132 BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN
8.1 Simpulan Simpulan ini disarikan dari hasil pembahasan secara komprehensif dari permasalahan pertama, yaitu kategori kosakata dasar yang dikuasai siswa di sekolah dasar sesuai dengan kurikulum bahasa Inggris. Simpulan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Setelah dilakukan tes pada siswa, kosakata sekolah dasar yang dipelajari siswa kelas VI pada tahap flying high, baik di SDN 8 maupun RSBI Muhammadiyah 2, menunjukkan rata – rata pada adverbia (59); pronomina (22); dan partikel (14). Dalam konteks ini berarti hasil kemampuan penguasaan kosakata adverbial, pronomina, dan partikel siswa SDN 8 dan RSBI Muh. 2 menunjukkan siswa tuntas dalam menguasai kosakata dari daftar kosakata yang harus dipelajari. Penguasaan kosakata siswa rata – rata pada nomina (297); adjektiva (44) dan ; numeral ( 13,5). Kemampuan kosakata rata – rata pada nomina paling tinggi. Hal ini karena nomina merupakan kata benda yang menunjukkan gambaran kongkret atau nyata dan mudah untuk dipelajari dan siswa mampu mengingat kosakata kategori nomina. Penguasaan siswa yang paling rendah adalah numeral (13,5). Pada kategori kosakata numeral siswa mempelajari menghitung angka. Dalam hal ini siswa mengalami kesulitan karena pengajaran pada bahasa Inggris menghitung angka hampir tidak pernah dilakukan, kecuali di RSDBI Muhammadiyah 2. Pengajaran bidang matematika menggunakan bahasa Inggris karena RSDBI adalah Rintisan Sekolah Dasar Berbasis Internasional.
133 Pemerolehan bahasa siswa pada tataran fonologi adalah adanya salah pengucapan karena tidak pernah mendengar kosakata tersebut sebelumnya. Pada saat membaca siswa tidak berkonsentrasi sehingga terpengaruh dengan bahasa ibu (L1). Misalnya, kata she diucapkan [sә], pengucapan menyerupai penulisannya. Bentuk pengucapan yang benar adalah [∫i]. Pada tataran sintaksis, siswa tidak menguasai kategori setiap kata dalam membuat kalimat dan ini berhubungan dengan semantik. Bila kalimat tidak berstruktur sesuai dengan kaidah tata bahasa maka kalimat tersebut tidak bermakna. Kesalahan yang sering dibuat siswa di kedua sekolah dasar tersebut dalam membuat kalimat sederhana adalah
misordering, yaitu bentuk konstruksi pemerolehan bahasa dari
susunan kata sesuai dengan kategorinya dalam kalimat, misordering kesalahan penempatan bentuk morfem atau kelompok morfem dalam konstruksi kalimat sederhana. Kalimat-kalimat yang diberikan pada siswa untuk mengetahui hasil yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran membuat kalimat sederhana, ditemukan banyak kesalahan yang dilakukan siswa dalam menempatkan kategori kata dalam kalimat sehingga kalimat tersebut tidak berstruktur dan tidak bermakna. Hal ini disebabkan oleh siswa yang belum memahami kategori kata dalam kalimat, fungsi, bentuk, dan penempatannya sesuai dengan kaidah bahasa. Faktor – faktor kesulitan yang dialami siswa dalam menempatkan kata pada kalimat sederhana adalah (1) latar belakang pendidikan guru yang tidak sesuai dengan bidangnya yang menghambat proses pembelajaran, penyampaian kaidah bahasa dalam bentuk fonologi, sintaksis, dan semantik tidak optimal; (2) Guru menyampaikan pembelajaran tidak dengan cara menyenangkan, memberikan games, dan memberikan kuis; (3) Guru tidak memilih bahan ajar yang tepat dan mengalokasikan waktu pembelajaran bagi siswa sesuai dengan kompetensi dasar; (4) Guru jarang berbicara dan berdialog ringan dengan para siswa dalam bahasa Inggris di dalam
134 kelas, akibatnya, para siswa tidak terbiasa mendengar orang lain berbicara bahasa Inggris; (5) Pelajaran terlalu ditekankan pada tata bahasa (bukan pada percakapan), jarang diberi arahan mengenai apa dan bagaimana fungsi dari kategori kata pada tatabahasa yang dipelajari; (6). Tidak adanya prasarana laboratorium bahasa yang sangat membantu siswa dalam pemahaman materi; (7). Dalam menerima pembelajaran siswa kurang memperhatikan guru, kurangnya motivasi dan minat belajar, tidak percaya diri, dan tidak ada kepedulian prestasi; (8). Tidak standarnya jumlah siswa dalam kelas, yaitu 45 siswa sampai 50 siswa, jumlah standar siswa yang ideal dalam kelas yaitu 25 siswa sampai 30 siswa; (9). Siswa kurang belajar dengan tekun, kurang berlatihan secara berulang – ulang, siswa pun tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru; (10). Kondisi belajar yang jarang mengunakan L2 dalam kegiatan sehari-hari; dan 11). Guru dan para siswa jarang berinteraksi dengan penutur asli sehingga penguasaan kosakata dan perakitan kata menjadi kalimat sangat kurang. Kondisi tersebut di atas dapat diperbaiki dengan bertahap untuk mengatasi permasalahan dan kurangnya dana untuk meningkatkan prasarana dalam sekolah. Pihak sekolah dengan selektif menempatkan guru sesuai dengan bidang yang dikuasai guru dalam pembelajaran, melakukan studi banding atau kunjungan di sekolah yang lebih maju sebagai masukkan dalam peningkatan sumberdaya guru, sarana dan prasarana, teknik dan sistem pembelajaran, mengikuti seminar atau workshop mengenai pembelajaran, melakukan pertemuan antar guru bahasa Inggris per periode untuk peningkatan pembelajaran dan kualitas materi yang aka disampaikan pada siswa. Sebagai guru sangat diharapkan lebih konsentrasi dalam membimbing dan mendidik siswa dengan penuh keiklasan, kesabaran, kelembutan, dan tersenyum, memberikan masukan, saran, latihan, pekerjaan rumah, tes untuk mengetahui hasil kerja siswa, dan melakukan
135 konseling dengan memberikan motivasi pada siswa yang kurang dalam pergaulan dan pemahaman dalam pembelajaran.
8.2 Saran Ada beberapa saran yang dapat disampaikan dalam tulisan ini. Saran yang dimaksud adalah semacam bahan masukan yang dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan bahkan acuan bagi para pengambil kebijakan bidang pendidikan. Kebijakan khusus yang dimaksud itu menyangkut penguasaan kosakata yang dijadikan bahan kajian bagi peneliti selanjutnya. Saran – saran dikemukakan pada uraian berikut. Dalam proses pembelajaran guru disarankan untuk selalu menekankan fungsi, kategori kata, dan aplikasi dari semua kaidah tata bahasa yang sudah diterangkan guru terahadap siswa. Pastikan pula bahwa siswa benar-benar mengerti pada saat mereka menggunakan struktur bahasa sesuai dengan kaidah
kalimat.
Berikan
tambahan kosakata yang bermanfaat untuk
berkomunikasi sesuai dengan kegiatan sehari-hari pada siswa dan memperkenalkan siswa buku cerita bergambar dalam bahasa Inggris supaya siswa gemar membaca dan memperoleh tambahan penguasaan kosakata. Dengan demikian, siswa percaya diri pada saat berbicara dalam bahasa Inggris dengan teman dan guru. Pengulangan
materi pada siswa sangat dianjurkan karena
merupakan pendalaman materi dari yang telah dipelajari, tidak sekadar mengulang materi yang telah diberikan, tetapi membuat siswa semakin mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari. Sebagai guru seharusnya selalu mempertahankan kemampuan bercakap-cakap dengan para siswa menggunakan bahasa Inggris agar kelancaran berbahahasa tetap terjaga. Hal ini sangat dianjurkan dan dimaksudkan untuk memotivasi siswa agar dapat menambah khasanah
136 kata dan berbicara dengan lancar. Sebagai saran, sebaiknya para guru atau pendidik membuat klub (conversation club) untuk ajang bertemu dan bertukar pikiran antarsesama guru atau pendidik bahasa Inggris di gugus yang sama sehingga keahlian guru terjaga. Guru yang profesional adalah guru yang berlatar pendidikan bahasa Inggris, bukan guru amatir, sebagaimana layaknya guru bidang studi lain. Pengajaran dalam pembelajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar berfungsi untuk membangun kemampuan (kompetensi) dasar bahasa Inggris yang kemudian berlanjut di tingkat SMP dan SMA.