64
BAB VII MODAL SOSIAL VERTIKAL DAN HORIZONTAL DALAM PELAKSANAAN PROGRAM RENOVASI RUMAH TIDAK LAYAK HUNI 7.1 Modal Sosial Vertikal diantara Para Pelaksana Program 7.1.1 Kepercayaan atau Trust 7.1.1.1 Antara Fasilitator Kelurahan dan KSM Adanya kepercayaan diantara para pelaku atau pelaksana program menjadi hal yang penting dan mendasar bagi keberhasilan program renovasi RTLH. Kepercayaan mendasari terciptanya kerja sama yang baik diantara pelaku-pelaku tersebut. Seperti yang telah disinggung pada bab sebelumnya, dimana pelakupelaku yang dimaksud adalah fasilitator kelurahan, BKM, Relawan, dan KSM itu sendiri sebagai subyek pemberdayaan. Kepercayaan diantara pihak-pihak tersebut terjalin seiring dengan berjalannya proses pemberdayaan. Kepercayaan anggota KSM terhadap fasilitator kelurahan terlihat dimana anggota kelompok memiliki keyakinan bahwa faskel tersebut dapat memfasilitasi dengan baik setiap kegiatan PNPM-MP termasuk bidang infrastrukturataulingkungan. Seperti yang diungkapkan oleh Pak SR selaku UP lingkungan seperti berikut: “….selama ini kita percaya sama faskel. Soalnya kita ngerasa tujuannya baik untuk kita dan masyarakat lainnya. Kita yakin dan percaya faskel bisa memfasilitasi semua kegiatan pemberdayaan.”
Sementara itu, berdasarkan hasil wawancara dengan Pak AS didapatkan hasil yang sebaliknya. Tim faskel memiliki sedikit kecurigaan terhadap anggota KSM. Hal tersebut lebih dikarenakan posisi KSM yang sepertinya “ditunggangi” oleh BKM, karena jika melihat strukturnya memang keberadaan KSM berada dibawah BKM. Hal tersebut diungkapkan oleh Pak AS, sebagai berikut: “….saya merasa sepertinya KSM di Kelurahan Situ Gede itu ditunggangi oleh BKMnya. Jadi seperti ada kepentingan-kepentingan terselubung didalamnya. Tidak murni kepentingan dari KSM itu sendiri.”
Faskel Kelurahan Situ Gede awalnya memiliki kecurigaan terhadap KSM. Hal tersebut karena pada awalnya KSM serta BKM sulit untuk bekerja sama dalam setiap kegiatan. Namun saat ini hubungan yang terjalin semakin baik. Pak
65
AS juga menyebutkan karena adanya komunikasi yang baik semua kendala dan permasalahan yang timbul dapat segera terselesaikan. Kecurigaan tersebut dirasakan wajar karena faskel merupakan “orang baru” dalam masyarakat. Tim faskel bukan merupakan masyarakat Situ Gede, sehingga pada awalnya masih ditemukan perasaan curiga terhadap KSM. Perasaan curiga tersebut semakin lama semakin terkikis karena faskel melihat kinerja yang baik dari KSM. Sebagai contoh dalam program lingkungan, yaitu renovasi RTLH, setiap kegiatan dikerjakan dengan baik oleh KSM. Hal tersebut diungkapkan oleh Pak AS, sebagai berikut: “….fasilitator kelurahan memiliki kepercayaan terhadap KSM dalam hal penyusunan dan pelaksanaan program. Faskel mempercayai kinerja yang dilakukan oleh KSM akan baik dan berjalan lancar karena anggota-anggota KSM merupakan individu-individu yang dengan sukarela ingin membantu dan membangun kelurahannya kearah yang lebih baik.” “….selama ini, dalam penyusunan proposal kegiatan sampai dengan pelaksanaan program tidak ditemukan kendala-kendala yang cukup berarti yang dapat menghambat pelaksanaan kegiatan PNPM.”
7.1.1.2 Antara BKM dan KSM Kepercayaan yang baik terjalin antara BKM (termasuk UP) dan KSM. Hal tersebut dapat dilihat dalam setiap tahapan kegiatan. Kegiatan diawali dari pembentukan KSM oleh BKM, penyusunan proposal, sampai kegiatan review atau evaluasi. Salah satu pengurus KSM, Pak MY mengemukakan hal tersebut: “….pembagian tugas dan kewajiban KSM ditetapkan oleh BKM melalui rapat atau pertemuan. Sesuai kesepakatan oleh KSM nya juga. Kita percaya BKM mempunyai kriteria tersendiri untuk menentukan pembagian tugas dan kewajiban KSM.”
Pernyataan tersebut dipertegas oleh Pak UT selaku sekretaris BKM, seperti berikut ini: “….BKM yang menentukan siapa-siapa pengurus KSM, termasuk tugas dan kewajibannya tentunya melalui persetujuan KSM tersebut. Biasanya BKM mengadakan rapat atau pertemuan yang membicarakan tentang keorganisasian KSM. Kita percaya KSM merupakan orang-orang terpilih yang dengan sukarela ingin membangun kelurahannya.” “….misal dalam program RTLH, kita memilihkan orang-orang yang memang memiliki kemampuan di bidang infrastruktur. Jadi kerjanya bisa saling membantu satu sama lain.”
66
Penyusunan proposal disusun oleh KSM dibantu oleh UP. Penyusunan proposal tentunya disesuaikan dengan Ren-ta atau PJM Pronangkis. Setelah selesai, proposal kemudian disampaikan kepada tim faskel untuk diperiksa kembali. Penyusunan proposal melibatkan seluruh anggota KSM. Hal tersebut untuk memudahkan kesepakatan tercapai antar sesama anggota kelompok. pernyataan tersebut dipertegas oleh Pak MR sebagai berikut: “….proposal disusun oleh seluruh anggota KSM. Makanya perincian anggaran dana juga disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Jadi kita sering survei tempat sama-sama.”
Kegiatan review dilakukan oleh tim faskel dan relawan Kelurahan Situ Gede. Kegiatan evaluasi atau review dilakukan pada akhir tahun. Kerja sama yang baik antara BKM dan KSM ditunjukkan dengan saling mendukung kerja masingmasing posisi. Dengan demikian hubungan baik terjalin diantara kedua belah pihak tersebut dimana terdapat kepercayaan satu sama lain. Hal tersebut dapat terlaksana karena didukung dengan hubungan pertemanan atau pertetanggan yang terjalin dengan baik. 7.1.2 Jejaring Sosial atau Social Networking 7.1.2.1 Antara Fasilitator Kelurahan dan KSM Modal sosial jaringan mencakup pola-pola hubungan yang memfasilitasi tindakan kolektif yang saling menguntungkan pihak-pihak yang terlibat. Jejaring sosial terjalin antara pihak-pihak yang terlibat dalam PNPM-MP, seperti BKM, KSM, Relawan, dan Fasilitator Kelurahan. Jejaring sosial antara KSM serta pihak-pihak lain seperti BKM, Relawan, dan Faskel terjalin disetiap kegiatan PNPM-MP, mulai dari awal pembentukkan KSM, penyusunan proposal, LPJ, sampai evaluasi. Jejaring sosial muncul akibat adanya kerjasama yang terjalin antara pihak-pihak yang terlibat dalam PNPMMP. Jejaring sosial tersebut muncul karena adanya kepercayaan satu sama lain untuk saling bekerja sama dalam mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu kemajuan masyarakat Kelurahan Situ Gede. Hubungan antara KSM dan Faskel relatif baik. Hal ini ditandai dengan setiap ada kendala atau permasalahan selalu diselesaikan dengan baik dan secara kekeluargaan sehingga tidak menimbulkan permasalahan lain. Hubungan yang
67
baik tersebut juga ditandai adanya kerja sama yang baik antara kedua belah pihak dalam setiap tahapan siklus PNPM-MP. Seperti yang diungkapkan oleh Pak AS sebagai berikut: “….tim faskel sering kerja sama dengan KSM. Apalagi kalau mau nyusun proposal, pasti kita fasilitasi. Dalam pelaksanaan kegiatannya pun kita dampingi. Sebisa mungkin kita mengupayakan hubungan yang setara sama KSM nya.” “….jika ada kendala atau permasalahan di lapangan, biasanya KSM melaporkan terlebih dahulu ke BKM nya. Baru dari BKM memfasilitasi ke tim faskelnya. Ini juga untuk melatih KSM dalam berorganisasi. Akan tetapi jika ada hal-hal yang mendesak dan harus cepat diselesaikan, KSM bisa langsung berkordinasi dengan tim faskel.”
Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Pak MR selaku anggota KSM, sebagai berikut: “….kita cukup sering kerjasama langsung sama tim faskelnya. Palingan kalo lagi nyusun proposal, sering ke basecamp. Kadang kita suka banyak salah pas nyusun proposalnya. Waktu pelaksanaan juga di dampingi sama faskel.”
7.1.2.2 Antara BKM dan KSM Awal pembentukkan KSM infrastruktur ialah melalui Unit Pengelola Lingkungan (UPL). UPL berada pada struktur organisasi BKM yang membawahi secara langsung kinerja KSM infrastruktur di lapangan. Kerja sama antara KSM Rubah dan BKM (melalui UPL) dapat dikatakan relatif baik. KSM dan BKM merupakan dua kelembagaan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keduanya, saling membutuhkan dalam setiap pelaksanaan kegiatan. Seperti yang diungkapkan oleh Pak EM selaku BKM sebagai berikut: “….hubungan KSM sama BKM mah mba, gak bisa dipisahin. Duaduanya saling ngebutuhin. Tiap ada apa-apa keduanya saling koordinasi. Biar kedepannya ga ada masalah.”
Pernyataan tersebut ditegaskan oleh salah satu anggota KSM, Pak EL sebagai berikut: “…BKM banyak bantu KSM nya. Terutama soal administrasi. Pembuatan proposal dan LPJ kita sering dibantu. Kerja sama antara KSM sama BKM juga dalam penginformasian kepada masyarakat.”
Penyusunan proposal dan laporan pertanggungjawaban (LPJ) merupakan tanggung jawab KSM. Penyusunan proposal dan LPJ dilakukan oleh KSM dengan
68
dibantu oleh BKM melalui Unit Pengelola (UP) serta pimpinan kolektif BKM. Penyusunan proposal tersebut juga difasilitasi oleh tim faskel. Misalnya, dalam pengajuan usulan kegiatan lingkungan seperti RTLH, maka akan dibantu oleh faskel, khususnya faskel infrastruktur. Proposal dan LPJ tersebut disusun oleh KSM dengan format dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh tim faskel serta mencakup hal-hal yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan kegiatan, seperti anggaran biayanya atau swadaya masyarakat, peralatan, atau keperluan yang dibutuhkan serta rencana penyelesaian kegiatan. Pada tahapan perencanaan, KSM serta UP menyusun proposal kegiatan dengan dibantu oleh tim faskel. Penyusunan proposal perlu memperhatikan aspek yang terkait dengan safeguard lingkungan, seperti: fungsi dan lokasi pembangunan
memiliki
kesesuaian
dengan
tata
ruang
setempat
dan
memperhatikan kondisi sekitar seperti adanya garis sempadan pantai dan sungai serta kemungkinan terjadinya longsor. Sebelum menyusun proposal, KSM bersama tim relawan melakukan survei lapang. Terlebih untuk RTLH, survei ini dilakukan untuk memperkirakan secara mendetail mengenai kondisi dan kelayakan rumah sebelum direnovasi, termasuk harga, dan kebutuhan renovasi. Survei dilakukan dengan rinci dan teliti. Survei dapat memakan waktu yang cukup lama karena KSM harus memastikan apa saja yang dibutuhkan. Seperti yang diungkapkan Pak EL sebagai berikut: “….untuk survei aja kita bisa sampe semingguan mba. Tergantung, kadang kita ke lapang ternyata pemiliknya ga ada. Atau malah tokoh setempat seperti RT dan RW nya yang gak ada. Kita harus pastiin keperluan apa aja untuk renov. Jangan sampe ada yang kurang.”
Tahap pelaksanaan konstruksi, KSM dibantu dengan beberapa tenaga kerja menyelesaikan renovasi RTLH sebelum batas akhir waktu penyelesaian. Sebelum tahapan pelaksanaan konstruksi dilakukan, ketua KSM menandatangani community contracting yang telah disepakati bersama oleh KSM dan faskel. seperti yang diutarakan oleh Pak EM: “….ketua KSM menandatangani kesepakatan atau perjanjian untuk menyelesaikan pekerjaan (renovasi RTLH), termasuk kesediaan untuk swadaya masyarakat. Penandatanganan tersebut disaksikan oleh faskel, BKM juga KSM.”
69
Tahap pasca konstruksi ditandai dengan penyelesaian kegiatan renovasi serta penilaian oleh tim faskel. Selanjutnya, perlu diperhatikan pemeliharaan terhadap renovasi RTLH tersebut agar mencapai umur manfaat minimal lima tahun. Penerima manfaat bertanggung jawab secara penuh terhadap rumah yang telah direnovasi tersebut, akan tetapi masyarakat sekitarnya pun turut memperhatikan pemeliharaan tersebut. Hal tersebut diungkapkan oleh Pak MY: “….masyarakat sekitar seperti RT dan RW turut memperhatikan pemeliharaan atas rumah tersebut. Kalo ada suatu permasalahan, dilaporkan ke KSMnya.”
Adapun jejaring sosial antara KSM dan BKM serta Faskel dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Pimpinan Kolektif BKM
Unit Pengelola Lingkungan
KSM Rubah
Koordinator BKM
Faskel infrastruktur Gambar 6. Jejaring sosial vertikal KSM
7.1.3 Norma-Norma Sosial atau Social Norms Norma merupakan sebuah pertanda dalam mendukung keberadaan trust antar individu. Norma tidak hanya dibentuk oleh aturan-aturan tertulis, tetapi juga terkait dengan nilai-nilai tradisional. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai-nilai kejujuran, sikap menjaga komitmen, pemenuhan kewajiban, dan ikatan timbal balik. Norma diperlukan untuk mengatur hubungan di antara pelaksana kegiatan PNPM-MP.
70
Hubungan KSM dengan BKM, dan Faskel diatur dalam norma-norma sosial yang mengikat. Community contracting adalah salah satu norma sosial tersebut. Community contracting merupakan suatu perjanjian atau kesepakatan tertulis yang mengatur tentang penyelesaian suatu kegiatan oleh KSM. Tentunya penyelesaian kegiatan tersebut dapat terlaksana karena adanya kerja sama antara pihak-pihak yang terlibat, seperti BKM, Faskel, serta Relawan. Community contracting mengatur segala tata aturan pelaksanaan kegiatan atau program. KSM berupaya untuk terus melaksanakan segala ketentuanketentuan yang diatur didalamnya. Perjanjian tersebut mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan, seperti perjanjian kerja serta jangka waktu pelaksanaan. Hak dan kewajiban pelaksana perjanjian, tahap pencairan dana, serta hal-hal umum seperti: sanksi, force majeure dan penyelesaian perselisihan juga diatur dalam community contracting tersebut. Selain aturan-aturan tertulis, dikenal pula nilai-nilai luhur kemanusiaan (N2LK) dalam setiap pelaksanaan kegiatan. N2LK kembali dipererat melalui hubungan kerja sama yang terjalin antara pihak-pihak yang terlibat program. PNPM-MP juga mempercayai bahwa akar penyebab kemiskinan sebenarnya adalah lunturnya nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai kemanusiaan tersebut seperti kejujuran, adil, amanah, serta sifat sosial lainnya. N2LK inilah yang coba untuk dipupuk kembali. Seperti yang diungkapkan oleh Pas AS sebagai berikut: “….Setiap anggota KSM menjunjung nilai-nilai luhur kemanusiaan (N2LK) yang ada. Nilai-nilai tersebut antara lain adalah jujur, adil, amanah, bersifat sosial dan sukarela. Demikian pula untuk kerjasama dalam pelaksanaan kegiatan PNPM.”
Program renovasi RTLH mengupayakan terjadinya upaya pemberdayaan melalui adanya dana swadaya yang dihimpun oleh masyarakat untuk mensukseskan kegiatan PNPM-MP. Berdasarkan ketentuan PNPM, setiap kegiatan yang akan dilaksanakan di suatu desa atau kelurahan mensyaratkan adanya keswadayaan dari masyarakat sebesar 30 persen. Hal ini dimaksudkan untuk merubah pola pikir masyarakat yang umumnya menganggap bahwa dana yang diberikan merupakan dana hibah. Sebaliknya, dana yang diberikan merupakan “dana stimulan” yang harus dipertanggungjawabkan penggunaannya. Seperti yang diungkapkan Pak AS sebagai berikut:
71
“….sebagai contoh yaitu dalam kegiatan renovasi RTLH, dimana dana maksimal yang akan didapatkan penerima manfaat adalah delapan juta rupiah. Akan tetapi bila pada kenyataannya biaya renovasi melebihi anggaran maka KSM harus bersedia untuk “menswadayakan masyarakat lainnya” untuk menutupi kekurangan dana yang ada agar kegiatan dapat selesai pada waktunya.”
BLM merupakan dana stimulan yang diberikan kepada penerima manfaat melalui suatu proses yang cukup panjang. Dimulai dari perencanaannya, pelaksanaannya, sampai evaluasinya. BLM ini diberikan sebagai “pancingan” agar masyarakat ikut berpartisipasi berswadaya. Swadaya tersebut dapat berupa ide, pikiran, atau gagasan, materi, tenaga, pinjaman alat, bahkan pemberian makanan atau minuman untuk pekerja. Secara umum, modal sosial vertikal yang terjalin antara KSM-BKM serta antara KSM-Faskel dapat dikatakan terjalin dengan baik. Akan tetapi modal sosial yang terjalin antara KSM-BKM memiliki tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan KSM-Faskel. Hal tersebut dikarenakan intensitas pertemuan yang rutin diantara keduanya dalam setiap pelaksanaan program. Kerjasama tersebut dipererat dengan hubungan pertemanan dan pertetanggaan, dibandingkan dengan faskel yang memang merupakan orang luar kelurahan. 7.2 Modal Sosial Horizontal diantara Sesama Anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) serta antara KSM dan Relawan 7.2.1 Kepercayaan atau Trust Kepercayaan diantara sesama anggota kelompok mutlak diperlukan, karena tanpa adanya kepercayaan satu sama lain program tidak dapat berjalan dengan baik. Selain itu bila tidak ada kepercayaan, maka tidak akan terjalin kerjasama yang baik diantara mereka. Kepercayaan diantara anggota kelompok terjalin cukup erat karena adanya hubungan pertemanan, pertetanggan, maupun hubungan kerabat. Hal tersebut juga dikarenakan karena tujuan yang sama untuk membangun dan memajukan wilayah tempat tinggalnya. Sikap saling percaya mereka terlihat pada setiap kegiatan atau kerjasama mereka dalam pelaksanaan program renovasi RTLH. Mereka percaya bahwa setiap tugas dan kewajiban dapat dilakukan dengan baik karena adanya pembagian kerja yang jelas. Pembagian kerja tersebut meliputi Pengurus KSM,
72
Tim monitoring dan evaluasi, Tim Pelaksana, serta Tim Operasional, dan Pemeliharaan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Pak MR berikut: “….kita percaya satu sama lain. Percaya kalo seseorang itu dikasih tugas pasti terlaksana dengan baik. kita saling bantu aja sih kalo ada kesulitan. Apalagi kalo orang itu baru jadi anggota KSM.”
Sikap saling percaya juga ditunjukkan dengan tanggung jawab yang besar yang diemban oleh masing-masing anggota. Anggota bertanggung jawab terhadap kerja dan tanggung jawabnya. Mereka saling bekerja sama satu sama lain agar pekerjaan yang dipercayakan kepada mereka dapat dengan baik dilaksanakan. Pembagian kerja yang dipercayakan kepada mereka dilakukan dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan keterangan Pak UT, pengurus KSM memiliki tanggung jawab terhadap keorganisasian kelompok. Tim pelaksana memiliki tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan. Sementara itu, tim operasional dan pemeliharaan lebih fokus kepada pasca kegiatan dan umumnya bekerja sama pula dengan tim monitoring dan evaluasi. Kepercayaan antar sesama anggota KSM muncul seiring berjalannya kegiatan. Di awal pembentukannya, mereka menyepakati hak dan kewajiban yang tertuang dalam suatu aturan tertulis. Hal tersebut diungkapkan oleh Pak EL, sebagai berikut: “….KSM punya aturan tertulis yang menyangkut hak dan kewajiban masing-masing anggota KSM.”
Hubungan yang baik juga terjalin antara KSM dan relawan. Kepercayaan antar kedua belah pihak terjalin dan terpelihara dengan baik melalui hubungan pertemanan
dan
pertetanggaan.
Awalnya
relawan
mempunyai
rasa
ketidakpercayaan terhadap KSM. Hal ini dikarenakan tidak transparannya keuangan yang dilakukan oleh KSM Rubah kepada relawan maupun masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Bu RE sebagai berikut: “…ada ketidakpercayaan pada KSM Rubah di awal program ini masuk. Mungkin juga karena kordinasi dan kerjasama yang kurang lancar antara relawan sama KSM nya. Tapi sekarang mah udah baik soalnya KSM mulai transparan, terlebih mengenai penggunaan dana.”
Kepercayaan tersebut karena kedua belah pihak memiliki tujuan yang sama, yaitu ingin memajukan masyarakat melalui berbagai kegiatan PNPM-MP. Selain itu, juga untuk membangun dan berkontribusi kepada wilayah tempat
73
tinggalnya. Pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Pak EM: “….kita percaya sama relawan. Kinerja relawan selama ini baik. Relawan juga sering bantu kita survey, review dan sebagainya.”
Hal tersebut dipertegas oleh pernyataan salah satu relawan, Bu RE sebagai berikut: “….relawan percaya sama KSM. Selama ini kinerja KSM juga baik sama tim relawan. Kita sama-sama saling bantu. Saling sharing-sharing aja. Biasanya sering koordinasi saat survei lapang.”
7.2.2 Jaringan Sosial atau Social Networking KSM
Lingkungan
merencanakan
kegiatan
infrastruktur
melaksanakan pembangunan fisik serta melaksanakan
dengan
pemanfaatan dan
pemeliharaan prasarana yang telah dibangun. Jejaring hubungan KSM Lingkungan terbentuk karena adanya interaksi atau hubungan antar sesama anggota KSM. Jejaring hubungan terjalin dengan baik untuk menunjang keberhasilan program. Jaringan sosial terbentuk dalam kelembagaan KSM. Kelembagaan KSM meliputi bekerja samanya seluruh kepengurusan KSM beserta anggotaanggotanya dalam setiap kegiatan. Pengurus KSM, tim pelaksana, tim monitoring dan evaluasi, serta tim operasional dan pemeliharaan saling bekerja sama, bahkan saat pasca kegiatan pun masih memiliki kewajiban untuk menjaga atau memelihara sarana (rumah) tersebut. Seluruh pengurus KSM memiliki tugas pokok selaku penggerak utama kegiatan. Diantaranya adalah menyusun rencana pemanfaatan prasarana, rencana penerima dan belanja pengelola, rencana kegiatan pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan pembangunan prasarana, pengorganisasian kegiatan, serta pembuatan laporan pertanggungjawaban. Seperti yang diungkapkan oleh Pak EM sebagai berikut: “….KSM punya beberapa tanggung jawab sebagai pelaksana program. Dimulai dari penyusunan rencana kegiatan, keperluan-keperluan yang dibutuhkan, dana swadaya, LPJ, serta administrasi lainnya.”
Hubungan kerjasama antara relawan dan KSM pun berjalan dengan baik. Namun untuk intensitasnya, agak kurang bila dibandingkan dengan faskel dan
74
BKM. Umumnya Relawan serta KSM Rubah bekerja sama setelah pelaksanaan kegiatan, seperti kegiatan evaluasi atau review. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu RE sebagai berikut: “…Hubungan antara relawan sama KSM dapat dikatakan baik mba. Tapi untuk intensitasnya agak kurang. KSM lebih sering koordinasi dan kerja sama dengan BKM dan faskel. Kalau dengan KSM lainnya (selain KSM Rubah) kita sering kerja sama bareng. Kemungkinan juga karena ada unsur “segan”. KSM Rubah kan hampir semuanya laki-laki sedangkan relawannya perempuan semua mba.”
Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Pak EL selaku KSM sebagai berikut: “….pertemuan KSM Rubah sama relawan jarang banget mba. Jadi jarang juga kerjasamanya. Palingan pas lagi pelaksanaan program (renovasi RTLH), mereka memantau. Setelah pelaksanaan di adain evaluasi bareng.”
Masyarakat merasakan manfaat yang cukup besar dari adanya berbagai kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan. Umumnya seluruh kegiatan PNPM yang ada, mampu menjawab kebutuhan masyarakat setempat. Sebagai contoh perbaikan atau pengaspalan jalan, pembuatan drainase, serta renovasi RTLH. Manfaat dari adanya kegiatan juga dirasakan oleh relawan, seperti yang diungkapkan oleh Bu RE sebagai berikut: “….banyak banget mba manfaat yang dirasain dari adanya PNPM ini. Dari nambah informasi dan pengetahuan, banyak teman dan kenalan, sampai kepuasan diri bisa bantu warmis (warga miskin).”
75
Adapun jejaring sosial horizontal KSM dapat dilihat pada gambar 7 sebagai berikut: Pengurus KSM
Tim Operasional dan Pemeliharaan
Tim monitoring dan evaluasi Kelembagaan KSM
Relawan Tim Pelaksana
Gambar 7. Jejaring sosial horizontal KSM 7.2.3 Norma-norma sosial atau Social Norms Norma-norma yang terdapat pada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) masih sarat akan budaya dari lingkungan tempat mereka tinggal. Dalam kehidupan bermasyarakat mereka menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa yang universal, baik dalam hubungan pertemanan, pertetanggaan, maupun persaudaraan. Norma-norma yang dijalankan oleh anggota KSM diatur oleh suatu aturan tertulis. Aturan tertulis tersebut juga mengatur hak dan kewajiban anggota KSM. Selain itu juga terdapat semacam aturan main dalam setiap pelaksanaan program. Seperti yang diungkapkan oleh Pak MY sebagai berikut: “….KSM punya aturan main dalam pelaksanaan kegiatan. Mengatur hak dan kewajiban anggota juga. Aturannya tertulis dan disepakati oleh semua anggota KSM.”
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Rubah ini umumnya merupakan masyarakat asli Kelurahan Situ Gede. Kehidupan mereka kental dengan budaya sunda. Meskipun demikian, mereka tidak menutup budaya lain untuk masuk dalam kehidupan mereka. Mereka hidup berdampingan dengan penduduk pendatang.
76
Norma kekeluargaan sangat dijunjung tinggi oleh para anggota kelompok. Mereka sangat menghargai orang-orang pendatang dari Jakarta maupun suku Jawa. Mereka tidak mempermasalahkan tentang status dan keberadaan orangorang pendatang. Mereka selalu menganggap pendatang berada dalam wilayah yang sama dengan mereka. Oleh karena itu, sesama saudara harus saling membantu satu sama lain. Selain norma kekeluargaan yang melekat pada setiap aktivitas kelompok, terdapat pula norma dan nilai-nilai lain yang berkembang diantara sesama anggota kelompok. Seperti adanya nilai kebersamaan, kejujuran, kepercayaan, toleransi, serta tanggung jawab. Nilai-nilai kebersamaan terlihat dari rutinnya mereka sesama anggota kelompok berkumpul. Tidak hanya sekedar kumpul dan berbincang-bincang, akan tetapi juga sharing setiap kendala dan permasalahan mereka dalam pelaksanaan program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Seperti apa yang dikatakan oleh Pak EM sebagai berikut: “….kita sering kumpul-kumpul mba. Tidak hanya sekedar kumpul, tetapi juga saling berdiskusi satu sama lain mengenai kendala, hambatan, dan sebagainya. Tempatnya juga sering pindah-pindah, kadang di rumah salah satu anggota, kadang di basecamp, kadang pula seperti di sini, di pinggiran danau.”
Nilai-nilai kejujuran terlihat dalam aktivitas mereka sebagai pelaksana program RTLH. Hal tersebut terlihat dari adanya penyusunan proposal kegiatan di awal pelaksanaan program. Dalam penyusunan proposal RTLH, setiap anggota KSM menyajikan secara rinci keperluan-keperluan apa saja yang dibutuhkan dalam renovasi rumah salah satu penerima manfaat. Ketika pencairan dana, KSM didampingi oleh BKM melakukan pembelian dan pengadaan barang, disesuaikan dengan dana yang ada. Pengawasan terhadap penggunaan dana sangat ketat, oleh karena itu pula dituntut kejujuran dari anggota KSM. Hal ini sesuai seperti apa yang diungkapkan oleh Pak EM: “….ketika dana turun, kami bersama-sama dengan BKM langsung menuju toko materil untuk membeli perlengkapan serta keperluankeperluan lainnya. Jadi bisa dibilang sebenarnya kita gak pegang uangnya.”
Sesama anggota kelompok, mereka saling mempercayai satu sama lain. Kepercayaan ini mutlak diperlukan karena hal tersebut sangat mendasar dalam
77
setiap pelaksanaan program. Semakin lama kepercayaan yang timbul diantara mereka semakin berkembang. Mereka tidak memiliki kecurigaan satu sama lain. Mereka saling mempercayai bahwa setiap tugas dan kewajiban yang dibebankan pada masing-masing anggota dapat diselesaikan dengan baik. Selama ini, dalam setiap pelaksanaan program, tidak ditemui kendala yang cukup berarti yang dihadapi oleh anggota KSM. Nilai-nilai toleransi diantara sesama anggota kelompok dapat dikatakan cukup tinggi. Mereka saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Mereka memiliki alasan yang sama tergabung ke dalam kelompok. Hal tersebut tidak lain karena mereka dengan sukarela ingin membangun dan memajukan wilayahnya. Oleh karena itu, mereka sangat menghargai masyarakat yang ingin tergabung ke dalam kelompok tersebut. Anggota baru dalam kelompok diberikan toleransi yang lebih, misalnya ketika dalam pelatihan, pertemuan, pelaksanaan kegiatan, sampai monitoring dan evaluasinya. Sikap bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban setiap anggota KSM menjadi sangat penting untuk diperhatikan, terlebih untuk anggota baru dalam kelompok tersebut. Setiap anggota memiliki tugas dan kewajiban dalam pelaksanaan program renovasi RTLH. Mereka memiliki tanggung jawab sebagai pengurus KSM, Tim pelaksana kegiatan, Operasional dan Pemeliharaan, serta Monitoring dan evaluasi. Salah satu tanggung jawab mereka adalah menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan penyusunan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) di akhir pelaksanaan kegiatan atau program. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Pak EM: “….bisa dibilang kerja kita 24 jam mba. Istilahnya harus siap sedia. Takut-takut ada kekurangan dari apa yang udah kita kerjain. Contohnya waktu itu kita nyusun LPJ sampai jam dua pagi. Kadang malah sampai nginep di basecamp.”
Kehidupan berkelompok tidak selamanya rukun dan damai. Kadangkadang ada masalah yang muncul karena kesalahpahaman, kurang pengertian dan toleransi, ataupun kurang bertanggungjawab. Begitu juga dalam kehidupan para anggota kelompok tersebut. Seperti misalnya ada saja segelintir masyarakat yang iri mengenai siapa penerima manfaat yang rumahnya akan direnovasi. Seperti yang diungkapkan oleh Pak MR:
78
“….kadang ada beberapa orang yang iri, kok rumahnya tidak direnovasi. Tapi kita bersama-sama dengan BKM memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa ada kriteria-kriteria penerima manfaat, dan sesuai dengan skala prioritasnya.”
Nilai dan norma sosial pun dijalankan dalam hubungan antara KSM dan Relawan. Nilai dan norma yang telah disepakati tersebut dijalankan kedua belah pihak dalam setiap tahapan program. Meskipun yang menyusun norma sosial tersebut adalah BKM akan tetapi keduanya (KSM dan relawan) mencoba untuk menjalankan norma tersebut sebaik-baiknya. Norma sosial tersebut mengatur tugas dan kewajiban keduanya dalam pelaksanaan program. Sesuai pernyataan Bu RE sebagai berikut: “….ada nilai-nilai dan aturan yang mengatur hubungan KSM sama relawan. Biasanya yang urus proposal sampe pelaksanaan itu tugasnya KSM. Kalo Relawan biasanya pasca pelaksanaan atau evaluasinya.”
Secara umum, modal sosial horizontal yang terjalin antar sesama anggota KSM serta KSM-Relawan dapat dikatakan terjalin dengan baik. Akan tetapi modal sosial yang terjalin antar sesama anggota KSM memiliki tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan KSM-Relawan. Hal tersebut dikarenakan intensitas pertemuan yang rutin diantara sesama anggota KSM dalam setiap pelaksanaan program. Kerjasama tersebut dipererat dengan hubungan pertemanan dan pertetanggaan. Hubungan antara KSM-Relawan memiliki tingkat yang lebih rendah. Hal tersebut dikarenakan adanya ketidakpercayaan satu sama lain di awal pelaksanaan program. Selain itu juga dikarenakan adanya “keseganan” dimana KSM umumnya didominasi oleh laki-laki serta relawan yang didominasi perempuan. Modal sosial vertikal dan horizontal dengan demikian terjalin diantara para pelaksana program. Dapat disimpulkan, modal sosial vertikal memiliki tingkatan yang lebih rendah dibandingkan dengan modal sosial horizontalnya. Hal ini terlihat dari adanya kesenjangan hubungan secara vertikal, dimana hubungan yang terjalin cenderung bersifat top down (subyek-obyek). Sementara itu, modal sosial horizontal terlihat dalam hubungan kesetaraan (subyek-subyek) yang dilandasi hubungan pertemanan dan pertetanggaan. Keadaan masyarakat jika
79
dilihat dari empat kuadran modal sosial, terletak pada kuadran kanan bawah (coping). Secara umum, coping strategies dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Dalam konteks keluarga miskin, menurut Moser (1998), strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola atau memenej berbagai asset yang dimilikinya, termasuk aset modal sosial. Asset modal sosial (social capital assets), seperti misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga sosial lokal, arisan, dan pemberi kredit informal dalam proses dan sistem perekonomian keluarga.