BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Setelah dilakukan pemodelan, simulasi, studi empiris dan analisa pada peneleitian ini, maka kesimpulan yang dapat ditarik yaitu sebagai berikut : 1. Karakteristik perkembangan klaster inisiasi pemerintah yang dipengaruhi oleh level kolaborasi dengan ditinjau dari profit, adalah sebagai berikut : a. Profit klaster akan semakin meningkat dengan adanya kolaborasi antar pelaku terutama dalam kolaborasi supply dengan perusahaan pendukung dan pendistribusian produk secara bersama. Persentase kenaikan profit tersebut akan berkisar antara 18%-61%. b. Variabel yang paling berpengaruh dalam perolehan profit adalah fraksi supply perusahaan pendukung serta biaya produksi yang dipengaruhi oleh biaya bahan baku, biaya transportasi dan biaya tenaga kerja. c. Profit klaster juga akan semakin meningkat dengan adanya penambahan jumlah perusahaan yang bergabung dalam klaster.
2. Karakteristik perkembangan klaster inisiasi pemerintah yang dipengaruhi oleh level kolaborasi dengan ditinjau dari benefit sharing, adalah sebagai berikut : a. Benefit akan dipengaruhi oleh 3 level kolaborasi. Benefit akan semakin besar ketika level kolaborasi yang dijalankan adalah dalam kolaborasi supply. b. Variabel yang paling berpengaruh dalam benefit sharing yaitu total profit klaster yang didapatkan oleh perusahaan inti klaster dan total profit untuk perusahaan pendukung klaster dengan deviasi benefit yang didapatkan oleh masing-masing pelaku inti yaitu sebagai berikut : i.
UD Kurnia Sejati
: 5,55%
ii.
UD Anugrah
: 3,63%
iii.
UD Cipta Karya
: 0,61%
iv.
UD Wolter
: 1,52%
v.
UD Anugrah Jaya
:1,82%
vi.
UD Danarta
: 0,76%
vii.
UD Shandy Wijaya
: 3,58%
c. Benefit yang didapatkan akibat adanya sharing atau kolaborasi antar pelaku klaster menunjukkan benefit yang didapatkan perusahaan pendukung klaster memiliki persentase yang lebih kecil dibandingkan dengan benefit yang didapatkan perusahaan inti klaster. Hal ini terjadi karena benefit dinilai dari nilai profit yang didapatkan.
3. Karakteristik perkembangan klaster inisiasi pemerintah yang dipengaruhi oleh level kolaborasi dengan ditinjau dari perusahaan yang terlibat, adalah sebagai berikut : a. Jumlah perusahaan yang terlibat dalam penelitian ini dilihat dari jumlah perusahaan inti klaster yang bergabung dalam klaster. Persentase kenaikan tersebut mempunyai fluktuasi berkisar antara 6%48% selama waktu simulasi berjalan. b. Perkembangan jumlah perusahaan akan sangat didorong oleh perubahan variabel demand (permintaan). Selain itu juga dipengaruhi oleh rate penambahan jumlah perusahaan baru dan rate pengurangan jumlah perusahaan. c. Tiga Level kolaborasi yang dilakukan yaitu common supplier, resource sharing dan consolidation distribution tidak memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan jumlah perusahaan.
4. Formulasi untuk masing-masing variabel dalam pemodelan ini didasarkan pada kondisi aktual yang terjadi dengan menggunakan formulasi umum dan data-data aktual. Formulasi dalam pemodelan ini tidak menggunakan pengolahan sebelumnya untuk menghindari adanya model dalam model.
138
5. Karakteristik dari siklus hidup klaster inisiasi terbagi menjadi 3 tahapan yaitu tahap inisiasi, growth dan sustain/mature. Tahapan emerging dapat berlangsung sangat lama dengan dipengaruhi oleh banyak faktor. Tahapan growth akan menunjukkan adanya peningkatan pada jumlah pelaku dan peningkatan profit yang tetap berfluktuasi. Sedangkan tahap sustain yaitu tahapan dimana terjadi stagnasi peningkatan baik profit maupun jumlah pelaku.
6. Variabel yang paling berpengaruh dalam perkembangan klaster, apabila ukuran perkembangan ditinjau dari jumlah perusahaan inti klaster maka variabel yang paling berpengaruh adalah demand (permintaan). Tetapi apabila ukuran perkembangan ditinjau dari utilisasi dari ukuran klaster yang ditunjukkan dengan kolaborasi antar pelaku, maka variabel yang paling berpengaruh adalah fraksi supply bahan baku utama dan fraksi supply bahan baku pendukung masing-masing produk dari perusahaan pendukung klaster.
139
7.2. Saran 7.2.1. Saran dalam pemodelan : Saran untuk pemodelan yaitu sebagai berikut : 1. Pemodelan yang dikembangkan dalam penelitian ini melihat pengaruh 3 level kolaborasi. Sehingga masih banyak pengembangan model untuk siklus hidup klaster inisiasi pemerintah. 2. Hal yang dapat dikembangkan lebih jauh tentang sub model job yang tersedia, yaitu dengan mengembangkan job yang tersedia untuk perusahaan pendukung, bahkan mengembangkan pembagian job hingga didapatkan jumlah job yang dioutsourcingkan. 3. Pengembangan selanjutnya pada sub model tenaga kerja dapat dilakukan dengan menambahkan perhitungan jumlah tenaga kerja yang terserap pada perusahaan pendukung klaster. Sehingga dapat tergambar keseluruhan jumlah tenaga kerja yang terserap pada klaster. 4. Pengembangan selanjutnya dalam sub model investasi dapat ditambahkan faktor pemodalan dari bantuan institusi pendukung asing maupun permodalan dari asing apabila diperlukan. 5. Pengembangan
model
yang
dapat
dilakukan
adalah
dengan
mengembangkan sub model supply pada tipe klaster tertutup, dan menambahkan faktor lain yang mempengaruhi jumlah supply bahan baku. 6. Pengembangan selanjutnya dalam sub model produksi yang dapat dilakukan adalah dengan menambahkan faktor yang dapat mengurangi kapasitas produksi, dan atau menambahkan adanya pertimbangan pemakaian produksi sendiri atau menggunakan outsourcing. 7. Pengembangan selanjutnya dalam sub model pemasaran adalah dengan melihat seberapa besar pengaruh kontribusi institusi pendukung dan adanya biaya pemasaran maupun cara-cara pemasaran lainnya. 8. Pengembangan selanjutnya pada sub model permintaan adalah dengan menambahkan asal demand (permintaan) sehingga dapat dilakukan perencanaan secara aggregate dalam produksi yang tidak menimbulkan shortage produk.
140
9. Pengembangan selanjutnya dalam sub model jumlah perusahaan adalah melihat faktor lain yang dapat secara langsung mempengaruhi perubahan jumlah perusahaan inti klaster, misalnya kebijakan pemerintah dan sebagainya.
Selain
itu
juga
dapat
dikembangkan
dengan
mempertimbangkan perubahan jumlah perusahaan pendukung klaster. Sehingga didapatkan jumlah perusahaan klaster secara total baik perusahaan inti maupun perusahaan pendukung. 10. Pengembangan selanjutnya dalam sub model kontribusi institusi pemdukung adalah mempertimbangkan adanya kontribusi lain yang diberikan kepada klaster. Selain itu juga dapat mengukur seberapa besar pengaruh kontribusi kepada kondisi perkembangan klaster. 11. Pengembangan selanjutnya dalam sub model resource sharing adalah dengan menambahkan pertimbangan alokasi tenaga kerja sebagai konsekuesnsi adanya resource sharing.
7.2.2. Saran untuk penelitian selanjutnya : Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut : 1. Pemodelan untuk siklus hidup klaster inisiasi pemerintah memang belum banyak dilaksanakan. Sehingga dapat menjadi satu peluang pengembangan model yang lebih luas cakupan bahasannya. 2. Perlu dikembangkannya pemodelan untuk mengukur kolaborasi antar pelaku klaster secara matematis yang dapat menghasilkan indeks besaran kolaborasi secara kuantitatif. Sehingga dapat mengukur sejauh mana kolaborasi yang telah dijalankan dan keberhasilannya dalam meningkatkan kinerja klaster industri. 3. Pemodelan siklus hidup klaster inisiasi pemerintah dalam penelitian ini hanya dilakukan pada klaster alas kaki. Sedangkan jenis klaster lain yang dikembangkan di Indonesia masih belum dimodelkan. Hal ini merupakan peluang besar dalam mengembangkan model untuk klaster jenis lain.
141
Halaman ini sengaja dikosongkan
142