BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan Bertolak dari rumusan persolan penelitian, hasil analisis dan hasil interpretasi data penelitian yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Proses marjinalisasi wanita dalam surat kabar, khususnya SKHU Pos Kupang seperti yang dikemukakan oleh Roger Fowler dkk, terjadi melalui proses manipulasi tata bahasa yang selalu berdampak pada timbulnya asosiasi negatif terhadap pihak wanita dan menyamarkan atau bahkan menghilangkan kesalahan pelaku perbuatan (laki-laki). Sebagaimana diuraikan Fowler, proses manipulasi tata bahasa tersebut berlangsung melalui tiga cara, yaitu: pertama, pilihan kosa kata untuk menggambarkan peristiwa asusila. Dari pilihan kata yang ditemukan dalam berita-berita SKHU Pos Kupang, asosiasi umum yang ditimbulkan oleh diksi penulis berita lebih mengarah pada perendahan nilai kemanusiaan korban dan pemakluman perbuatan pelaku. Contoh kasus ini dapat dilihat pada interpretasi kosa kata untuk menggambarkan peristiwa, tepatnya pada kata penggiliran (bentuk peristiwa dari kata digilir), Penjualan (bentuk peristiwa dari kata dijual) dan kata penghamilan (bentuk peristiwa dari kata dihamili). Kedua, pilihan kosa kata untuk menamakan aktor-aktor yang terlibat dalam peristiwa asusila. Pilihan kata untuk menamakan korban perbuatan dalam berita-berita asusila SKHU Pos Kupang yang dianalisis dalam penelitian ini umumnya membawa asosiasi negatif pembaca atas diri korban. Contoh kosa kata yang membawa asosiasi negatif atas diri korban tersebut dapat dilihat pada interpretasi kosa kata untuk menamakan aktor-
aktor yang terlibat dalam peristiwa asusila, khususnya pada kata-kata seperti: gadis pemulung, siswi SMA, wanita asal Jakarta, ABG (Anak Baru Gede), dan lain-lain. Sementara sebutan yang dikenakan untuk pelaku perbuatan yang seharusnya menanggung dampak perbuatannya malah mendapatkan perlakuan yang sebaliknya, yaitu menamakannya dengan pilihan kata yang mengandung asosiasi yang lebih positif. Tidak jarang juga pelaku diberi sebutan dengan identitas yang semakin menyamarkan asusila yang telah dilakukannya. Contoh penamaan yang berpihak pada pelaku perbuatan yang seharusnya dipersalahkan ini dapat dilihat pada interpretasi kosa kata untuk menamakan pelaku, khususnya pada kosa kata: dua pemuda, Sukarno dan sepupu. Ketiga, bentuk kalimat judul berita.
Dari lima kalimat judul berita yang
dianalisis peneliti, empat kalimat judul berita di antaranya ditulis penulis berita dalam bentuk kalimat pasif. Dari empat kalimat berita tersebut, dua kalimat judul berita disertakan dengan objek pelaku, sementara itu dua kalimat yang lain tidak disertakan objek pelaku karena kalimat pasif tidak selalu menuntut objek. Teknik pembentukan kalimat sebagaimana diuraikan tersebut, menurut Fowler dkk sebagai upaya untuk menyamarkan atau menghilangkan peran pelaku dalam peristiwa asusila. Demikian bentuk-bentuk marjinalisasi wanita dalam berita-berita asusila SKHU Pos Kupang bila dilihat dari kerangka analisis yang dirancang Roger Fowler dkk. b) Selain pemakaian diksi dan bentuk kalimat dalam berita SKHU Pos Kupang yang memarjinalkan wanita, terdapat juga pemakaian diksi dan bentuk kalimat yang netral atau cukup berpihak pada wanita. Contoh praktek tersebut dapat dilihat pada pemakaian kosa kata pencabulan (bentuk peristiwa dari kata dicabuli dan cabuli). Dalam hal penamaan aktor, untuk pelaku perbuatan asusila acap kali juga digunakan nama diri
yang mempunyai nilai punistment tersendiri bagi pelaku perbuatan asusila sebagaimana diuraikan pada bagian interpretasi kosa kata untuk menamakan aktor-aktor yang terlibat dalam peristiwa asusila. Selain itu, dalam pembentukkan kalimat judul berita, terdapat juga penggunaan bentuk kalimat aktif yang turut juga menyertakan aktor perbuatan dalam judul berita. c) Selain kosa kata yang berasosiasi memarjinalkan dan netral, penelitian ini juga menemukan penggunaan kosa kata yang bermakna mendua atau memiliki dualisme makna. Di satu pihak, makna kata tersebut berimplikasi melegitimasi asumsi bahwa wanita dimarjinalkan dalam berita ini, di lain pihak berlaku sebaliknya, terjadi pembelaan atas nasib wanita yang dilakukan oleh si penulis berita. Contoh peristiwa ini terdapat pada interpretasi kosa kata untuk menggambarkan peristiwa, khususnya pada poin A dan poin D, yaitu penggunaan kata penggiliran dan penjualan. Selain itu, kasus serupa juga dapat dilihat pada bagian interpretasi kosa kata untuk menamakan pelaku, khususnya pada kosa kata sepupu.
6.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, peneliti menyarankan beberapa saran yang dipandang perlu untuk pengembangan akademik dan penanganan masalah praktis dalam realitas kehidupan bermasyarakat dalam kaitan dengan penanganan problem marjinalisasi wanita dalam wacana media massa, di antaranya: a) Untuk kegunaan akademik. Studi tentang media massa, khususnya bahasa media massa merupakan sebuah bidang kajian yang syarat makna. Dengan mempelajari bahasa media
massa, di samping dapat semakin mempertajam kemampuan analisis dan interpretasi seorang peneliti, dengan mempelajari bahasa media massa juga pengetahuan tentang makna terdalam dari sebuah berita sebagai representasi dari ideologi dan nilai-nilai yang dianut sebuah media juga dapat diperoleh. Lebih lanjut, dengan mempelajari bahasa media massa juga gambaran tentang situasi sebuah masyarakat dan nilai-nilai yang dianutnya dapat diperoleh pula. Karena itu, untuk memperoleh kemampuan dan gambaran akan fenomena media massa dan masyarakat di sebuah wilayah tertentu, bidang analisis wacana ini dapat dijadikan sebagai suatu rujukan terbaik untuk menjawab pertanyaan dan rasa ingin tahu akan hal-hal sebagaimana disebutkan di atas. Dengan demikian, sangat diharapkan agar ke depan studi-studi tentang media massa, khususnya tentang isi media harus terus ditingkatkan. b) Untuk kegunaan praktis. Problem marjinalisasi wanita dalam wacana media merupakan sebuah persoalan ketidakadilan dalam masyarakat yang sudah jelas terbukti dan tidak dapat dibiarkan berkembang terus-menerus. Untuk itu, kritik dan perbaikan yang diarahkan ke media massa harus terus dilancarkan untuk membangun iklim persamaan antara pria dan wanita.
DAFTAR PUSTAKA
Eriyanto, Analisis Wacana-Pengantar Analisis Teks Media LKiS: Yogyakarta, 2001
-----------, Analisis Framing-Konstruksi, Ideologi dan politik media LKiS: Yogyakarta, 2001
Fajri, Em Zul dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Difa Publisher: Bandung
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif Gaung Perkasa (GP Press): Jakarta, 2009
Ibrahim, Abdul Syukur, Analisis Wacana-Teori Dan metode Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2007
Ibrahim, Abdul Syukur, Metode Analisis Wacana Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2009
Keraf, Goris, Argumentasi dan Narasi Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2001
---------------, Diksi dan Gaya Bahasa-Komposisi Lanjutan I- Edisi Yang Diperbaharui Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2009
Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif-Edisi Revisi Remaja Rosdakarya: Bandung, 2009
Purba, Amir, Menyelami Analisis Wacana Melalui Paradigma Kritis Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU: Medan, 2007
Ruslan, Rosadi, Metode Penelitian-Public Relation dan Komunikasi` Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2008
Santoso, Anang, Jejak Halliday Dalam Linguistik Kritis Dan Analisis Wacana Kritis Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang: Malang, 2008
Sobur, Alex, Analisis Teks Media Remaja Rosdakarya: Bandung, 2001
Suseno, Franz-Magnis, Pemikiran Karl Marx-Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2003
Surat Kabar:
Jahang, Benny, “Gadis Pemulung Digilir Dua Pemuda”,Pos Kupang, Kamis, 1 Oktober 2009
-------------------, “Ajak Lari Pagi, Sukarno Cabuli FM”, Pos Kupang, Selasa, 13 Oktober 2009
-------------------, ” Siswi SMA Dicabuli hingga Hamil”, Pos kupang, Rabu, 21 Oktober 2009
-------------------, “Wanita Asal Jakarta Nyaris Dijual ke Sejumlah Pejabat”, Pos kupang, Senin, 26 Oktober 2009
-------------------, “ABG Dihamili Sepupu”, Pos Kupang, Selasa, 27 Oktober 2009
Suryani, “Absensi Perempuan Timur dalam Percaturan Peolotik” Pos Kupang, 2003
13 Mei