Modul ke:
14 Fakultas
MKCU www.mercubuana.ac.id
Program Studi
Psikologi
BAB XIII GEREJA DI ANTARA PLURALITAS Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.
A. PENDAHULUAN GEREJA DI ANTARA PLURALITAS INDONESIA GEREJA
PLURALITAS
GEREJA DI ANTARA PLURALITAS
MASJID/ISLAM
CANDI/BUDHA
GEREJA/KATOLIK
GEREJA PROTESTAN
PURE/HINDU
KLENTENG/KHONGHUCU
B.PLURALITAS DAN PLURALISME ¾PLURALITAS • Plural memiliki makna: jamak; lebih dari satu. • Pluralis memiliki makna: bersifat jamak (banyak). • Pluralitas bermakna kenyataan/fakta terdapat keanekaragaman.
bahwa
¾PLURALISME • Dari kata “plural”: jamak/lebih macam/tidak seragam,
dari
satu
• Dan kata “isme”: paham/ajaran/keyakinan. • Jadi Pluralisme dapat dipahami sebagai suatu paham/ajaran/keyakinan yang menerima keanekaragaman sebagai suatu fakta/realitas.
¾PLURALITAS bermakna memiliki sifat kemajemukan/ terdapat keanekaragaman. Misalnya terdapat keanekaragaman suku bangsa, bahasa, ras, budaya, agama, dll. ¾PLURALISME dipahami/dimengerti sebagai suatu paham/ajaran/keyakinan yang menerima dan mengakui keanekaragaman/ kemajemukan sebagai fakta/realitas.
C. PLURALITAS SBG SITUASI OBYEKTIF BGS INDONESIA
¾Perasaan dan perilaku kebangsaan (nasionalisme) kita justru didasarkan atas kesadaran bahwa kita adalah plural. Dgn demikian setiap org, apapun rasnya, bangsa, atau suku bangsa (etnis), warna kulit, rambut, keturunan, dan sebagainya, asal telah mjd WNI bertempat kedudukan di Ind, mengaku Ind sbg tanah airnya, bersikap setia kpd Negara Kesatuan Republik Indonesia dan disahkan menjadi Warga Negara Indonesia berdasarkan UU kewarganegaraan RI No: 3 Tahun 1946 mk org tsb adalah Warga Negara Indonesia.
¾Kita sungguh menyadari bahwa masyarakat kita yang demikian adalah yang bersifat plural, baik dari segi suku, agama, ras, etnis dan golongan. Dan hal ini menjadi situasi yang obyektif bagi bangsa Indonesia sendiri. Yaitu sebagai sesuatu yang telah baik dan layak pada tempatnya tanpa harus dipermasalahkan.
D. PLURALITAS DI INDONESIA ¾PENDAPAT PRO PLURALITAS Bagi yang pro pruralitas agama, keberagaman agama ini dianggap sebagai hal yang positif. Ini disebabkan karena keberagaman di Indonesia ini bisa menjadikan Indonesia sebagai contoh yang baik bagaimana kehidupan kerukunan antar agama. Dan keberagaman agama di Indonesia memang berasal dari masa lalu yang tidak bisa dirubah. Sehingga keberagaman ini memang harus dipertahankan dan setiap umat agama harus bisa menghormati umat agama lain.
¾PENDAPAT KONTRA PLURALITAAS Bagi kelompok kontra pluralitas, pluralitas dianggap bisa mengancam kemurnian ajaran suatu agama. Ini disebabkan karena pada dasarnya setiap agama memiliki ajaran masingmasing yang berbeda dari agama lain. Dan ketakutan para kelompok kontra pluralitas ini adalah bahwa nantinya ajaran setiap agama akan saling bercampur baur dengan ajaran agama lain.
E. NEGARA MENGAKUI DAN MENGHARGAI KENYATAAN PLURALISME AGAMA DAN KEYAKINAN
¾Pluralitas Didukung Oleh Pancasila Dan UUD 1945 Sila I Ps: Ketuhanan Yang Maha Esa UUD pasal 29 ayat 1 dan 2 dikatakan: “Negara berdasarkan atas ketuhanan yang Maha Esa (ayat 1) dan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu (ayat 2).
F. SIKAP GEREJA KATOLIK TERHADAP PLURALITAS F.2. KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT DOKUMEN DIGNITATIS HUMANAE
1. Salah satu poin HAM adalah kebebasan seseorang untuk memilih dan memeluk suatu agama tertentu tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Karena itu, Gereja sadar bahwa aspek penghargaan terhadap kebebasan beragama adalah merupakan salah satu upaya untuk menghargai martabat pribadi manusia.
2. Bahwa “makin banyak orang yang menuntut supaya dalam bertindak manusia sepenuhnya menggunakan pertimbangannya sendiri serta kebebasannya yang bertanggung jawab, bukannya terdorong oleh paksaan dari pihak manapun.” 3. Konsili mengimbau agar pemerintah yang berkewajiban mengusahakan kesejahteraan umum wajib mengakui kehidupan beragama para warganya dan mendukungnya.
Gereja tidak mau jatuh dalam relativisme terhadap kebenaran agamanya sendiri. Dalam hubungannya dengan umat beragama lain, Gereja Katolik menunjukkan adanya empat macam sikap yang mungkin terjadi, yaitu: Pertama, sikap eksklusif yang memandang bahwa keselamatan hanya ada dalam Gereja, sedangkan di luar Gereja tidak ada keselamatan. • Kedua, sikap inklusif yang mengakui pewahyuan dalam agama lain dan meyakini bahwa orang beragama lain juga akan diselamatkan melalui Yesus Kristus, juga jika mereka tidak meyadari atau mengakuinya.
• Ketiga, sikap pluralis yang menganggap “semua agama sama saja” yang bisa membuat orang kurang menyadari makna mendalam dari agama yang dipilih dan dipeluknya sendiri. • Keempat, sikap pluralis berintegritas terbuka yang mengakui dan menerima kekhasan agama masingmasing sekaligus saling belajar dari yang lain. Seorang yang pluralis berintegrasi terbuka akan berkata: “saya meyakini bahwa agama dan iman saya sekarang ini adalah yang paling benar bagi saya karena itu saya anut dengan sepenuh hati. Namun, kekhasan masing-masing agama dan kebebasan beriman dan beragama orang lain saya akui dan terima.
F.2. RELEVANSI DIGNITATIS HUMANAE DLM KONTEKS KEHIDUPAN BERAGAMA DI IND
1. perlu disadari bahwa yang diimani oleh manusia mengatasi segalanya. Allah tidak mungkin ditangkap sepenuhnya oleh kenyataan dunia ini, juga tidak oleh agama manapun. Seandainya tidak demikian, berarti bahwa Allah dapat dibatasi dan dikuasai oleh kenyataan dunia. Setiap agama mengkomunikasikan pengalaman itu melalui simbol-simbol verbal dan non-verbal. Melalui simbol-simbol tersebut manusia secara terbatas menghayati relasinya dengan Allah.
2. Dignitatis Humanae mengajak semua insan Indonesia agar mempunyai tangung jawab bersama untuk membuka diri, diperkaya, dan memperkaya yang lain. Untuk dapat mejalankan tanggung jawab itu, manusia memerlukan kebebasan dalam menggunakan dan memperkembangkan simbol-simbol yang ada dalam agamanya masing-masing. Keyakinan mengenai agama pilihan saya yang paling dapat dipertanggungjawabkan, tidak dapat menjadi alasan untuk memaksakan agama saya kepada orang lain.
Terima Kasih Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.