55
BAB VI PROGRAM PEMBERDAYAA A AK JALA A DI RUMAH SAHABAT A AK PUSPITA 6.1
Deskripsi Kegiatan Pemberdayaan Anak jalanan di Kelurahan Duren Sawit sebagian besar berasal dari
komunitas yang ada di sepanjang bantaran kali yang biasa disebut Empang. Kawasan tersebut pada awalnya adalah rawa-rawa tempat pembuangan sampah terbesar di Duren Sawit, sehingga warga sekitar mendapat penghasilan dengan sampah pungutan disekitar itu. Setelah tempat pembuangan sampah tersebut ditutup, warga sekitar kehilangan mata pencaharian hingga karena keterdesakan kebutuhan hidup mereka pada akhirnya mengemis di komplek-komplek sekitar. Warga Empang sebagian besar adalah warga pendatang yang berasal dari Tegal, Cilacap, Karawang, dan Cirebon. 11 Fenomena lain yang muncul akibat penutupan pembuangan sampah tersebut adalah pengeksploitasian anak untuk ikut turun ke jalan baik untuk mengamen maupun mengemis. Oleh sebab itu kepedulian datang dari para relawan untuk memberdayakan anak-anak jalanan tersebut. Pemberdayaan anak jalanan yang dilakukan oleh Puspita Foundation pada saat ini dilaksanakan di dua tempat yang berbeda, yaitu Rumah Sahabat Anak Puspita dan Sanggar Puspita. Sanggar Puspita berada di daerah Cakung, Jakarta Timur. Sanggar Puspita ini berbentuk Taman Kanak-kanak (TK) dengan nama TK Semai Benih Bangsa Teratai. Sanggar Puspita tidak berbentuk Rumah Singgah karena setelah para pengurus meninjau ulang kebutuhan masyarakat, masyarakat cenderung membutuhkan pendidikan formal dengan biaya yang terjangkau, sedangkan di Rumah Sahabat Anak Puspita dilakukan dalam bentuk Rumah Singgah karena pendidikan formal (TK) sudah ada disana. “Sanggar Puspita sudah ada sejak tahun 2003. Pada awalnya kegiatan yang ada hanya mendampingi anak-anak disekitar belajar calistung dan belajar mengaji. Setelah melihat kondisi masyarakat yang memang membutuhkan pendidikan dengan biaya yang murah maka pada tahun 2007 sanggar tersebut kemudian dibentuk menjadi Taman Kanak-kanak Semai Benih Bangsa (SBB) Teratai.” (Um)
11
Sabar Subekti 2001, ‘Anak Jalanan Jakarta’, Suara Pembaruan 5 Juli, Dalam http://www.suarapembaruan.com/News/2001/07/05/index.htm (Diakses tanggal 14 Juni 2010)
56
Jumlah dana yang dialokasikan oleh pengurus Rumah Sahabat Anak Puspita adalah Rp21.000.000,00 (Dua Puluh Satu Juta Rupiah), tetapi jumlah dana yang dianggarkan oleh PT. Bogasari hanya berjumlah sekitar enam sampai tujuh juta setiap bulannya yang dialokasikan dengan rincian sebagai berikut: Tabel 12. Alokasi Dana Bantuan Bogasari
o 1
2
3 4 5 6
Kebutuhan Biaya pendidikan anak - SMA - SMP - SD Biaya Makan - Lauk Pauk - Beras Perawatan Rumah - Pembersih lantai - Sabun Cuci Biaya Listrik Biaya Telpon Gizi Anak (Susu, Kacang Hijau, Buah) Total
Satuan
Rp. 25.000 x 3 x 30 hari Rp. 260.000,-
Banyak
Jumlah
13 11 6
1.929.000 720.000 210.000
30
2.250.000
2 karung
520.000
5 buah 10 buah
50.000 50.000 150.000 200.000 400.000 6.479.000
Sumber: Data Rumah Sahabat Anak Puspita 6.2
Tahapan Kegiatan Pemberdayaan Anak Jalanan
1.
Perekrutan anak Kapasitas maksimum anak binaan di Rumah Sahabat Anak Puspita adalah
30 orang. Perekrutan anak pada awalnya dilakukan langsung oleh pengurus Rumah Sahabat Anak Puspita baik anak yang ditemui langsung di jalan maupun warga sekitar Rumah Sahabat Anak Puspita yang sudah turun ke jalan. Pada saat ini terjadi perubahan dalam pola perekrutan anak. Anak yang direkrut sebagian besar bukan anak yang sudah turun ke jalan dan menjadi anak jalan tetapi anak dengan kondisi ekonomi yang berpotensi menjadi anak jalanan serta memiliki keinginan kuat untuk belajar. Ada tiga macam perekrutan yang ada di Rumah Sahabat Anak Puspita pada saat ini, yaitu: 1) Melalui pendaftaran langsung Pendaftaran langsung yang dilakukan oleh keluarga anak. Keluarga akan bertemu langsung dengan pengurus Rumah Sahabat Anak Puspita. Adapun tahapan-tahapan yang harus dilewati dalam proses perekrutan ini adalah:
57
(1) Tahap wawancara Pihak keluarga akan diwawancarai oleh pengurus Rumah Sahabat Anak Puspita mengenai latar belakang keluarga anak, kemauan anak untuk belajar, bakat, minat serta prestasi, dan kesanggupan anak tinggal di Rumah Sahabat Anak Puspita. Selanjutnya, pihak Puspita akan menjelaskan aturan main di Rumah Sahabat Anak. (2) Tahap uji coba Anak harus mencoba tinggal di Puspita sebelum anak tersebut dinyatakan masuk terdaftar sebagai anak binaan Puspita. Hal tersebut dilakukan untuk mempercepat proses sosialisasi anak terhadap aturan main yang ada di Puspita sehingga anak pada akhirnya yang memutuskan akan tetap belajar dan tinggal di Puspita atau kembali ke orang tua. (3) Tahap pengambilan keputusan Tahapan ini pimpinan Rumah Sahabat Anak Puspita akan mengambil keputusan apakah anak tersebut diterima sebagai anak binaan atau tidak. Keputusan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan keinginan anak dan pertimbangan ketika anak menjalani masa uji coba. Jika anak dinyatakan dapat menjadi anak binaan maka anak tersebut harus mengisi form pendaftaran yang telah disediakan oleh Rumah Sahabat Anak Puspita. 2)
Program beasiswa Proses perekrutan dengan program beasiswa ini diadakan untuk anak SD
yang akan masuk ke sekolah menengah pertama (SMP). Dalam pelaksanaannya, anak binaan ikut berpartisipasi. Anak binaan akan mendatangi sekolah-sekolah dasar untuk menawarkan program beasiswa ini. Selanjutnya pihak sekolah akan memilih 10 siswa dengan syarat anak berasal dari keluarga tidak mampu tetapi memiliki kemampuan untuk belajar dan memiliki kemampuan untuk itu (pintar). Setelah pihak sekolah memilih calon penerima beasiswa, maka pihak sekolah kemudian mengatur pertemuan antara orang tua murid dengan pihak Yayasan Puspita. Dari pertemuan itu kemudian akan diseleksi siapa yang mendapat kesempatan untuk memperoleh beasiswa. Proses selanjutnya, penerima beasiswa langsung mengisi form pendaftaran, dan mulai tinggal di Rumah Sahabat Anak Puspita untuk melalui melalui tahap uji coba.
58
3)
Rekomendasi anak binaan Proses perekrutan ini relatif lebih singkat. Anak binaan merekomendasikan
baik teman, kerabat, atau tetangganya yang dianggap memenuhi kriteria untuk menjadi anak binaan. Sama seperti pada perekrutan lainnya, anak akan melalui proses uji coba, sebelum akhirnya akan diputuskan anak tersebut dapat diterima sebagai anak binaan atau tidak. 2.
Perancangan program Program yang ada di Rumah Sahabat Anak Puspita sangat bervariatif.
Masing-masing program dirancang berbeda-beda. Program tersebut sebagian dirancang secara partisipatif dengan melibatkan anak binaan. Terdapat beberapa program yang ada di Rumah Sahabat Anak Puspita yang tidak melibatkan partisipasi anak pada perancangan program, biasanya program tersebut wajib diikuti anak binaan. Misalnya program belajar 79. Program di Rumah Sahabat Anak Puspita yang dirancang secara partisipatif dengan melibatkan anak binaan adalah program-program insidental dan/atau program diluar program wajib. Misalnya pada program pendidikan informal seni dan budaya. Hasil pengamatan di lapang, proses perancangan dimulai dengan pertemuan anak binaan serta pendamping maupun pengurus Rumah Sahabat Anak Puspita untuk mendiskusikan minat anak binaan terhadap kesenian apa yang akan dikembangkan. Biasanya ditentukan pula oleh bakat yang dimiliki anak binaan. Pada saat ini program seni yang diadakan di Rumah Sahabat Anak Puspita adalah belajar alat musik yaitu gitar dan keyboard. Pada saat program dirancang, anak binaan berdiskusi dengan tim pengajar (relawan) dipimpin oleh pihak Puspita. Masing-masing anak akan memilih alat musik yang lebih akan dikembangkan. Setelah itu, secara bersama-sama mereka akan menentukan jadwal latihan yang disesuaikan dengan kegiatan rutin yang telah dilaksanakan, terutama disesuaikan dengan jadwal sekolah. Setelah itu, berdasarkan jadwal yang disepakati dilakukan pembagian kelompok belajar agar kegiatan belajar alat musik tersebut lebih terfokus. Perancangan kegiatan-kegiatan yang bersifat insidental diantaranya adalah ulang tahun Rumah Sahabat Anak Puspita, wisuda anak binaan, dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut biasanya dirancang oleh anak binaan
59
sendiri. Anak-anak akan membentuk sebuah panitia acara secara sederhana. Kemudian, mereka belajar mengkoordinasi acara tersebut dan tentu saja masih mendapat arahan dan dibawah pengawasan dan didampingi oleh pengurus Rumah Sahabat Anak Puspita. Hal tersebut diarahkan untuk menumbuhkan partisipasi, kemandirian serta kerjasama antar anak binaan. 2.
Pelaksanaan program Menurut penuturan salah satu anak binaan, secara umum program-program
di Rumah Sahabat Anak Puspita dibagi kedalam tiga periode. Periode pertama adalah masa awal pembentukan Rumah Sahabat Anak Puspita. Pada saat itu ratusan anak jalanan berkumpul di Rumah Sahabat Anak Puspita. Pada siang hari mereka bekerja di jalan dan pada malamnya mereka berkumpul. Pada periode itu program yang diutamakan adalah peningkatan kreativitas dan merubah pola pikir anak karena pendidikan tidak akan berjalan efektif sebelum pola pikir anak dirubah terlebih dahulu. Periode kedua adalah masa pertengahan. Periode ini jumlah anak binaan berkurang karena sebagian anak keluar dari Rumah Sahabat Anak Puspita karena tidak mampu bertahan dengan program pembinaan disana. Pada masa ini program yang dilaksanakan seimbang antara meningkatkan akses pendidikan, merubah pola pikir anak, serta program keterampilan. Terakhir adalah periode ketiga, yaitu periode pada masa kini. Saat ini program pendidikan lebih diutamakan. Anak binaan terdiri dari anak yang masih bertahan dari periode pertama serta anak-anak yang baru menjadi anak binaan. Pada periode ini sebagian besar anak binaan merupakan anak yang rentan menjadi anak binaan. “Sebenernya Kak, dulu pas awal berdiri lebih banyakan kegiatannya keterampilan, mungkin karena orangnya dulu banyak, masih susah diatur, dan bener-bener asli dari jalanan. Abis itu pas tahun 2004 kegiatannya mulai banyak belajarnya, tapi pas saat itu keterampilannya juga masih banyak diajarin, terus ada acara uji mentalnya juga. Sekarang kegiatannya mulai dibanyakin belajarnya, keterampilan kadang-kadang aja, jadi lebih seru dulu” (Imw).
60
Terdapat
berbagai
program
yang
dilaksanakan
dalam
konteks
pemberdayaan anak jalanan di Rumah Sahabat Anak Puspita. Setiap tahun kegiatan di Rumah Sahabat Anak Puspita berubah untuk menghindari kejenuhan dari anak binaan serta disesuaikan dengan kebutuhan. Secara garis besar programprogram tersebut tersaji pada tabel di bawah ini. Tabel 13. Program Pemberdayaan di Rumah Sahabat Anak Puspita Tujuan Pemberdayaan 1. Merubah pola pikir anak
Program Pemberdayaan Pelatihan yang diarahkan pada peningkatan softskill Pendidikan formal
2. Meningkatan akses anak terhadap pendidikan
Beasiswa Pendidikan alternatif Pendidikan informal
3. Meningkatkan keterampilan anak
Pelatihan Kewirausahaan
1)
Jenis Kegiatan Kepribadian dan etika bermasyarakat Pendidikan SD-SMA Beasiswa pendidikan di perguruan tinggi Asrama dan outdoor Seni dan Budaya Kursus keterampilan Talkshow Melukis Kemandirian dan kewirausahaan
Merubah Pola Pikir Anak Pola pikir adalah kecenderungan manusiawi yang dinamis, ia dapat
mempengaruhi siapa saja, dapat membantu, dapat pula merugikan. Ada beragam pola pikir manusia. Ada pola pikir positif dan adapula pola pikir yang cenderung negatif. Pola pikir yang merusak diri ternyata dapat dirubah sehingga kita dapat bekerja dengan lebih baik, dapat menguatkan sesama, pemaaf, mandiri, dapat mengekspresikan diri dan punya cita-cita.12 Pola pikir anak jalanan cenderung pesimis dan bergantung kepada orang lain. Merubah pola pikir anak tidak mudah dan sulit untuk dilakukan dalam jangka waktu pendek. Oleh sebab itu harus dilakukan dengan pendekatan khusus melalui peningkatan softskill yang dilakukan di dalam Rumah Sahabat Anak. Dalam hal ini, pendidikan yang diajarkan adalah program kepribadian dan etika bermasyarakat. Program kepribadian yang diajarkan di Rumah Sahabat Anak Puspita adalah penguatan kejiwaan dengan kegiatan kontemplasi (renungan di sepertiga malam), sharing, diskusi, kegiatan yang dilakukan untuk memotivasi anak seperti 12
Donna Willams 2004, Merubah Pola Pikir [Ch anging Mindset] , Dalam http://puterakembara.org/archives3/00000024.shtml (Diakses Tanggal 1 September 2010)
61
nonton bareng acara MTGW (Mario Teguh Golden Ways), serta kegiatan keagamaan. Keagamaan adalah sisi terpenting dari peningkatan kualitas spiritual. Rumah Sahabat anak Puspita mengajarkan agama Islam karena mayoritas dari anak binaan beragama Islam. Walaupun demikian, anak binaan yang memiliki agama yang berbeda tetap diberikan toleransi yang tinggi untuk menjalankan agamanya. Hal tersebut seperti yang dialami oleh salah satu anak binaan yang beragama protestan. Selain mengajarkan toleransi beragama, para relawan Rumah Sahabat Anak Puspita juga mengajarkan hubungan antaragama serta hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya (Majid, 2008). “Teman-teman saya di luar teman Puspita juga banyak yang nakutnakutin Kak, kata mereka ini kan yayasan Islam nanti saya akan dipaksa untuk masuk agama Islam juga, Tapi ternyata tidak Kak, justru pendamping marah kalau hari Minggu saya tidak ke gereja” (Wly) “Saya sangat bersyukur bisa masuk Puspita. Disini saya diajarin bacabacaan sholat, mengaji, doa-doa, dan hapalan Al-Quran. Sebelumnya saya benar-benar buta agama, di Rumah saya tidak pernah diajarin agama.” (Dck)
Peningkatan
softskill
juga
dilakukan
dengan
mengajarkan
etika
bermasyarakat. Hal ini penting karena softskill merupakan kemampuan seseorang untuk beradaptasi dan berkomunikasi dimana pun berada. Kegiatan ini penting untuk mengajarkan anak binaan bagaimana etika bermasyarakat seperti aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya, dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk sehingga perilaku anak binaan dapat diterima dan sesuai dengan norma-norma yang berada di masyarakat.
2)
Meningkatan Akses Anak terhadap Pendidikan Sesuai dengan misi yang diemban Rumah Sahabat Anak Puspita yaitu
anak mendapatkan pendidikan yang berkualitas, oleh sebab Rumah Sahabat Anak Puspita berusaha untuk meningkatkan akses anak terhadap pendidikan melalui pemberian biaya pendidikan gratis. Pendidikan gratis tersebut terbagi menjadi tiga, yaitu:
62
(1)
Pendidikan Formal Merupakan pendidikan gratis bagi anak binaan yang duduk di bangku
Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Biaya pendidikan yang ditanggung oleh Rumah Sahabat Anak Puspita adalah seragam sekolah, alat tulis, buku-buku referensi, serta biaya sekolah. (2)
Beasiswa Program beasiswa pada prinsipnya hampir sama dengan pendidikan
formal. Hanya saja adalah program ini disediakan untuk anak binaan yang akan memasuki pendidikan lanjutan ke perguruan tinggi. (3)
Pendidikan alternatif Pendidikan alternatif adalah pendidikan yang diadakan di Rumah Sahabat
Anak diluar pendidikan formal. Pendidikan alternatif ini dilaksanakan dalam bentuk kegiatan 79. Kegiatan 79 adalah kegiatan wajib belajar yang dilaksanakan dari jam 19.00 sampai 21.00 WIB. Pada jam tersebut, anak binaan tidak boleh keluar dari Rumah Sahabat Anak Puspita, tidak boleh menonton TV, dan diwajibkan untuk belajar. Kegiatan belajar yang dilakukan berupa tutorial untuk pelajaran Bahasa Inggris, matematika, dan IPA. Selain tutorial, kadang-kadang anak binaan membentuk kelompok belajar untuk diskusi, membaca, menghafal, atau mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR). Selain itu, khusus setiap Selasa malam, anak binaan wajib belajar bahasa Inggris yang didampingi oleh relawan khusus, yaitu Miss Rebeca. Kegiatan lain yang termasuk kedalam pendidikan alternatif adalah magang yang diadakan oleh Rumah Sahabat Anak Puspita. Kegiatan magang ini dilaksanakan oleh anak binaan yang duduk di bangku SMP untuk mengisi liburan semester. Magang dilaksanakan di mitra Rumah Sahabat Anak Puspita, diantaranya di pertanian Cianjur, kantor radio, bengkel, tempat kerajinan di Depok, dan di banyak tempat lainnya. Magang ini dilaksanakan agar anak binaan dapat merasakan dunia kerja. Kegiatan pendidikan alternatif lainnya adalah kelompok belajar mengaji bagi anak usia empat sampai dua belas tahun. Kegiatan ini dilaksanakan pada sore hari setelah sholat Ashar sampai menjelang Maghrib. Kegiatan ini dibimbing oleh anak binaan yang sudah duduk di bangku SMP dan SMA. Kegiatan pokoknya
63
adalah belajar mengaji. Setelah itu anak-anak diajarkan calistung bagi anak yang belum atau baru masuk SD serta pelajaran matematika dan bahasa Inggris bagi anak yang sudah masuk SD. Selain itu, ada juga kegiatan ekstrakurikuler bagi anak-anak mengaji tersebut diantaranya adalah kelas komputer, kelas vokal, dan kelas gambar. 3)
Meningkatkan Keterampilan Anak Peningkatan keterampilan sangat penting guna mengembangkan potensi
yang dimiliki oleh seorang anak. Terdapat beragam keterampilan yang diajarkan di Rumah Sahabat Anak Puspita kepada anak binaan. Keterampilan yang diajarkan meliputi: (1) a)
Pendidikan informal Seni dan Budaya Program seni budaya yang dikembangkan di Rumah sahabat anak Pusita
adalah seni musik (gitar dan keyboard), teater, dan lain sebagainya. Pada saat ini program yang berjalan adalah belajar alat musik yaitu gitar dan keyboard yang dilaksanakan pada hari senin-kamis. Program ini didampingi oleh dua orang relawan yang sedang melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) dari STT (sekolah Tinggi Theologi) Jakarta. Sesuai dengan kesepakatan program ini akan dilaksanakan selama dua bulan dari bulan juni-juli. b)
Kursus keterampilan Kursus keterampilan yang dikuti oleh anak binaan Rumah Sahabat Anak
puspita sudah sangat banyak. Keterampilan tersebut diantaranya adalah sablon, photograper, menjahit, handy craft, montir, komputer, dan lain-lain. d)
Talkshow Kegiatan ini dilaksanakan setiap kamis malam dari jam 19.00 sampai
21.00 WIB. Dalam kegiatan ini anak-anak berlatih berkomunikasi di depan khalayak. Peserta talkshow adalah anak binaan Rumah Sahabat Anak Puspita. Talkshow terkadang menggunakan bahasa Inggris untuk mengembangkan kemampuan bahasa Inggris anak binaan. Anak binaan akan menyiapkan kegiatan ini, mendekor panggung, menyiapkan meja, dan secara bergantian mereka akan menjadi pembicara setiap minggunya. Topik yang yang dibawakan beragam, mulai dari isu budaya, pendidikan, dan lain sebagainya. Setelah acara selesai, akan
64
diadakan evaluasi yang dilakukan pertama oleh anak binaan dan kemudian evaluasi dilakukan oleh pendamping. e)
Melukis Melukis/menggambar dan mewarnai dilaksanakan setiap jumat malam
dibimbing oleh pendamping khusus. Kegiatan ini tidak hanya melibatkan anak binaan akan tetapi anak-anak mengaji biasanya ikut belajar mewarnai. (2)
Pelatihan kewirausahaan Dalam rangka meningkatkan kemandirian anak binaan, Rumah Sahabat
anak Puspita mengadakan program kewirausahaan. Salah satu programnya adalah dengan mengadakan bimbingan kewirausahaan yang dilakukan dengan tujuan: -
Meningkatkan sikap mental hidup mandiri
-
Meningkatkan semangat kewirausahaan
-
Meningkatkan optimisme dan kepercayaan anak binaan
Secara lebih spesifik, menurut Komaruddin (2006) dalam Majid (2008) menyatakan bahwa bimbingan kewirausahaan yang diberikan kepada anak binaan dilakukan agar mereka mampu hidup mandiri, tidak lagi menggantungkan hidup kepada orang lain di jalanan, serta mempunyai skill, bermental produktif, serta memiliki kesabaran, kesadaran dan semangat juang untuk maju dan memperbaiki keadaan.13 Setelah mendapat bimbingan, anak binaan kemudian mempraktekan belajar berwirausaha ketika liburan sekolah tiba. Anak binaan memproduksi es mambo, peyek, dan lain sebagainya untuk kemudian dipasarkan oleh mereka sendiri. Pola pemasaran yang mereka lakukan adalah dengan menjajakannya sendiri dan menyimpan di warung-warung sekitar Rumah sahabat Anak Puspita. Hingga saat ini usaha es mambo tersebut masih dijalankan oleh tiga anak binaan Rumah Sahabat Anak Puspita. Pihak Rumah Sahabat Anak Puspita pun sangat mendukung semangat ketiga anak binaan tersebut untuk berwirausaha dengan memberikan mereka modal berupa modal usaha serta lemari pendingin (kulkas). Pada saat ini program-program keterampilan hanya dilaksanakan pada saat liburan jika ada relawan baru yang mengajarkan keterampilan baru.
13
Kommaruddin 2006, ‘Kreatifitas Anak Hebat’, Sirumput Buletin Dwi Mingguan, e. 30, 21 Januari
65
“keterampilan sudah sagat banyak, jadi sekarang hanya dilaksanakan pada saat liburan saja” (Ang)
Rumah Sahabat Anak Puspita menerapkan berbagai peraturan yang harus dipatuhi oleh semua anak binaan tanpa terkecuali untuk menegakkan kedisiplinan anak binaan. Aturan-aturan tersebut memang bukan aturan tertulis, tetapi lebih ke norma yang harus dipahami anak binaan. Kegiatan lainnya yang selalu menjadi kegiatan paling disukai anak binaan adalah liburan dan jalan-jalan. Liburan dilaksanakam ketika liburan sekolah, biasanya berlibur ke Ancol, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Dunia Fantasi (Dufan), dan banyak tempat lainnya. Liburan yang menjadi agenda tahunan adalah menginap di villa di daerah Cianjur setiap selesai lebaran. Terdapat pula kegiatan-kegiatan pelatihan yang diikuti oleh anak binaan, misalnya pelatihan pertanian organik, pelatihan pengajar komputer, dan lain sebagainya. “..kalau aku paling seneng kalau udah jalan-jalan atau liburan Kak. Keluarga saya mana pernah ngajak saya buat jalan-jalan.” (Nv)
3.
Pemantauan Pemantauan dilakukan setiap hari agar setiap kegiatan anak baik diluar
maupun di dalam Rumah Sahabat Anak dapat dipantau. Selain itu, pemantauan diperlukan agar pendamping mengetahui sejauhmana perkembangan anak binaan baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Pendamping akan secara bergiliran akan memantau anak binaan. Pemantauan juga dilakukan oleh para donatur. Donatur akan datang secara rutin berkala setiap sebulan sekali untuk melihat perkembangan anak binaan. Pemantauan tersebut bersifat kekeluargaan, biasanya dilakukan hanya dengan mendengarkan anak binaan bercerita.
4.
Evaluasi Evaluasi yang dilakukan dibagi menjadi dua, evaluasi kegiatan (event)
yang dilaksanakan secara insidental dan evaluasi harian. Evaluasi kegiatan yang dilaksanakan secara insidental dilakukan dengan melibatkan anak binaan. Misalnya pada acara ulang tahun Rumah Sahabat Anak Pusita yang ke-10 yang dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2010.
66
Pada saat itu acara ulang tahun berlangsung meriah dengan mengundang anak-anak kelompok belajar mengaji dan orang tua anak binaan, pihak-pihak yang berhubungan dengan yayasan (donatur) serta masyarakat sekitar. Setelah acara selesai, anak binaan, pengurus dan pendamping di Rumah Sahabat Anak Puspita, serta beberapa alumni Rumah Sahabat Anak Puspita berkumpul untuk mengadakan evaluasi kegiatan tersebut. Evaluasi kegiatan yang bersifat insidental dilakukan oleh anak binaan secara bergantian. Pada acara itu, evaluasi kegiatan secara keseluruhan dilakukan oleh salah seorang anak binaan yang sebelumnya sudah ditunjuk. Anak binaan kemudian mengevaluasi kegiatan tersebut mulai dari tahap persiapan sampai acara selesai secara detail. Setelah itu, evaluasi dilakukan oleh pengurus dan pendamping Rumah Sahabat Anak Puspita. Pengurus menguraikan beberapa kekurangan pada saat acara berlangsung, akan tetapi tetap memberikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh anak binaan yang telah menyusun acara dengan baik. Selesai mengevaluasi, pimpinan memberikan kesempatan kepada anak binaan yang lain serta semua yang ada di acara evaluasi untuk mengevaluasi acara yang telah berlangsung tersebut. Evaluasi harian adalah evaluasi yang dilakukan secara rutin setiap hari pada kegiatan harian anak jalanan. Dilakukan dalam situasi informal biasanya berupa teguran langsung yang dilakukan kepada anak binaan yang melanggar peraturan atau melakukan kesalahan. Evaluasi harian dilakukan baik oleh para pendamping, pengurus, maupun anak binaan sendiri.
6.3
Analisis Pemberdayaan Anak Jalanan Pemberdayaan terhadap anak jalanan yang dilakukan oleh Rumah Sahabat
Anak Puspita pada dasarnya sudah berhasil memberdayakan anak-anak binaan. Keberhasilan tersebut terlihat dari partisipasi dan kemandirian anak binaan, serta keberlanjutan program di Rumah Sahabat Anak Puspita. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Craig and Mayo (1995) dalam Nasdian (2003), bahwa “empowerment is road to participation”, pemberdayaan anak jalanan ini akan mendorong timbulnya partisipasi untuk menumbuhkan kemandirian anak binaan.
67
(1)
Partisipasi Pendamping berusaha melibatkan partisipasi aktif anak binaan dalam
setiap kegiatan, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai tahap evaluasi. Anak binaan selalu dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan pada tahap perencanaan, diikutkan dalam setiap pelaksanaan program, ikut terlibat dalam tahap evaluasi, serta turut menikmati hasil. Partisipasi anak binaan juga dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. Harapannya, partisipasi anak binaan dapat pula meningkatkan daya kreatif dan kesadaran untuk berpikir kritis. Walaupun demikian, pada sebagian anak binaan (biasanya terjadi pada anak binaan baru) partisipasi anak binaan belum sepenuhnya atas kesadaran pribadi. Rasa segan dan perasaan untuk membalas budi membuat anak binaan cenderung untuk menerima. Hal tersebut yang mengakibatkan partisipasi pada sebagian anak binaan bersifat semu. “Apapun kegiatan yang diberikan saya ikut saja, saya tidak pernah nolak, gak enak, udah ada disini aja saya sudah bersyukur banget. Lagian pasti kegiatan-kegiatan yang diberikan kepada kita itu bermanfaat buat kita” Contoh
kegiatan
sehari-hari
yang
secara
tidak
langsung
dapat
menumbuhkan partisipasi anak binaan menurut hasil pengamatan adalah dengan memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk memimpin doa setelah selesai shalat fardhu secara bergantian. Anak perlahan-lahan memiliki kesadaran untuk melakukannya tanpa perintah, sehingga setiap hari anak binaan akan bergiliran. (2)
Kemandirian Kemandirian secara harfiah adalah suatu sikap yang lebih menitikberatkan
kepada kemampuan diri tanpa bergantung kepada orang lain. Kemandirian setiap anak binaan di Rumah Sahabat Anak Puspita berbeda, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal paling besar yang mempengaruhi adalah keinginan anak untuk berubah. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh adalah faktor lingkungan dan waktu (lama anak binaan berada di Rumah Sahabat Anak Puspita). Terdapat perbedaan antara anak binaan dalam hal kemandirian berdasarkan perbedaan waktu atau lama mereka berada di Rumah Sahabat Anak Puspita. Anak yang baru tinggal
68
belum dapat dikatakan mandiri walaupun anak binaan sudah melakukan semuanya tanpa diperintah. Misalnya, merapihkan kamar. Berikut perbedaan anak binaan yang baru dan sudah lama berada di Puspita: Anak baru: “Lagi beresin lemari Kak, sekarang kan hari Sabtu, biasanya ummi dan Pak Aang nginep, suka diperiksa lemari, kalau ngga rapi takut diomelin” (Nv) Anak lama: “Tari, kalau pagi-pagi tuh harus mandi biar seger, kalau ada pakaian kotor jangan ditumpuk nanti banyak nyamuk, baju sudah kering langsung dilipetin, jangan ditumpuk ya, biasakan untuk selalu rapih, biar kamar kita nyaman” (Imw)
Dari percakapan diatas dan dari hasil pengamatan yang dilakukan, anak binaan yang masih baru cenderung melakukan sesuatu bukan atas dasar kesadaran diri sendiri, melainkan menganggap itu sebagai sebuah aturan, dan jika tidak dilakukan akan mendapatkan sanksi. Berbeda dengan anak binaan yang sudah beberapa tahun ada disana, anak binaan sudah dapat menginternalisasikan aturanaturan tersebut dalam kehidupan sehari-hari tanpa keterpaksaan. Kemandirian pada sebagian anak binaan sudah dapat terbentuk baik dari segi kemandirian material, kemandirian intelektual, maupun kemandirian manajemen. Secara materi, beberapa anak binaan mulai belajar berwirausaha dengan memproduksi es mambo dan peyek yang kemudian dijual ke masyarakat sekitar. “...waktu itu ada kakak-kakak PKL yang ngajarin bikin es mambo, es mambonya enak lho Kak, bukan kaya es yang dijual kebanyakan. Nah, akhirnya Mbak Irma, Mbak Yuni, sama Mbak Fitri bikin usaha itu. Sampai sekarang masih jalan usahanya, tapi udah gak dititip ke warungwarung lagi. Kalau ada yang mau beli langsung kesini sekarang” (Nv)
Walaupun demikian, sebagian besar anak masih belum dapat mandiri secara material. Anak binaan masih bergantung kepada uang harian yang disediakan oleh Rumah Sahabat Anak Puspita untuk memenuhi kebutuhan materinya. “Ya, gimana nih pak Aang ngga kesini, bagaimana nasib kita besok? Ummi nitip uang jajan ngga ya sama Bayu?” (Fn)
69
Kemandirian intelektual terealisasi pada sebagian anak binaan dengan adanya kesadaran untuk belajar. Pada masa awal pemberdayaan anak-anak diwajibkan untuk belajar khususnya pada jam wajib belajar (79). Pada saat ini, anak binaan belajar bukan hanya pada jam wajib belajar akan tetapi jika ada waktu luang anak binaan dengan kesadaran sendiri mereka akan belajar. Kemandirian manajemen merupakan kemampuan otonom untuk membina diri. Kemandirian anak binaan tercermin dalam beberapa hal seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini: Tabel 14. Kemandirian manajemen anak binaan Rumah Sahabat Anak Puspita
o 1 2
Pola Kesadaran Sadar akan peraturan Sadar beribadah
3
Sadar mandi
4
Sadar beristirahat
5
Sadar menabung Sadar berperilaku setia kawan Sadar untuk bersosialisasi dengan masyarakat/ lingkungan sekitar
6 7 8
Sadar akan kebersihan
9
Sadar untuk hidup lebih baik
Deskripsi Anak binaan sudah berperilaku sesuai dengan aturan Anak binaan mentaati ajaran agama Anak binaan sadar untuk berperilaku hidup sehat dengan mandi minimal dua kali sehari Anak binaan sadar untuk berperlaku hidup sehat dengan tidur pada jamnya Anak binaan sadar untuk berperilaku hidup hemat Anak binaan sadar untuk berperilaku tolong-menolong antar sesama teman Anak binaan sadar menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri dan mengikuti sistem sosial yang ada di masyarakat Anak binaan sadar untuk berperilaku menjaga kebersihan pakaian dan tempat tinggal Anak binaan sadar untuk berperilaku merubah hidup menjadi lebih baik
Perilaku-perilaku yang diidentifikasikan sebagai cermin dari kemandirian manajerial anak binaan masih sulit dilaksanakan. Rumah Sahabat Anak Puspita membuat berbagai peraturan untuk mendorong kemandirian manajemen anak. Lambat laun anak binaan akan mampu membina diri dengan sendirinya karena perilaku-perilaku tersebut telah terinternalisasi dalam diri anak binaan. Misalnya kesadaran untuk mandi. (3)
Keberlanjutan Keberlanjutan adalah kontinuitas suatu program pemberdayaan yang
dilakukan di Rumah Singgah yang teridentifikasi dengan adanya kader-kader penerus baik internal maupun eksternal. Kader-kader penerus ini terbentuk secara tidak langsung akibat proses pemberdayaan yang ada di Rumah Sahabat Anak Puspita. Para pendamping pada dasarnya mengarahkan anak binaan untuk selalu memberikan pelayanan dan/atau berbuat baik kepada sesama dalam bentuk
70
apapun dan bagaimanapun. Selain itu, anak binaan sudah terbiasa berada di lingkungan yang melakukan pemberdayaan. Hal tersebut yang kemudian akan menumbuhkan jiwa sosial yang tinggi pada anak binaan. “Saya tidak pernah mengharuskan anak-anak binaan untuk meneruskan program pemberdayaan disini, tetapi saya selalu menekankan kepada mereka, berikanlah pelayanan kepada sesama, dimana pun dan apapun bentuknya, maka Tuhan akan sayang sama kita. Saya mengaharapkan mereka dapat mendirikan Puspita-Puspita lainnya.” (Ang) “Saya ingin tetap disini, memberikan apa yang dapat saya berikan, mengajarkan apa yang dapat saya ajarkan kepada anak-anak disini” (Imw)
Kemandirian yang telah dicapai oleh Rumah Sahabat Anak Puspita akan mendukung pula keberlanjutan pemberdayaan yang dilakukan. Yayasan ini mampu mengembangkan jejaring dengan baik secara individu, organisasi, instansi, maupun kelembagaan. Rumah Sahabat Anak Puspita membuka akses anak binaan atas bantuan profesional, teknis, fasilitas, serta insentif lainnya agar anak binaan dapat terhubung dengan orang-orang kompeten di bidang-bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan anak. Misalnya, anak binaan yang memiliki minat dan bakat mendongeng akan diikutkan dalam berbagai acara mendongeng dengan pihak yang berkompeten dibidang mendongeng, misalnya Sidik Budianto. Sidik Budianto adalah pendongeng keliling nusantara, melalui situs jejaring sosial yang dimiliki Rumah Sahabat Anak, beliau selalu mengundang untuk belajar mendongeng serta dengan intens memberikan tips-tips mendongeng. Mensinergikan strategi komprehensif pemerintah, pihak-pihak lain yang terkait dan partisipasi warga merupakan hal penting dalam sebuah pemberdayaan. Sebagai sebuah pemberdayaan anak jalanan melalui program CSR Rumah Singgah, pihak-pihak yang seharusnya bersinergi adalah pihak perusahaan (swasta), pemerintah, dan masyarakat. Pada pelaksanaannya mensinergikan ketiga pihak-pihak yang berkepentingan tersebut merupakan hal yang tidak mudah. Pemberdayaan yang dilakukan oleh yayasan Puspita belum bersinergi dengan pemerintah setempat (Kelurahan). Keadaan seperti inilah yang menimbulkan rasa saling curiga dan acuh terhadap program pemberdayaan ini.
71
“Saya tidak bisa berkomentar apa-apa, karena kami tidak tahu tentang Rumah Sahabat Anak Puspita, terlebih lagi di kelurahan kami tidak ada anak jalanan, mungkin itu masuk ke kelurahan yang lain.” (Syt- pihak kelurahan) “Kami sudah pernah mengurus ini ke Kelurahan, tapi itu pada periode kepengurusan Tahun 2000-an, sebelum kepala Lurahnya berganti, Kelurahan sangat mendukung program kami pada waktu itu. Akan tetapi, pada saat formasi di kelurahan berubah, data Kami juga entah ada dimana, dan kami tidak bisa menunggu mereka dengan birokrasi mereka yang rumit untuk melakukan pemberdayaan.” (Srj) “Pemberdayaan yang dilakukan di Rumah Sahabat Anak Puspita itu sangat bagus, anak-anak disana disekolahkan, diajarin keagamaan, diajarin banyak keterampilan, kemudian, pada waktu daerah kami banjir, Puspita yang banyak membantu, baik penyediaan makanan maupun tempat pengungsian, kami sangat mendukung kegiatan disana, akan tetapi terkadang ada warga yang mengemukakan kekhawatirannya anakanak akan berpindah keyakinan karena banyak bule dan donatur yang berbeda keyakinan datang dan mengajar. Oleh sebab itu, yang saya harapkan pihak Puspita lebih terbuka, sehingga tidak muncul berbagai isu di warga” (ket. RW 13)