penyalahgunaan obat terlarang. Selain mengonsumsi alkohol, remaja tersebut juga aktif dalam aktifitas balapan liar yang membahayakan keselamatan mereka. 1.2
Identifikasi masalah Remaja memiliki ciri-ciri yang menonjol dalam perilaku
sosialnya. Teman sebaya mempunyai arti yang penting dalam masa-masa remaja, sehingga remaja memilih untuk masuk kedalam kelompok-kelompok/ geng teman sebayanya (Riyanti, dkk
1996).
Dalam
kelompok-kelompok
tersebut,
remaja
menerapkan nilai-nilai yang kadang tidak sesuai dengan nilai yang diterapkan oleh orang dewasa. Untuk menjadi sama dengan teman-teman yang lain remaja Nayu Timur, Nusukan Banjarsari Solo mengikuti kegiatan-kegiatan yang menyimpang dari nilai dan norma umum seperti minum minuman beralkohol, seks bebas, dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang. 1.2.1
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka dapat
dirumuskan
perumusan
masalah
yaitu
5
“Bagaimana kompleksitas perilaku remaja berkaitan dengan alkolisme di Nayu Timur, Nusukan, Banjarsari, Solo? 1.2.2
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kompleksitas perilaku remaja yang berkaitan dengan alkoholisme di Nayu Timur, Nusukan, Banjarsari, Solo.
1.2.3
Manfaat penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: Teoritis : Memberikan kontribusi yang baik bagi ilmu keperawatan komunitas, khususnya pada penerapan asuhan keperawatan komunitas untuk remaja. Praktis : Penulis harapkan penelitian ini dapat digunakan Pemerintah sebagai referensi untuk mengatasi masalah yang timbul pada masa remaja yang berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol.
6