BAB X DINAMIKA DAN KERAGAAN SISTEM INTEGRASI PADI-TERNAK SAPI BEBAS LIMBAH DI BERBAGAI DAERAH DI INDONESIA Bambang Sudaryanto, T . Suhendrata, dan E . Kushartanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengali
I . PENDAHULUAN E3eras dan daging sapi akan tetap menjadi konmoditas pertanian vang sangat strategis baik secara ekononni niaupun sosial . Beberapa tahun ke depan, kalau laju pertumbuhan populasi ternak sapi masih lamban maka pemenuhan kebutuhan daging sapi masih sangat tergantung kepada impor . Sanipai saat ini peternakan sapi di Indonesia hanva inampu nwenyediakan 70% dari kehutuhan . Pemerintah hertekad untuk terus mcningkatkan produksi padi dan ternak sapi potong pada 2010 agar niampu secara inandiri ineinenuhi kehutuhan pangan . Peningkatan produksi heras diupa~akan nmelalui P2BN dengan nienerapkan teknologi pengclolaan tanaman terpadu (PTT) padi sa"ah (Ditjen I ananian Pangan . 2008) sedangkan percepatan s asembada daging sapi dinpavakan nmelalui penerapan perhaikan produksi dan produktk has ternak (Depan enien Pertanian, 2007) . Dalam hal ini, penyebab lambatnva peningkatan produkti~ itas ternak sapi potong adalah keterhatasan pakan . haik secara kualitas niaupun kuantitas . Selain faktor pakan_ terbatasma sapi hakalan/hihit, reproduksi ternak ~ang lannbat disebahkau oleh C > 1 .5 kali , cedving innle rra/ 18 hulan dan pemotongan sapi betina produktif (Puslitban4g peternakan . 2009) . Populasi ternak sapi potong sebagai penghasil daging secara nasional saat ini dalani kondisi )an_, W
rriC
.
Col/rep/ion
237
Sistem lntegrasi Sapi dengm, Tanmnun Padi, Sawit, dun Kakao
men g khawatirkan . Dalam Iima tahun terakhir telah terjadi penurunan populasi sapi potong dari 11 .137 .000 ekor (tahun 2001) menjadi 10 .680 .000 ekor (tahun 2005) atau turun sebesar 14% (BPS, 2006) . Selain itu, dengan makin intensifnva penggunaan lahan untik pertanian, maka ketergantungan penyediaan pakan ternak dari hasil samping/limbah pertanian akan semakin hesar . Menvikapi hal tersehut, diperlukan sinergi upava peningkatan produksi padi dan sapi dengan sistem integrasi padi dan sapi (SIPT) pendekatan dan penerapan inovasi teknologi bagi kedua komoditas tersebut . SIPT menerapkan keterpaduan antara tanaman padi dan ternak sapi yang saling menguntungkan . Jerami padi digunakan sebagai pakan ternak untuk sapi dan kotoran ternak dalain bentuk kompos digunakan untuk pemupukan tanaman padi . Pengembangan SIPT san`gat terkait dan relevan dengan beberapa isu penting pembangunan pertanian, antara lain : (i) pengentasan kemiskian dan atau peningkatan pendapatan petani vang ratarata memiliki lahan sempit : (ii) peningkatan produksi protein he ,,\ ani : (iii) penyerapan tenaga kerja di pedesaan : (iv) penggunaan pupuk organik untuk memperbaiki kesuburan tanah : (v) penyediaan sumher energi terharukan (biogas) : dan ('. i) mengurangi risiko pencemaran udara dan air . Dalam hab ini disajikan dinamika dan keragaan penerapan SIPT di berbagai wilayah di Inonesia .
II . SISTEM INTEGRASI PADI-TERNAK SAPI 2 .1 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam SIP - 1 berpotensi hesar untuk dikembangkan di Provinsi Nan`ggroe Aceh Darussalam (NAD) . I lal Ml disebahkan provinsi ini memiliki populasi ternak yang hesar dan lahan pertanian yaug cukup luas . Pada tahun 2007 . populasi sapi mencapai 645 .025 ekor yang tersebar di 21 kabupaten . Provinsi NAD mempunyai hanyak kelompok tan' yang bergerak dalam usaha I ;8
Sisiem Integrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Sarvit, dan Kakaa
ternak sapi potong, vaitu sebesar 2 .872 kelompok . Sebagian secara tradisional dengan besar ternak dibudidavakan melepaskan sapi tanpa pengandangan yang intensif. SIPT di Provinsi NAD dikembangkan di Aceh Besar, Aceh Barat, dan Aceh Barat Dava . a . Kabupaten Aceh Besar Populasi sapi di Kabupaten Aceh Besar 101 .490 ekor . Peternak memelihara sapi secara kereman . Dengan luas panen padi sebesar 36 .200 ha maka ketersediaan jerami cukup melimpah . Dari satu hektare lahan dapat dihasilkan 6-8 ton jerami . Ini berarti lahan seluas I ha dapat menampun g 4-6 ekor sapi . Model SIPT telah diterapkan oleh kelompok tam sapi . Pertambahan berat badan sapi yang diberi pakan jerami mencapai 0,8-1 kg/ekor/hari sehingga setiap enam bulan sekali petani dapat menjualnya . Kotoran sapi yang telah matang dapat menjadI pupuk organik untuk tanaman padi, tanaman hortikultura dan rumput gajah . b . Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Barat Daya Ternak dalam SIPT vang dikembangkan di Aceh Barat dan Aceh Barat Daya, adalah kerbau, dimana populasinya mencapai 42 .714 ekor . Kerbau masih dipelihara secara tradisional, dengan luas panen padi di Aceh Barat dan Aceh Barat Daya adalah 23 .476 ha . Pemberian jerami padi sebagai pakan alternatif menambah kenaikan bobot badan kerbau sekitar 1-1,2 kg/ekor/hari . Petani dapat menjual ternaknya setelah dipelihara selama enam bulan .
2 39
Sisteni Integrasi Sapi dengan Tananum Padi, Smrit, dan Kakao
2.2 Provinsi Sumatra Utara SIPT dl Provinsi Sumatra Utara dilaksanakan sejak tahun 2003 melalui Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T) . SIPT dikembangkan di Desa Lubuk Bavas dan Desa Melati Dua Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai merupakan keteipaduan antara hudi daya padi dengan budi daya pembibitan sapi potong3 a . Desa Lubuk Bavas SIPT di Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan . Kabupaten Serdang Bedagai mendapat bantuan kandang . tempat pakan, tempat kotoran ternak . 80 ekor ternak sapi milik kelompok usaha agribisnis teipadu (KI IAT) dengan pola bagi hasil . Hasil kajian menunjukkan bahwa jumlah anak sapi 276 ekor . Pakan sapi adalah rumput yang masih banvak dan cukup di sekitarnya . Perguliran ternak, penjualan ternak dan pengelolaan kotoran menjadi kompos . dan urine sapi dijadikan pupuk call' vang dikelola oleh KUAT . SIPT dilaksanakan pada bulan April 2003 . Inovasi dalam SIPT yang diterapkan meliputi (i) pembibitan sapi (sapi induk) sebanyak 80 ekor untuk 80 oran`g anggota dari peserta PTT, pembuatan delapan unit kandang sapi kelompok . tempat fermentasi jerami, dan pengomposan pupuk kandang . Perkemhangan keragaman SIPT sampai sekarang dapat dilihat dalam (Tabel I ) .
'_40
Si.slettt lnte;;rasi Sapi dengan Tanantan Path, Sawit, dan tiakao
Tabel I . I)inamika dan Kcrauuaan XII'I di I)esa Luhuk Ilaras Kccaniatan I crhuunou n Kubr atcn Scrdan ficda ai ._ Uraian Tahun 2003 Tahun 2009 Keterangan Jumlah sapi r 80 ekor 356 ekor 50% anak sapi sudah dijual Jenis sapi PO . lokal, madras PO . lokal madras Managemen sapi- Pembibitan Pembibitan Pergultran sapi belum ya Kandang • Induk 6 unit 6 unit Penambahan 2 unit 2 unit • Persiapan induk kandang ddempat pergulicin sapi beranak 2 unit 2 unit I • Tempat pengomposan 2 unit 2 unit [ • Tempatpakan I Pemberian pakan lerami Ya Tidak Masih banyak terdapat rumput disekita r desa FPengolahan kotoran • Feses Ya Ya Kompos dan urine Ya Ya sudah dijual keluar • Urine i desa I ~Pengolahan Limbah Kompos Kompos Tanaman Penyediaan alsintan • Hand traktor 3 buah 3 buah Baik • Tresher komben 1 buah 1 buah Baik Tidak ada 1 buah Baik • Mesin penggiling • kotoran ternak Tidak ada 1 buah Baik,tidak • Chopper digpnakan Kelembagaan • Kelompok Tani Aktif Aktif Mawar • KUD Makmur Aktif Aktif • P3A Kurang aktif Aktif Tidak aktif Tidak aktif • Lumbung Desa Modern Aktif Tidak aktif • KUM Aktif Aktif • KUAT I
Jerami fermentasi untuk pakan sapi masih terns dipantau oleh BPTP . Setelah bantuan pembiayaan dihentikan petani tidak la ,-, l membuat jerami fermentasi den-an alasan rumput dl sekitarnva masih banyak . Probion van( , dibutuhkan t1dak tersedia dl lokasi sehingga harus dikirim dari Bo-or . Pesanan kotoran yang telah diolah dan urine sapi sudah banyak van(-, dipesan . bahkan pesanan datang dart luar kabupaten Serdang Bedagai . Per,uliran ter :iak dengan pola bagi hasil sapi di kelompok tani "Mawar" sampai September 2003 t1dak berjalan sebagai 24 1
Sivent Ituegrasi Sapi dengan Tanantan Padi . Sanvit, dan Kakao
mana mestinva karena kurangnva pengawasan administrasi yang mengikat peternak . Sapi adalah milik KUAT (80 ekor) dengan sistem bagi hasil yang belum jelas atau tidak sesuai dengan kemampuan anggota sehingga beberapa orang mengundurkan diri (Khairiah, 2006) . Khairiah el til. (2007) menyatakan setelah adanya perubahan manajemen, kandang masih tetap dikelola oleh kelompok tetapi pemeliharaan sapi perorangan dan sebagian sapi dipelihara di luar kandang kelompok, yaitu di Desa Tannah Merah dan Desa Lubuk Rotan . Sampai saat ini peternak berlomba-lomba untuk menampilkan sapi yang terbaIk KUAT - MAWAR" mengoordinir perguliran ternak, penjualan ternak, dan pengelolaan kotoran ternak . Ternak digulirkan setelah induk beranak dan anaknva slap sapih . Induknya diberikan kepada penerima guliran berikutnya sampai induk tersebut beranak kembali dan anak slap sapih, begitu seterusnva . b . Desa Melati Dua SIPT di Desa Melati Dua Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai dimulai pada tahun 2005 . Bantuan yang diberikan berupa kandang . tempat pakan- tempat kotoran ternak . 16 ekor ternak sapi dengan SIGUTIWASKAT . Sampai saat ini, sapi sudah digulirkan kepada penerima kedua . Jerami sebagai pakan ternak diberikan petani hanya pada saat demonstrasi pembutan pakan jerami : setelah itu petani tidak lagi memfermentasi jerami dengan alasan rumput masih han_yak dan cukup di sekitarnya . Kotoran ternak bersama dengan jerami digunakan untuk menu upuk padi sawah . Inovasi yang diterapkan adalah PTT pad' sawah dikaitkan dengan teknologi SIPT . SIPT berdampak positif terhadap kebersihan (sanitasi) lingkungan dari polusi limbah jerami dan kotoran ternak . Jumlah ternak dalani S1PT yang diberikan kepada petani kooperator di Desa Melati Dua pada bulan Desember 2005 242
Sistem Integrasi Supi den gun Tanaman Padi, Sawn, dun Aakao
adalah 16 ekor sapi untuk 16 orang petani kooperator . Kepemilikan sawah kooperator sangat rendah 75% kooperator memiliki sawah 0,2-05 ha dengan produktivitas 5-6 ton per ha . Setelah sapi diberikan dinamika dan keragaannya dapat dilihat dalam Tabel 2 . Tabel 2 . Dinamika clan keragaan tcrnak SIP I - di Desa Melati Dua Kecamatan Perbaungan Kahu aten Serdan Beda ai dari Tahun 2005-2O( Uraian Perkandangan Jumlah sapi Pemberian pakan jerami Pengolahan kotoran Pen q endalian penyakit IB Perguliran-
-2005
2006 1 16 + + +
1 25 + + +
P1
Tahun 2007
20_0_8
4 34 +
2009 4 32 +_
+
2 22 + +_
+ + -
Ket erangan : -tidak diherikan : + diberikan PI Pcmherian pertama P2 Per
Pada tahun 2005 dibangun satu unit kandang, tempat pakan jerami dan tempat pengomposan . Pada tahun 2007 kandang berkembang menjadi empat unit karena jumlah sapi mencapai 34 ekor : di samping sapi pemberian, kooperator menambah sapinya dengan cara memheli . Pada tahun 2008 kandang sapi tinggal dua unit vam, seharusnya berkembang menjadi enam unit karena pada tahun ini sapi digulirkan ke penerima kedua . Penerima kedua memhuat saw unit kandang barn . Jadi, dari tiga kandang lama . saw unit diisi ternak kambing dan dua unit sapinva dijual sehingga kandang kosong . Jerami digunakan sebagai pakan ternak hanva pada saat demonstrasi pemhuatan pakan jerami setelah itu petani tidak lagi memfermentasi jerami dengan alasan rumput hijau masih hanyak dan cuklip . Sapi kooperator yang terserang toxoplasnrosis 2 ekor ; gejalanya demam tiga hari sewaktu bunting 3-6 hulan lain keguguran . Satu ekor lagi terkena penvakit yang menyehabkan pangkal tanduk bengkak . Setelah sapi sehat . dijual dan untuk memheli sapi induk vam, barn . Ohat cacing diberikan enam 24,
Sislen! !ulegr«si S«pi r/eu~«n T«nmnan P«di. S«nvir, dan k-ak«o
bulan sekali . Sistem perka,.ti-lnan den-an insenunasl buatan dilaksanakan oleh seluruh kooperator . Perguliran sapi dicapai dengan SIGUTIWASKAT . den u an pengertian tiga pengawasan nielekat . Pada sistem ini ada tila orang saksi yang turut menandatangani surat perjanjIan ysaktu serah terima sapi dari pihak I kepada pihak It . Saksi per/anla : adalah petani calon penerima guliran berikutnya, yang selalu men (Y awasi perkenlbangan sapi yang akan di`,ulirkan . sebaliknya petani yang sudah nlenggulirkan kepada petani berikutnya juga bertanggun,- ,jawab rnen,awasi Z7 pergulirannya bersama-sama dengan petani calon penerima ,uliran selanjutnva sehingga tercipta " pengawasan all ,-, nlelekat dart petani untuk petani (petani men-a\, asi petani j" . Saksi kedua : adalah Kepala Desa sebagai penguasa tun ,---ml di desanya van- turut bertanggun, jawab dan berke\\ ''bail nlembina warganya serta mengawasi proses perguIiran . Saksi keliga : adalah Kepala Dinas Kabupaten yang menangani peternakan sebagai penan,gung jawab program pengembangan ternak di daerahnya sekaligus merupakan perpanjangan tangan Menteri Pertanian di Kabupaten . Jumlah sapi yang diberikan dalanl pengkajIan SIPT ada 16 ekor dan dibagikan kepada 16 petani pada bulan Desember tahun 2008, pada penerima kedua digulirkan 16 ekor sapi . Karena sapi yang digulirkan dalanl bentuk anak, petani mengusulkan agar menerinla dua ekor sapi perkooperator . Selanjutnya, penerima ketiga akan digulirkan pada tail-In 2011 ang akan datang . Calon penerima berikutnv a . akan terns diawasi oleh Kepala Desa dan Kepala Dinas Pertanian . Alokasi tenaga kerja atau pola kerja seluruh anggota keluarga keterlihatannya dalanl SIPT disajikan dalam Tabel 3 .
244
Sistem Integrasi .Sapi dengan Tanaman Padi, Sanvit, dan tiakao Tabel 3 . Peranan keluarga dalam sistem intcerasi padi dan ternak sapi Uraian Peran keluarga S . KI ++3 Bapak Ibu Anak Membersihkan kandang V V + Memandikan Sapi Mencari rumput V V V + Penjolah erami + V Memberi makan sapi v, Mengangkat kotoran sapi V = Keterangan : * = struktur urganisasi kelompok ada, aktif. sehaliknya =herperan, -- tidak
2 .3 Provinsi Banten
Lebak merupakan kabupaten terluas di wilayah Provinsi Banten, namun kegiatan pembangunan pertaniannya bell-1111 dikelola secara maksimal . Luas areal panen Kabupaten Lebak 75 .908 ha dengan produksi padi sebesar 367 .815 ton . Sedangkan produktivitas padi mencapai 4 .846 ton/ha . (BPS Kabupaten Lebak . 2007) . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian bersama instansi terkait, lingkup Departemen Pertanian, telah melakukan percontohan Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T) . Dalam kegiatan tersebut dikembangkan tiga model pendekatan utama, vaitu Pengelolaan Tanaman dan sum her daya Terpadu (P IT) pada sawah irigasi . SIPT, Teknologi Produksi Benih dan Pengembangan Padi Hibrida, dan KIJAT . Implementasi model PTT dan SIPT yang didukung oleh KUAT dl Provinsi Banten dilaksanakan di Desa Panancangan, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak .
2 .3 .1 Inovasi Teknologi Padi Inovasi teknoloei padi _vang diintroduksikan meliputi penggunaan varietas Gilirang dengan pendekatan PTT . Varietas Ciheran g mampu mencapai produtivitas 7,5 ton GKP/ha, sedangkan varietas Fatma" ati 6 .5 ton GKP/ha .
24 5
Sistem /utegrasi Sapi den un Tuuaruan Parii, Sun-it, dan Itakao
2 .3 .2 Inovasi Teknologi Sapi Kelompok tani "Sri Mukti ", peserta SIP]' dilatih SIPT . Untuk mengaplikasikan hasil pelatihan dipilih subkelompok tani "Mitracai" yang terdiri atas lima orang . vaitu : Dulniukti . Suadi . Tarmudi . Eman, Endon untuk mexvakili Lelompok tam "Sri Mukti " . Pemilihan lima oran
j Biaya listrik Jumlah
246
Takaran 40 liter 2 k_g_
1-6 g 1 k 2 kg 2 k 201 1 buah 1 huah 3 minggu
Harga per satuan
Jumlah haraa Rpl_ 0001 1400 1
1400 3 .000 5 .000 3 .500 2 .000 35,000 40 000 4 000
6 000 2100 -2 .- 100 ~ 3 .000 10 000 7 .000 40 .000 35 .000 40 .000 4 .000 151 .900
Sistem Integrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Sawit, dan Kakao
Tabel5 . Koin )osisi ransom konsentrat -an Bahan baku Dedak padi _Dedakjagung Bungkil kelapa Bun~kil sawit Mineral mix Garam Kalsium
Komposisi (%) 60 11 10 15 -
di unakan untuk akan sa i
_Harga jRp/kg) 500 300 1 .100 800
Harga er kg ransum _ 300 33 110
10 .000 500 2 .000
Jumlah
120 100_ 5 40 708
Dalam SIPT yang dilaksanakan oleh Kelompok Tani Mitracai digunakan ransum 1% dari berat sapi ditambah :iemen block . Ransum terdiri atas jerami fermentasi dan konsentrat dengan perbandingan 1 :1 . Kebutuhan ransum untuk saw ekor sapi yang beratnya 200 kg = 1 / 100 x 200 kg = 2 kg, terdiri dari I kg konsentrat dan I kg jerami fermentasi . Harga konsentrat yang dibuat oleh petani Rp2 .000/kg, harga jerami fermentasi Rpl,50/kg dan biaya semen block per hari Rp160,50/ekor . Dari pemberian ransum tersebut telah meningkatkan bobot sapi seberat 0 .58 kg/ekor/hari . Biaya I kg sapi = 1/0,58 x (Rp2 .000 + Rp l ,50 + Rp 160,50) = Rp3 .728 . Harga sapi yang beratnya 200 kg = Rp3 .5 juta atau Rp 17 .500/kg berat hidup .
2 .3 .3 Inovasi Teknologi Pengolahan Limbah Sapi dan Tan a man Saw kelompok tani yang berjumlah 60 orang diberi tanggung jawab untuk memelihara 10 ekor sapi bakalan, dalam kandang kelompok yang berukuran 50-70 m 2 . Sapi diberi pakan jerami fermentasi dengan takaran 8 kg/ekor/hari dan pakan berupa konsentrat dengan takaran 3 kg/ekor/hari . Kotoran sapi ditampung untuk dibuat kompos atau pupuk organik . Jerami Iermentasi dibuat dengan cara menyusun jerami secara vertikal dalam bangunan tanpa dinding berukuran 5 tn x 10 m, setiap ketehalan 20 cm diberi urea pada takaran 5 kg untuk setiap ton jerami dan hakteri probiotik pada takaran 2,5 kg/ton jerami . Setelah tiga nlinggu jerami hasil fermentasi dapat digunakan
247
Sistem Inlegrasi Sapi dengan Tanammr Padi, Srnril, dan Kahao
sebagai pakan ternak sapi . Pupuk organik atau kompos dibuat dalam tempat fermentasi yang berupa bangunan bak berukuan 6 m' . Pupuk organik dibuat dalam bak tersebut dengan cara menambahkan 2,5 kg probiotik, 2 .5 kg, kapur- dan 2 .5 kg TSP untuk setiap ton kotoran sapi . Proses pembuatan pupuk organik akan memakan vvaktu sampai tiga minggu . Usaha tani dianalisis pada budi daya pad[ savah, dan budi dava ternak sapi . Penentuan harga dasar dilakukan untuk setiap kg jerami fermentasi dan setiap kg pupuk organik .
2 .3 .4 Inovasi Kelembagaan Penguatan kelembagaan petani difokuskan pada upaya menumbuhkembangkan Kelompok Usaha Pelayanan Jasa Keuangan guna mengatasi kelangkaan modal Usaha tani dalam penerapan PTT dan SIPT . KUAT merupakan kelembagaan yang ditujukan untuk menjamin keberlanjutan inovasi teknologi . KUAT yang ada di Desa Panancangan, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak bernama "Sri Mukti "- dikukuhkan oleh Surat Keputusan Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten dengan No :74/kpts/H .M .1 10/J .7 .12/6/04 . Untuk menerima seed capital, KUAT menjalin kerja sama dengan BPTP . Kerja sama antara KUAT dan BPTP Banten dituangkan dalam Surat Perjanjian Keija sama No . 69/LB 2I0/J .7 .12/6/04 . Berdasarkan perjanjian tersebut KUAT Sri Mukti melampirkan rekening No .33 .22-4537 di Bank BRI Cabang Lebak Unit Pasar Kota dan RDKK yang ditandatangani oleh Manejer KUAT dan Penyuluh Pertanian Tingkat Kecamatan lengkap dengan melampirkan daftar nama dan tanda tangan anggota . Sejak terbentuknya pada tanggal 14 Iuni 2004, melalui SK Kepala BPTP Banten No : 74/kpts/H .M .1 I0/J .7 .12/6/04, KUAT Sri Mukti mempunyai anggota sebamak 1 12 orang- terdiri atas petan1 pemilik sebanyak 35 Orang dan penggarap sebanyak 77 orang . Selanjutnya pada tang-al 7 September menerima bantuan penguatan modal dari pemerintah melalui Proyek Pengkajian
248
Sisteni Integrasi Sapi dengan Tanamm, Padi, Sawit, dan tiakao
Teknologi Pertanian (PPTP) Banten sebesar Rp14 .000 .000 dan tercatat dalam rekening KUAT No . 33 .22-4537 Bank BRI Cabang Lebak Unit Pasar Kota . Sesuai dengan tugas dan fungsinva dana tersebut telah disalurkan kepada anggota untuk pinjaman biaya olah, pembelian pupuk, konsentrat dan Iainnya . Secara detail laporan kegiatan kuat dapat dilihat dari salman rekapitulasi kas bulanan . Dari data rekapitulasi Kas Bulanan sampai tang-al 20 Desember 2004, KUAT Sri Mukti masih menyalurkan dana bantuan kepada anggotanya . Sesuai dengan AD/ART, petani harus mengembalikan pinjaman selambatlambatnva enam bulan atau bulan Juni 2005 .
2 .4 Provinsi Jawa Tengah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah 'satu penyangga pangan Nasional, vaitu posisi ketiga setelah Jawa Timur dan .lawa Barat dalam penyediaan beras dengan kontribusi rata-rata sebesar 15,59% . Luas lahan padi sawah di Jawa Tengah periode 2002-2006 cenderung terus menurun dengan penurunan ratarata 0,15% per tahun tetapi Iuas panen meningkat 0,69(o/tahun, sedangkan produksi padi sawah periode cenderung terus meningkat, yaitu dari 8 .3 juta ton menjadi 8,5 juta ton atau terjadi kenaikan rata-rata 0 .86 % /tahun dengan kenaikan produktivitas rata-rata 0 .25% . Penerapan PTT padi sawah lahan irigasi yang dikaitkan dengan SIPT-BL yang dikembangkan di Jawa Tengah sejak tahun 2007 merupakan salah satu bentuk Sistem Usaha tam Intensifkasi Diversifkasi (SUID) rumah tangga petani (Suhendrata, 2009) . Pen g embangan penerapan PTT yang dikaitkan dengan SIPT-BL melalui percuntohan pada kegiatan Prima Tani merupakan kegiatan kerja sama antara BPTP Jawa Tengah dengan Pemerintah Provinsi Ja\a Tengah dan Pemerintah Kabupaten Remban g . Pati, Jepara, Pemalang, Batang dan Sukoharjo .
249
Sistem Integrasi Supi dengan Tu m nan Padi, Sawit, dan 6akaa
Diharapkan dengan peneaapan PTT padi sawah yang dikaitkan dengan SIPT-BL mampu menin o katkan produksi padi dan daging sap[, efisiensi input produksi, memperbaiki kualitas Iingkungan/tanah . meningkatkan pendapatan petanI, dan kesejahteraan masyarakat . sekaligus dapat menjadi alternatif dalam mempertahankan swasembada beras dan pencapaian daging sapi .
2 .4 .1 Inovasi Teknologi Sapi lnovasi teknologi budi daya ternak sapi dalam SIPT yang diterapkan, yaitu teknologi perbibitan di lokasi pengem bail (-,an AIP-SUID (Prima Tani) di Kabupaten Renibang, Pati . ,lepara, Pemalang dan Batang, sedangkan penggemukan sapi potong di Kabupaten Sukoharjo . Pengembangan SIPT d •i suatu wilayah dapat berbeda dengan wilayah Iainnya bergantung pada keadaan geografs, ekologi, dan sosial masyarakat . Inovasi Teknologi Perbibitan Sapi Potong Teknologi budi daya perbibitan sapi potong yang diintroduksikan mencakup sistem perkandangan dengan kandang komunal dan individu, pakan, strategi pemberian pakan, manajemen perkawinan ternak dan kesehatan ternak . Dinamika dan keragaan kinerja perbibitan sapi sebagai berikut : a) Kabupaten Rembang Inovasi teknologi yang diintroduksikan terdiri atas manajemen perkawinan ternak, pakan . dan manajemen pemeliharaan . Populasi ternak sapi meningkat dari 1 .064 ekor menjadi 1 .121 ekor, jumlah induk beranak dari 1,30 menjadi 1,25 kali ; S/C kawin secara inseminasi buatan (113) dari 2 menjadi 1 .70 pada periode 2007-2008 .
2 50
Sislem Inlegrusi Sapi dengan Tanamun Path, Saw d, dan Iiakao
b) Kabupaten Pati Inovasi teknologi yang diintroduksikan terdiri dari penggunaan pakan konsentrat dengan memanfaatkan potensi setempat, sistem perkandangan, reproduksi IB mandiri (peternak sebagai inseminator), sistem saluran air kencing dan pembuangan kotoran ternak Sistem pemeliharaan perbibitan sapi dilakukan secara komunal dan individual . Enam belas ekor sapi dipelihara dalam komunal dan dua ekor dipeliharan secara individual pada kandang individu . Perkembangan populasi sapi dari 18 ekor sapi yang difasilitasi pada tahun 2007 telah menghasilkan anak sebanyak 10 ekor, terdiri dari 5 ekor anak jantan dan 5 ekor anak betina . Sedangkan yang masih dalam keadaan bunting saat ini sebanyak 6 ekor hasil IB secara mandiri . Formula pakan konsentrat yangg digunakan terdiri dari onggok singkong (50%), bekatul (11%). bungkil kelapa (18%), bungkil biji kapuk (15%), garam (2%), mineral (2%), dan urea (2%) dengan kandungan protein kasar 14% dan total dig estihle nutrient (TDN) 70% . Harga pakan konsentrat Rp 1 .100/kg . c) Kabupaten Jepara Inovasi teknologi yang diintroduksikan terdiri dari sistem perkandangan dengan kandang komunal dan individu, pakan . strategi pemberian pakan, manajemen perkawinan ternak, dan kesehatan ternak . Introduksi teknologi perbibitan sapi dilaksanakan pada Oktober 2008 . Sistern pemeliharaan perbibitan sapi dilakukan secara komunal dan individual . Sepuluh ekor sapi dipelihara dalam kandang komunal dan 10 ekor dipeliharan secara individual pada kandang individu . Sapi yang dipelihara dalam kandang komunal, pengelolaannya dilakukan oleh masing-masing petani pemilik/peng`gaduh sapi, satu orang petani memiliki satu ekor sapi .
25 1
Sistenr Integrasi Sapi den,an Tnnmnan Padi, Saivit . dun AaAao
Pada kawasan kandang komunal dilengkapi dengan kandang pedet , tempat pemprosesan fernientasi jerami . tempat penyimpanan jerami fermentasi . tempat pengolahan dan penyimpanan pupuk organik . dan digester ( instalasi hiugas) . Sampai akhir Desember 2008 helum ada induk yang bunting . d) Kabupaten Pemalang Inovasi teknologi van,, diintroduksikan pada perhibitan sapi adalah kandang skala rumah tan gga . pakan konsentrat dan jerami fermentasi . Sistem pemeliharaan perbibitan sapi dilakukan secara individual dengan kandang sederhana skala rumah tang-a . Pada tahun 2007 . 2008, dan 2009 masing-masing diintroduksikan 10 . 5 dan 55 ekor sapi . Pada saat Mi . sehanyak dua ekor telah melahirkan dengan kondisi anak sapi jauh Iebih besar dibandingkan sapi lokal dan yang lainnya dalarn kadaan bunting . e) Kabupaten Batang Inovasi yang diintroduksikan pada perbihitan sapi adalah perkandangan, sistem reproduksi, dan manajemen pemeliharaan . Pada tahun 2007 diintroduksikan perhibitan sapi dengan sistem kandang komunal sebanyak tujuh ekor yang dipelihara oleh tujuh petani dan 24 ekor pada tahun 2008 . Dan 31 ekor sapi yang diintroduksikan telah menghasilkan delapan ekor anak dan induk hunting enani ekor . Keterlambatan perkembangan ternak sapi disebabkan hasil reproduksi dengan kawin suntik tidak seperti yang diharapkan, rata-rata Iebih dari tiga kali di-IB . Inovasi Teknologi Penggemukan Sapi Potong Inovasi penggemukan sapi poton`, hanya dilaksanakan di Kabupaten Sukoharjo . Inovasi yang diintroduksikan meliputi sistem perkandangan, pakan konsentrat. dan hijauan (jerami fermentasi) . Ternak sapi jantan dipelihara dalam kandang 2 52
Si.stem Integrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Sawit, dan tiakao
komunal/kelompok . tetapi pemeliharaan menladI tanggung jawab masing-masing peternak/pemilik sapi . Satu unit kandang komunal berkapasitas 20 ekor sapi diintroduksikan di kelompok tam Marsudi Kromo_ Boga pada akhir tahun 2007, clan tiga unit kandang komunal berkapasitas 10 ekor sapi, masing-masing satu unit di kelompok tani Marsudi Ra-harjo, Marsudi Roso, dan Marsudi Utomo pada akhir tahun 2008 . Setiap kandang komunal dilengkapi dengan tempat proses fermentasi jerami clan penyimpanan jerami fermentasi, tempat pengolahan kotoran, serta urin sapi dan tempat penyimpanan PUPA organik . Pakan yang diberikan pada penggemukan_ sapi potong adalah pakan hijauan (jerami fermentasi dan rumput) dan pakan tambahan berupa pakan konsentrat . Formula pakan konsentrat yang digunakan terdiri dari onggok singkong kering (56%), daun Iamtoro kering (22%), dedak padi super (14%), garam (5%), mineral (1,5%) . dan urea (1 .5%) dengan keunungan protein kasar 9,5-12,7% dan total digestible nutrient (TDN) 70 .2-71,1% . Jeram i fermentasi diberikan sebagai pengganti rumput segar sebanvak l-l,5% dari berat badan/ekor/hari dan pakan konsentrat diberikan 3-4 kg/ekor/hari . Pertambahan bobot badan sapi rata-rata baru mencapai 0,69 kg/ekor/hari dan keuntungan rata-rata usaha penggemukan sapi Rp3 .087 .400/ ekor . Pemeliharaan sapi dengan sistern kandang komunal memberikan beberapa keuntungan, antara lain : (1) lebih cepat menerima intormasi dan mudali saling tukar informasi : (ii) sating memotivasi antar peternak : (iii) mempercepat menerima pelayanan dari petugas ; (iv) mempermudah mengontrol perkembangan bobot badan dan kesehatan ternak ; (v) mempermudah pembinaan dan pendampingan ; (vi) pengelolaan lingkungan lebih terjamin ; dan (vii) mempermudah pengolahan kotoran ternak (Suhendrata, 2009) .
253
Sistenr lutegrnsi Sapi dengarr Tananuur Padi, Sawit, dun Kaiiaa
2 .4.2 Inovasi Teknologi Pengolalian Limbah Pertanian dan Peternakan Teknologi pemanfaataii kotoran sapi untuk pupuk organik Penggunaan pupuk organ 1k merupakan salah sate komponen dasar dalam penerapan P'I'T pad] sawah . Pupuk organik berperan pentin g dalam perbaikan sifat kimia_ tisika . dan biologi tanah serta somber nutrisi tanaman (Badan Litbang Pertanian, 2007) . Untuk mempercepat waktu pembuatau pupuk organik (proses pengomposan) digunakan - mikroba yang berperan sebagai dekomposer atau bioaktivator seperti Stardec . Biodec, EM4, Orgadec, Agrisimba, dan Promi . Teknologi pemanfaatan kotoran sapi untuk biogas Kotoran ternak selain digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk organik juga memberikan nilai tambah hio`gas untuk keperluan rumah tangga . Pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas dilakukan den u an cara fermentasi anaerob . Proses fermentasi melibatkan bakteri methanogen untuk merombak bahan-bahan organik yang terkandung dalam kotoran ternak menjadi biogas dan lumpur sisa fermentasi van- dapat digunakan menjadi pupuk organik . Sistem produksi biogas mempunya[ beberapa keuntun`gan di antaranya (a) mengurangi pengaruh gas rumah kaca : (b) mengurangi polusi bau yang kurang sedap : (c) menghasilkan dava dan panas : serta (d) hasil samping berupa pupuk (Widodo c/ ul ., 2008) . Instalasi biogas sang diintroduksikan dari herbagai bahan, yaitu bata, buis beton . tangki air, dan plastik, dan ukuran/volume 18 -, 9 : 21 -2 : 4,6 in' dan lain-lain (Gambar 1) . Perkembangan instalasi biogas pada SIPT-BE, disajikan pada Tabel 6 .
2 54
Sistent hetegrasi Sapi dengan Tananean Padi, Sawit, rlan itakao
(a)
(b) (c) Gambar 1 . Tipe digester terbuat dari (a) bata kapasitas 9 m' . (b) drum tangki air plastik polyeththn kapsitas 4 ni' : dan (c) drum kapasitas 4,6 m' Tabel 6. Perkembangan jumlah (unit) instalasi biogas di berbagai lokasi SIPTBL Kabupaten
Rembang Pati Jepara Pemalang Batang Sukoharjo
Jumlah instalasi biogas (unit) 2008 2007
14 0 0 6 2 0
16 0 1 11 12 0
Di lokasi Prima Tani Kabupaten Jepara, Pati dan Sukoharjo direncanakan akan dibangun digester/instalasi biogas masingmasing satu unit pada tahun 2009 .
255
Sistem Integrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Sawit, dan Kakao
2.4.3 Inovasi Teknologi Penyediaan Alat Mesin Pertanian Untuk meningkatkan kinerja usaha tani padi diinroduksikan alat/mesin pengolah lahan (traktor tangan), alat perontok padi (pedal thresher dan power thresher), pompa air, dan sarana untuk menunjang kegiatan perbenihan padi, yaitu seed cleaner, moister tester, timbangan duduk, sealer, mesin jahit karung, dan terpal . Untuk mendapatkan partikel pupuk organik curah yang relatif sama diintroduksikan mesin penghalus pupuk organik dengan kapasitas sekitar 600 kg/jam dan alat pengayak . Alat/mesin penghalus pupuk organik disajikan pada Gambar 2 tersebut merupakan hasil industri rumah tangga . Spesifikasi alat sebagai berikut : a) Bahan utama : Besi plat dan siku b) Panjang, lebar, tinggi : 85 x 50 x 130 cm c) Kapasitas : 600 - 750 kg/jam d) Alat penggerak : Diesel Dong Feng 10 HP - Pendingin : Air - Bahan bakar : Solar e) Roda : Ban
Gambar 2 . Alat penghalus pupuk organik curah
25 6
Sis)em I,itegru . i Snpi den gun Tnn(nnnn Pndi, Sawit, dan Knkno
2 .4 .4 Inovasi Kelembagaan Penerapan dan pengem bail gan SIPT-BL dilakukan dengan pendekatan kelembagaan (gapoktan, kelompok tani, dan pembentukan kelompok SIPT-BL), tetapi kepemilikan lahan sawah dan ternak oleh masing-masing petani . Pengembangan kelembagaan agribisnis di suatu wilavah dapat berbeda dengan wilayah lainnya bergantung pada keadaan geografls . el,ologi . dan sosial masyarakat . Kelembagaan SIPT-BL di enam desa lokasi Prima Tani belum seluruhnya berjalan sebagaimana mestinya baru bersifat parsial . Di lokasi Prima Tani Kabupaten Rembang . Jepara . Pati, Pemalang dan Batang tumbuh kelompok-kelompok pembibitan sapi dan pembenihan padi . Pada desa-desa lokasi Prima Tani tersebut akan diarahkan untuk terwujudnya kelembagaan SIPTBL . Kelembagaan kelompok SIPT-BL telah tumbuh di lokasi Prima Tani Kabupaten Sukoharjo (Desa Palur) . Peran dan pendkatan jejaring kelembagaan SIPT-BL di Desa Palur dilaksanakan dengan membentuk kelembagaan usalia tani padi terpadu (SIPT-BL) pada masing masing kelompok tam . Kegiatan yang dilakukan pada kelembagaan SIPT-BL meliputi usaha tani padi dipadukan dengan usaha penggemukan sapi, pengelolaan Iimbah peternakan menjadi pupuk organik dan pengelolaan Iimbah padi (jerami) menjadi pakan ternak sapi . Setiap anggota kelompok SIPT-BL memiliki/menggarap sawah dan minimal memelihara satu ekor sapi . Kelompok SIPT-BL kelompok tani Marsudi Kromo Boga dipimpin oleh ketua yang dibantu oleh seoran g sekretaris dan seorang bendahara, serta lima seksi usaha (1) seksi usaha tam padi ; (ii) seksi penyediaan air irigasi : (iii) seksi usaha tani penggemukan sapi : (iv) seksi pengolahan Iimbah ; dan (v) seksi pemasaran hasil pertanian . Masing-masing seksi mempunvai tugas sebagai berikut : (1) seksi usaha tani padi mengoordinir dalam pelaksanaan budi daya padi . balk untuk menghasilkan gabah konstunsi maupun calon benih padi VUB Kelas SS, pengadaan saprodi, pengendalian Nama dan penyakit (PHT) . 257
Sistera Integrasi Sapi denan Tananxm Padi, Sinvit, dan Kakao
tenaga keija dan alsintan : (ii) seksi usaha penyediaan air iri gasi men - oordinir pemakaian air irigasi . perbaikan saluran, dan operas ionalisas1 pompa air : (iii) seksi usaha tam penggemukan sap] mengoordinir pemeliharaan sap] . pengadaan/pembuatan pakan konsentrat . perav atan ;pemeliharaan kandang : (iv) seksi pengolahan Iimbah mengoordinir pemprosesan jerami fermentasi, pembuatan pupuk organik padat dan cair, dan (v) seksi usaha peniasaran hasil pertanian men g oordinir pen asaran hasil dari kegiatan SIPT-BL . Struktur organisasi usahatani padi terpadu disajikan pada Gambar 3 (Suhendrata el al., 2008) . SFRLKTL'R ORCANISASI KE LO II'OK SISTENI INTE :GRASI PAD[ -TERN .AK SAI'I BEBAS I l IBAII
Ketua
Bendahara
i "" I ahntani Pad .
uniI Penvediaan A . . Ir.Qas.
Sekretaris
t'm t s .h .tan . P- g--k- Sapi
1
Ilut I'A' . Pen etuta,n IJmhah
Unii I
nas.l
Gambar 3. Struktur organisasi Sistem Integrasi I'adi - Ternak Sapi I3ebas Limhah kelompok tam Marsudi Kromo 13oga Desa Palur . Kabupaten Sukohar j o
2 .5 Daerah Istimewa Yogyakarta Sistem integrasi tanaman ternak (SITT) telah dikembangkan di wilavah Daerah Istimewa Yogyakarta sejak tahun 1997 terutama di wilayah Kabupaten Slernan dan Kabupaten Bantul untuk integrasi tanaman padi-ternak sapi potong .
258
Sislenr /nlegrasi Sapi dengan Tanuman Padi, Sarvil, dan Kakao
2 .5 .1 Inovasi Teknologi Padi Sistem integrasi tanaman padi-sapi potong - pertama kali dilaksanakan di Desa Jogotirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman, dengan melibatkan kelompok petani-peternak beranggotakan 53 orang . dengan _jumlah sapi ± 125 ekor . Lahan sawah yang dikuasi anggota kelompok ini seluas + 20 ha, dengan + 5 .7 ha di antaranva merupakan block urcu yang berdekatan dengan kandang sapi . Pengembangan sistem integrasi padi-sapi potong dilaksanakan di Dusun Bungas Desa Sumber Agung Kecamatan Jetis dan di Dusun Jeruk Desa Sidomulyo Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul . kelompok petani-peternak di Dusun Bungas, beranggotakan 27 orang dengan jumlah sapi yang dipelihara + 53 ekor, Iuas lahan sawah + 15,6 ha .- sedangkan kelompok petani-peternak di Dusun Jeruk beranggotakan 25 orang, jumlah sapi potong sebanyak + 60 ekor, lahan sawah seluas + 16,4 ha . Introduksi teknologi tanaman diterapkan secara bertahap . Awal pengembangan SITT, tanaman padi yang dikembangkan adalah varietas IR-64 . sebagaimana telah ditanarn oleh para petani pada saat sebelum dilaksanakan SITT . Seiring dengan perkembangan selanjutnya dan dengan pertimbangan minat pasar, serta arahan sistem pertanian organik, mulai tahun 2003 diintroduksikan varietas-varietas lain yang merupakan varietas aromatik atau varietas baru yang merupakan varietas potensial sebagai peng o anti varietas IR-64 . Varietas Introduksi tersebut adalah Menthik wangi atau Pandang wangi, Sintanur, Cimelati, dan Ciherang . Teknologi introduksi yang diterapkan meliputi cara penyemaian tanaman dan jarak tanam, serta pascapanen . Cara semai semula dinilai sangat boros dalam penggunaan benih, yaitu 5060 kg benih/ha, pada SITT dianjurkan mulai dilakukan penghematan benih, yaitu 40-45 kg benih!ha . Selanjutnya, setelah petani kooperator mengetahui cara penvemaian tersebut masih juga dinilai boros, pada perkembangan SITT selanjutnya diintro-
2 59
Sistem Integrnsi Sapi dengan Tananarn Path, Sarcit, dnn !tahao
duksikan penyemaian dengan 25 k`_ benih/ha . dengan lahan pesemaian seluas 5% dari luas lahan yang akan ditanami . Benih tiaktu ditanam . semula adalah umur 30-35 hari . Dalam awaI penerapan SIT h . benih ditanam pada unnur 20-25 hari, dan pada perkembangan selanjutnya benih ditanam pada umur 15-18 hari . Jarak tanam semula adalah (20 x 20) cm, pada perkembangan selanjutnya diintroduksikan model tanam ajar Iegowo . Pengelolaan tanaman, yang meliputi pemupukan serta pengendalian harna dan penyakit tanaman, diarahkan pada pemanfaatan somber dava lokal . Semula pupuk kimia (pupuk sintetis), terutama Urea dan SP-36 sangat dibutulikan LIMA usaha tani padi sampai berlebihan . Urea digunakan sampai dosis > 500 kg/ha, dan SP-36 hingga mencapai 250 kg/ha . Sebelum SITT diterapkan, meskipun petani memiliki ternak, limbah kandang ternak tidak digunakan sebagai pupuk, tanaman, tetapi hanya dijual ke tempat lain terutama ke daerah Kabupaten Wonosobo untuk pupuk tanaman tembakau . Harga jual kotoran ternak tersebut sangat murah . + Rp35 .000/truk (± 5 ton) . tidak seimbang dengan harp Urea yang dibutuhkan, seharga Rp1200/kg (Musofie, 2004b) . Penggunaan pupuk organik untuk tanaman padi dalam SITE dimulai dan penggunaan feces sapi sebagai hahan organik yang diberikan saat pengolahan tanah . Pada waktu itu, dosis pupuk Urea dan SP-36 masing-masing sebesar 350 kg/ha dan 100 kg/ha sesuai den-an an' Fahap berikutnya, kotoran sapi diolah menjadi pupuk organik dengan bantuan dekomposer :'probiotik . Pupuk organik tersebut digunakan dengan dosis 1500 kg/ha : pupuk Urea diberikan sebanyak 350 kg/ha, tanpa pemberian SP-36 . Pada musim tanam berikutnya, dosis pupuk organik ditambah menjadi 2500 kg/ha . jumlah Urea dikurangi hingga tinggal 120 kg/ha . Perubahan jenis dan dosis pupuk tersebut, telah menambah minat petani dalam melaksanakan SI Ii sehingga pada tahaptahap berikutnya, pupuk Urea semakin dikurangi hingga tinggal 35 kg/ha atau tinggal 10% dari dosis anjuran . PUPA organik 260
.Sistem lntegrasi Sapi dengan Tan (law,, Padi, .S'awit, dan Kakan
p
yang diproduksi sendiri olch petani kooperator dinilal lebih bermanfaat untuk digunakan sendiri dalam budi daya tanaman padi : sehingga petani lebih vakin dalam pemanfaatan pupuk organik tersebut, dan mau serta mampu menggunakannya hingga dosis 3000 kg/ha . Ilasil inovasi teknologi yang diterapkan secara hertahap dalam sistem integrasi tanaman padi-sapi potong ini tertuang di dalam Tahel 7 . Tabel 8 memperlihatkan peningkatan kualitas produk padi pada penerapan SITT padisapi potong . Pemanfaatan hiopestisida diintroduksikan dalam SITT, untuk mengurangi biaya pembelian pestisida . Penggunaan . trembesi (Samanea .) ekstrak daun-daun gamal (Gliricidea sp Sannt), mimba (A :adirachla indica) . dan tembakau, digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman . Kegiatan pascapanen terutama kegiatan penjemuran gabah, sebelum introduksi SITT, penjemuran dilakukan secara cepat, a gi hari gabah dijemur, sore hari berikutnya gabah telah kering . C'ara huh dilakukan dengan harapan petani secepat mungkin dapat menerima uang hasil penjualan gabahnya tanpa mengeluarkan tenaga terlalu banyak . Inovasi teknologi pascapanen dalam SITT berupa perbaikan cara penjemuran gabah . Semula gabah dijemur dengan hamparan tipis supaya cepat kering . . dalam SITT dianjurkan pen,I gabah dengan hamparan sekurang-kurang setebal 7 cm . Dengan cara ini, saat penggilingan tidak banyak diperoleh beras yang pecah .
26 1
Sisrent Inregra.si Sapi dengan Tananran Padi, Srnvii, dan Kakao
Tabe l 7 . Rata-rit i po tcllspwod uksiiiadi dalam SI I I di I) .1 . Yo o akarta Musim tanam MH-II 2004
_
Pupuk ft/ha)
I
Varietas
Pupuk organik 1500 kg Urea 350 kg Pupuk organik 2500 kg Urea 120 kg
IR-64
MH-II 2005
Pupuk organik 2500 kg Urea 120 kg
MH-I 2005/2006
Pupuk organik 2500 kg Urea 120 kg Pupuk or9anik 3000 kg ~ Urea 80 kg i Pu uk or anik 3000 k Urea 50 kg
Ciherang Sinta Nur Ciherang
_ MH-I 2004/2005
MH-II 2007 MH-I 2007/2008
MH-II 2008
Pupuk organik 3000 kg Urea 35 kg -
Potensi has d(ton/haj__ 6 .02+0,12
IR - 64 Menthik wangi Sinta Nur
6 .75 + 0 72 6 .90 + 0 .29 7 .00 + 0 .31 8,28 + 0 .22 ___10,_087&24__ 8 .45 + 0 .21
Cimelah Sinta Nur Cimelati Menthik wangi Sinta Nur
9 .5/ + 0 .34 + _0_5 1 9 67 + 0 .30 8 1 90 + 0 .29 9,00 +0 .31
___ 9__l_ -
Ciherang Menthik wangi
8 .28 + 0,22 968+ 0,24
1
Sumber Musotic (2009) Tabe l S . kualit as drn harga produ k padi den gan pei ggunaan pupuk organik Rendemen (/) Varietas -
pupuk konvensional
IR-64 Mentik wangi
62 63
Sintanur
63
FHarga beras di petam (Rp/kg) Pupuk Pupuk Pupuk organik konvensionali organik 2400 64 .5 2 .100 726 25001 3200 71,5
2500,
3200
r
Harga beras di konsumen(Rp/kM Pupuk Pupuk konvensional organik_ 2300 3550 2900
4000
2900
4000
Sumber : Musotic (2003)
2 .5 .2 Inovasi Teknologi Sapi Sapi potong di D .I_ Yogyakarta umumnva dipelihara petani dalam kandang kelompok, terpisah dari lokasi pemukiman penduduk . Keterbatasan lahan untuk tanaman pakan, menvebabkan kondisi pakan sapi potong umumnya kurang balk . Sebagian pakan sapi yang disajikan adalah Iimbah pertanian, terutama jerami padi ; sedangkan pakan tambahan yang diberikan hanva berupa dedak padi dalam jumlah yang kurang mencukupi . Akibat dari kondisi pakan tersebut, sering banyak dijumpai sapi-sapi betina vang gagal bunting meskipun telah berkali-kali dikawinkan (IP2TP Yogvakarta, 2000) . Inovasi teknologi dalam Sri 'F tanaman padi-sapi potong yang telah dikembangkan untuk men`gatasi hal tersebut . adalah pengolalian jerami padi secara fermentasi dengan bantuan 262
Sistem tntegrusi Sapi dengan Tanaman Padi, Sit wit, dun Kakao
probiotik, clan penambahan pakan konsentrat dengan kualitas lebih balk (kadar protein kasar + 14%) . Sapi-sapi induk, selain diberi jerami terfermentasi ad lihitum sebagai pakan basal-, disediakan juga pakan konsentrat tersebut dengan model flushing . Konsentrat disediakan setiap hari sebanyak 1,5% berat badan ternak pada waktu tertentu, yaitu selarna satu bulan sebelum sampai satu bulan sesudah ternak dikawinkan, dilanjutkan pada saat satu bulan sebelum ternak melahirkan hingga dua bulan pasca melahirkan . Pengaturan pemberian ransum pada sapi-sapi jantan yang digemukkan adalah jerami padi terfermentasi yang disediakan ud lihitum sebagai pakan basal, ditambah dengan konsentrat dengan kadar protein 12% sebanyak 1,5% berat badan ternak . Penggemukan dilaksanakan maksimal selama tiga bulan .
2 .5 .3 Inovasi Teknologi Pengolahan Limbah Tanaman dan Ternak Limbah tanaman Pengembangan SITT tanaman pangan-ternak sapi potong di Daerah Istimewa Yogyakarta dilaksanakan di wilayah sentra tanaman pangan, dengan pola tanaman padi-padi-palawija . Limbah tanaman padi, vaitu jerami padi, dimanfaatkan sebagai pakan utama untuk sapi potong khususnya saat kemarau . Jerami padi umumnya dianibil dari lahan saat panen . diberikan langsung sebagai pakan . atau dijemur terlebih dahulu kemudian disimpan di atas para-para di dalam kandang . Dalam SITT, sebelum dimanfaatkan sebagai pakan, jerami diolah secara lermentatif dengan bantuan probiotik untuk meningkatkan nilai pakannya . Kualitas jerami padi terfermentasi dengan bantuan probiotik tertera di dalam Tabel 9 . Fermentasi aerobik terhadap jerami padi dengan menggunakan probiotik tersebut dapat dilakukan untuk perbaikan kualitas pakan sekali~gus untuk tujuan konservasi . 263
Sistent /ntegrasi Sapi dengan Tanaman Padi. Srnoit, dan tiahao
Penggunaan probiotik untuk fermentasi jerami padi dengan masa peram 3-4 minggu, bermanfaat dalam peningkatan nilai pakan jerami padi, yaitu meningkatkan degradasi teoritis bahan kering dari 39 .9% menladl 45 .41% dan menaikkan pertambahan berat badan sapi potong (A (' us ei ctl., 1998) . Tabel 9 . Nilai akan jerami iadi (dasar bahan kcrimo) Nutrien _T_a_nnafermentasi Bahan kering(%) 89 32 Protein kasar (%E) 5,30 ----------Lemak kasar (% 2,07_ Serat kasar Abu (%) 20,11 I _NDF (°/ ) ~--83 .36 _Kecernaan bahan kering (%) 30 .76 Kecernaan bahan organik (%) 27 .10 j
Terfermentasi 90,62 7 .05 1 .57 36 .34 20 ,60 35 .93 31 88
Sumber : Agus et a1. (1998)
Limbah kandang ternak Inovasi teknolo`gi pengolahan limbah kandang ternak dalam SITT tanaman-ternak di D .I . Yo`gvakarta adalah teknologi pembuatan pupuk organik dari limbah kandang ternak . Pengolahan tersebut dilakukan dengan bantuan dekomposer bahan organik pRi,l laDec C-15`" sesuai metode Musofie (2004b) . Setiap 1000 kgg limbah kandang difennentasikan dengan pRiA-kaDec C-15` dan urea . masing-masing dengan takaran : 3-4 kg . Fermentasi dilaksanakan selarna empat minggu . setiap minggu diaduk untuk mengatur sirkulasi udara dan kadar air turnpukan . Pupuk organik yang diperoleh dad ke`giatan tersebut digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman . Sebelum pencrapan SITT, jarang dijumpai peternak yang memanfaatkan limbah kandang ternak sebagai bahan pupuk untuk tananiannya . Peternak hanya menjual limbah kandang tersehut kepada p edagang pengumpul pupuk kandang . 1-lasil pen,jualan limbah kandang tersebut, sebagai pendapataii tambahan bagi peternak . Peternak lebih suka menjual dan en--, an memanfaatkan limbah kandang . karena penggunaan limbah kandang untuk pupuk tanaman menlbutuhkan tambalian tenaga kerja untuk 264
Sislent Inlegrasi Sapi dengan Tanant at Padi, Sawit, dan Itakan
mengangkut dari kandang ke lahan usaha taninya, atau bahkan peternak berpendapat bahwa menggunakan Iimbah kandang tersebut menyebabkan gatal-gatal di bagian kakinya, dan menambahkan populasi herba yang tumbuh di lahan usaha taninya, tersebarnya bau kotoran dan meningkatnya populasi lalat (Musofie, 2004b) . Teknologi pengomposan tampaknya merupakan alternatif yang tepat untuk mengatasi kendala ini . Sutedjo el al . (1995) mengemukakan bahwa pengornposan pada hakikatnya adalah menumpukkan bahan-bahan organik dan membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai perbandingan C/N yang rendah sebelum digunakan sebagai pupuk . Keuntungan yang diperoleh dari cara ini, yaitu pertarna, mengurangi risiko pencemaran lingkungan . Yulipriyanto (1991) mengemukakan bahwa pengomposan dapat menghIlangkan atau meminimalisasi ban yang ditimbulkan oleh Iimbah organik, pengurangan penggunaan pupuk kimia, mempertahankan kesuburan tanah secara alami dan berkelanjutan . Bahar (1986) menyatakan . selama proses pengomposan berjalan maka di dalarn timbunan bahan baku yang terdiri dari bahan-bahan organik/sampah suhunya akan Iebih dari 70 ° C . Pada temperatur in] akan dapat membunuh mikrobia-mikrobia patogen, penyakit tanaman, pertumbuhan biji (kecambah) . serangga dan telurnya, cacing dan telurnya serta nienghilangkan ban busuk dari kompos tersebut . Kedua, keuntungan akan diperoleh dari pemanfaatannya sebagai pupuk organik . Kompos merupakan bahan yang kaya dengan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, antara lain nitrogen . pospor, kalium . dan mengandung mineral lain yang dibutuhkan oleh tanarnan (n-ace element) . Kompos sangat balk dipergunakan pada daerah tropis . karena tanah tropis pada umumnya rusak oleh sinar matahari yang kuat . Dengan penambahan kompos akan dapat menahan sinar matahari tersebut . menyebabkan tanah tetap lembap . tahan terhadap air (erosi) dan menutup akar tanaman . Apabila kompos dimanfaatkan sebagai pupuk , maka akan menguntungkan serta meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman . 265
Sistent Integrusi Supi dengmr Ta na sun Padi, Snwit. dan Krrkao
Kualitas pupuk organik yang diolah dari Iimbah kandang sapi (Tabel 10) . Tabel10 . Kadar nutricnt pupuk orY~anik dari Iimbah kandang sap terolah ~ _ Nutrien C orc anik Noaanic NH4 __ N03 Total nitrogen P'O' __ K20 Na Ca
--
11 .44 - 18,28 197-2 .79 0 .20-0,31 0 .02-0 .06 2 19-3 .16 1 .48-2 .26 --1 31 -1 69 0 35 - 0 .47 0 .78 - 1 .00 0 .17-0 .23
Sumber : Musotie (2004h)
Hasil penelitian penggunaan pupuk organik yanberasal -dart Iimbah kandang sapi yang telah diolah dengan bantuan decomposer bahan organik pRi. 1aDec 0 menunjukkan bahwa dosis yang diperlukan hanya 2,5-3 ton/ha (dosis Iimbah kandang mentah 10 ton/ha), kualitas dan kuantitas hasil tanaman Iebih baik, serta harga jual produk tanaman lebih mahal . Penggunaan pupuk organik tersebut mampu mengurangi biaya penggunaan pupuk anorganik, karena dosis pupuk anorganik dapat dikurangi bahkan kalau mungkin tanpa pupuk anorganik . Penggunaan pupuk organik dengan dosis 2 .5 ton/ha untuk tanaman padi sawah mampu mengurangi biaya pembelian pupuk anorganik sebanyak Rp342ribu/ha/musim (Musofie dan Wardhani, 2002) .
2 .5 .4 Inovasi Kelembagaan Kesepakatan dalam memantaatkan dan memadukan teknologi antarsubsistem yang ada di dalam S111- , merupakan kunci keberhasilan usaha tam . Kebijakan yang diperlukan untuk mendukung kondisi tersebut adalah : perlu adanya kelembagaan kelompok usaha tani SIT"I` dengan melibatkan berhagai komoditas ternak dan tanaman : prioritas kebijakan untuk penemuan teknologi dart berhagai disiplin ilmu yang berkaitan 266
Sistem I ite;;rasi Sapi dengan Tanaman Parli, Sawit, (lan Kakao
dengan SITT, dan pengawasan/kontrol dari berbagai kelembagaan dalain penggunaan Ilinbah cahang-cabang usaha tani . Kesepahaman antara petani pengguna Iimbah kandang ternak dengan peternak diperlukan dalani menjaga kelancaran aliran timbal ba-lik teknologi dari subsistem tanaman dan subsistem peternakan . Petani sepakat inengolali Iimbah kandang sebeluni disebarkan sehagal pupuk di lahannya, karena petani telah mengambil dan nlenianfaatkan Iimbah tanaman untuk pakan ternaknya . Keterpaduan antarsubsistem usaha tani tanaman dan usaha peternakan manipu nmeningkatkan kualitas produk yang dihasilkan . Keberhasilan pengelolaan kelembagaan keloinpok petani SITT dililiat dari adanya kesepakatan-kesepakatan dalam menentukan aktivitas dan fungsi di dalam masing-masing subsistem usaha . Kesepakatan dalam subsistem peternakan dimNall dari . persetnjuan untuk menjaga keamanan ternak, pcngadaan pakan tambalian, penoolahan pupuk organik dan distrihusinva . perkawinan ternak . sampal kepada penjualan dan pemasaran ternak . Para penanggung jawab kelembagaan berkewajiban untuk mengawasi terlaksananya kesepakatankesepakatan tersebut . Kesepakatan dalam subsistem usaha tani tanaman juga harus dihanoun, mulai dari penentuan waktu dan jadvval tanam, pcngadaan serta penggunaan pupuk serta bahan dan cara pengendalian Nama/penyakit tanaman, sampai kepada pengelolaan panen serta penjualan produk tanaman . Kelembagaan pemasaran produk perlu ditumbulikan untuk penyaluran produk vang berkualitas lebih balk tersebut dalanm SI F I . Kelembagaan kelompok SITF vang terbentuk dituinhuhkan untuk mampu mclaksanakan segmentasi pasar, agar nilai produk yang dillasilkan scsuai dengan kualitasnya . Insentif atas nilai produk tersebut diharapkan sebagal motivator dalam pengembam,an SITT ini . Peinasaran dengan model tebasan niestinya sudah tidak herlaku Ia`(,i dalarn strategi pemasaran tersebut . Peniasaran dengan cara clang atau menumhuhkan simpul-simpul dalani hentuk agen pemasaran , merupakan bentuk pemasaran yang dimungkinkan dalam memasarkan 267
Skim Integrasi Sapi dengan Tanrmman Pudi, Survit, dun Kakao
produk-produk usaha tam . Skema pemasaran dengan cara lelang tertera di dalam Gambar 4 . Penlual I
Deyerahan
Petamiprodusen
uang 4 Proses Lelang
Petugas lelang
Transaksi dilakukan dengan cara lelang tertutap
I
Penis at Peters produsen
Deal,Terjad i transaksi
Pembeli Pedagang
Penyerahan
Pembeli
barang
Pedagang
Gam bar 4 . Skema pasar lelang produk usaha tani
2 .6 Provinsi Kalimantan Selatan Penerapan dan pengembangan SITT di Provinsi Kalimantan Selatan dimulai pada Program NIT di Kabupaten Banjar dan Hulu Sungai Selatan (HSS) tahun 2002/2003 . Pengembangan SITT padi-sapi di Kabupaten Banjar (tahun 2005-2006) dan Tanah Bumbu (tahun 2006) . Inovasi teknologi yang diintroduksikan, yaitu untuk komoditas padi (pendekatan PTT) . komoditas sapi, pengolahan Iimbah pertanian untuk pakan, dan kotoran sapi untuk pupuk . 2 .6 .1 Inovasi Teknologi Tanaman Inovasi van, diintroduksikan disesuaikan dengan kondisi lahan dan petani yang ada di lapangan . ".novasi teknologi yang diintroduksikan pada kegiatan SITT bet-basis padi adalah pendekatan PIT padi sawah meliputi : 1) Penggunaan varietas yang sesuai lingkungan setempat dan sesuai selera pasar (varietas Ciherang dan IR) . 2) Benih bcrmutu/beriabel . 268
Sistem b:tei;rasi .Supi dengan Tanaman Padi, Sawit, dan Kakao
3) 4) 5) 6) 7)
8) 9) 10) 1 1) 12)
Pengolahan tanah sempurna .. minimal atau tanpa olah sesuai keperluan dan kondisi Iingkungan . Persemaian basah atau persemaian kering dan pemupukan dipersernaian . Fanam hibit muda I5-2I hari (4 daun) . Sistem penanaman padi dengan jajar legowo (2 :1 ; 3 :1 ; 4 :1) tergantung kesepakatan dengan petanI . Pemupukan berimbang berdasarkan status hara tanah dan kebutuhan tanaman . Pemupukan N dengan menggunakan bagan warna daun (BWD), pernupukan P dan K berdasarkan status hara P dan K tanah rnenggunakan Peta Status Hara P dan K atau berdasarkan pengukuran menggunakan soil test kit . Menggunakan bahan organik (bila pupuk kandang 2 ton/ha, jerami padi 5 ton/ha) . Pengairan berselang pada tanah yang airnya dapat diatur dan ketersediaan air terjamin . Menggunakan komponen PUT (pengendalian hama/ penyakit terpadu) secara tepat dan pemberian pestisida secara bijaksana . Gulma disiang atau dengan herbisida . Panen dan pascapanen . Panen pada saat yang paling tepat (90% gabah menguning) . Segera dirontok setelah panen . Ciabah dikeringkan hingga kadar air 15% .
2 .6 .2 . Inovasi Teknologi Sapi Pada umumnya . hudi dava ternak sapi yang dilakukan di Kalimantan Selatan sebagian besar masih tradisional . yaitu digembalakan . Kondisi ini yang menyebabkan sulitnya penanganan dan pengontrolan ternak secara optimal sehingga produktvitas yang dihasilkan kurang maksimal . Terkait dengan kegiatan SITT yang dilakukan terdapat inovasi teknologi yang diintroduksikan pada komoditas sapi, yaitu : 269
Sistem Integrasi Sapi dengan Tiuuunan Pudi, Saw it, dan Kakao
a . Teknologi kandang : kandang kelompok b . Teknologi pakan :
•
• • •
Pemberian pakan jerami padi fermentasi Badan Sapi) UMB (urea
mullintttrien block)
Dedak 1-2 kg/ekor/hari
(1-3%
Berat
(0 .25 kg/ekor/2 minggu)
HMT/rumput yang tersedia di tempat c . Pencegahan penyakit :
• •
Ohat cacing (sesuai dosis) Pemberian vitamin B komplek
2 .6 .3 Inovasi Teknologi Pengolahan Limbah Sapi dan Tan a man Inovasi teknologi yang diintroduksikan uiltuk pengolahan limbah pertanian berupa jerami padi adalah fermentasi dengan menggunakan probiotik dan urea . Sedangkan inovasi teknologi untuk pengolahan limbah kotoran sap] menjadi pupuk organik adalah fermentasi menggunakan urea . SP-36, serbuk gergaji, abu gosok dan kalsit/dolomit dengan
Teknologi penyimpanan jerami
dekomposer Stardec .
yang sudah difermentasi dilakukan dengan cara dikeringkan, Iamanya sekitar satu minggu . Setelah kering jerami dapat langsung diberikan pada ternak sebagai pakan (dapat juga dipres untuk disimpan), sedangkan kompos dapat diberikan langsung ke lahan atau dilanjutkan dengan penyaringan secara fisik, kemudian disimpan dalam kantong plastik (ukuran bergantung pada tujuan pengepakan) dan slap didistribusikan/di,jual .
270
SLoem Ipregrasi Sapi dengan Tantiman Padi, Sawit, (lan Kakao
2 .6 .4 Inovasi Teknologi Penvediaan Alat Mesin Pertanian Inovasi - teknologi penting lainnya yang hares diintroduksikan dalam SIT], yaitu ketersediaan peralatan/mesin pertanian yang murah . hernat bahan bakar, dan multifungsi . Peralatan yang diperlukan di antaranya pencincang Iimbah berupa choppcr, dan alat penghancur pupuk organik . 2 .6 .5 Inovasi Kelembagaan Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Ningsih el a/ . (2006) bahwa kelembagaan dalam kegiatan pengkajian ini terdiri dari kelembagaan produksi, kelembagaan sarana produksi, dan kelembagaan pemasaran hasil . Kelembagaan Produksi : meliputi status penguasaan lahan . luas penguasaan lahan per petani, rata-rata garapan, sistem bagi hash dan pola tanam padi-padi dan padi-bera . Jenis kegiatan yang dikoordinir oleh kelompok tani antara lain pola tanam dan waktu tanam, pengendalian Nama, pemeliharaan sungai/saluran . Kegiatan kolektif lainnya yang kadang-kadang di koordinir tetapi ada juga yang dilakukan petani sendiri seperti gotong royong tanam, panen atau pengolahan tanah dengan aturan yang sudah disepakati . Kelembagaan sarana produksi : a) pupuk, pupuk biasanya dibeli di pasar kabupaten atau ada juga yang disediakan oleh ketua kelompok tani yang dapat dibeli oleh anggota (sejenis kios) dan biasanya pupuk yang dibutuhkan tersedia pada waktunya . Pembelian pupuk di pasar secara tunai, sedangkan dengan ketua kelompok kadang-kadang dapat dibayar setelah panen dengan tambahan biaya sekitar 15-25% . Hasil panen padi petani tidak hams dijual ke ketua kelompok walau pupuk dan saprodi membeli/pinjam dengan ketua kelompok . b) Pengolahan tanah, dilakukan dengan traktor tapi karena jumlahnya sedikit sehingga hams antri, menv ebabkan pengolahan tanah lebih dari satu bulan . 27 1
Sistest Integrasi Sapi dengun Tananaur Pmti. vairit. dun Kakao
Kelembagaan pemasaran hasil : Hasil panen padi petani dijual di dalam desa . umuninva pembeli \an_ datan`g mengambil padi ke petani atau petani menjual kepada ketua kelompok tan[ karena ketua kelompok mempumai pabrik penggilingan pad i . Pembayaran dilakukan secara tunai densan harsga sesuai har~ga yang berlaku . 2 .6 .6 Keragaan Produksi dan Analisis Usaha Keragaan produksi kegiatan SITT yang dilakukan di Kalinlantan Selatan berdasarkan laporan Darmawan (2003) dan Galib el al . (2006) diketahui bahwa pertambahan berat badan harian untuk ternak sapi yang dianiati ditampilkan pada Tabel I I dan analisis usaha untuk tanaman padi pada Tabel 112 . Tabel 11 . 1lasjl pengamatan pertamhahan hohot hadan harian lernak sapi pada behera )a lokasi Sff F . Lokasi Jumlah Jenis Sex Umur PBBH Desa (ekor) . tahup i (kg/ekor_ Kab Banjar* 15 PO Jantan 1 __ 0,55 PaU2alaman_ PO ___J_antan 1 .5 0 53 17 PO Betina 1 0 59 12 PO Betina 2 0-4 5 0,64 _ Rataan L 0 .58 HSS* 15 i Bali Betina 2 0,45 Mandala _ 15 Bali Betina 2 ; 0 .41 _ Rataan I ! 0,43 Banjar ** 20 PO Jantan dan 1 .5-2 .5 tahun ! 0 41 Loktangga betina Keterangan : * Pemherian dedak 3 kg/ ekodhari . Jeranli lermentasj 6 Kg/ck/hr (I)armawan . 1
2003) Pemherian dedak I kg/ekor/hari . Ihrmentasi jerami 6-R kgickorihari (Galih cl (/ ._ 2006)
272
Si.stem Integrasi Supi dengan Tanaman Padi, Suwit, dun Kakao
Tabel
12 .
nnalisi,
I'(Rpiha) F1
ckonomi
Kabupaten Banjar (Desa Panggalaman) Penerimaan Biaya produksi Pendapatan R/C -- -
I
I'l I
usaha padi dengan ,istcin
Non PTT
PTT 6 575 .000
4 .325 .000
2 .843 .000 _2 .717000 1,95
Banjar ( esa Loktangga) Penerimaan Biaya produksi Pendapatan
9 .600 .000 2 015 .000__ 7 .585 .000
R/C
Sumber t)annaiaan (2003) I'll) (hilib ,I ul
dun lion-
2 .444 .250 1 .880 .750 1 .76 5 .100 .000 Z005.000 .065 .000 _3 2,53
-
4,76
(2(1(16)
flasil kajian van- telah dilakukan pada SITT padi dan sapi yangdilakukan dl Desa Loktangga yang dilakukan Galib el a/ . (2006) . Keragaan pemeliharaan ternak sapi yang d1beri pakan berupa jerami padi fermentasi Tabel 13 dan kontribusi pendapatan petani antara sistem integrasi dan nonintegrasi (Tabel 14) . Berdasarkan analisis tersebut terlihat bahwa dengan sistem integrasi pendapatan petani ineningkat sebesar 255%, vaitu sebesar Rp10 .999 .950/tahun . Usaha yang dilakukan dapat dilakukan lebih intensif (padi tanam dua kali) sehingga tujuan akh1r, yaitu untuk meningkatkan pendapatan petani dapat tercapai . Tabel 13 . nnalisis kelav akan usaha penleliharaan sapi dengan pakan jerami _padi Iermentasi
input
Uraian
-
Say (BB 150--200kg
20 ekor
Dedak
1800 kg
UMB
120 biji
1 unit
Kandang dan peralatan
-
Volume
Jerami_aei di_
9000 kg
Vitamin
600 cc 40 bill
Obat cacing
Tenagaa kerja - Total biaya input (Rp) Ouput
Tambahan nilai bobot sapi PBBH 0,41 kg/han Kotoran sapi Total output (Rp) Pendapatan
RIG
Sumber (rtlih i•/ iii (2006)
40 HOK
Harga satuan (Rp) 2 .500 .000 400 000
Jumlah (Rp) 50.000 .000 400 .000
1 .000
1 .800 .000
100
900 000
1 .500
85
3 .000
120 .000 51 .000
120 .000
15 .000
600 .000 --- --53 .991 .000
t 20 ekor
3 .800 .000
76 000 .000
9000 kg
150
+
~Output-Input) -
1 .350 .000
77 .350 .000
23 .359 .000 1 .43
2 73
Sislenr 1Megrasi Sapi dengun Tanaman Padi . Smc'il. dan kakuo
Tabel 14. Bia)a dan pendapatan inte_rasi usaha tani padi-sapi di lahan sa m ah tadah hujan _
Uraian
f Petani kontrol : h
Tanam padi di musim hujan Sapi ~_ Jumlah _ _ i Petani integrasi : -Tanam ~adi di musim kemarau - Tanam padi di musim hujan _ - Sapi Jumlah
Somber : (ralib ct al. (2006)
Biaya CRp y Penerimaan~RpJ'-Pendapatan -~Rp 2 .015 .500 2 .500 .000 4 .515 .000 1 .756 .500 2 .001 .500 2 .669 .550 6 .427 .550 1 _-_
6.000 .000 2.875 .000 8.875 .000 7.920 .000 9_980 .000 3.867 .500 T 21 .767 .500 -
3 .985 .000 325 .000 4 310.000 6 .163 .500 7 .978 .500 1 .167 .950 15 .309 .950
R/C
2 9 111 19 4 4 1 3
51 9 4 3
2.7 Provinsi Nusa Tenggara Barat SIPT di Provinsi Nusa Tenggara Barat dikembangkan melalui program P3T . Secara umum .. NT bertujuan untuk memperbaiki pendapatan petani melalui upatya peningkatan produksi padi dengan menggunakan pendekatan PTT, SIPT dan pembentukan lembaga keuangan mikro melaluj penibentukan KUAT dan kredit penunjang untuk istri petani koperator melalui KUM . Salah satu lokasi percontohan terpilih di NTB adalah di Desa Jenggale Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara yang dilakuan dari tahun 2002 sampai 2004 . 2 .7.1 Inovasi Teknologi Padi Proyek percontohan NT (2002) pada awalnya melibatkan 197 petani penerap pendekatan PTT dan SIFT (Tabel 15) . Karakteristik pemilikan lahan terdiri dan lahan sempit ( 0.5 ha). sedang (0 .5-1 ha), Iuas (>I ha) dan tidak memiliki lahan atau buruh tam berturut-turut sebesar 59%, 26% . 1 .9% dan 14% (Anonim . 2004) .
2 74
Sistem Integrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Sawit, dan hakao Tabel 15 . Kelompok Tani P1I dan SIPI peserta Proyek P3 1 . Desa Jenggala . Kecamalan Tanjuna . KabuEaten Lomhok Utara Kelo_mpok tam. . . Kleang 1 Langgem Sari Jebak Jenggala Serum Jumlah
Luasan (ha)
. ,
28,39 61 70 1900
-3478 100 00
-
Jumlah - anggota (orang)
59
61 19 58
197
Komponen PTT yang dianjurkan adalah penggunaan varietas padi unggul, benih bermutu, olah tanah sempurna, pupuk berimbang, pupuk kandang (2 ton/ha), tandur jajar (20 x 20 cm), bibit muda (< 21 hari), bibit terbatas (1-3/lubang), pengairan berselang dan pengendalian gulma . Penerapan komponen PTT masa pendampingan (20022003) dan pasca pendampingan (2003-2004) dan keberlanjutan penerapan sampai tahun 2009 disajikan pada Tabel 16 . Varietas unggul anjuran adalah Tukad petanu, Bondoyudo, Kalimas, Ciherang, Sintanur dan Widas . Pada masa • pendampingan penerapan penggunaan varietas unggul Ciherang mencapai 72% . Varietas Ciherang merupakan satu-satunva varietas unggul tersedia pada vvaktu pelaksanaan PTT . Sisanya menggunakan varietas non-anjuran (IR64) yang merupakan standar varietas permintan beras untuk DOLOG . Penggunaan varietas unggul terus meningkat pada MT-1 dan 11-2003 mencapai 78% dan pada pasca pendampingan MT-1 2004 mencapai 84% . Penggunaan varietas unggul terus berlanjut . Hasil survei yang dilakukan untuk MT-1 dan II 2009 menunjukkan jumlah responden yang menggunakan varietas unggul Ciherang di lokasi P3T t1dak banyak berubah (75%) . Minat petani untuk menggunakan varietas unggul cukup tinggi, namun tingkat penggunaan sangat ditentukan oleh ketersediaan benih dipasar .
275
Sislenn Integra,si Sapi dengmr Tonaman Padi . Sawit, dan Aakao
Tabel 16 . Pelaksanaan komponcn ~UL rcontohan tahun 2009 Uraian
Varietas unggul Benih berlabel _Jumlah benih (20 kg/ha)
Penggunakan bibit muda Tanam 1-3 bibitllubang Tandura
Pemberian kor~os ~2 Uha)
20021
i i
I' I - I 72
80 36 68 . 40 72 0
tahun 2003
( -X.j
2002-2O04
dan
1 2004 (%) 84 76 12
200
78 76 18 ! 69 28 46
66 28 4 0
pasca 75 90
0 25 17 40 0
Penerapan penggunaan benih bermutu relatif tidak berubah . Pada masa pendampingan, 80% petani koperator menggunakan benih berlabel dan pada pasca pendampingan 76% masih menggunakan benih berlabel . Perubahan penggunaan kelas label yang lebih balk menunjukkan peningkatan . Pada masa pendampingan, penggunaan benih label hint barn 40% dan selebilinya label ungu, dan pada pasca pendampingan penggunaan benih label biru meningkat menjadi 58% . Penggunaan benih berlabel pada MT-1 dan 11 2009 mencapai 90% dan 80% menggunakan label biru . Penggunaan label biru lebih disebabkan ketersediaan benih dipasar dan bukan kesukaan . Penggunaan jumlah benih 20 kg/ha se jak awal kurang mendapat respons van,, positif. Pada masa pendampingan, penerapannya hanya 36% dan turun menjadi 12°'o pada pasca pendampingan (MT-I 2004) . Dari hasil survei pada MT-l dan 11 tahun 2009 tidak ada petani yang menerapkan penggunaan benih sesuai alljuran pendekatan PTT . Kurangnva keterampilan regu tanam merupakan alasan utama sehingga pemilik lahan khawatir terjadi kekurangan benih pacla v aktu tanam . Penerapan penggunaan bibit muda (< 21 hari) cenderung diterinia pada avval penerapan pendekatan PTT dan tidak banyak berubah pada masa pendampingan sampai pasca pendampingan (2004) . Namun, terjadi penurunan van,, cukup nyata pada MT-I dan II tahun 2009, yaitu pengguna bibit muda hanya 25% dari responden . Hal ini menunjukkan penggunaan bibit muda masih belum dapat diterima sepenuhnya . i
2 76
Si.stem Integrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Sa vil, dan Kakao
Penerapan tanarn 1-3 bibit per lubang dari awal pelaksanaan tergolong rendah (40%) dan pada pasca pendampingan MT-1 2004 hanya dilakukan oleh 28% dari responden . Jumlah responden yang masih menerapkan tanam 1-3 bibit/lubang pada MT-l dan 11-2009 sebesar 17% . Kesulitan dalam memIIah bibit masih merupakan hambatan penerapannya den-an konsekuensi terjadi peningkatan waktu tanani dan adanya kegiatan penyulaman sehingga tenaga dan biaya tanam meningkat . Sebanyak 72% dari petani koperator melaksanakan tandur jajar pada awal masa pendampingan, kemudian penerapan tandur jajar menurun menjadi 46% pada akhir inasa pendampingan dan pasca pendampingan tinggal hanya 4% dari petani koperator melaksanakannya . Jurnlah tenaga tanam terampil terbatas merupakan hambatan utama pada penerapan tandur jajar . Tersedianya tenaga terampil kemudian meningkatkan penerap tandur jajar . Pada MT-1 dan 11 tahun 2009 sebanyak 40% dad responden sudah menerapkan tandur ,jajar . Alasan penerapan adalah memudahkan dalam pengendalian gulma dan menghemat waktu penviangan . Penggunaan pupuk kompos sebesar 2 ton/ha merupakan komponen anjuran yang mendapatkan respons paling rendah . Akumulasi antara biaya dan tenaga yang dibutuhkan untuk penggunaan pupuk kandang yang relatif lebih tinggi serta tingkat kesadaran yang rendah akan pentingnya mengembalikan bahan organik untuk memperbaiki struktur dan kesuburan tanah merupakan kendala dalam penerapannya . Posisi Hit bertahan sampai pada MT-I dan 11 2009, tidak satupun dari responden yang menerapkan penggunaan pupuk kompos . Komponen lainnva dari pendekatan PTT pada dasarnya sudah dilakukan dan merupakan bagian dari aktivitas bertanam yang sudah lazim dilakukan, seperti olah lahan sempurna, pengelolaan gulma, pengaturan air irigasi, panen, dan pascapanen . Respons yang bervariasi terhadap komponen anjuran dalam pendekatan PTT menunjukkan tingkat selektif petani dalam 277
Sistenr Integra.ci Sapi denyan Tanuman Padi, Sarcil, dan kakaa
menerima teknologi barn . Faktor vang sanuat menentukan dalam penerimaan komponen PTT meliputi kontribusi komponen terhadap perbaikan produksi dibandingkan dengan konsekuensi penggunaan waktu, tenaga kerja . serta biaya dan kenvamanan dalam menerapkan komponen tersebut . 2 .7 .2 Inovasi Teknologi Sapi SIPT sebagai bagman dari kegiatan PTF bel-tLI'Liall LIMA mendukung upaya peningkatan kandungan bahan organik lahan sawah, produksi, dan produktivitas pad] dan ternak yang pada gilirannva pendepatan petani . Komponen SIPT yang dianjurkan meliputi perbaikan pemeliharaan . pengolahan jerami sebagai pakan ternak, serta pembuataan kompos dari kotoran dan sisa pakan ternak . Petani koperator diwadahi dalam satu kelompok untuk meniudahkan penerapan manajemen pemeliharaan . Majemen yang dianjurkan meliputi pembiakan dengan IB dan kawin alam . pemberian pakan, kesehatan serta pengelolaan Iimbah pakan dan kotoran ternak . Organisasi kandang kelompok dibangun melalui pembangunan kandan g kelompok beserta den-an "Lidang penyimpanan jerami dan bangunan prosesin g kompos yang menjadi sinii - :1 nengikat dari pendekatan PTT dan SIPT . Pada masa pendar :f ;r ian sebanyak 92% dari petani koperator mengandangkan 'crnaknya dikandang kelompok. namun jumlah petani yang men - andangkan ternak dikandang kelonipok turun drastis menjadi 12% saja pada pasca pendampingan . Vial in' disebabkan kandan_ kelompok yang dibangun jauh dari tempat tinggal sebagian besar anggota . Hal ini menyulitkan mereka dalam melakukan kontrol terhadap ternak dan melakukan aktivitas sehari-hari seperti memberi pakan dan membersihkan kandang . Kontrol yang tidak dapat dilakukan secara intensif memberi kesempatan munculny a masalah sosial berupa pencurian pakan dikandang dan adanya sap] lepas yang memakan pakan ternak lainnya . Konstruksi kandang yang 2 78
Sislem Inlegrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Snwit, dan Kakao
kurang balk dengan atap yang rendah serta pagar tembok keliling yang relatif tinggi menyebabkan udara di sekitar lokasi kandang lebih panas sehingga tidak nyaman untuk ternak dan peternak rnelakukan aktivitas sehari-hari . Hal ini juga dilaporkan menjadi penvehab rendahnya jurnlah petani koperator yang membawa ternak ke kandang kumpul . Dari hasil survei yang dilakukan pertengahan tahun 2009 diketahui sebanyak 40% dari responden yang diambil dari sekitar kandang masih mengandangkan ternak niereka pada kandang kumpul . Hal ini menunjukkan bahwa jarak dari tempat tinggal merupakan alasan utarna terhambatnya penerapan kandang kumpul pada awal pelaksanaannya, karena sebagian petani penerima BLM perguliran ternak mempunyai tern pat tinggal yang jauh dari kandang kumpul yang disediakan . Penerapan pemberian pakan campuran rumput dan legume (60 :40) dengan cukup (± 10% BB) relatif konsisten (72%) balk pada masa pendampingan maupun pasca ' pendampingan . Namun, jurnlah responden yang masih menerapkan pemberian pakan campuran rumput dan legume pada tahu 2009 turun menjadi 18% . Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman petani akan kualitas pakan dan sebagian percaya bahwa rumput merupakan pakan terbaik untuk ternak sapi . Pemberian pakan penguat seperti dedak dan bungkil kelapa pada masa pendampingan dan pasca pendampingan dilakukan oleh 68% petani koperator . Hal ini merupakan fenomena yang menarik karena pakan tambahan pada masa pendampingan merupakan paket bantuan, namun jurnlah petani yang masih menerapkannya pasca pendampingan dan pemberian bantuan tidak berubah . Gambaran yang sama diperoleh pada tahun 2009, 940'o dari responden pernah memberikan pakan tambahan berupa dedak pada ternaknva . Pemberian pakan tambahan pada ternak bunting tua sampai tiga bulan setelah melahirkan . pada masa pendampingan dilakukan oleh 60% dari koperator dan turun men jadi 40% pasca pendampingan . Pemberian pakan tambahan pada ternak bunting tua sampai sampai tiga bulan masih tetap dilakukan oleh 53% dari responden pada tahun 2009 . 279
11
Sislenl Integrasi Sapi denyan Tanamrm Padi, Saivil , dan Kakao
Penyapihan anak pada umur 5-6 bulan sebagai upaya untuk mempertaliankan kesehatan reproduksi induk agar induk dapat beranak kembali sudah diperkenalkan , tetapi belum diterapkan sampai niasa pendampingan berakhir . Gambaran vang sama terjadi tahun 2009, pada umumnya pedet tersapih secara alamiah tanpa ada campur tangan petani . Pada masa pendampingan dilakukan pengolahan jerami padi sebanyak 30 ton, namun tidak satupun dari petani koperator yang melanjutkanma . Alasan utama petani koperator adalah ternak tidak terbiasa mengonsumsi jerami dan jumlah jerami fermentasi yang dikonsumsi ternak sangat rendah . Alasan kedua adalah tidak tersedian a jerami untuk diolah karena .jerami padi sudah sejak lama digunakan sebagai mulsa tanaman kacang . 2 .7 .3 Inovasi Pengolahan Limbah Sapi dan Tanaman Pengolahan limbah berupa kotoran dan sisa pakan untuk bahan pembuatan kompos dilakukan sebanyak 40 ton pada awal pendampingan, namun petani koperator tidak melanjutkan penerapan pembuatan kompos secara individu maupun kelompok pasca pendampingan . Hasil survei yang dilakukan tahun 2009 tidak terdapat responden yang mengolah kotoran ternak menjadi kompos, namun sebanyak 41 0,6 dari responden sudah menggunakan pupuk kandan g untuk tanaman di lahan sawah . 2 .7 .4 Inovasi Kelembagaan Pada umumnya, perubahan kelembagaan dimungkinkan bila tambahan manfaat yang diperoleh Iebih besar dari pengorbanan akibat perubahan vang dilakukan . Kelemba o aan mikro dikembangkan melalui pemberian bantuan Iangsung masyarakat (BLM) untuk KUAT berupa perguliran ternak sap] bibit sebanyak 200 ekor . BLM dirancang untuk mendukung 2 80
Sistem Integrusi Supi den gun Tanumun Padi, .Srnvit, dun Rukuo
P3T, namun keterpaduan PTT dan SIPT yang dirancang melalui pemungsian organisasi kandang kelompok tidak berjalan . Alhasil, kotoran ternak sebagai hahan baku pembuatan kompos tidak tersedia dan paket manajemen pemeliharaan ternak yang dianjurkan serta merupakan bagian dari paket bantuan perguliran ternak tidak dapat dijalankan . Kelembagaan merupakan sistem nila1 yang berlaku dalam masyarakat dalam bentuk jaringan kerja sama % an- menjalankan tindakan kolektif tidak dapat berjalan melalui organisasi kandang kolektif sehingga penerapan teknologi pada kegiatan P3T belu n dapat herjalan sepenuhnya (Bulu et arl., 2004) .
2.8 Provinsi Maluku Utara Makiku Utara memiliki potensi yang besar untuk pengembangan usaha ternak karena didukung oleh sutnber daya alam yang melirnpah (lahan dan pakan), serta peluang pasar yang memadai . Walaupun secara urn urn sektor peternakan hanya memberikan kontribusi sebesar 1,87% terhadap pembentukan PDRB (BPS Maluku Utara, 2008), ternak sapi merupakan salah satu konioditas prospektif, mengingat resort pertumbuhan konsumsi ternak di Provinsi Maluku Utara lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan populasi (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Daerah Maluku Utara, 2008) . Dinamika dan keragaan inte`grasi padi sawah-sapi di Maluku Utara pada usaha tam padi sawah lahan irigasi di Desa Bumi Restu . Kecamatan Wasile Kabupaten I-talnmahera Timur . Sinergisme usaha tam terpadu antara lain, yaitu memanfaatkan limhah jerami tanaman padi dan kotoran ternak untuk pernbuatan pupuk organik (kompos) yang digunakan pada tanaman padi tersehut pada unit usaha tam . Sedangkan untuk integrasi tanaman perkebunan seperti kakao dan kelapa dengan ternak sapi helum pernah dilaksanakan kajian secara khusus dan sistematis . 28 1
Sistent buegrasi Sapi dengan Tananran Padi, Suwit, dan Kakao
2 .8 .1 Inovasi Teknologi Padi Salah satu pendgkatan sistem usaha tani yang perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas lahan sawah adalah melaluI pengelolaan usaha tani terpadu dengan menggabungkan semua komponen usaha tam sehingga dapat memperoleh mutu pertumbuhan tanaman yang optimal, jaminan kepastian panen, perolehan mutti produk tinggi dan terjalin kelestarian lin~ kungan hidup (Sumarno c~i ul. . 2 000) . Pada kajian usaha tani padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur, komponen teknologi Yang diterapkan merupakan rekomendasi 1-11111,11n, yaitu dengan penggunaan benih bermutu sesuai pasar clan lingkungan setempat, pernanfaatan 2-3 bibit per rumpun, cara tanarn yang tepat, pengairan berselang, pemupukan berdasarkan BWD, penggunaan bahan organik, penerapan PHI" . penylangan clan pascapanen yang tepat (Zaini el (l., 2004) . Varietas padi yang ditanam oleh petani sebelum dilakukan pengkajian adalah padi lokal "Super Wing". Pad] tersebut disukai petani selain karena t1dak nmudah rontok saat berbuah, rasa nasi pulen, serta agak tahan terhadap walang sangit dan wereng, walaupun produksinya t1dak terlalu tinggi, yaitu hanya 1-3 ton/ha (PTP Maluku Utara, 2005) . Berdasarkan fakta tersebut, BPTP Maluku Utara (2005) pada MT I mengintroduksikan varietas Cisantana, yang ditanarn pada areal seluas 20 ha, dengan menggunakan teknologi usaha tani padi sawah rekomendasi . Hasil pengkajian menunjukan bahwa terjadi peningkatan produksi padi (GKG) 372% dan peningkatan B/C ratio sebesar 118% dari produksi musim tanarn sebelumnya (Tabel 17) . Kemudian pada MT-I 2006 diintroduksikan varietas Cibogo . Tabel 17 . llasil gahah kcring panen petani sasara, : pada M F-1 SebelUm clan selama en ka ian di Kahu aten I-falmahera Timur
Musim tanam MT Se_belum pengkajian _MT-1 2004 Selama pengkajan MT-12005 MT-1 2006
282
-
Varietas
Rata-rataproduksi (ton/hay
B/C
Super Wing (lokal)
0,68
0 .80
Cisantan_a Cibogo
3,19 3 33
1,74 2,07
Sistem Integrasi Sapi dengan Tanaman Padi. Sawit, dan Kakao
2.8 .2 Inovasi Teknologi Sapi Teknologi dan inovasi dalam budi daya ternak adalah pengandangan ternak dengan pola kelompok yang dibarengi dengan aplikasi budi daya ternak, termasuk strategi pemberian pakan (Haryanto, 2002) . Pada kajian usaha tani ternak sapi di Kabupaten Halmahera Timur, komponen teknologi van( , diterapkan meliputi manajemen perkandangan, manajemen pemberian pakan, dan manajemen pemeliharaan . Sapi yang digunakan adalah sapi Bali milik anggota kelompok tani sebanyak 12 ekor . a. Manajemen perkandangan Kandang merupakan sarana penting untuk pemeliharaan ternak . Kandang berfungsi sebagai tempat istirahat dan menghindari dari cekaman lingkungan . Hasil pengamatan di lapangan menunjukan semua petani di Kecamatan Wasile tidak memiliki kandang (PTP Maluku Utara, 2005) . Pemeliharaan sapi dilakukan dengan cara dibiarkan merumput di padangpadang yang luas pada slang hari . Pada malam hari, petant lebih suka menyimpan ternaknya di pekarangan atau halaman belakang rumah karena lebih mudah dilihat settap saat . Indigenous knowledge seperti ini meski praktis tetapi sangat tidak sesuai dengan kesehatan lingkungan, juga sangat berpengaruh terhadap produktivitas ternak (Huitema, 1986) . Pada kegiatan kajian di Kabupaten Halmahera Timur, diintroduksikan penggunaan kandang komunal . Pada malam hari masing-masing pemilik ternak memasukan ternaknya ke kandang komunal, sedangkan pada slang hari mengeluarkan dan membav a ternaknya untuk mencari pakan . b. Manajemen pemberian pakan Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha ternak sapi . Tinggi rendahnya produksi ternak sangat ditentukan 283
Sistem Integrasi Sapi denga i Tanatnan Padi, Sawit, dan Kakao
oleh kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan (Ella, 2002) . Namun, faktor pakan belum mendapat perhatian serius oleh peternak tradisional sehingga produksi ternaknya masih rendah . Petani di lokasi kajian terbiasa menggembalakan ternaknya di padang-padang van- luas karena rumput tersedia hampir sepanjang tahun serta tidak terbiasa memberikan konsentrat untuk ternaknya (PTP Maluku Utara, 2005) . Untuk men jamin ketersediaan Iiijauan berkualitac perlu dilakukan manajemen tanaman pakan secara tepat yang dapat beradaptasi dengan balk pada lingkungan setempat dan berproduksi tinggi (Ella, 2002) . DI lokasi kajian, diintroduksikan rumput raja yang ditanam di sekitar wilayah sawah . Sebagai makanan penguat (konsentrat) diberikan dedak secukupnya . c . Manajemen pemeliharaan Usaha penggemukan sapi merupakan fase akhir pemeliharaan sapi sebelum dijual . Penggernukan sapi potong merupakan salah satu usaha untuk mempercepat dan nmeningkatkan produksi daging, karena melalui penggeni ukan dapat dihasilkan bobot badan yang tinggi dan karkas berkualitas balk . Untuk penggemukan sapi potong diperlukan suatu standar kebutuhan pakan untuk mencapal bobot badan tertentu dan perkiraan bobot badan yang diharapkan oleh peternak (Putu et al ., 1997) . Pemeliharaan sapi pada tingkat petani di lokasi kajian, pemeliharaan masih bersifat tradisional yang belum memasukan biaya produksi dan teknologi untuk mendapatkan hasil yang optimal . Selain itu, belum ada petani yang mengkhususkan memelihara ternak sapi hanya untuk produksi pedet guna dijadikan sapi bakalan, sebab memelihara sapi hanya sebagai usaha sambilan . Pada umumnya, sapi dipelihara petani tanpa disertai pemberian konsentrat sehingga pertumbuhannya lambat dan produktivitas rendah .
284
Sistenr /ntegrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Sawit, elan Kakao
Berdasarkan fakta tersebut, BPTP Maluku Utara mengintroduksikan sistem penggemukan sapi dengan pola pemeliharaan semi intensif. Penggemukan dilakukan masingmasing selama enam bulan pada tahun 2005 dan 2006 . Untuk memperkirakan bobot badan ternak sapi, dilakukan pengukuran lingkar dada . Dar] hasil pengukuran, pertambahan bobot badan harian ternak sapi berkisar antara 200-300 g ram/ekor/hari . Rendahnya pertambahan bobot badan in] sejalan dengan A bduh dan Paat (1993) yang melaporkan bahwa pemberian dedak padi pada sapi Bali yang dilepas bebas merumput belum mampu memberikan pertambahan bobot badan yang optimal . 2 .8 .3 Inovasi Teknologi Pengolahan Limbah Sapi dan Tanaman Salah satu dasar yang digunakan untuk pengembangan Sistern Usaha Tani Integrasi Tanaman-Ternak adalah interaksi antara tanaman . ternak, dan tanah termasuk mikroorganisme dan hex~an dalam tanah (Prasetyo et ctl., 2002) . Limbah jerami dijadikan sebagai sumber pakan, sedangkan kotoran yang dihasilkan digunakan sebagai sumber bahan campuran pembuatan pupuk organik . yang selanjutnya digunakan untuk tanaman pertanian . a . Pemanfaatan limbah tanaman Tanaman pad] menghasilkan Iimbah berupa jerami . Jerami tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pengganti pakan ternak ~,,alaupun nilai gill dan kecernaannya rendah . Melalui teknologi fermentasi jerami . sebagian keterbatasan jerami dapat teratasi terutama palatabilitas dan nilai kecernaannva (Krismawati dan Bambang, 2006) . Sebelum dilakukan kajian . petanI belum menggunakan jerami padi sebagai pakan ternak . Petani lebih terbiasa membakar dan mengembalikannya ke dalam tanah sebagai pupuk . Selain itu, petani terbiasa menggembalakan 285
Sistem Integraci Sapi dengan Tanaman Padi, Sawit, dan A'akao
ternaknya di padang-padang yang luas karena rumput tersedia hampir sepanjang tahun . Jerami padi lebih banyak dijadikan sebagai campuran dalam pembuatan kompos . b . Pemanfaatan kotoran ternak Untuk meningkatkan efisiensi usaha tam clan penclapatan petani, diperlukan konsolidasi pengelolaan usaha tani sehingga dapat memenuhi skala usaha untuk dikelola secara efisien dengan teknologi tinggi dan ramah lingkungan (Sariubang et a! ., 2002) . Salah satu modelnya adalah memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk organik untuk tanaman padi . Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa pemberian kompos pada tanaman padi dapat meningkatkan hasil sebesar 83% dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberikan kompos (Endrizal dan Bobihoe, 2004) . Sebelum teknologi pembuatan kompos diperkenalkan oleh BPTP Maluku Utara, penggunaan kotoran ternak pada padi sawah belum dilakukan sehingga keberadaan kompos belurn terasa penting terutama pada lahan persawahan . Dalam kajian, pengomposan dilakukan secara sederhana dengan mencampurkan kotoran sapi, jerami padi dan limbah tanaman di sekitar sawah . Kotoran ternak dikeringkan kemudian dicampur dengan limbah tanaman kering, dedak, serbuk gergaji -kemudian dibuat lapisan setebal + 30 cm . Campuran ditaburi dengan probion dan urea, kemudian ditimbun tag] dengan campuran kotoran . Untuk I ton campuran kotoran digunakan 2,5 kg probion dan 2,5 kg Urea serta diperciki air secukupnya . Campuran ditutup dengan kain terpal untuk menjaga proses fermentasi selama tiga minggu dan setiap satu minggu dilakukan pembalikan . Setelah proses fermentasi, bahan campuran kemudian dikeringanginkan . Produksi kompos selama dua tahun kegiatan diperkirakan mencapai 60 ton yang digunakan pada tanaman padi sawah dan tanaman lain (BPTP Maluku Utara, 2007) .
2 86
Sistem Integrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Sawit, dan Kakao
2 .8 .4 Inovasi Penyediaan Alat Mesin Pertanian Alsintan inempunyai peran dan potensi sangat strategis karena kontribusinya dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi sumber daya . Selain itu, alsintan juga dapat membantu peningkatan kualitas melalui prosesing dan diversifikasi produk yang menghasilkan nilai tanibah tinggi dalam mendukung program pengembangan agribisnis . Jika diterapkan dengan benar dan tepat akan memberikan kontribusi positif untuk pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang berda, a saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi (Handaka, 2001) . Dengan mem pert imbangkan peran dan potensi yang sangat strategis tersebut, maka wajar jika penggunaan mesin menggeser penggunaan tenaga manusia dan ternak . Sebagai contoh . penggunaan hand tractor dan poil'er threser sebagai pengganti tenaga manusia dan ternak . Dalam kajian di Kabupaten Halmahera Timur, integrasi ternak hanya merupakan pendukung dalam kajian sistem usaha tam padi sawah . Penggunaan alat mesin pertanian lebih mengutamakan untuk kegiatan budi daya dan pascapanen padi, yaitu hand tractor dan power threser . Sebenarnya, alsintan tersebut bukan hal baru bag] masyarakat, di lokasi kajian karena sudah dimiliki oleh sebagian masyarakat yaitu 17 mesin pengolah tanah (2 hand tractor dan 15 bajak) dan 15 perontok padi (Satker Maluku Utara, 2005) . Jumlah tersebut dirasakan masih kurang oleh petani setenipat karena luas sawah yang terdapat di Desa Bumi Restu mencapai 2 .250 ha (PTP Maluku Utara . 2005) . Selain itu, tidak ada data bantuan alsintan dari Pemerintah Daerah, balk Provinsi maupun Kabupaten yang masuk ke Desa Bumi Restu . Namun demikian, BPTP Maluku Utara tidak mengintroduksikan pengadaan alsintan baru (hand tractor dan power threser), tetapi lebih niengutamakan pada teknologi pengolahan tanah yaitu pengolahan tanah dalam (15-20 cm) dan pembiasaan penggunaan threser . Sebelum dilaksanakan pengka*Ian, petani biasa melakukan pengolajan tanah landal (10 cm) dan setelah 2 87
Sislem Inlegrasi Sapi dengmt Tan nnmn Padi, Snmil, dan Kakao
dilaksanakan pengkajIan . petani menvadari bahwa teknologi yang mereka gunakan kurang tepat dan akan mengubahnya dengan teknologi pengolahan tanah dalam . 2 .8 .5 Inovasi Kelembagaan Keberlanjutan usaha termasuk usaha peternakan -;angat terkait dengan keadaan kelembagaan yang melingkupinva (Ella, 2002) . Kelompok tan' merupakan salah satu lembaga sosial nias yarakat di perdesaan, meski masih ada, namun umumnya cenderung aktif hanya saat adanya pelaksanaan suatu program pembangunan . Berba`aai informasi pengembangan usaha tani diperoleh dari sesama petani, pedagang saprodi, dan perangkat desa . Padahal, bila diberdayakan, kelompok tam sangat bermanfaat bagi kemajuan petani . Tercapainya keberhasilan pelaksanaan pembangunan pertanian di perdesaan, salah satunya bila dilakukan sosialisasi melalui kelompok tani (Elizabeth, 2007) . Dalam kajian di Usaha tam Padi Sawah Kabupaten Halmahera Timur, partisipasi aktif dari petani dipersiapkan dalam bentuk kelompok untuk menguji-adaptasikan paket teknologi spesifik lokasi dan introduksi . Paket teknologi yang diterapkan pada petani sasaran difokuskan pada pemanfaatan sumber daya setempat, terutama kombinasi antara sistem usaha tan] padi sawah dan sistem usaha tani ternak sapi potong . Kajian melibatkan satu kelompok tani ternak yang terdiri dari 14 orang dengan Iuasan sawah 20 ha . Anggota kelompok tersebut selain sebagai petani padi sawah juga sebagai peternak sap] dengan jumlah sapi yang diikutkan dalam kegiatan sebanyak 12 ekor . Keberadaan kelompok tam tersebut hanya untuk memudahkan dalam pelaksanaan kajian, sedangkan akses terhadap pasar, sarana produksi, dan permodalan belum terlihat . Peranan kaum perempuan terl ihat dengan dibentuknya kelompok ibu tan] sang ikut membantu dalam penyemaian, penanaman, penyiangan, pengendalian hama, pemupukan . 288
Sistem Integrasi Sapi den gnu Tanaman Padi, Sawit, dan Kakao
pemindahan ternak (dari dan keluar kandang) serta pemberian pakan dan air minum pada ternak sapi . Meskipun kajian ini dirasa cukup rumit karena barn dihadapi, namun sekitar 78,57% petani di lokasi kajian akan melanjutkan kembali sistem usaha tani padi sawah-ternak sapi . Kesulitan karena perubahan cara pemeliharaan ternak dengan adanya pengandangan dan pemberian pakan tambahan dapat diatasi dengan pemberdayaan kelompok ibu tani . Keterlibatan kelompok ibu tani pada kajian ini telah mengurangi biaya operasional sekitar 10-15% (Satker PTP Maluku Utara, 2005) .
2 .9 Provinsi Sulawesi Selatan Penerapan dan Pengembangan SIPT di Provinsi Sulawesi Selatan dilaksanakan di Desa Kajaolaliddon.g, Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone dan di Kelurahan Tatae, Kecarnatan Duampanua, Kabupaten Pinrang tahun anggaran 2002-2003 melalui program P31 yang selanjutnya dimonitoring perkembangannya sampai tahun 2006 . Tujuan penerapan SIPT untuk mensinergikan pembibitan sapi potong dan tanaman padi pada lahan sawah irigasi . Secara partisipatif mengembangkan teknologi fermentasi jerami padi sebagai pakan utama induk sapi clan teknologi pengomposan kotoran sapi menjadi pupuk organik yang berkualitas . 2 .9 .1 Inovasi Teknologi Padi Komponen teknologi padi yang diterapkan oleh petani pada kedua lokasi SEPT dilakukan melalui kesepakatan anggota kelompok tan], yaitu masing-masing lokasi di Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang dan dilokasi Desa Kajaolaliddong Kabupaten Bone dapat dilihat pada Tabel 18 dan Tabel 19 . 2 89
Sistent /ntegrasi Sapi dengrm Tanam en Padi, Saivit, dun Kakao Tabel18 .Komponen TeknolotiPI-I' di K ecamatrul- Uuanptnua, KomponenTeknoloo i Keterangan Varietas Ciliwung Benih Benihdasar dan berl abel biru Jumlah bibit/umur bibit 1-3batang dan3-7 batang/15-30 han Cara tanam/jaraktanam Tapin dan Ta_bela/20 x 20 cm dan 23 x_2_3 cm _ Pemu ukan Pupuk Organik(1 toniha) .urea(BWD) . SP-36 KCI dan ZA Pengelolaanair Rekomendasi(nonintermitten) Pengendaliangulma _H e rb i s_i_d_a dan ma_nual Pengendalian hama dan PHT penyakit Tabel 19 .Ko mp-0-nen Teknoloui P1°h di Desa Kajaolaliddong KabuPaten Bone Komponen Teknologi Keteran!n __ Varietas Ciliwung, IR66_IR-64 Benih _ Benih berlabel biru dan tidak beria_b_el Jumlah bibit/umur bibit - 2-3batang/15-21hari _ Cara ta nam /larak tanam Tapin20 x 20 cm -Pemupukan Bokaplus, urea (13WPI, SP-36 KCI, ZA Pengelolaanair Intermitten Pengendalian gulma Herbisida dan penyiangan, Pengendalian hama dan pe nyakit PHI __
Dar] hasil penerapan komponen PTT dapat didapatkan hasil bahwa dengan pemberian pupuk organik (bokaplus) sebanyak I ton/ha dan '/ rekomendasi pupuk anorganik . didapatkan hasil antara lain : pada hamparan 100 ha (Kelompok Tam Sri Mulyo) di Kelurahan Tatae Kabupaten Pinrang, dengan varietas Ciliwung rata-rata 5,7 ton/ha, sedangkan tanpa bokaplus 4,85 ton/ha . Sernentara pada hamparan 100 ha satu kelompok tani l_ocinae dengan varietas Ciliwung basil produksi 5,34 ton/ha (4,08-6,08 ton/ha) dan tanpa bokaplus 3 .63 ton/ha (3,20-4,30 ton/ha) (Sirapa el al., 2003) . Rata-rata kenaikan hasil gabah yang diperoleh den-an pemberian pupuk organik bokaplus adalah 1,71 ton/ha atau meningkat sekitar 47°o dibandingkan tanpa pemberian pupuk organik . Hal vang sama diungkapkan Svam et ul. (2004) bahwa dengan penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan hasil gabah kering panen apabila dikombinasi dengan pupuk anorganik dengan takaran rendah .
29 0
Sistem Integrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Sawit, dan tiakan
2 .9 .2 Inovasi Teknologi Pembibitan Sapi Potong Upaya pemanfaatan somber daya lokal secara optimal pada kawasan persawahan Bosowa Sipilu dengan introduksi pembibitan sapi potong (Sapi Bali) . Hal ini dimaksudkan untuk mendayagunakan jerami padi . Pelaksanaan sistern integrasi padi-sapi di Sulawesi Selatan dilakukan pada dua lokasi, pertama . kelompok tani Sri Mulyo, Kabupaten P :nrang mendapat 80 ekor calon induk yang sedang bunting dan 5 ekor pejantan . Kelompok tani Tocinae di Kabupaten Bone mendapat 80 ekor calon induk van ,, sedang bunting dan 5 ekor pejantan . Sistern perguliran sapi pada kelompok adalah mengikuti sistem IFAD, yaitu jantan pertarna dan ketiga untuk penelitian, sedangkan anak kedua dan keempat dengan umur anak I8-24 bulan dikembalikan ke kelompok untuk digulirkan kembali dan apabila anak kedua dan keempat berkelamin jantan akan di_jual dan dibelikan betina sebelum digulirkan kekelompok . Pada awal pelaksanaan kedua kegiatan inn, umumnya petani belum terampil memelihara sapi karena petani yang mendapat sapi adalah petani sawah sehingga selama dua tahun didarnpingi terns dalam hal budi dava ternak sapi potong . Sapi dipelihara dalam kandan`g kelompok (kolektif) dengan luas kandang 6 x 8 III untuk 16-18 ekor sapi . Sapi dikandangkan secara intensif dan diberikan pakan dari jerami padi yang sudah difermentasi dengan probiotik . Cara pengolahan jerami padi menjadi pakan, vaitu dilakukan proses fermentasi dengan probiotik selama 21 hari, dengan cara pengolahan jerami padi (fermentasi) pada tempat vang terlindung dari matahari langsung ataupun hujan . Proses pembuatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama jerami padi yang haru dipanen dikumpul pada tempat yang telah disediakan dengan kandungan air sekitar 65% . Bahan vang digunakan dalam proses fermentasi adalah urea (5 kg) dan probiotik (5 kg) untuk I ton jerami padi . Jerami segar ditimbun dan dipadatkan (diinjak-injak) sampai ketebalan 20-25 cm . Kemudian ditaburi urea dan probiotik lalu disirain all' 29 1
Sistent Integrasi Sapi dengun Tanunnut Padi, Sups-it, dan Kakao
secukupnya . Hal yang sama dilakukan seterusnya sampai timbunan mencapai ketinggian hingga 2 meter . Proses fermentasi berlangsung selama 21 hari . Kenrndian tumpukan jerami yang sudah terfermentasi dibongkar . Tahap kedua adalah jerami _yang telah dibongkar langsung dikeringkan di bavvah sinar matahari atau diangin-anginkan dan seterusnya . Dapat langsung dimanfaatkan sebagai pen--)anti rumput pada sapi atau disimpan pada tempat yang aman . tidak kena matahariihujan, tidak lembab dan sebagainva . Hasil kegiatan selama dua tahun, perkembangan sapi menunjukkan kemajuan, yaitu populasi bertambah menjadi 165 ekor termasuk anak (pedet) 77 ekor . Sementara induk sedang bunting berjumlah 69 ekor dl Desa Kajaolaliddong, Kabupaten Bone, sedangkan di kelurahan Tatae, Kabupaten Pinrang populasi bertambah menjadi 161 ekor termasuk 73 ekor anak (pedet) dan induk sedang bunting 74 ekor . Penlanfaatan jerami fermentasi Iebih intensif di Desa Kajaolalidong dibandingkan lokasi Kelurahan Tatae . Hal ini disebabkan ketersediaan rumput pada pematang, pinggir kebun/jalan dan sepanjang bantaran saluran pengairan cukup banyak rumput alam dan rumput introduksi sehingga petani lebih cenderung memilih rumput daripada jerami fermentasi . Setelah proyek SIPT selesai pada tahun 2003, pemantauan dilakukan terus sampai tahun 2007 dan hasilnya menunjukkan hahwa perkembangan sapi lebih balk di Kelurahan Tatae daripada di Desa Kajaolalidong . Hal in] terlihat dari populasi sapi di desa Tatae sudah mencapai 614 ekor, sedangkan di Desa Kajaolaliddong populasinya barn berkisar 250 ekor . Pemanfaatan jerami sebagai pakan di Desa Kajaolaliddong cenderung seadanya dan masih terlihat pembakaran jerami pada saat habis panen, sedangkan di Kelurahan Tatae sudah memanfaatkan jerami sebagai pakan sapi . Namun tidak difermentasi lagi karena alasan tidak ada probiotik di pasaran . Demikian juga beberapa petani, yang mata pencahariananya sebagai petani penggarap sebelum program SIPT, telah berubah profesi menjadi petani peternak yang seluruh kebutuhannva 2 92
Sistem Integrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Sawit, dan tiakao
diperoleh dart memelihara sapi . Hal ini menarik karena mereka sudah membangun rumah permanen dan terpenuhi kebutuhan lainnya, seperti motor dan perlengkapan rumah tangga yang diperoleh dart hasil memelihara sapi . 2 .9 .3 Inovasi Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan dan Tanaman Komponen teknologi dart SIPT yang paling disenangi pada kedua lokasi adalah pembuatan pupuk organik, hal ini disebabkan selain dapat mengurangi biaya pupuk petani juga telah merasakan penurunan kesuburan tanah pada savrahnya . Oleh karena itu, dengan sistem pemeliharaan sapi dengan kandang kelompok atau kolektif, petani sangat berharap kotoran sapi dapat terkumpul dalam kandang, stipaya mullah dikumpulkan dan selanjutnya difermentasi dengan probiotik . Cara pembuatan : manure (kotoran) dan kencing sapi dibiarkan bercampur dalan -i kandang, ditambah serbuk gergaji selama kurang lcbih satu bulan, kemudian dipindahkan ke tempat pembuatan kompos, kemudian dicampur dengan probiotik 2 .5 kgg untuk I ton bahan pupuk . Campuran tersebut didiamkan selama 3-4 minggu . Pada tempat terlindung dan diadakan pernbalikan setiap minggu agar panasnya dapat dikurangi kalau terlalu panas (70 ° C) sehing`ga proses fermentasi dapat merata . Kemudian setelah proses pengomposan selesai, hahan dikeringkan dan diav ak (pen) aringan) agar bahan menjadi lebih halus merata . lain dikemas menjadi pupuk organik dan selanjutnya langsung dapat diaplikasi pada tanaman atau tambak . I-tasil pengolahan kompos kedua kelompok sampai akhir kegiatan tahun 2003 dapat dilihat pada 'label 20 .
29 ;
Sistern liilegrasi Sapi dengrm Tanainan Padi, Srnrit, dan Kakao
Tabel 20 . Produksi kom ios ada keeiatan SIP I Ch SuIuvcesi Sclatan
Produksi Kompos (ton) Kelompok Tani Sri Mulyo KelomJ k Tani Tatae 40 30 25 ---- 25 --25 -
Bulan Januart Februari aret April Mei --J 9 ustus September Oktober November Desember -Total Rata-rata --- -~
25
-
--- -
25 25 25 25 - --320 .- 26 .67
-
_ ---
_ -
70 74 80 3030
30 30 30 30 30 494 41 .16-
Harga penjualan pupuk kompos di kelompok Tani Tocinae di Kabupaten Bone Rp400/kg . sedangkan di kelompok Tani Sri Mulyo Kabupaten Pinrang bergantung kualitasnya . yaitu Rp300-Rp450/kg . Perkembangan Pengolahan Kompos setelah program SIPT dikelompok Tani Tocinae Kabupaten Bone semakin merosot dan berhenti sama sekali pada tahun 2004 . Sementara itu, di kelompok tani Sri Mulyo Kabupaten Pinrang tetap berkembang sampai sekarang, namun diusahakan oleh satu kelompok yang lebih kecil tetapi lebih profesional . Selain itu, juga telah dilengkapi pengolahan biogas sehingga limbah biogas (shu-v) dimanfaatkan oleh tanaman . 2 .9 .4 Inovasi Teknologi Penvediaan Alat Mesin Pertanian Penggunaan alat mesin pertanian dalam nienunjang SIPT di Kelompok Tani Tocinae Kabupaten Bone masih sangat terbatas antara lain : mesin perontok padi (power threser) dan hand Iruclor . sedangkan pada kelompok tan] Sri Mulyo Kabupaten Pinrang sudah lebih maju, antara lain Atabela (alat tanam benih langsung) . gasrok, pembersih gulma, hand Iruclor, power threser, mesin pemotong padi (kenclue), mesin penghancur pupuk organik, alat pencetak urea (Urea Mokises Block/UMB) . 2 94
Sistetn Integrasi Sapi dengan Tanaman Pudi, Sawit, dan Kakao
Dukungan alat mesin pertanian dikelompok tani Sri Mulyo Kabupaten Pinrang sangat membantu petani karena alokasi waktu untuk mengolah sawah sudah dapat berkurang sehingga waktu yang tersisa dapat dimantaatkan untuk memelihara sapi ataupun aktivitas lainnya guna menunjang pendapatan rumah tangga petani di luar usaha tani sawah . 2 .9 .5 Inovasi Kelembagaan Dalam pelaksanaan SIPT di Sulawesi Selatan dibentuk KUAT yang merupakan lembaga keuangan pedesaan (Supriadi, 2002) . Dalam pengembangan KUAT diakomodasikan kegiatan lembaga pelayanan jasa keuangan KUM (Suntoro et a/., 2002) . Anggota kelompok SIPT mernpakan anggota KUAT/KUM, yang dalam pengorganisasiannya dibagi menjadi subkelompok untuk memudahkan pembinaan teknologi maupun manajemen lainnya van( , diperlukan (Rosmiati et al., 2003) . Pembentukan struktur dan mekanisme organisasi KUAT disesuaikan dengan volume kegiatan antara lain : Forum perwakilaan kelompok . Manajer KUAT, Seksi Kredit Program, dan Seksi Kedit Usaha Mandiri (Gambar 5) .
295
Sis'tent INegrasi Sapi dengan Tana,nan Padi . Sawil, dun Kakao
i-orum \\aki l kelompok t Manager \\'akil I
kandan
I
Sckretans
ncndahar
SIFT
KVM
II
III
IV II
III
Gambar 5 . Struktur organisasi Kl JA I' dan KIM
Organisasi KUAT/KUM di kedua lokasi SIPT berjalan den-an balk sampal tahun 2004, akan tetapi setelah tenaga pendamping dari BPTP Sulawesi Selatan ditarik, kelembagaan KUAT/KUM mulai t1dak terurus sampai keberadaannya menjadi terlantar . Namun . perguliran sapi di kelompok Srimulyo . Kabupaten Pinrang masih berlanjut sampai tahun 2007 .
2.10 Provinsi Papua Sektor pertanian inemiliki peranan penting dalain bidang perekonomian di Provinsi Papua . Kontribusi sektor pertanian terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) sekitar 10 .44% . menduduki peringkat kedua setelah sektor pertambangan (71,61%) . Selain itu, sektor pertanian berperan dalam penyerapan tenaga kerja yang cukup besar (Limbongan e~ 296
Sistem /ntegrasi Sapi dengan Tananran Padi, Sawit, dan Kahao
al., 2007) . Walaupun sektor pertanian berperanan penting .
namun pengembangan inovasi pertanian menghadapi tantangan yang cukup berat dan komplek seperti kendala aksesbilitas, infrastruktur terbatas, SDM rendah, sosial kiclay a, clan keamanan . Aksebilitas yang terbatas terhadap somber pelayanan penyuluhan, somber teknologi, dan modal menyebabkan pembangunan pertanian berialan relatif lambat . Inovasi pertanian yang dilakukan salah satu di antaranya adalah S TT di Provinsi Papua, barn dapat diinisiasi dan dikembangkan di daerah-daerah trasmigrasi . 2 .10 .1 Inovasi Teknologi Padi Sentra pengembangan padi di Provinsi Papua terdapat di Kabupaten Merauke dengan luas areal sekitar 15 .003 ha . Sedangkan kabupaten lain luas areal sawah kurang dari 1000 ha kecuali Kabupaten Nabire dan Kabupaten Jayapura masingmasing sekitar 1 .500 ha dan 1061 ha (BPS Provinsi Papua . 2007) . Pemda Kabupaten Merauke memiliki komitmen yang tinggi dalam melakukan inovasi teknologi pertanian . Kerja sania dengan berbagai pihak telah dilakukan termasuk BPTP Papua, pihak swasta bahkan dengan lembaga luar negeri . Teknologi yang diintroduksi masih sangat beragam untuk setiap kabupaten/kota . Teknologi vang diintroduksi masih sangat terbatas . Belum semua petani menggunakan varietas unggul yang sesuai dengan spesifik lokasi . Pelayanan alsintan . pengendalian hama, pascapanen, serta peniasaran hasil masih sangat terbatas dan menghadapi beberapa kendala . Varietas yang diintroduksi di kabupaten Merauke antara lain varietas Cibogo, Mekongga dan Cigelis, sedangkan di kahupaten Mimika adalah varietas ciherang, membramo dengan produktivitas ditingkat petani berkisar antara 4,5-5,5 ton/ha dengan dosis pupuk 250 urea, 100 SP-36 dan 100 KCI . Hasil pengkajian yang telah dilakukan BPTP Papua menggunakan varietas unggul dan menerapkan teknologi yang lain tcrn y ata 297
Sistem httegrasi Sapi dengan Tanana n Padi, Sawit, than Kakao
produktivitas varietas tersebut dapat mencapai 5-6 ton/ha . Sementara itu, varietas IR-64 digunakan hanva segelintir petani dan memperlihatkan produktivitas van(, semakin menurun . Pemerintah kabupaten Merauke menganjurkan kepada petani untuk meng`gunakan pupuk majennik poskha den`gan dosis 250 k`g/ha . karena lebih efektif dan efisien dalarn penggunaannya . Anjuran pemupukan berimbang kerap kali tidak diikuti karena petani tidak memiliki modal. Oleh karena itu keliadiran keuangan mikro di wilavah pedesaan sangat diperlukan . Inovasi teknologi dalam pengendalian hama tampak beragam . Upava pengendalian hama melalui penggunaan varietas v ang tahan dan pengaturan waktu tanam yang tepat serta penggunaan insektisida yang bijaksana belum sepenuhnya dilakukan oleh petani . Kabupaten Merauke merupakan salah satu daerah endemik penvakit tongro . Penggunaan varietas yang tahan terhadap harna dan penyakit telah dilakukan, namun pengaturan waktu tanam umumnya belum sepenuhnva dilakukan petani karena terbatasnya ketersediaan air yang tergantung dari curah hujan . Dampak dari waktu penanaman yang tidak tepat maka terjadi serangan harna cukup tinggi . Dalarn menghadapi kondisi demikian petani menggunakan insektisida untuk menvelamatkan tanarnan padi, bahkan tidak jarang penggunaan insektisida cenderung berlebihan yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan . 2 .10 .2 Inovasi Teknologi Sapi a . Bibit Bibit sapi berasal dari mar Papua . seperti dari Maluku, Nusa l engggara Barat. dan Nusa Tenggara Timur . Pengadaan sapi bibit belum mempertimbangkan kiialitas bibit sapi tersebut . Khusus untuk Kabupaten Merauke telah dirintis vil/age breeding cenier khusus untuk sapi potong, diharapkan beberapa tahun 298
.Si.siem /n&egrusi Supi dengnn Tanamun Padi, Saivit, da1 h'ukao
mendatang akan menjadi suplai untuk ternak bibit, guna memenuhi kebutuhan daerah Papua atau di Iuar Papua . b . Manajemen pemeliharaan Inovasi teknologi sapi masih sangat terbatas dan beragam diberbagai lokasi sesuai dengan kondisi setempat . Secara urn urn teknologi pemeliharaan ternak sapi potong yang dianut sclama iii, yaitu pemeliharaan dilepas untuk peternak lokal karena lahan cukup luas dan sumber pakan yang cukup tersedia, sedangkan peternak transmigrasi biasanya dipelihara dengan cara ikat pindah karena tidak adanya tempat pengembalaan ternak . Salah satu sentra pengembangan ternak sapi potong adalah Kabupaten Merauke . Jerami pad] sudah mulai dimantaatkan oleh petani terutama selania muslin kemarau . Introduksi fermentas1 jerami sudah dilakukan . namun belum banyak diadopsi oleh petani karena tidak tersedianya bahan fermentor dan secara ekonomi tidak III enguntungkan karena skala pernilikan sapi relatif kecil . Bud] daya tanaman pakan ternak masih sangat terbatas karena masih banyak tersedia tanaman pakan ternak lokal yang tumbuh secara alamiah . Khususnya di Kabupaten Merauke, pengembangan tanaman pakan sudah rnulai dikembangkan namun Iuasan masih terbatas . 2 .10 .3 Inovasi Teknologi Pengolahan Limbah Sapi dan Tanaman a . Limbah ternak sapi Limbah ternak berupa kotoran sapi umumnya belum dinianfaatkan secara optimal . Pengolahan limbah masih terbatas pada peternak yang memelihara ternak dengan sistem dikandangkan dan jumlah ternaknva relatif sedikit . Pengolahan 299
Sistem Integrrrsi Sapi dengun Tanaman Path, Sawit, dan Kakao
linibahnya pun masih bersitat konvensional dalam arti bahwa limbah ternak tersebut dikumpulkan dan dibenam dalam luban`z tanpa penggunaan dekomposer sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk digunakan sebagai pupuk bagi tanaman . Sebagain besar peternak sapi melepaskan ternak di padang penggembalaan alam sehingga kotoran tidak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk . b. Limbah tanaman padi Limbah tanaman padi berupa jerami dan hasil ikutan lainnya seperti dedak masih sangat terbatas . Limbah seperti dedak biasanva diberikan kepada ternak unggas, jarang diberikan kepada ternak sapi . Khusus di beberapa lokasi kabupaten Merauke, dedak dari basil penggilian padi merupakan milik perusahan penggilingan sehingga jika petani ingin memiliki dedak harus membeli kembali dari perusahan penggilingan padi . Jumlah limbah dedak - juga masih terbatas bergantung dari produksi padi yang dihasilkan . Jerami padi secara umum belum dimanfaat secara optimal . Produksi jerami padi di Kabupaten Merauke sekitar 4,5 ton/ha (Syamsuddin el al ., 2003) . Jerami padi dibiarkan di lahan sawah setelah dipanen untuk dikonsumsi oleh ternak sapi pada muslin kemarau . Daerah tertentu jerami padi digunakan petani untuk membakar batu bata . Belum dimanfaatkan jerami padi sebagai pakan ternak sapi karena masih tersedia pakan alam yang terdapat di Kabupaten Merauke . Selain itu, sekam padi pun belum digunakan dan umumnya dibakar, hanya sebagian kecil digunakan sebagal alas kandang (litter) . 2 .10 .4 Inovasi Teknologi Penvediaan Alat Mesin Pertanian Inovasi teknologi penyediaan alat mesin pertanian masih terbatas, balk dalam jumlah maupun inutu pelayanannya . Pelayanan alsintan terutama ditujuhkan pada petani yang 300
Sistem Integrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Sawit, dan Kakao
menggarap sawah seperti traktor, threser . Alsintan umumnya masih berupa bantuan pemerintah seperti traktor dan threser yang jumlahnya masih sangat terbatas dan operasionalisasinya masih dikelolah oleh pemerintah setempat . Kabupaten Jayapura misalnya, traktor milik Dinas Pertanian Tanaman Pangan mengolah tanah dengan tarif tertentu yang dapat dijangkau oleh sebagian besar petani . Hal ini cukup membantu petani dalam mengola lahan garapan mereka . Kabupaten Merauke mtmiliki alsintan yang cukup memadai . Alsintan milik pemda dipinjamkan kepada petani selama musim tanam, antara lain hand traktor, treser . alat tabela, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan petani . Belum berkembangnya alsintan karena belum adanya sarana dan prasarana yang memadai seperti bengkel untuk membuat alsintan . 2 .10 .5 Inovasi Kelembagaan Salah satu kelembagaan petani adalah kelompok tani . Kelompok tam dl Papua umumnya belum aktif. Kelompok tam hanya sebagai salah satu persyaratan untuk menerima bantuan, balk dari pemerintah maupun dari lembaga nonpemerintah . Kelompok tan] di daerah transmigrasi sudah lebih main karena berasal dari etnis Jawa . Kelompok suku/klen lebih menonjol dalam menotok sagu, berburu, menebang pohon . membuka lahan . Pelatihan ketua Gapoktan pada kegiatan PUAP merupakan salah satu upaya meningkatkan kinerja kelompok tani . III . PENUTUP Dalam penerapan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PT F) padi sawah . dianjurkan menggunakan pupuk organik yang merupakan salah satu komponen dasar PTT . Penggunaan pupuk or~ganik bertujuan untuk memperbaiki ?01
Sistem lnlegra.si Sapi dengan Tana mm Padi, Samit, da,, Kakao
kesuburan dan sifat fisik tanah . Untuk mendukun,, penerapan PTT padi sawah telah dikemban`,kan Sistem Integrasi Padi Ternak Sapi Behas Limbah (SIPT-BL) di berbagai daerah di Indonesia vaitu Provinsi Nangro Aceh Darusalam, Sumatra Utara, Banten . Jawa Tengah . Daerah Istimewa Yogyakarta . Kalimantan Selatan . Nusa Tenggara Barat . Maluku Utara . Sulawesi Selatan dan Papua . Limbah padi (jerami) diproses menjadi jerami fermentasi untuk pakan sapi, sedangkan k.otoran ternak diolah menjadi kompos sebagai pupuk organik sawah untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan . Selain itu, SIPT-BL juga memberikan nilai tambah biogas untuk keperluan rumah tangga . Secara umum penerapan PTT yang dikaitkan dengan SIPTBL dapat meningkatkan produktivitas padi, peningkatan S/C kawin suntik (IB), pertambahan bobot badan sapi, pemanfaatan jerami fermentasi, dan peningkatan produksi, pupuk kompos (kandang) dan penggunaan pupuk kompos . Dilihat clan potensi dan hasil yang telah dicapai, maka penerapan PTT yang dikaitkan dengan SIPT-BL berpeluang cukup besar untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan pupuk organik (kandan (I,; ), meningkatkan produktivitas padi dan produktivitas sapi (daging), serta meningkatkan pendapatan petani/peternak sekaligus dapat menjadi alternatif dalam mempertahankan swasembada beras dan percepatan pencapaian swasembada daging sapi . DAFTAR PUSTAKA Abduh . L! . dan P . C . Paat . 1993 . Pemanfaatan Dedak Padi untuk Peningkatan Produktivitas Sapi Bali Jantan yang Digembalakan pada Pastura Alam . Pros . Pertemuan Pengolahan Korunikasi Hasil Penelitian Peternakan di Sulawesi Selatan . Sub Balai Penelitian Ternak Gowa : 94-98 .
3 02
Sistem Integrasi Sapi dengan
Tananmn Padi,
Sawit, dan Kakaa
Achmad, B ., Muchari dan Firmansyah . 2009 . Dinamika dan Keragaan Sistem Integrasi Ternak Tanaman Berbasis Padi di Kabupaten Lebak Provinsi Banten . Makalah disampaikan dalam Workshop Nasional Dinamika dan Keragaan Sistern Integrasi TernakTanaman : Padi, Sawit, Kakao . Bogor, 10 Agustus 2009 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor . Agus, A ., R . Utomo, N .K . Wardhani, dan A . Musofie . 1998 . Penggunaan Probiotik untuk Meningkatkan Nilai Nutrien Jerami Padi dan Efeknya terhadap Pertambahan Bobot Badan Sapi PO . Pros . Seminar llmiah dan Lokakarya Teknologi Spesifk Lokasi dalam Pengembangan Pertanian dengan Orientasi Agribisnis . Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Ungaran . Badan Litbang Pertanian . 2007 . Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah Irigasi . Petunjuk Teknis Lapang . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta .
Badan Pusat Statistik . 2006 . Statistik Indonesia 2005/2006 . Badan Pusat Statistik, Jakarta .
Bahar . Y .H . 1986 . Teknologi Penanganan dan Pemanfaatan Sampah . Waca Utama Pramesti . Jakarta . Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara . 2005 . Baseline Study untuk Menentukan Inovasi Teknologi di Lahan Kering dan Lahan Sawah . Laporan . Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara, Ternate .
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara, 2007 . Laporan Tahunan 2006 . Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Maluku Utara . Ternate . Biro Pusat Statistik Maluku Utara . 2008 . Maluku Utara Dalam Angka 2008 . Biro Pusat Statistik, Maluku Utara. Ternate .
Biro Pusat Statistik Provinsi Papua . Papua Dalam Angka Tahun 2007 . Biro Pusat Statistik Provinsi Papua . Bulu . Y .G ., K . Puspadi . A . Muzani, dan T .S . Panjaitan . 2004 . Pendekatan Sosial-Budaya dalam Pengembangan Sistem Usaha Tani TanamanTernak di Lombok, Nusa Tenggara Barat dalam Sistem dan Kelembagaan Usaha Tani Tanaman-Ternak . Prosiding Lokakarya . Hlm . 48 .
3 03
Sistem Mtegrasi Sapi dengan Tanannrn Padi, Smvit, dan Kakao
Darmawan, A . 2003 . Keragaan Sistem Integrasi Padi Ternak di Kalimantan Selatan (Studi Kasus di Desa Mandala Kabupaten Hulu Sungai Selatan clan Desa Panggalaman Kabupaten Banjar) . Laporan Teknis . Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan, Banjarbaru . Departemen Pertanian . 2007 . Pedonian Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi . Departernen Pertanian . Jakarta Dinas Pertanian dan Ketahanan Daerah Maluku Utara . 2008 . l aporan Tahunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Daerah Maluku Utara 2007 . Dinas Pertanian dan Ketahanan Daerah Maluku Utara . Ternate . Ella, A . 2002 . Crop Livestock System di Sulawesi Selatan : Suatu Tinjauan Pelaksanaan Kegiatan . II arta_oa Vol . 12 No . 1 . p . 18-23 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor . Elizabeth . R . 2007 . Restrukturisasi Pemberdayaan Kelembagaan Pangan Mendukung Perekonomian Rakyat di Pedesaan dan Ketahanan Pangan Berkelanjutan . Makalah Simposium Tanaman Pangan V . 29-29 Agustus 2007 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanarnan Pan-an, Bogor .
Endirizal dan Julistia Bobihoe . 2004 . Efisiensi Penggunaan Pupuk Nitrogen Dengan Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Padi Sawah . Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol . 7, No . 2, Juli 2004 : 118-124 . Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor . Galib, R ., Surnanto, Suryana . A . Subhan, R . Zuraida, Y . Pribadi, M . Darwis dan A . Darmawan . 2006 . Pengkajian Pengembangan Sistem Integrasi Padi-Sapi di Lahan Sawah Tadah Hujan Kalimantan Selatan . Laporan Akhir Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan, Banjarbaru .
Handaka . 2001 . Mendorong Bisnis Alsintan : Kontribusinya, Tingkatkan Nilai Tambah pada Agribisnis . Sinar Tani No . 2903 Tahun XXXI Tang-al 25-31 Juli 2001 _ Haryanto, B ., I . Inounu, I .G .M . Budi Arsana, dan K . Diwyanto . 2002 . Panduan Teknis Sistern lntegrasi Padi-Ternak . Departemen Pertanian . Jakarta . Hem, I . . H . Syahbuddin, M . Waraiya, dan H . Ponco . 2009 . Dinarnika clan Keragaan Sistem Integrasi Tanaman Padi Sawah-Ternak Sapi di Maluku Utara . Makalah disampaikan dalam Workshop Nasional 304
Sistem Integrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Sawit, dan Kakao
Dinamika dan Keragaan Sistem Integrasi Ternak-Tanaman : Padi, Sawit, Kakao . Bogor, 10 Agustus 2009 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor .
Huitema, H . 1986 . Peternakan di Daerah Tropis, Arti Ekonomi dan Kemampuannya . Yayasan Obor Indonesia . Gramedia . Instalasi Pengkajian Penerapan Teknologi Pertanian Yogyakarta . 2000 . Penggunaan Bahan Pakan Lokal untuk Pembesaran Pedet dalam Upaya Penyediaan Bibit Sapi Perah Anggota Koperasi Susu Warga Mulya DIY . Laporan Hasil Pengkajian Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Yogyakarta .
Khairiah . 2006 .
Kandang Kelompok dan Sistem Perguliran Sapi di Kabupaten Serdang Bedagai . Seminar Nasional Peternakan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sumatera Barat .
Khairiah dan Wasito . 2007 Dampak Sistem Integrasi Padi dan Ternak Dalam Rangka Pengembangan Ternak Sapi di Kabupaten Serdang Bedagai . Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor . Khairiah, P . Yufdy, dan T . Sembiring . 2009 . Dinamika dan Keragaan Sistem Integrasi Padi-Ternak di Sumatera Utara . Makalah disampaikan dalam Workshop Nasional Dinamika dan Keragaan Sistem Integrasi Ternak-Tanaman : Padi, Sawit, Kakao . Bogor, 10 Agustus 2009 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor . Krismawati, A ., dan Bambang N .U . 2006 . Kajian Pola Integrasi Ternak dengan Tanaman Pangan di Lahan Kering Kalimantan Tengah . Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol .9 No .3 . Nopember 2006 : p . 264-277 . Limbongan, J ., A .W . Rauf, dan K . Suradisastra . 2007 . Perkembangan Pertanian Provinsi Papua . Prosiding Lokakarya Menvoroti Dinainika Pembangunan Pertanian Kawasan Timur Indonesia . Hlm . 249-266 . Musofie, A . 2003 . Kajian Sistem Pertanian Organik pada Tanaman Padi . Makalah disampaikan dalam Temu Informasi Teknologi II Pertanian Organik . Baiai Pengkajian Teknologi Pertanian . Yogyakarta, 8-9 Desember 2003 . -- . 2004b . Pembuatan Pupuk Organik dengan Limbah Kandang Ternak . Dinas Pertanian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta . 26 him . 305
Sistenr lntegrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Sawit, dan KaAao
2009 . Prospek dan Mafaat Pengembangan Sistem Pertanian Organik . Makalah disampaikan dalam Sosialisasi dan Perencaan Sistenr Pertanian Organik di Provinsi Dl Yogyakarta . Dinas Pertanian Provinsi Dl Yo n akarta . 29 Juli 2009 .
Musofie, A . dan N .K . Wardhani . 2002 . Peran Ternak dalam Pengembangan Sistem Pertanian Organik . Pros . Seminar Nasional Pengembangan Teknologi dan Manajemen Agribisnis Mendukung Ketahanan Pangan Nasional . Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian . Nggobe, M ., Usman, dan F . Djufry . Dinamika dan Keragaan Sistenr Integrasi Ternak Tanaman Berbasis Sawit, Padi, dan Kakao di Provinsi Papua . Makalah disampaikan dalam Workshop Nasional Dinamika dan Keragaan Sistem lntegrasi Ternak-Tanaman : Padi, Sawit, Kakao . Bogor, 10 Agustus 2009 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor . Panjaitan, T ., A . Muzani, dan D . Praptomo . Dinamika dan Keragaan Sistenr Integrasi Ternak Tanaman Berbasis Padi di Lombok Utara Propinsi Nusa Tenggara Barat . Makalah disampaikan dalam Workshop Nasional Dinamika dan Keragaan Sistem lntegrasi Ternak-Tanaman : Padi, Saw it . Kakao . Bogor, 10 Agustus 2009 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor . Prasetyo, T ., C . Setiyani, dan S . Kartaatmaja . 2002 . Integrasi TananianTernak pada Sistenr Usaha Tani di Lahan Irigasi : Studi Kasus di Kabupaten Grobogan Jawa Tengah . H'artazoa . Vol . 12, No . 1 . p . 29-35 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor .
Rohaeni . E .S . dan M . Sabran . 2009 . Dinamika dan Keragaan Sistenr Integrasi Ternak Tanaman Berbasis Padi dan Sawit di Kalimantan Selatan . Makalah disampaikan dalam Workshop Nasional Dinamika dan Keragaan Sistenr Integrasi Ternak-Tanaman : Padi, Sawit, Kakao . Bo-or, 10 Agustus 2009 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan . Bogor . Rosmiati, D . Pasambe, Hasanuddin, M . Sjafar Baco, N . Sahibe, Muslimin, dan Helda Tahir . 2003 . Peningkatan produktivitas Padi Terpadu PTT, SIPT, dan KUAT Sulawesi Selatan (Kabupaten Pinrang) . Pros . Lokakarya Pelaksanaan Program Peningkatan Padi Terpadu (P3T) Tahun 2002 . Denpasar, 17-18 Desember 2002 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor . Him . 407-486 .
3 06
Sislent Integrasi .Sapi dengrtn Tananuat Padi, Sawil, dan Kakaa
Sariubang, M ., Andi Ella, A . Nurhayu dan D . Pasambe . 2002 . Kajian Integrasi Ternak Sapi Potong dalarn Sistem Usaha Pertanian di Sulawesi Selatan . II W -tu_ou Vol . 12 No . I . p . 24-28 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor .
Sariubang, M . dan N . Qomariyah . 2009 . Dinamika dan Keragaan Sistem Integrasi Ternak Tanaman Berbasis Padi di Sulawesi Selatan . Makalah disampaikan dalam Workshop Nasional Dinamika dan Keragaan Sistem Integrasi Ternak-Tanaman : Padi, Sawit, Kakao . Bogor, 10 Agustus 2009 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor . Satker Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara . 2005 . Pengkajian Usaha Tani Padi Sawah Lahan Irigasi di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halnmahera Timur . Provinsi Maluku Utara . Laporan Hasil Pengkajian . Satker Pengkajian Teknologi Pertanian . Maluku Utara, Ternate . Sirapa, MY, M . Azis Bilang, Kasman, M . Djafar Baco, N . Sahibe . Muslimin, dan Herla Tahir . 2003 . Peningkatan produktivitas padi tepadu PTT. SIPT dan KUAT Sulawesi Selatan ('Kabupaten Bone) . Pros . Lokakarya Pelaksanaan Program Peningkatan Padi Terpadu (P3T) Tahun 2002 . Denpasar, 17-18 Desember 2002 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pan-an, Bogor. Hlm . 436478 . Suhendra, T . 2009 . Penerapan PTT Padi Sawah Irigasi mendukung Sistem Integrasi Padi-Ternak Sapi Bebas Limbah di Lokasi Prima Tani kabupaten Sukoharjo . Materi disampaikan dalam Semiloka Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, Ungaran, 2-3 Juli 2009 . Sumarno, I .G . Ismail, dan S . Partohardono, 2000 . Konsep Usaha Tani Ramah Lingkungan . Prosiding Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Tanaman Pangan . Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan . Bogor . Badan Litbang Pertanian . Jakarta . Suntoro, Mat Syukur . Sugiarto, Hendiarto, dan Herman Supriadi . 2002 . Pengembangan Kelembagaan Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian . Departernen Pertanian, .Jakarta . Supriadi, H . 2002 . Metode Pengenalan W'ilayah Pengambangan Kelompok t'saha Agribisnis Terpadu (KUAT) . Makalah pada Pelatuhan henaga Pendamping . Sukamandi 7-12 Maret 2002 . 307
Sistem hit'grasi Sapi dengan Tan aman Padi. Sawil, dun Aakao
Sutedjo . MAM . .A .G . Kartasaputra . dan Sastroatmodjo . 1995 . Pupuk dan Pemupukan . Rineka Cipta . Jakarta . Svam, A . dan Nlatheus Sariubang . 2 004 . Pengaruh Pupuk Organik (Kompos Kotoran Sapi) terhadap Produktivitas Padi di Lahan Sawah Irigasi . Pros . Seminar Nasional Sistem Integrasi TanamanTernak . Denpasar. 20-22 Juli 2004 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan . Bogor . Him . 93-103 . Syamsuddin, NI .L . Kanro . P . Beding . dan S . Tirajoh . 2003 . Adaptasi Beberapa Komponen Teknologi Mendukung Usahatani Padi di Sentra Produksi Papua . Laporan Balai Pengka_iian Teknologi Pertanian, Papua . Wardhani, N .K . 2009 . Dinamika dan Keragaan Sistem Usahatani Integrasi Tanaman-Ternak di Daerah Istimewa Yogyakarta . Makalah disampaikan dalam Workshop Nasional Dinamika dan Keragaan Sistem Integrasi Ternak-Tanaman : Padi, Sawit, Kakao . Bogor, 10 Agustus 2009 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor . Widodo, T .W . . A . Asari, A . Nurhasanah, dan T . Alihamsah . 2008 . Teknologi Pemanfaatan Limbah Ternak untuk Biogas . Prosiding Seminar Sistem Integrasi Tanaman-Ternak Bebas Linibah, Bogor, 22-23 Mei 2007 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor . Yulipriyanto, H . 1991 . Teknologi Pengomposan . Laboratorium Mikrobiologi Tanah . Jurdik Biologi . Universitas Negeri Yogyakarta . Yunizar, N . dan N . Fitriana . 2009 . Sistem Integrasi Tanaman-Ternak di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam : Pembangunan Agribisnis Melalui Pengembangan Model-model Peternakan . Makalah disampaikan dalam Workshop Nasional Dinamika dan Keragaan Sistem Integrasi Ternak-Tanaman : Padi . Sawit, Kakao . Bogor, 10 Agustus 2009 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor .
3 08