BAB III KEPEMIMPINAN PENDETA BERETNIS TIONGHOA DALAM GEREJA-GEREJA ALIRAN PENTAKOSTA DI KOTA SALATIGA Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian mengenai kepemimpinan Pendeta beretnis Tionghoa dalam Gereja Bethany Salatiga dan Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, dengan terlebih dahulu menguraikan sekilas secara berturut-turut tentang kota Salatiga, profil dari Gereja Bethany Salatiga, dan Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga sebagai lokasi penelitian. 3.1. Gambaran Umum Kota Salatiga. Kota Salatiga adalah sebuah kota kecil di Provinsi Jawa Tengah, dengan jumlah penduduk 176.795 jiwa1. Kota yang memiliki luas wilayah ± 56,78 km² ini, memiliki letak yang cukup strategis karena secara geografis berada pada jalur utama antara kota-kota besar, seperti kota Jakarta-Semarang-Solo-Surabaya, serta terletak di antara 3 (tiga) kota pusat pengembangan budaya dan ekonomi yaitu Semarang yang terletak di pesisir pantai Utara dan Surakarta atau Sola serta Yogyakarta. Wilayah kota Salatiga berdasarkan Perda No.5 Tahun 19962, terdiri dari 4 (empat) kecamatan masing-masing: a. Kecamatan Sidorejo dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Sidorejo Lor yang meliputi: Kelurahan Blotongan, Sidorejo Lor, Kelurahan Salatiga, Kelurahan Bugel, Kelurahan Kauman Kidul, Desa Pulutan. b. Kecamatan Tingkir dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Desa Sidorejo Kidul, yang meliputi: Kelurahan Kutowinangun, Kelurahan Gendongan, Kelurahan Sidorejo Kidul, Kelurahan Kalibening, Kelurahan Gendongan, Kelurahan Sidorejo Kidul, Kelurahan Kalibening, Kelurahan Tingkir Lor, Kelurahan Tingkir Tengah. 1
http://www.pemkot-salatiga.go.id. Diakses tanggal 22 Agustus 2014, Pukul 12.00 WIB. Pemda Salatiga, Rencana Umum Tata Ruang Kota Salatiga (RUTRK), TAHUN 1990-2010, (Salatiga: Pemda Salatiga,2008), 59. 2
68
c. Kecamatan Argomulyo dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Kelurahan Cebongan, yang meliputi: Kelurahan Noborejo, Kelurahan Ledok, Kelurahan Tegalrejo, Kelurahan Randuacir, dan Kelurahan Cebongan. d. Kecamatan Sidomukti dengan pusat pemerintahan berkedudukan di kelurahan Mangunsari yang meliputi: Kelurahan Kecandran, Kelurahan Dukuh, Kelurahan Mangunsari, dan Kelurahan Kalicacing. Kehidupan sosial masyarakat Kota Salatiga saat ini menunjukan corak kehidupan yang bersifat heterogen. Apalagi dengan adanya kampus Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang memiliki mahasiswa/i yang datang dan berasal dari berbagai daerah di Indonesia, yang kemudian membawah unsur-unsur kebudayaan baru dari berbagai daerah di Nusantara. Sehingga dapat terlihat bahwa berbagai macam kelompok sosial maupun kelompok etnis menghuni wilayah Salatiga dan sekitarnya termasuk di dalamnya terdapat kelompok etnis Tionghoa. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Campus Ministry Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) yang bekerja sama dengan Badan Kerja Sama Gereja Salatiga (BKGS) ,tercatat di kota Salatiga setidaknya terdapat 72 gereja yang tergabung didalam rumpun gereja–gereja Protestan, Katolik, Baptis, Pentakosta, Bethel, serta Advent.3 Dari jumlah 72 (tujuh puluh dua) gereja yang terdaftar di BKGS Kota Salatiga tersebut, terdapat Gereja Bethany Salatiga dan Gereja Bethel Area Salatiga, yang merupakan 2 (dua) gereja yang dipilih dalam penelitian ini sebagai lokasi penelitian.
3
Campus Ministry UKSW dan Badan Kerja Sama Gereja Salatiga (BKGS), Daftar Alamat Gereja- gereja se-Salatiga, (Salatiga: Campus Ministry UKSW, 2009) 1-16.
69
3.2. Profil Gereja Bethany Salatiga4. Gereja Bethany Salatiga berlokasi di Jalan Jendral Sudirman 105-Salatiga, Jawa Tengah. Gereja Bethany Salatiga pada mulanya bernama Gereja Bethel Indonesia Jemaat Bethany Salatiga karena pada awal perjalanannya, gereja ini bergabung dalam satu sinode yaitu sinode Bethel. Gereja Bethany Salatiga dan cabang-cabangnya di Ambrawa, Ungaran dan Parakan memiliki visi yaitu “Menjadi Jemaat yang serupa dengan Kristus”(Roma 8:29) sedangkan misinya berdasarkan Efesus 4:13 antara lain, mencapai kesatuan iman, mencapai pengetahuan yang benar mengenai anak Allah, mencapai kedewasaan penuh dan mencapai kepenuhan Kristus. Dalam penelusuran sejarah Gereja Bethany Salatiga, dapat ditemukan bahwa pada awalnya pelayanan dimulai pada bulan April 1995, dimana tujuh orang anggota Bethany Semarang yang berdomisili atau bertempat di kota Salatiga memulai persekutuannya di sebuah rumah di jalan Jendral Sudirman 105, dalam bentuk persekutuan Family Altar. Dalam perkembangan selanjutnya, jumlah orang dalam persekutuan tersebut terus bertambah. Sehingga waktu yang tidak terlalu lama, anggota persekutuan Family Altar telah mencapai 60-70 jiwa. Kehadiran dan pelipatgandaan anggota persekutuan yang di luar dugaaan menyebabkan rumah di Jalan. Jendral Surdirman 105 Salatiga yang biasanya digunakan untuk persekutuan tidak memadai lagi untuk menampung kehadiran jemaat. Sejak saat itu, pada bulan April 1996 persekutuan harus dipindahkan ke tempat yang baru dan lebih memadai, yaitu aula hotel Beringin, di Jalan Jendral Sudirman 160-Salatiga yang dapat menampung sekitar 400 orang. Pada saat bersamaan dengan kepindahan ini, persekutuan Family Altar (FA) ini mengadakan ibadah raya perdana di tempat tersebut. Kehadiran jemaat pada waktu
4
Arif, Staff Administrasi Gereja Bethany Salatiga, wawancara, Salatiga, 25 Agustus 2014, pukul 11.00.
70
itu sekitar 70-100 orang. Selanjutnya gereja Bethany kemudian bernaung di bawah GBI Nanggulan yang digembalakan oleh Pdt. Karel Worang saat itu. Pada akhir tahun 1996, jumlah jemaat telah mencapai 300 jiwa. Memasuki permulaan tahun 1997, lokasi yang dipakai tidak dapat lagi mencukupi jumlah jemaat yang semakin bertambah dalam
ibadah raya setiap
minggunya. Dengan perkembangan dan pertumbuhan kuntitas jemaat yang sangat cepat mendesak pengurus gereja pada saat itu untuk kemudian membangun tempat yang lebih besat, Pada tahun 1977, mulai dilakukan usaha dari pengurus gereja untuk pengurusan ijin pembangunan tempat ibadah. Bulan Oktober 1997, ijin pembangunan gedung gereja dapat dikeluarkan dan SK. Walikota tentang ijin prinsip pendirian rumah ibdah dari pemerintah daerah kotamadya Salatiga telah diterima. Selanjutnya, pembangunan gereja dapat terselesaikan pada akhir bulan Maret 1998. Pada 16 April 1998, peresmian penggunaan gedung gereja GBI Jemaat Bethany dapat dilaksanakan. Peresmian dilakukan oleh Walikota kotamadya Salatiga, Drs. Suwarso. Dalam perkembangan selanjutnya GBI Jemaat Bethany kemudian beralih ke sinode yang baru yaitu sinode Bethany dibawah kepemimpinan Pdt. DR. Alex Abraham Tanuseputra dan berubah nama menjadi Gereja Bethany Indonesia, Salatiga. Saat ini dibawah kepemimpinan Pdt. Bambang Hengky, Gereja Bethany Salatiga dapat mempunyai berbagai unit pendukung pelayanan, antara lain: a) Sekolah Anak Terang yang terdiri dari Preschool, TK yang beralamat di Jl. Jend. Sudirman 61 (BMC) Salatiga, SD yang berlamat di Jl. Kalipengging 4A Salatiga serta SMP yang berlamat Jl.Jendral Sudirman 105B Salatiga. b) Radio Elisa (El Shaddai Nusantara Jaya Perkasa) 103.9 MHZ c) Radio Bethany 107.5 MHZ
71
d) Koperasi Sejahtera Makmur yang melayani masyarakat Salatiga dengan kebutuhan pokok yang dapat membantu pelayanan diakonia yang ada. e) Koperasi simpan pinjam mulia f) Yayasan Lumbung Cinta Masyarakat Indonesia (YLCMI) g) Bethany Business Center h) Poliklinik (Bethany Care) i) Media promo. Secara kuantitas, Gereja Bethany Salatiga saat ini menunjukan pertambahan jumlah jemaat setiap tahunnya. Pertambahan jumlah jemaat dapat dilihat pada tabel di bawah ini dari tahun 1997 sampai 20145. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
5
Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Pertambahan Jemaat Per Tahun (Jiwa) Salatiga Ambarawa Ungaran Parakan 104 0 257 2 218 1 165 1 158 0 162 0 103 0 297 13 210 20 10 8 219 11 11 5 203 5 29 0 139 13 8 20 90 22 0 0 73 11 12 0 118 3 1 28 91 2 9 7 93 10 1 0 52 0 0 0 2752 114 81 68
Jumlah 104 259 219 166 158 162 103 310 248 246 237 180 112 96 150 109 104 52 3015
Ibid.
72
Gambar 3.1 Tampilan luar Gedung Gereja Bethany Salatiga tahun 2014 yang berlokasi di Jalan Jendral Sudirman 105-Salatiga, Jawa Tengah. Dalam menjalankan kepemimpinannya dalam jemaat, Pdt. Bambang Hengky yang adalah Pendeta Penuh dibantu oleh Pendeta Muda, Pendeta Pembantu, serta Evangelis. Untuk menjadi Pendeta Penuh di Gereja Bethany Salatiga maka ada beberapa jenjang yang harus dilalui. Setiap jenjang harus dilalui dengan mengikuti tes dan seleksi serta penilaian khusus dalam waktu yang telah ditentukan6. Jenjang tersebut antara lain: 4 Pendeta Penuh (Pdt)
Pendeta Muda (Pdm)
3
2
Pendeta Pembantu
1 Evangelis
6
Denny A. Mustamu, Pendeta Muda Gereja Bethany Salatiga, wawancara, Salatiga, 29 Agustus 2014, pukul 11.20.
73
3.2. Profil Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga7. Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga atau yang lebih dikenal dengan Bethel Area berlokasi di Jalan Hasanudin No. 3B Salatiga. Gereja yang dibangun di atas tanah seluas + 5.789 m2 ini memiliki visi yaitu “Menjadi jemaat lokal yang memberkati kota, bangsa dan dunia dengan pelayanan yang holistik dan terpadu”. Sedangkan misi GBI Salatiga yaitu “Mengenal Tuhan dan membuat Tuhan dikenal”.
Gambar 3.2 Bangunan Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga yang beralamat di Jalan Hasanudin No. 3B Salatiga. Bangunan Gereja ini disebut sebagai “Markas Besar”. Markas Besar ini dipahami oleh jemaat setempat sebagai tempat pertemuan Tuhan dengan Manusia dan Manusia dengan Tuhan.
7
Administrator GBI Salatiga, dalam http://bethelarea.org/profil/sejarah-gbi-bethel-area. Diakses tanggal 26 Agustus 2014, Pukul 13.30 WIB.
74
Dalam penelurusuran sejarah Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga ditemukan bahwa Gereja Bethel lndonesia (GBI) Salatiga didirikan oleh Pendeta Yahya Handoyo pada tahun 1949. Nama gereja tersebut awalnya adalah Gereja Bethel lnjil Sepenuh. Beliau memulai gereja tersebut dengan menggembalakan anggota jernaat yang terdiri dari 14 jiwa. Situasi perkembangan pada masa itu cukup berat karena kota Salatiga waktu itu masih diduduki oleh tentara Belanda. Pada tahun 1950 tentara NICA (Belanda) menyerahkan kedaulatan kepada pemerintah lndonesia. Hal ini menyebabkan tantangan baru bagi jemaat tersebut karena rumah tempat ibadah tersebut adalah milik pemerintah. Selanjutnya, jemaat kecil ini berpindah ibadah di sebuah kandang sapi milik jemaat yang terletak di jalan Jendral Sudirman, di depan Balai Prajurit Makutarama8. Kebaktian di tempat ini dilakukan dari tahun 1954 sampai tahun 1965. Dalam perkembangannya, pada tahun 1964 mulai dibangun gedung gereja ukuran 6X12 meter di jalan Johar No. 6 Salatiga. Pembangunan gedung gereja tersebut selesai pada tahun 1965 dan kemudian ibadah dipindahkan ke jalan Johar. Pada tahun 1971, Pendeta Yahya Handoyo mendapat visi untuk membuka jemaat baru di Makasar (Ujung Pandang). Jemaat tersebut sampai sekarang masih ada dan bernama Gereja Bethel lndonesia, jemaat Filadelfia. Pada tahun 1971, pelayanan di Salatiga kemudian dilanjutkan oleh seorang pemuda kelahiran Comal, Jawa Tengah yang bernama Yohan Hadi Prayitno. Beliau adalah seorang mahasiswa Fakultas Elektro, Universitas Kristen Satya Wacana. Pada tahun 1972 terjadi perpecahan di tubuh Gereja Bethel lnjil Sepenuh yang kemudian melahirkan Gereja Bethel Indonesia. Sdr. Yohan Hadi Prayitno beserta jemaat memutuskan untuk bergabung dengan Gereja Bethel lndonesia sehingga jemaat ini sekarang di sebut GBI Johar Salatiga9.
8 9
Ibid. Ibid.
75
Pada tahun 1973 Yohan Hadi Prayitno melanjutkan studi ke Australia untuk memperdalam bidang teologi. Sehingga tugas penggembalaan GBI Johar Salatiga dilanjutkan oleh Pendeta Andreas Muliatno Rusli. Beliau, saat itu sedang menjalani tugas belajar dari Kantor Pengadilan Negeri Kalimantan Terngah dalam bidang Hukum di Universitas Kristen Satya Wacana. Tugas belajar tersebut dalam rangka promosi jabatan sebagai Kepala Kantor Pengadilan Negeri Kalimantan Tengah, namun kemudian beliau melepaskan kesempatan tersebut dan memilih untuk menggembalakan jemaat GBI Johar Salatiga. Pada perkembangan selanjutnya, gereja ini kemudian bertumbuh secara kuantitas dibawah kepemimpinan Pendeta Andreas Muliatno Rusli. Jumlah jemaat pada saat itu mencapai sekitar 1500 jiwa dan memiliki 6 cabang, yang sekarang sudah dimandirikan, yaitu yaitu: GBI Celong, GBI Karang Alit, GBI Samirono, GBI Gunung Sari, GBI Mayang Sari dan GBI Argorumekso. Pada tahun 2000 beliau meninggal dunia dan penggembalaan kemudian digantikan oleh putranya yaitu Pendeta Gideon Rusli yang menjabat sebagai gembala jemaat sampai saat ini (tahun 2014).
Gambar 3.3 Pdt. Gideon Rusli (Gembala Jemaat) saat memimpin salah satu kebaktian di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga. 76
Dalam perkembangan selanjutnya, jemaat yang dipimpin Pendeta Gideon Rusli, GBI Salatiga terus menunjukan perkembangan yang signifikan, termasuk dengan didewasakannya 2 (dua) jemaat cabang yang lain yaitu GBI Karanggede dan GBI Kopeng serta usaha-usaha menanam jemaat lokal di sekitar Salatiga. Pada saat ini jemaat cabang yang masih bernaung dibawah GBI "Johar" adalah: GBI Semarang (Restoran Prima Rasa), GBI Ampel, GBI Metes. GBI Gendongan, GBI Gilirejo (Dsn. Mainan) dan GBI Bayeman (Ampel). Pada perkembangan selanjutnya, Gereja yang sebelumnya berlokasi di jalan Johar No. 6 Salatiga ini, kemudian berpindah lokasi ke Jalan Hasanudin No. 3B Salatiga, yang kemudian dikenal dengan sebutan Bethel Area. Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga saat ini memiliki beberapa departemen yang merupakan bagian dari struktur organisasi gereja, antara lain: A. Departemen Pengembalaan Departemen Penggembalaan merupakan mitra kerja Gembala jemaat yang memiliki tugas utama di bidang penggembalaan jemaat di kategorial-kategorial yang ada untuk ditangani dengan benar. Penggembalaan mempunyai fungsi yang penting dalam sebuah gereja lokal, karena semua orang yang terlibat dalam pelayaan penggembalaan bertanggung jawab penuh pada Tuhan dan Gembala Jemaat dalam memperhatikan, merawat dan memberdayakan anggotanya dari orang yang hanya sekedar “orang Kristen” saja sampai pada proses pertumbuhan menjadi murid Kristus. Untuk dapat melakukan tugas ini dengan baik, benar dan proposional maka di bawah Departemen penggembalaan ada pengurus kategorial-kategorial yang melayani jemaat sesuai dengan tingkatan umur dan pertumbuhan iman mereka yaitu :
77
a) Anak Bethel Indonesia (mulai dari Batita, Balita, Anak Usia 5-12 tahun, serta Tunas Remaja atau setingkat SMP) b) Youth Exelent Generation (anak-anak SMA – Mahasiswa) c) Fellowship Pria Bethel (komunitas bagi pria usia 25-50 tahun) d) Wanita Bethel Indonesia “Rebeka” (komunitas bagi wanita usia 25-50 tahun) e) Usia Indah (komunitas bagi para pria dan wanita usia lanjut diatas 50 tahun) f)
Kelompok Sel (komunitas jemaat dalam kelompok kecil untuk bertumbuh bersama di dalam Kristus)
g) Pastoral Penggembalaan (unit pelayanan untuk membantu jemaat yang datang untuk berkonsultasi tentang pelayanan ataupun pendampingan bagi jemaat yang sedang memiliki permasalahan)
Dengan adanya kategorial-kategorial yang ada diharapkan pelayanan gereja dapat menjawab tantangan dan kebutuhan jemaat secara baik dan benar, sehingga jemaat yang dilayani dapat merasakan dampak nyata dari pelayanan gereja, khususnya melalui pelayanan penggembalaan jemaat yang baik di GBI Bethel Area.
B. Departemen Pengajaran GBI Bethel Area Salatiga memiliki 3 kelas pengajaran yakni kelas SPY (Saya Pengikut Yesus) dan kelas SOM 2 (Sekolah Orientasi Melayani 2) serta bimbingan pra nikah. C. Departemen Profetik Departemen Profetik merupakan mitra kerja Gembala jemaat yang memiliki tugas utama dibidang kenabian. Profetik mempunyai fungsi yang penting dalam sebuah gereja lokal, karena semua orang yang terlibat dalam pelayanan bidang profetik bertanggung jawab penuh kepada
78
Tuhan dan Gembala Jemaat dalam membangun kerohanian dan iman jemaat, membawa jemaat untuk memiliki hubungan intim dengan Tuhan, dan memfasilitasi jemaat dalam kelancaran dan kenyamanan beribadah kepada Tuhan.
Untuk dapat melaksanakan tugas ini dengan baik, benar dan proporsional maka di bawah Departemen Profetik ada pengurus bidang pelayanan yang akan melayani jemaat sesuai dengan kebutuhan dan kelancaran jemaat dalam beribadah kepada Tuhan, yaitu: a. Doa. b. Pujian dan Penyembahan. c. Penerima Jemaat dan Persembahan. d. Sound sistem. e.
Multimedia.
f.
Perjamuan Kudus.
D. Departemen Apostolik dan Misi Departemen Apostolik dan Misi merupakan mitra kerja Gembala jemaat yang memiliki tugas utama di bidang penjangkauan jiwa dan penanaman gereja baru. Pelayanan apostolik dan misi mempunyai fungsi yang penting dalam sebuah gereja lokal, karena semua orang yang terlibat dalam pelayanan bidang apostolik dan misi bertanggung jawab penuh kepada Tuhan dan Gembala Jemaat dalam memperbesar kapasitas jumlah jemaat dengan menjangkau jiwa-jiwa baru yang diselamatkan, memberitakan Injil Kristus dan mendirikan gereja-gereja cabang di beberapa wilayah dan kota. Untuk dapat melaksanakan tugas ini dengan baik, benar dan proporsional maka di bawah Departemen Apostolik dan Misi ada tiga bidang pelayanan yang akan melayani sesuai dengan tujuan dan kebutuhan jiwa-jiwa akan Injil Kristus, yakni: 79
a) Departemen Apostolik. b) Departemen Misi. c) Pelayanan Masyarakat.
E. Departemen Penunjang. Departemen Penunjang merupakan mitra kerja Gembala Jemaat yang memiliki tugas dalam menunjang pelayanan di gereja. Departemen Penunjang mempunyai fungsi yang penting dalam sebuah gereja lokal, karena semua orang yang terlibat dalam pelayanan di bidang penunjang bertanggung jawab penuh kepada Tuhan dan Gembala Jemaat dalam melayani kebutuhan jemaat GBI Hasanudin. Untuk dapat melaksanakan tugas ini dengan baik, benar dan proporsional maka di bawah Departemen Penunjang ada lima bidang pelayanan yang akan melayani sesuai dengan kebutuhan jemaat, yakni: a.
Diakonia.
b.
Pelayanan Lelayu.
c.
Pusat Pengembangan Anak IO-847
d.
Transportasi.
e.
PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).
80
Berikut ini adalah struktur organisasi dalam Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, antara lain:
81
3.4. Kasus 1: Kepemimpinan Pdt. Bambang Hengky dalam Gereja Bethany Salatiga 3.4.1. Deskripsi Subjek Penelitian Pdt. Bambang Hengky dipilih sebagai subjek dalam penelitian ini dengan alasan, karena merupakan Pendeta yang memiliki kultur sebagai seorang etnis Tionghoa. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik subjek penelitian yang ditentukan dan dibutuhkan dalam peneltian ini. Selain itu subjek telah menjabat sebagai Gembala jemaat (pemimpin jemaat) di Gereja Bethany Salatiga selama kurang lebih 16 tahun. Kepemimpinan subjek sebagai Gembala Jemaat terhitung sejak awal bangunan Gereja Bethany Salatiga mulai dibangun dan kemudian diremikan pada tahun 1998. Pada saat itu Gereja Bethany Salatiga masih bernama Gereja Bethel Indonesia (GBI) Jemaat Bethany Salatiga10. Berkaitan dengan latar belakang kehidupan dari subjek, ia mengaku bahwa dahulu bukan berasal dari gereja aliran Pentakosta maupun gereja-gereja Protestan (arus utama). Subjek dahulu adalah seorang
bergama Kristen Katolik. Selain bukan berasal dari gereja-gereja aliran
Pentakosta, subjek juga tidak memiliki latar belakang sebagai seorang lulusan teologi. Subjek dahulunya berprofesi sebagai seorang dosen di Fakultas Pertanian. Selain itu subjek juga adalah seorang pembisnis. Keluarganya pun semuanya adalah pengusaha dan pembisnis yang sudah terbiasa kerja keras. Tidak ada anggota keluarganya yang lain, yang memilih untuk menjadi Pendea. Sehingga piliha subjek untuk menjadi seorang Pendeta adalah pilihan yang sesungguhnya tidak terpikirkan oleh anggota keluarganya11. Latar belakang subjek sebagai seorang Katolik dan bukan lulusan teologi serta seorang penguasa, membuat subjek tidak mengetahui sebelumnya bagaimana dunia pelayanan di gerejagereja Protestan bahkan gereja-gereja beraliran Pentakosta. Sampai dimana subjek yang berasal 10 11
Arif, Staff Admnistrasi Gereja Bethany Salatiga, wawancara, Salatiga, 25 Agustus 2014, pukul 11.00. Bambang Hengky, Gembala Jemaat Gereja Behany Salatiga, wawancara, Salatiga, 29 Agustus 2014, pukul 10.00.
82
dari Pekalonga kemudian berpindah saat subjek masih duduk dibangku SMA ke kota Salatiga. Subjek pada saat itu kemudian melanjutkan studinya di Universitas Kristen Satya Wacana. Dikerenakan subjek yang sejak kecil dididik dalam keluarga yang mengajarkan tentang sikap yang inklusif, maka dalam perkembangan selanjutnya subjek yang pada saat itu adalah mahasiswa UKSW kemudian berpindah menjadi anggota jemaat di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Salatiga. Di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Salatiga subjek adalah salah satu aktivis gereja yang aktif dalam komisi anak-anak muda pada waktu itu12. Subjek pun menemukan pasangan hidupnya, yang saat ini menjadi istrinya di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Salatiga. Sampai saat dimana subjek mengalami pengalaman rohani yang mendorong subjek untuk membuat pergerakan yang berbeda. Subjek pun memiliki kerinduan untuk membagikan pengalamannya tersebut dengan rekan-rekannya yang lain. Pendeta GKI Salatiga pada saat itu sudah mendukung adanya upaya untuk melakukan pergerakan tersebut. Namun yang terjadi kemudian adalah majelis jemaat yang memegang kuasa yang lebih pada saat itu kemudian menolak dan membatalkan semuanya13. Akhirnya setelah melalui pergumulan yang panjang selama beberapa tahun, subjek pun memutuskan untuk berpindah anggota gereja menjadi anggota dari Gereja Bethany Salatiga yang pada saat itu masih bernama Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga. Alasan subjek memutuskan untuk pindah anggota jemaat dikerenakan subjek merasa apa yang dicari tidak ditemukan di GKI Salatiga. Jadi bagi subjek hubungan yang berkaitan dengan interdominasi bukanlah hal yang baru dan sudah terbiasa marasakan dinamika dalam tiga warna dari gereja yang berbeda, antara lain: dari gereja Katolik kemudian berpindah ke gereja Kristen Indonesia dan berakhir di Gereja
12 13
Ibid. Ibid.
83
aliran Pentakosta. Sampai sekarang (tahun 2014) subjek masih menjabat sebagai Gembala Jemaat di Gereja Bethany Salatiga14. 3.4.2. Kepemimpinan Pdt. Bambang Hengky dalam Gereja Bethany Salatiga Berdasarkan teknik observasi dan wawancara mendalam dengan informan kunci maupun 5 (lima) informan pendukung maka ditemukan beberapa point pembahasan penting berkaitan dengan kepemimpinan Pdt. Bambang Hengky sebagai Pendeta beretnis Tionghoa, antara lain: a. Membangun Gaya atau Tipe Kepemimpianan yang Menyesuaikan dengan Siapa yang dipimpin. Hasil data yang diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi, ditemukan gaya kepemimpinan yang Pdt. Bambang Hengky terapkan selama ini menyesuaikan dengan orang-orang yang ia pimpin. Hal ini berangkat dari pemahamannya bahwa tidak ada gaya kepemimpinan yang terbaik. Sebagai pemimpin bagi jemaat dengan jumlah ribuan jiwa, ia merasa adanya perbedaan yang ditunjukan oleh setiap orang, termasuk didalamnya adalah rekanrekan pelayanannya, baik itu dalam hal kompetensi maupun komitmen ketika melayani. Kondisi ini membuat subjek harus dapat menyesuaikan dan menempatkan gaya kepemimpinan yang tepat ketika berhadapan dengan setiap orang yang dipimpinnya15. Baginya gaya kepemimpinan yang terbaik adalah gaya kepemimpinan yang mampu menyesuaikan dengan siapa pemimpin itu sedang berhadapan. Kadang sebagai pemimpin ia harus mampu berfungsi dalam memberikan directing bagi mereka dengan komitemen tinggi tetapi masih memiliki kemampuan atau kompentesi rendah karena masih kurangnya pengalaman. Ia kadang harus menjadi pelatih, bagi mereka yang sudah mulai memiliki kompetensi yang boleh dikatakan sedang namun komitmen yang mulai rendah. Menjadi suporter yang memberika dukungan ketika berhadapan dengan mereka yang memilki kompetensi tinggi namun
14 15
Ibid. Satrio Sambodo, Pendeta Muda Gereja Bethany Salatiga, wawancara, Salatiga, 29 Agustus 2014, pukul 12.10.
84
komitmennya variabel. Serta sebagai pemimpin ia pun harus dapat memberikan delegasi (delegation) ketika berhadapan dengan mereka yang telah memiliki komitmen tinggi sekaligus memiliki kompetensi yang tinggi16. Pdt. Bambang Hengky mampu memainkan fungsinya sebagai pemimpin dengan menerapkan gaya kepemimpinan yang dapat menyesuaikan dengan orang-orang yang dipimpinnya Ia dinilai mampu berganti gaya kepemimpinan dengan cepat dan sesuai ketika berhadapan dengan orang dengan tipe yang berbeda-beda. Kemampuannya tersebut dirasakan oleh orang-orang yang dipimpinnya, termasuk oleh orang-orang tedekatnya. Menurut Pdm. Satrio Sambodo ketika berhadapan dengan para Pendeta Muda, subjek sering memberikan delegasi dalam menjadi perpanjangan tangan dari gembala jemaat untuk menjangkau jemaatjemaat dengan berbagai persoalan yang ada. Mereka diberikan kesempatan untuk mengambil kebijakan dalam gereja sejauh tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar yang berlaku dalam gereja dan merugikan orang lain17. Lebih lanjut, menurut Pdm. Satrio Sambodo yang telah berjemaat di Gereja Bethany Salatiga selama 17 tahun, Pdt. Bambang Hengky bukanlah tipe pemimpin yang otoriter. Ia bukan pemimpin yang kemudian membuat semua orang yang dipimpinnya tergantung padanya. Sebaliknya, ia adalah pemimpin yang merangkul, mengingatkan serta memberikan kebebasan untuk setiap orang yang dipimpin dapat menentukan pilihan akhir. Subjek selama ini memposisikan diri sebagai seorang bapak yang mengingatkan dan memberikan berbagai pertimbangan kepada anaknya, dalam proses pengambilan keputusan akhir diberikan kebebasan untuk setiap orang yang dipimpinnya untuk memutuskan sendiri. Ketika orang-orang yang dipimpinnya berbuat salah maka ia tidak pernah menegurnya dengan cara yang “frontal” ataupun
16 17
Ibid. Denny A. Mustamu, Pendeta Muda Gereja Bethany Salatiga, wawancara, Salatiga, 29 Agustus 2014, pukul 11.20.
85
penuh emosi yang cenderung negatif, namun yang ia lakukan hanyalah memberikan contoh atau teladan yang benar18. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Pdm. Deny Mustamu melalui cerita pengalamannya selama berjemaat di Gereja Bethany Salatiga. Pdm. Deny Mustamu yang dahulunya berjemaat di GPIB dan kemudian berpindah ke gereja Bethany Salatiga, mengaku bahwa ia sangat merasa bertumbuh dalam gereja ini. Ia telah berjemaat selama kurang lebih 18 tahun bahkan sebelum gereja Bethany diresmikan pada tahun 1998. Ia menyatakan bahwa saat ini ia dan keluarga tidak terpikirkan sama sekali untuk berpindah gereja bahkan tidak akan pernah berpindah gereja karena telah merasa bagian dari gereja ini sejak awal. Selain itu dalam gereja ini, ia menemukan sosok Gembala jemaat memperlakukan dirinya sebagai anak, dan ia sendiri merasa memiliki bapak rohani yang perduli dan sangat baik dalam mendidik dirinya19. Labih lanjut dijelaskan bahwa Pdt. Bambang Hengky adalah sosok pemimpin yang memiliki hati bapak. “Hati bapak” yang dimaksudkan adalah ia sebagai sosok yang sangat mengasihi orang-orang yang dipimpinnya, dan memperlakukan mereka sebagai anak-anaknya sendiri. Bentuk kasihnya dia tunjukan melalui tindakan-tindakan yang tegas tetapi disisi lain ia pun bisa mempelakukan orang-orang yang dipimpinnya dengan penuh kelembutan20. Lebih lanjut, Pdt. Bambang Hengky dijelaskan termasuk tipe pemimpin yang cenderung terbuka dalam menerima masukan atau pendapat orang-orang yang dipimpinnya. Ia selalu memberikan kesempatan untuk orang-orang yang dipimpinnya untuk dapat mengeluarkan pendapat atau usulan serta memberikan ide-ide yang membangun. Ia mendorong orang-orang yang ia pimpin untuk mampu dan mau berinsiatif. Lebih dari itu ia memiliki kerinduan semua 18
Satrio Sambodo, Pendeta Muda Gereja Bethany Salatiga, wawancara,.. Denny A. Mustamu, Pendeta Muda Gereja Bethany Salatiga, wawancara,… 20 Ibid. 19
86
jemaat harus terlibat dan bukan menjadi penonton21. Jika dalam prose itu, ingin bertanya maka subjek kapan saja menyediakan waktu untuk bisa ditemui22. Selain itu subjek tidak jarang memberikan kepercayaan kepada rekan-rekan pelayanannya yang lain, untuk dapat memutuskan sesuatu b. Visi Hal utama yang ditekankan dalam kepemimpinan subjek adalah berkaitan dengan visi gereja yang adalah visi bersama dalam komuitas. Visi gereja bergerak kearah pemahaman bahwa pelayanan tidak hanya terbatas pada 4 (empat) tembok gereja, dalam hal ini subjek sebagai pemimpin memikirkan bagaimana caranya untuk dapat menggerakan jemaat agar terpanggil dalam pengembangan masyarakat. Wujud dari visi tersebut terlihat dari kehadiran dari unit-unit kerja yang diharapkan mampu memberkati kota Salatiga, antara lain: Sekolah, Koperasi, Hotel, Yayasan Sosial, Poliklinik serta juga memiliki 2 (dua) radio23. Dalam internal gereja subjek menekankan bahwa gereja Bethany terpanggil menjadi gereja yang berdoa. Kekuatan gereja ini terletak pada doa. Sehingga setiap pagi terdapat persekutuan doa yang dikenal dengan gerbang pagi yang berlangsung setiap pagi pada pukul 03.30 WIB. Selain itu juga diadakan kubu doa setiap hari senin dalam setiap minggunya24. Selain memahami visi dengan baik dan jelas, serta tahu kearah mana gereja akan bergerak, menurut Pdm. Satrio, subjek adalah pemimpin yang mampu menterjemahkan visi dengan baik kepada orang-orang yang dipimpinnya. Visi besar dari gereja diturunkan ke dalam tema-tema tahunan dan kemudian lebih diperjelas lagi melalui tema-tema bulanan. Pdt. Bambang Hengky
21
Bambang Hengky, Gembala Jemaat Gereja Behany Salatiga, wawancara,.. Satrio Sambodo, Pendeta Muda Gereja Bethany Salatiga, wawancara,.. 23 Bambang Hengky, Gembala Jemaat Gereja Behany Salatiga, wawancara,.. 24 Ibid. 22
87
secara rutin mengadakan pertemuan dengan sekitar 250 pekerja dari semua unit pelayanan dan gereja-gereja cabang yang dimiliki Gereja Bethany, setiap bulannya pada minggu pertama (setiap hari Sabtu). Semua pelayan wajib hadir dalam persekutuan disebut sebagai Ibadah kemah Daud. Dalam pertemuan atau persekutuan itu Pdt. Bambang Hengky membagikan visi bulanan dan terus memotivasi para pelayan untuk terus bergerak ke arah visi besar gereja yang menjadi visi bersama. Tidak berhenti disitu, Pdt. Bambang Hengky juga membagikan visi yang telah ia bagikan kepada para pelayan dan pemimpin-pemimpin gereja juga dibagikan kepada jemaat melalui pertemuan Family Altar (FA), buletin dan pesan gemabala25. Hal yan serupa juga diungkapkan oleh Pdm. Deny Mustamu saat diwawancarai. Menurutnya Pdt. Bambang Hengky dinilai mampu menggerakan jemaat untuk terus bergerak menuju visi besar dari gereja. Hal ini dapat terlihat melalui upaya Pdt. Bambang Hengky sebagai pemimpin untuk setiap bulannya mengadakan pertemuan rutin yang dihadiri oleh semua pelayan tanpa terkecuali. Dalam pertemua tersebut beliau memotivasi, mendorong dan membagikan visi bulanan yang merupakan turunan dari visi besar dari gereja. Hal ini dilakukan agar berbagai pengajaran dan pelayanan dapat seragam dalam setiap unit pendukung pelayanan yang ada. Selain itu beliau membagikan visi kepada jemaat melalui “pesan gembala” yang disebarkan melaui buletin dan sms kepada seluruh jemaat. Beliau dinilai sebagai sosok yang selalu memberikan waktu untuk terus menggerakan dan membagikan visi kepada jemaat26.
25 26
Satrio Sambodo, Pendeta Muda Gereja Bethany Salatiga, wawancara,.. Denny A. Mustamu, Pendeta Muda Gereja Bethany Salatiga, wawancara,…
88
c. Memandang posisinya lebih
sebagai
Fasilitator untuk
orang-orang yang
dipimpinnya. Subjek memandang posisinya saat ini lebih kepada sebagai seorang fasilatator. Sebagai fasilitator ia memberikan kesempatan bagi orang lain untuk dapat belajar, terutama para patnerpatner dalam pelayanannya untuk dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab dalam jemaat. Memberikan kesempatan kepada mereka untuk berbuat salah dan belajar dari kesalahan mereka melalui evaluasi bersama27. Subjek dikenal sebagai pemimpin yang terbuka, dalam hal memberikan kesempatan untuk orang-orang yang dipimpinnya untuk dapat memberikan pendapat atau usulan serta melaksanakan ide-ide yang ingin diterapkan dalam pelayanan. Jika ingin bertanya maka subjek kapan saja menyediakan waktu untuk bisa membangun percakapan secara pribadi dengannya28 d. Kompetensi Pemimpin Dari data yang diperoleh dari teknik wawancara ditemukan salah satu kelebihan Pdt. Bambang Hengky sebagai pemimpin adalah ia memiliki pengalaman bisnis dan manajemen dimasa lalu yang mungkin Pendeta lain tidak miliki. Pengalaman tersebut dinilai menjadi salah satu modal dalam upaya pengembangan gereja Bethany Salatiga. Sampai saat ini, gereja Bethany dibawah kepemimpinan Pdt. Bambang Hengky telah memiliki berbagai unit pendukung pelayanan seperti koperasi, hotel, sekolah, poliklinik, dan 2 (dua) radio, dll yang
27 28
Bambang Hengky, Gembala Jemaat Gereja Behany Salatiga, wawancara,.. Satrio Sambodo, Pendeta Muda Gereja Bethany Salatiga, wawancara,..
89
menunjukan gejala perkembangan secara terus menerus. Harapan dari kehadiran berbagai unit pendukung pelayanan tersebut, salah satunya agar menyerap tenaga kerja29. Terungkap bahwa Pdt. Bambang Hengky bukanlah Pendeta yang hanya mengetahui tentang hal-hal yang berkaitang dengan Teologi. Namun ia juga memiliki kemampuan pengolahan atau manajemen yang lebih karena adanya pengalaman masa lalu sebagai seorang dosen dan pembisnis. Kondisi ini membuat ia mampu membangun komunikasi dan hubungan dengan jemaat yang sebagaian besarnya adalah para pengusaha dan pembisnis30. Dalam menjalankan kepemimpinnya, ia bahkan menggunakan kemampuannya dalam berbisnis yang tentu dalam penerapannya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Alkitab dalam rangka mengembangkan gereja. Sampai saat ini gereja Bethany telah memiliki banyak unit pendukung. Keunggulan lain adalah sebagai seorang pembisnis ia telah memiliki keuangan secara pribadi yang lebih mapan sebelum menjadi Pendeta. Sehingga ia tidak sepenuhnya tergantung pada keuangan gereja. Selain itu latar belakangnya yang bukan lulusan teologi ketika menjadi Gembala jemaat, mempengaruhi dalam ia menyajikan khotbah-khotbah yang sifatnya lebih praktis dan realistis, yang disukai orang dewasa pada umumnya31. e. Pemimpin dengan Etos Kerja yang Tinggi, sebagai hasil dari Pengaruh Kultur yang dimiliki. Dari teknik wawancara yang dilakukan dengan subjek dan 2 (dua) Informan pendukung lainnya, yang menjabat sebagai Pendeta Muda di Gereja Bethany Salatiga, maka terungkap bahwah Pdt. Bambang Hengky adalah sosok pemimpin dengan etos kerja yang tinggi. Hal ini 29
Ibid. Ibid. 31 Ibid. 30
90
dinilai oleh subjek sendiri maupun informan pendukung merupakan hasil dari pengaruh kulturnya sebagai seorang beretnis Tionghoa. Subjek yang berasal dari keluarga yang anggota keluarganya berprofesi sebagai pengusaha dan pembisnis, terbiasa dididik untuk bekerja keras. Sehingga, bekerja keras menjadi bagian yang telah tertanam dalam pribadi subjek sejak awal sebelum ia menjadi Gembala jemaat32. Berkaitan dengan kepemimpinannya dalam jemaat gereja Bethany Salatiga, etos kerja yang tinggi diperlihatkannya melalaui komitmennya sebagai pemimpin untuk tetap hadir dalam setiap persekutuan doa pagi yang berlangsung Pukul 03.30 WIB disetiap harinya33. Subjek selalu memiliki komitmen untuk selalu hadir dalam persekutuan yang dikenal sebagai gerbang pagi. Dalam menghadiri persekutuan tersebut, subjek selalu hadir tepat waktu. Tentu untuk menjalani hal tersebut, dibutuhkan etos kerja yang tinggi. Menurut Pdm. Satrio Sambodo, subjek adalah pemimpin yang sibuk, karena gereja Bethany Salatiga memiliki banyak unit pelayanan, sehingga mengharuskan subjek untuk dapat hadir dalam setiap pertemuan dengan semua staf dan pengurus dari setiap bagian unit pelayanan yang ada. Namun dalam kesibukannya ia selalu menyediakan waktu untuk setia hadir dalam doa pagi yang berlangsung Pukul 03.30 WIB setiap harinya. Etos kerja yang ditunjukan oleh Pdt. Bambang Hengky membuat orang-orang yang dipimpinnya malu jika berkata “cape” dihadapannaya34. Sebagai pemimpin dengan etos kerja yang tinggi, subjek juga mendorong rekanrekan pelayananya untuk dapat melayani dengan maksimal dalam menjawab kebutuhan jemaat secara khusus dan masyarakat kota Salatiga secara umum.
32
Ibid. Ibid. 34 Ibid. 33
91
f. Menjadi Teladan Cara yang dilakukan oleh subjek dalam rangka mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya adalah dengan pertama-tama menjadi pemimpin yang dapat memberikan teladan yang baik. Ia
menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang melakukan dan bukan hanya
pemimpin yang bisa menyuruh orang untuk melakukan. Ia selalu memperlakukan apa yang ia katakana dan himbau kepada orang-orang yang dipimpinnya pertama-tama kepada dirinya sendiri35. Dengan kata lain Pdt. Bambang Hengky selalu berusaha terlebih dahulu menjadi contoh kepada orang-orang yang dipimpinnya. Keteladanan yang ditunjukan oleh subjek dengan memunculkan karakter-karakter sebagai seorang pemimpin. Karakter yang ditunjukan subjek antara lain: melayani dengan tekun, rajin, setiap, fokus, dan doa. Bagian-bagian tersebut menurut subjek adalah bagian penting dalam kepempinannya36. Dalam kepemimpinannya, Pdt. Bambang Hengky juga menunjukan karakter sebagai pemimpin yang rela berkorban. Hal tersebut terlihat dalam pengorbanan pribadi yang dilakukan olehnya dalam rangka untuk kepentingan orang lain dalam hal ini jemaat atau komunitas yang dipimpinnya. Satu hal yang menarik dari apa yang dilakukan oleh Pdt. Bambang Hengky sebagai Gembala jemaat Gereja Bethany Salatiga berkaitan dengan karakter sebagai pemimpin yang rela berkorban adalah dengan menyerahkan semua kompleks yang dahulunya merupakan milik pribadi dari Pdt. Bambang Hengky dan keluarga kepada gereja sepuhnya. Tanah yang saat ini telah dibangun bangunan gereja dan berbagai unit pendukung lainnya seperti sekolah, koperasi, poliklinik, dll, telah beralih kepemilikan menjadi milik jemaat lokal sepenuhnya. 35 36
Ibid. Bambang Hengky, Gembala Jemaat Gereja Behany Salatiga, wawancara,..
92
Pdt. Bambang Hengky memandang bahwa gereja membutuhkan tanah tersebut. Sehingga ia dan keluarga kemudian memberikan aset tersebut menjadi miliki gereja lokal sepenuhnya. Selain itu Pdt. Bambang Hengky juga tidak jarang berkorban dalam memberikan uang pribadi untuk disumbangkan ke gereja dalam rangka untuk digunakan dalam mencukupi keperluan gereja37. g. Memberdayakan orang-orang yang dipimpin. Jemaat Gereja Bethany Salatiga sebagian besarnya terdiri dari kaum muda. Ada sekitar 50% dari keselurahan jemaat adalah kaum muda yang adalah mahasiswa. Subjek melihat ini adalah potensi dan kesempatan yang besar dalam membekali dan memberdayakan anak-anak muda, terutama mahasiswa yang akan lulus dan kemudian menjadi tenaga profesionalprofesional muda yang nantinya tersebar di berbagai daerah di Indonesia38. Karena itu terdapat banyak sekali traning dalam rangka membekali kaum muda untuk dapat memiliki karakter dan maupun kemampuan yang lebih sebagai profesional muda nantinya. Selain itu subjek sebagai pemimpin memberikan kesempatan dan ruang yang besar untuk anak-anak muda dapat berkreasi dan memunculkan ide-ide segar. Sehingga mereka terus diberdayakan dengan potensi yang mereka miliki. Diharapkan gereja Bethany Salatiga menjadi gereja masa depan dengan kehadiran anak-anak muda dalam gereja ini39.
37
Denny A. Mustamu, Pendeta Muda Gereja Bethany Salatiga, wawancara,… Bambang Hengky, Gembala Jemaat Gereja Behany Salatiga, wawancara,.. 39 Ibid. 38
93
h. Pemimpin yang berusaha Membangun Tatanan dalam melakukan disiplin Rohani secara jelas. Adanya usaha yang terlihat dari subjek dalam membangun suatu tatanan dalam melakukan disiplin rohani dengan jelas. Pdt. Bambang Hengky sebagai gembala jemaat berusaha membangun tatanan dalam melakukan disiplin rohan secara jelas. Jemaat dididik untuk memiliki waktu-waktu yang disediakan untuk melakukan disiplin rohani secara jelas. Salah satunya melalui persektuan doa pagi Pukul 03.30 WIB setiap harinya. Selain itu terdapat waktu-waktu doa khusus setiap hari senin40. Hal ini dilakukan dalam rangka mendorong untuk pertumbuhan kehidupan spiritual dari jemaat. Jemaat memiliki relasi atau hubungan pribadi dengan Tuhan. Bahkan sebagai sebuah jemaat, Pdt. Bambang Hengky menekankan bahwa gereja Bethany terpanggil menjadi gereja yang berdoa. Kekuatan gereja ini terletak pada doa. Penekanan lainnya adalah hal yang berkaitan dengan pujian dan penyembahan. Semua orang dipahami sebagai penyembah apapun profesinya. Penyembahan bukan hanya di gereja
saja namun dari cara hidup
ditekankan harus menunjukan sikap sebagai seorang penyembah. Selain pujian dan penyembahan hal lain yang ditekankan adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengajaran41.
40
Satrio Sambodo, Pendeta Muda Gereja Bethany Salatiga, wawancara,.. Bambang Hengky, Gembala Jemaat Gereja Behany Salatiga, wawancara,..
41
94
3.5. Kasus 2: Kepemimpinan Pdt. Gideon Rusli dalam Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga 3.5.1. Deskripsi Subjek Penelitian Pdt. Gideon Rusli dipilih sebagai subjek dalam penelitian ini dengan alasan, karena merupakan Pendeta yang memiliki kultur sebagai seorang etnis Tionghoa. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik subjek penelitian yang ditentukan dan dibutuhkan dalam penelitian ini. Alasan lain peneliti memilih Pdt. Gideon Rusli sebagai subjek karena ia telah menjabat sebagai Gembala jemaat (pemimpin jemaat) di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga selama kurang lebih 14 tahun. Kepemimpinan subjek sebagai Gembala Jemaat terhitung sejak tahu 2000. Pada saat itu Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga masih dalam tahap pembangunan gedung gereja yang berlokasi di Jalan Hasanudin No. 3B Salatiga. Subjek adalah Gembala
ke-4 dalam kepemimpinan di gereja Bethel Indonesia (GBI)
Salatiga. Ia menggantikan posisi ayahnya yaitu Pdt. Andreas Muliatno Rusli, yang sebelumnya juga adalah Gembala jemaat di Gereja Bethel Indoensia (GBI) Salatiga selama
27 tahun
terhitung dari tahun 1973 sampai 2000. Sebelum dipercayakan memimpin jemaat , ia telah menjadi bagian dari Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga sejak kecil. Bahkan sejak lahir, ia telah terdaftar menjadi anggota gereja tersebut. Hal tersebut dikarenakan orang tuanya, terutama ayahnya sudah sejak awal melayani di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga. Subjek adalah sarjana pendidikan Agama Kristen, lulusan dari sekolah seminari Bethel. Dan baru saja menyelesaikan S2 di salah satu sekolah tinggi Teologi di kota Solo. Dibawah kepemimpinannya, gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga berhasil membangun bangunan gereja ditanah seluas kurang lebih 5.789 m2. Secara kuantitas, jumlah jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga menunjukan peningkatan. Saat ini (tahun 2014) jemaat yang
95
terdaftar mencapai 2500 jiwa, diantaranya 2000 adalah kategori orang dewasa dan 500 adalah anak-anak. Setiap minggunya pada ibadah raya dihadiri lebih dari 1000 jiwa. Dan telah memiliki 15 pos pelayanan yang tersebar di sekitar daerah Salatiga. Pelayanan di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga didukung dengan berbagai unit-unit pelayanan seperti adanya sekolah PAUD, Pusat Pengembangan Anak (PPA), dll yang pengelohannya dibawah depertemen-depertemen pelayanan yang ada dalam gereja. 3.5.2. Kepemimpinan Pdt. Gideon Rusli dalam Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga. Berdasarkan teknik observasi dan wawancara mendalam dengan informan kunci maupun 5 (lima) informan pendukung maka ditemukan beberapa point pembahasan penting berkaitan dengan kepemimpinan Pdt. Gideon Rusli sebagai Pendeta beretnis Tionghoa, antara lain: a. Gaya atau Tipe Kepemimpinan Data yang ditemukan melalui wawancara berkaitan dengan gaya kepemimpian terungkap bahwa Pdt. Gideon Rusli adalah pemimpin yang memberikan penekanan lebih pada relasi. Baginya kinerja memang juga merupakan bagian yang penting namun hal-hal yang berkaitan dengan kinerja dapat dibangun kemudian. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa untuk mencapai kinerja yang baik maka harus terlebih dahulu didasari dengan relasi yang baik. Dengan relasi yang dibangun, dalam hal ini relasi seperti sebuah keluarga maka menurutnya kita akan mampu menggerakan atau mengarahkan orang lain dengan mudah untuk dapat meningkatkan kinerjanya42. Relasi yang berusaha dibangun oleh subjek adalah hubungan atau relai yang didasari pada sebuah nilai bahwa semua yang ada dalam gereja ini adalah keluarga. Maka secara otomatis hubungan yang tercipta dalam jemaat, seperti hubungan atau relasi sebagaimana dalam konteks 42
Gideon Rusli, Gembala Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara, Salatiga, 2 Septemer 2014, pukul 11.00 WIB.
96
keluarga. Sebagai keluarga, ia berperan sebagai bapak dan jemaat adalah anak-anaknya. Hal tersebut juga diterapkannya dengan rekan-rekan pelayanannya. Subjek mengaku bahwa mereka sebagai satu tim berjuang bersama-sama sebagai sebuah keluarga. Jadi sejauh ini relasi yang terus dibangun adalah relasi seperti keluarga43. Bagian yang diungkapkan oleh subjek tersebut, juga dirasakan oleh informan pendukung yang diwawancarai. Dari hasil wawancara kepada informan pendukung yaitu Ibu Ely dan Bapak Cipto, yang adalah anggota jemaat dan aktivis pelayanan di gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga selama 14 tahun dapat dirangkum bahwa Pdt. Gideon Rusli sebagai pemimpin yang tampil sebagai sosok bapak. Hal tersebut terlihat dari keperduliannya yang lebih kepada jemaatnya. Ia selalu berusaha melakukan kunjungan kepada jemaat, terutama jemaat yang baru. Ia melakukan pendekatan secara pribadi. Ia sosok yang merangkul, ramah dengan semua jemaat44. Subjek sendiri dalam wawancara mengungkapkan bahwa gaya kepemimpinan hamba menjadi gaya kepemimpinan yang menurutnya ia terapkan sebagai pemimpin. Selama 14 tahun memimpin subjek akhirnya semakin dipertegas untuk memutuskan menerapkan gaya kepemimpinan sebagai seorang hamba yang diterapkan oleh Tuhan Yesus. Wujud dari kepemimpinan hamba yang menjadi pilihan subjek adalah dengan menyediakan waktu. Menurutnya waktu adalah barang mahal. Ia terus berusaha menyediakan waktu untuk konseling, bertemu tatap muka untuk dapat berbagi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Selain itu subjek selalu bersedia membantu rekan-rekan pelayanannya yakni para staff yang mengalami kesulitan dalam proses kerjanya. Ia membantu untuk dapat menterjemahkan langkah-langkah 43
Ibid. Ely, Anggota Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara, Salatiga, 28 Agustus 2014, pukul 20.00 WIB. 44
97
dengan baik. Dengan gaya kepemimpinan yang melayani, ia selalu berusaha untuk membuka diri untuk terus dapat membantu orang lain, tanpa terkecuali45. Hasil data yang diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara kepada informan kunci, berkaitan dengan gaya atau tipe kepemimpinan yang diterapkan ditemukan bahwa subjek sebagai pemimpin mengaku terhadap rekan-rekan pelayanannya, selalu bersikap “open”. Terhadap rekan-rekan pelayanannya, ia memberikan kesempatan dan ruang yang sebesar-besarnya untuk dapat berpendapat. Dalam rapat atau pertemuan-pertemauan yang sering dilaksanakan dia memberikan kesempatan kepada orang yang dipimpinnya untuk dapat memunculkan ide-ide, dan selalu mengijinkan orang-orang untuk berbeda pendapat. Dalam hal mengambil kebijakan juga diperlakukan hal yang sama . Dalam kepemimpinannya ia berusaha untuk selalu kerja sebagai satu tim. Sebagai wujudnya, ia sebagai pemimpin menyukai adakan pertemuan, untuk dapat mendengarkan dan membicarak ide-ide dari rekan-rekan pelayananya yang lain46. Berkaitan dengan gaya atau tipe kepemimpinan dari Pdt. Gideon Rusli ditemukan dari hasil wawancara dengan informan pendukung yang adalah salah satu staff di bagian multimedia, bahwa Pdt. Gideon Rusli adalah tipe pemimpin yang memberikan kesempatan kepada patner pelayanannya untuk dapat melakukan yang bisa dilakukan dengan talenta dan kemampuan yang dimiliki47. Sebagai patner pelayanan Pdt, Gideon Rusli, ia menilai bahwa Pdt. Gideon adalah pemimpin yang mau memberikan kesempatan dan ruang yang lebih kepada orang-orang yang dipimpinnya untuk dapat berkreativitas dengan kemampuan dan talenta yang dimiliki. Yang ia rasakan selama bekerja sama dengan Pdt. Gideon Rusli adalah ia dapat berkembang lebih baik
45
Gideon Rusli, Gembala Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara,... Ibid 47 Michael, Staff bagian Multimedia Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara, Salatiga, 26 Agustus 2014, Pukul 12.45 WIB. 46
98
dalam hal talenta yang dimiliki. Pdt. Gideon Rusli sebagai pemimpin selalu mendorong orangorang yang dipimpinnya, termasuk sdr. Maikel untuk dapat melakukan segala sesuatu dengan terbaik. Sebagai pemimpin ia selalu memberikan masukan kepada patner-patner pelayanannya48. Pemimpin yang sering juga memberikan apresiasi kepada apa yang telah dikerjakan dengan maksimal oleh orang-orang yang dipimpinnya49. Hal tersebut sejalan dengan keterangan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan saudari Yunita, yang juga adalah salah satu staff di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga. Ia juga menilai Pdt. Gideon Rusli adalah pemimpin yang selalu memberikan tantangan dan kesempatan untuk rekan-rekan kerja dan pelayanannya untuk melakukan apa yang bisa dilakukan untuk kemajuan pelayanan50. Selain itu juga, Pdt. Gideon Rusli adalah sosok yang selalu “welcome” dan “open” dengan berbagai pendapat atau usulan dari orang lain. Selama pendapat yang diberikan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Firman Tuhan, maka ia akan mendengarkan dan mempertimbangkan51. b. Relasi dengan orang-orang yang dipimpin Dari teknik observasi dan wawancara mendalam dengan informan kunci dan 5 (lima) informan pendukung maka terungkap bahwa Pdt. Gideon Rusli adalah pemimpin yang memberikan penekanan lebih pada relasi. Ia mendasari relasi tersebut pada sebuah nilai bahwa semua yang ada dalam gereja adalah keluarga. Maka secara otomatis hubungan yang tercipta dalam jemaat, diharapkan seperti hubungan atau relasi dalam konteks keluarga. Sebagai keluarga, ia berperan sebagai bapak dan jemaat adalah anak-anaknya. Hal tersebut juga
48
Ibid Ibid 50 Yunita, Staff Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara, Salatiga, 26 Agustus 2014, Pukul 12.00 WIB 51 Ibid,. 49
99
dilakukannya dengan rekan-rekan pelayanannya. Subjek mengaku bahwa mereka sebagai satu tim berjuang bersama-sama sebagai sebuah keluarga. Jadi sejauh ini relasi yang terus dibangun adalah relasi seperti keluarga52. Upaya membangun hubungan sebagaimana sebuah keluarga diwujudkannya dengan merasakan apa yang orang-orang dipimpinnya rasakan. Ibu Ely dan Bapak Cipto sebagai angota jemaat, berkisah ketika rumah mereka rusak karena terkena angin ribut maka Pdt. Gideon Rusli sebagai pemimpin mau langsung bergerak membantu mereka dan keluarga yang lain, yang juga terkena bencana53. Keperduliannya tersebut atas dasar pandangannya bahwa semua yang ada dalam jemaat adalah keluarga sehingga harus saling membantu. Dalam membangun relasi dengan orang-orang yang dipimpinnya, sebagai pemimpin ia menyukai untuk melakukannya melalui sentuhan secara personal. Dalam hal ini ia sebagai pemimpin berusaha menyediakan waktu untuk dapat membangun komunikasi pribadi dengan orang-orang yang dipimpinnya54. Walaupun secara ideal tidak semua jemaat dapat didekati secara personal namun ia sebagai pemimpin berusaha kalau ada jemaat baru maka ia menyediakan waktu untuk melakukan kunjungan dan melakukan sentuhan secara personal. Selain sebagai pemimpin ia membentuk tim perkunjungan untuk memperhatikan jemaat-jemaat yang ada. Disamping itu juga terdapat komunitas-komunitas yang diharapkan mampu menjadi wadah bagi jemaat untuk dapat saling berbagi dan memperhatikan55.
52
Gideon Rusli, Gembala Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara,... Ely, Anggota Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara,... 54 Gideon Rusli, Gembala Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara,... 55 Ibid 53
100
c. Visi Melalui teknik wawancara dengan informan kunci berkaitan dengan visi, ditemukan bahwa pemahaman subjek tentang visi mencakup gambaran tentang masa depan yang lebih baik. Pdt. Gideon Rusli sebagai pemimpin menempatkan visi gereja yang adalah visi bersama pada salah satu bagian yang terpenting dalam kepemimpinanya 56. Dalam gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, visi gereja selalu dibicarakan minimal 2 (dua) kali dalam setahun. Tepatnya pada awal tahun dan pertengahan tahun untuk terus mengingatkan jemaat untuk visi besar yang dimiliki. Selain itu visi gereja yakni “Menjadi jemaat lokal yang memberkati kota, bangsa dan dunia dengan pelayanan yang holistik dan terpadu” dijabarkankan ke dalam program-program dalam 5 (lima) bidang atau depertemen yang ada. Sehingga menurutnya ketika orang mengikuti program yang telah direncanakan maka ia akan digiring untuk bergerak ke arah visi gereja57. Salah satu wujud dari upaya dalam pergerakan ke arah visi besar gereja yang merupakan visi bersama adalah ketika HUT gereja menyediakan paket dalam jumlah 800 sampai 1000 untuk dibagikan ke masyarakat kota salatiga58. Selain itu menurutnya ada beberapa aksi sosial yang juga diadakan dalam rangka memberikati kota Salatiga, seperti pengobatan gratis, potong rambut gratis, dll. Menurutnya Itu salah satu wujud dalam menjadi gereja yang dapat memberkati kota Salatiga. Sebagai pemimpin ada berbagai cara untuk menggerakan orang kepada visi bersama. Hal yang biasa dialakukan subjek adalah melalui mimbar. Selain itu ada pendekatan secara pribadi yang dilakukan subjek, melalui percakapan secara pribadi berkaitan dengan visi gereja dengan orang-orang yang dipimpinnya59.
56
Ibid Ibid 58 Ibid 59 Ibid 57
101
d. Gereja yang digerakan oleh tujuan Berkaitan dengan kunci dari pertumbuhan dan perkembagan gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga selama ini, subjek dalam wawancara menjelaskan bahwa salah satu yang menjadi kunci dalam upaya menjadi gereja yang terus mengalami pertumbuhan adalah menjalankan sistem gereja yang memiliki tujuan atau dapat dikatakan gereja yang digerakan oleh tujuan. Hal ini menurut subjek merupakan faktor yang membuat gereja ini terus bertumbuh secara kuantitas maupun kualitas. Selain sesungguhnya subjek mengaku bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang ditunjukan oleh gereja ini merupakan anugera Tuhan yang menurutnya merupakan sumber perkembangan60. Adapun beberapa tujuan dari gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga yang selama ini menggerakan sistem dalam gereja ini61, antara lain: (a) Menjadi gereja yang ada untuk bersekutu, sehingga yang dilakukan adalah membentuk kelompok sel (komsel). Saat ini Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga telah memiliki 80 komsel. Adanya komsel mengajarkan dan mendorong jemaat untuk tidak tergantung dan terpaku hanya pada ibadah raya minggu di gereja. Tetapi diharapkan dengan adanya kelompok-kelompok sel, jemaat dapat memiliki komunitas kecil yang membantu pertumbuhanya. (b) Gereja ada untuk pemuridan. Gereja harus ada untuk berjuang membantu untuk setiap orang di dalamnya dapat mengalami pertumbuhan menjadi murid Tuhan Yesus. Sehingga dalam Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga terdapat kelas untuk jemaat dapat belajar menjadi murid Kristus. Jadi yang ditekankan adalah pemuridan. (c) Gereja ada untuk melayani, maka disediakan kesempatan kepada setiap jemaat untuk mengambil bagian dalam pelayanan. (d) Gereja ada untuk penginjilan, dengan menyediakan diri untuk
60 61
Ibid Ibid
102
berdoa dan penginjilan. Dan yang terakhir adalah (e) Gereja ada untuk penyembahan. Kelima hal tersebut membantu untuk menjadikan gereja dalam kondisi sehat. Ketika gereja sehat maka ia secara alamiah akan bertumbuh62. Dari data yag diambil melalui teknik wawancara dengan informan kunci tersebut kemudian ditemukan pandangan yang menguatkan hasil wawancara tersebut. Dari hasil wawancara dengan Ibu Ely dan Bapak Cipto sebagai anggota jemaat yang telah berjemaat sejak tahun 2000, ditemukan bahwa Bapak Cipto dan Ibu Ely sebagai jemaat mereka diberikan ruang lebih untuk dapat melayani dalam jemaat. Hal ini tidak ia temukan di gereja sebelumnya. Keterlibatan suami istri ini dalam jemaat semakin aktif ketika ditawarkan untuk menjadi pelayan untuk penerima jemaat dan pembawa katong persembahan. Sehingga sejak tahun 2001, Ibu Ely dan Bapak Cipto kemudian memutuskan untuk terlibat telebih jauh dalam pelayanan. Ibu Ely kemudian melayani di komisi sekolah minggu sebagai guru sekolah minggu, sedangkan Bapak Cipto kemudian melayani di kelompok/kaum bapak sampai sekarang ini. Dari kisah Ibu Ely dan Bapak Cipto mempertegas salah satu bagian yang diungkapkan oleh subjek berkaitan tujuan gereja yakni menjadi gereja yang melayani, dengan memberikan kesempatan dan ruang sebesar-besarnya untuk dapat terlibat dalam pelayanan63. Data lain yang memperkuat keterangan subjek berkaitan dengan menjadi gereja yang bersekutu, yang kemudian diwujudkan dengan kehadiran komunitas dan kelompok-kelompok sel yang mampu membantu pertumbuhan jemaat adalah data yang didapatkan dari hasil wawancara bersama saudara Michael. Dari hasil wawancara ditemukan bahwa saudara Michael merasa bahwa di gereja Bethel Indoensia (GBI) Salatiga memiliki komunitas yang membantu 62
Ibid Ely dan Cipto, Anggota Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara, Salatiga, 28 Agustus 2014, pukul 20.00 WIB. 63
103
pertumbuhannya. Saudara Maikel menjadi anggota jemaat di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga sejak tiga tahun yang lalu. Kemudian memutuskan untuk bekerja sebagai staff yang menangani tentang multimedia gereja sejak 2 tahun yang lalu. Sebelumnya ia adalah anggota jemaat salah satu gereja di Salatiga, namun kemudian memutuskan untuk berpindah anggota jemaat ke gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga. Alasan Saudara Maikel pindah ke GBI Salatiga karena ia merasa lebih nyaman dengan komunitas di GBI Salatiga, dimana mereka bisa saling mendukung satu dengan lainnya64. e. Pengaruh dari kultur sebagai seorang etnis Tionghoa terhadap kepemimpinan subjek. Dalam wawancara bersama informan kunci, ditemukan bahwa dalam kulturnya ia dididik untuk memiliki apa yang ia sebut sebagai daya juang yang tinggi. Karakter ini menjadi sangat berperan dalam proses menjalankan kepemimpinannya selama 14 tahun. Dengan adanya semangat juang yang tinggi dalam dirinya sebagai pemimpin maka membuat dirinya menjadi pemimpin yang tidak mudah untuk menyerah ketika berhadapan dengan berbagai kesulitan dan tantangan65. Yang tertanam dalam dirinya adalah bagaimana caranya apapun yang dikerjakan harus jadi. Kondisi ini terlihat juga pada saat ia memimpin rapat. Dalam rapat ia tidak menerima alasan atas kesulitan-kesulitan yang dihadapi tetapi yang ingin dikejar adalah solusi apa yang bisa dilakukan untuk kesulitan, hambatan dan tantangan yang dhadapi. Jika rekan-rekan kerja atau pelayanannya yang lain tidak bisa kerjakan maka ia sebagai pemimpin akan langsung turun tangan. Jadi menurutnya dengan kulturnya sebagai seorang etnis Tionghoa membuat di dalam dirinya tertanam karakter sebagai seseorang yang ulet, kerja keras, dan memiliki daya juang yang 64
Michael, Staff bagian Multimedia Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara,… Gideon Rusli, Gembala Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara,...
65
104
tinggi. Hal-hal tersebut yang membuat ia sebagai pemimpin tidak mudah untuk menyerah ketika berhadapan dengan kesulitan66. Kerja keras, ulet dan memiliki semangat juang yang tinggi adalah bagian-bagian yang menurutnya menjadi salah satu faktor yang kemudian membuat GBI Salatiga berhasil menyelesaikan pembangunan gedung gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga 67. Dalam proses pembangunan gereja yang disebut sebagai “markas besar” tersebut harus menempuh proses yang tidak mudah. Namun dengan semangat juang yang tinggi, kerja keras dan uletnya sebagai pemimpin ia mampu menggerakan jemaat untuk dapat berkontribusi terhadap pembangunan gereja. Sehingga dibawah kepemimpinannya, berhasil dibangun gedung gereja yang megah untuk umat dapat beribadah. f. Kompetensi Pemimpin Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam dengan beberapa informan pendukung berkaitan dengan kompetensi yang dimiliki subjek sebagai pemimpin, maka ditemukan bahwa Pdt. Gideon Rusli sebaga pemimpin memiliki kompetensi manajerial yang baik. Hal tersebut diperkuat dari keterangan saudara Maikel yang mengaku tertarik untuk berjemaat dan bekerja sebagai staff di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga karena ia menilai bahwa di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, semuanya pengolahan atau manajemen pelayanannya lebih teratur rapih dibandingkan dengan gereja dimana ia berjemaat sebelumnya68.
66
Ibid Ibid 68 Michael, Staff bagian Multimedia Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara,… 67
105
Hal tersebut diperkuat dengan keterangan yang disampaikan oleh saudari Yunita sebagai informan pendukung saat diwawancarai. Ia menilai bahwa ia kemudian memutuskan untuk berjemaat dan kemudian bekerja sebagai staff karena suka dengan pola kepemimpinan Pdt. Gideon Rusli yang dalam manajeman gereja sangat terlihat sistematis. Hal tersebut sesuai dengan tipe saudari Yunita yang juga merupakan orang yang bekerja dengan sistematis69. Observasi terhadap kompetensi manajerial Gambar 3.4 Pengelolaan Salah Satu Ruang Administrasi Gereja di GBI Salatiga
Yang tampak pada foto adalah aktivitas kerja para staff dari setiap depertemen pelayanan yang ada. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa, dalam Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga terdapat 5 (lima) departemen pelayanan yang membantu manajemen pelayanan di GBI Salatiga antara lain (a) Departemen Pengembalaan, (b) Departemen Pengajaran (c) Departemen Profetik (d) Departemen Apostolik dan Misi dan (e) Departemen Penunjang. Semua departemen memiliki staff khusus yang bertugas dalam mengurusi berbagai hal terkait dengan bagian masing-masing.
69
Yunita, Staff Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara,…
106
Gambar 3.5 Pengelolaan Ruang kerja untuk Para Staff dari Departemen pelayanan
Gambar 3.6 Pengelolaan Lingkungan Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga.
107
Tampak pada gambar bagian halaman depan dari gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatia yang tertata rapih dan besih. Adanya beberapa tanaman hias menambah nilai estetika dari tampilan halaman gereja. Di halaman gereja yang sangat luas ini juga terdapat Pos Satpam. Selain itu denga halaman gereja yang luas maka tidak kesulitan bagi jemaat yang berkenderaan untuk mendapatkan tempat parkir kendaraan setiap kali datang beribadah. Gambar 3.7 Alat Transportasi yang disediakan untuk kebutuhan Jemaat
Tampak pada gambar adalah alat transportasi yang disediakan oleh gereja untuk dapat menjemput jemaat yang membutuhkan jemputan pada saat datang beribadah atau melakukan pelayanan ke luar kota. Alat kendaraan ini disediaka oleh bidang transportasi yang berada di bawah departemen penunjang.
g. Karakter-karakter yang dimiliki sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin, karakter-karakter yang menjadi penekanannya antara lain; kekudusan. Kekudusan menjadi harga mati dalam kepemimpinannya. Kekudusan yang dimaksud meliputi kekudusan dalam moralitas yang dimiliki, kekudusan dalam seksualitasnya, kekudusan dalam
108
keuangannya serta kekududusan dalam segala bagian kehidupan. Walaupun menurutnya tidak ada manusia yang 100% yang sempurna, namun dengan terus berusaha hidup dalam kekudusan dalam bagian-bagian tersebut akan menjadikan ia sebagai pemimpin yang dapat menjadi teladan dan tidak hanya sekedar “ngomong”. Menurutnya ini penting karena banyak Gembala yang “jatuh” karena korupsi uang jemaat, selingkuh dll. Selain kekudusan, karakter lain yang menjadi penekanan adalah kerendahan hati. Menurutnya kerendahan hati merupakan karakter yang menjadi kunci dalam gaya kepemimpinan yang melayani70. Berkaitan dengan karakter sebagai pemimpin yang memiliki kerendahan hati, dari hasil wawancara dengan Saudari Yunita memperkuat keterangan tentang karakter kerendahan hati yang dimiliki Pdt. Gideon Rusli. Hasil wawancara bersama saudari Yunita sebagai informan pendukung dapat diringkas bahawa Pdt. Gideon Rusli sebagai pemimpin memiliki kerendahan hati. Hal tersebut ditunjukannya dengan mau berbaur dekat dengan orang-orang yang dipimpinnya, tanpa terkecuali71. Hal lain yang diungkapkan oleh Saudari Yunita berkaitan dengan karakter yang dimiliki Pdt. Gideon Rusli sebagai pemimpin adalah pemimpin yang tegas, berani mengambil keputusan yang berisiko, berintegritas serta fleksibel. Ketegasannya sebagai pemimpin ditunjukannya dengan menolak semua bentuk dosa. Ia bukan pemimpin yang suka berkompromi dengan dosa. Sehingga semua pelayan diharuskan hidup dalam kekudusan. Namun disatu sisi dia dalam melakukan pendekatan secara personal, ia mampu tampil sebagai sosok pemimpin yang lembut dan merangkul.
Pdt. Gideon Rusli juga dikenal sebagai sosok yang sangat baik. Hal ini
dirasakan secara pribadi oleh saudari Yunita selama mengenal Pdt. Gideon Rusli. Ia juga mampu
70 71
Ibid Yunita, Staff Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara,…
109
menjadi pemimpin yang rela berkorban. Ia mau menyediakan waktu untuk jemaat, dalam hal ini melakukan kunjungan, membangun komunikasi dengan jemaat. Hal yang tidak jauh berbeda diungkapkan oleh Saudara Michel melalui teknik wawancara yang dilakukan. Saudara Michael menilai bahwa Pdt. Gideon Rusli sebagai pemimpin memiliki karekater yang tegas tetapi lembut. Jika seseorang bertindak sesuatu yang salah maka sebagai pemimpin dia memberikan nasehat yang tegas. Ia suka mengayomi orang-orang dipimpinnya. Ketika orang-orang yang dipimpinnya berbuat salah dalam kinerjanya maka ia sebagai pemimpin tidak langsung menghakimi, tetapi selalu memberikan motivasi untuk bisa lebih baik72. Ditambahkan oleh pasangan suami istri, Bapak Cipto dan Ibu Ely, yang menilai Pdt. Gideon Rusli adalah sosok pemimpin yang berintegritas dan memiliki disiplin dalam hal waktu. Ia selalu hadir “on time” dalam setiap pertemuan khusus untuk para pelayan, yang disediakan satu bulan satu kali. Dalam pertemuan yang wajib dihadiri oleh semua pelayan, Pdt. Gideon Rusli selalu datang tepat waktu73. h. Cara yang dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpin. Berdasarkan data yang didapatkan melalui teknik wawancara bersama informan kunci berkaitan dengan cara yang dilakukannya sebagai pemimpin dalam mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, dapat terungkap bahwa cara yang dilakukan subjek dalam mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya adalah (a) melalui sentuhan secara personal. Dalam hal ini ia sebagai pemimpin berusaha menyediakan waktu untuk dapat membangun komunikasi pribadi dengan orang-orang yang dipimpinnya. (b) Memberikan pengaruh melalui khotbah-khotbahnya di mimbar. Melalui mimbar ia sebagai pemimpin berusaha untuk menggerakan jemaat kepada visi bersama, serta memberikan pengaruh kepada jemaat untuk berdedikasi pada Kristus. Dan 72 73
Michael, Staff bagian Multimedia Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara,… Ely dan Cipto, Anggota Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara,…
110
yang terakhir dan utama berkaitan dengan bagaimana caranya mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya adalah dengan (c)menjadi teladan. Menurutnya ketika ia berbicara tentang doa maka ia harus mampu memberikan telasdan sebagai seorang yang berdoa. Ketika ia berbiacara tentang kehidupan keluarga yang baik, maka ia melalui keluarganya harus mampu menunjukan apa yang ia ajarkan kepada jemaat74. Dalam menjadi teladan ia berusaha untuk dapat menjadi pemimpin yang rela berkorban. Wujud dari hal tersebut adalah dengan serius dalam melayani, memberikan hati dan hidupnya untuk orang lain. Dan ketika hati telah terbuka maka otomatis yang lainnya pun ikut terbuka, termasuk dompet. Tidak bermaksud untuk menyobongkan diri, ia telah memberikan dua mobil untuk membiayai pembangunan gereja. Menurutnya dalam hal itu, bukan masalah tentang materi, tetapi bagaimana mampu menjadi teladan yang baik. Dengan menjadi teladan ia mampu menjadi pemimpin mampu memimpin dengan efektif, tanpa harus mengontrol orang lain75. Hasl wawancara bersama Bapak Cipto memberkuat keterangan bahwa Pdt. Gideon Rusli adalah sosok pemimpin yang mau berkorban. Bapak Cipto dalam wawancara menyatakan bahwa keteladanan lainya dari Pdt. Gideon adalah ia termasuk sosok pemimpin yang rela berkorban. Ia pernah menyerahkan mobil pribadinya untuk membantu pembangunan gereja. Hal ini mampu menjadi contoh untuk menggerakan jemaat untuk juga mau berkorban bagi pembangunan gedung gereja pada saat itu76.
74
Gideon Rusli, Gembala Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara,... Ibid 76 Cipto, Anggota Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara, Salatiga, 28 Agustus 2014, pukul 20.00 WIB. 75
111
i. Adanya upaya untuk mengerjakan segala sesuatu dengan “excellent” Subjek memandang posisinya sebagai pemimpin saat ini bukanlah merupakan jabatan. Ia memandang posisinya sebagai pemimpin lebih sebagai kepercayaan dari Tuhan dan umat. Ia tidak ingin orang mengikutinya karena jabatannya sebagai Pendeta. Yang dia pahami dan ajarkan selama ini kepada jemaat bahwa ketika ia depercayakan sebagai pemimpin maka ia sedang berutang kepada jemaat untuk dapat melakukan yang terbaik dalam melayani jemaat. Sehingga baginya kekuasaan bukanlah tujuan tetapi alat yang dapat digunakan untuk melakukan yang terbaik bagi kepentingan umat. Wujud dari hal tersebut adalah ia berusaha menjadi pemimpin yang terus membuka diri menyediakan waktu untuk melayani orang lain semaksimal mungkin. Dalam berbagai kesempatan ia berusaha memberikan nasehat-nasehat terbaik bagi setiap orang yang membutuhkan nasehatnya sebagai seorang bapak77. Hal tersebut terkonfirmasi dari data yang diperoleh melalui teknik wawancara dengan informan pendukung yaitu saudari Yunita. Rangkuman wawancara tersebut antara lain: Ia menyatakan bahwa Pdt. Gideon Rusli adalah pemimpin yang melayani. Subjek melayani jemaat melalui sistem kerja yang maksimal. Subjek sebagai pemimpin mampu menciptakan dan menggerakan berbagai unit pelayanan yang ada, untuk berkerja secara maksimal untuk melayani jemaat. Ia tidak jarang, sebagai pemimpin pun turun tangan dalam hal terlibat bekerja bersama dengan rekan-rekan pelayanannaya yang lain. Ia juga selalu memantau semua kegiatan yang dilaksanakan dalam gereja78.
77 78
Gideon Rusli, Gembala Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara,... Yunita, Staff Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara,…
112