[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1
Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan
agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat dalam melaksanakan kegiatan atau pekerjaan yang berpedoman pada perencanaan, serta melakukan tindakan koreksi dan perbaikan atau penyesuaian bila terjadi penyimpangan pada pelaksanaan. Sedangkan
pengendalian
pekerjaan
merupakan
kegiatan
bimbingan,
pemberian instruksi, dorongan dan mengadakan koordinasi berbagai pekerjaan oleh pimpinan kepada bawahan agar pelaksanaan tugas yang diberikan berjalan dengan lancar, serta berpedoman untuk tetap memelihara hubungan kerja sama yang baik antara pimpinan dengan bawahan. Untuk mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan standar kualitas yang telah
ditentukan
dalam dokumen
lelang,
maka
dalam pekerjaan
proyek
pembangunan diperlukan adanya kedua hal tersebut di atas yang dilakukan oleh unsur - unsur pelaksana pembangunan proyek tersebut. Unsur yang terkait dalam bidang ini adalah konsultan pengawas. Pihak konsultan pengawas harus cermat dan teliti mengamati setiap langkah pekerjaan dan harus tegas mempertanyakan mengenai kualitas bahan baku proyek dan pelaksanaan pekerjaan di lapangan bila dirasakan tidak sesuai dengan perjanjian dokumen kontrak yang telah disepakati. Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-1
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
Pihak konsultan pengawas dapat meminta laporan mingguan kepada pihak kontraktor untuk mengetahui progress report kemajuan proyek yang telah dilaksanakan.
6.2
Pengendalian Proyek Maksud dari pengendalian proyek adalah mengatur dan mengendalikan
unsur - unsur vital dalam pelaksanaan sebuah proyek, unsur- unsur tersebut adalah : a. Pengendalian mutu. b. Pengendalian waktu. c. Pengendalian biaya. d. Pengendalian dokumen. e. Pengendalian tenaga kerja. f.
Pengendalian alat dan material.
Dalam proyek ini semua pengendalian proyek tersebut sudah berjalan dengan kesepakatan bersama, sehingga pihak-pihak yang terkait dalam proyek tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan tugasnya masing- masing. 6.2.1
Pengendalian Mutu (Quality Control) Pengendalian mutu adalah suatu sistem yang mengendalikan metode kerja
dan hasil akhir dari suatu pekerjaan. Pengendalian mutu yang diterapkan pada proyek pembangunan Foresta Business loft 3 meliputi :
Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-2
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
a.
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
Pengendalian material yang datang Pengendalian material yang datang adalah upaya untuk mendapatkan
material yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang disyaratkan. Setelah dilakukan inspeksi hanya material - material yang memenuhi syarat yang akan berada di lokasi proyek, sedangkan yang tidak memenuhi syarat dikembalikan atau ditukar. b. Pemeriksaan mutu beton
Slump Test Pemeriksaan mutu beton cair di lapangan dapat dilakukan dengan
cara slump test. Slump test dilakukan untuk mengetahui kekentalan dari adukan beton yang akan dicor. Ada tiga macam kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pengujian beton dengan cara slump test, yaitu : 1. True slump (baik) adalah apabila tinggi slump ≥ 2/3 tinggi cetakan slump 2. Shear slump (buruk) adalah apabila tinggi slump ½ tinggi cetakan slump 3. Collapse slump (sangat buruk) adalah apabila tinggi slump 1/3 tinggi cetakan slump. Tahap - tahap pelaksanaan slump test secara singkat adalah sebagai berikut:
Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-3
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
1. Adukan beton untuk pengujian slump test harus diambil langsung dari mesin pencampur dengan menggunakan alat lain yang tidak menyerap air. Bila dianggap perlu adukan beton diaduk lagi sebelum dilakukan pengujian.
Gambar 6.1 Adukan Beton dari Mesin Pencampur
2. Siapkan kerucut terpancung dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm dan tingginya 30 cm. Kemudian diletakkan pada pelat atau bidang yang datar dan tidak menyerap air.
Gambar 6.2 Siapkan Cetakan Kerucut Slump Test Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-4
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
3. Cetakan diisi sampai penuh dengan adukan beton dalam 3 lapis. Setiap lapisan berisi kira-kira 1/3 isi cetakan. Tiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang berukuran panjag 60 cm dan diameter 16 mm sebanyak 25 kali tusukan secara merata.
Gambar 6.3 Isi Kerucut Dengan Adukan Beton
4. Setelah cetakan diisi penuh maka bidang atasnya diratakan kemudian dibiarkan selama ½ menit dan dalam jangka waktu itu semua adukan beton yang jatuh disekitar kerucut harus dibersihkan.
Gambar 6.4 Kerucut yang Telah Penuh Atasnya Diratakan Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-5
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
5. Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus keatas. Balikkan cetakan dan diletakkan perlahan-lahan disamping benda uji.
Gambar 6.5 Angkat Kerucut Secara Perlahan
6. Ukurlah
nilai
slump
yang
terjadi
dengan
menentukan
perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi rata-rata benda uji.
Gambar 6.6 Ukur Nilai Slump Test
Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-6
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
Tes Kuat Tekan Beton Tahap - tahap pelaksanaan uji kuat tekan beton secara singkat adalah sebagai berikut: 1. Adukan beton yang akan di tes diambil dari hasil slump test. 2. Isilah cetakan beton silinder 15 x 30 cm dengan adukan beton terdiri dari 3 lapis. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata. 3. Setelah dilakukan pemadatan, ketukkan isi cetakan perlahanlahan
sampai
rongga
bekas
tusukan
tertutup.
Ratakan
permukaan beton dan biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan letakkan pada tempat yang bebas dari getaran. 4. Setelah 24 jam bukalah cetakan dan beton direndam dalam air untuk memenuhi persyaratan perawatan beton selama waktu yang dikehendaki. 5. Ambillah
beton
yang
akan
diuji kekuatannya
dari bak
perendam kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain. 6. Lapislah permukaan atas dan bawah benda uji dengan dengan mortal belerang, agar didapat permukaan yang rata. 7. Kemudian letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris. 8. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban konstan berkisar antara 2-4 kg/cm2 per detik,
Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-7
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
9. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji. 10. Pengetesan benda uji dilakukan pada umur 3,7,14 dan 28 hari. Untuk beton yang berumur dibawah 28 hari harus dilakukan konversi terhadap kekuatan 28 hari.
Gambar 6.7 Compres Strength Test Report
Tabel 6.1 Perbandingan Kekuatan Tekan Beton Pada Berbagai Umur UMUR BETON
KOEFISIEN
3 hari
0,40
7 hari
0,65
14 hari
0,88
21 hari
0,95
28 hari
1,00
Sumber : Kontraktor PT Jagat Konstruksi Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-8
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
Tabel 6.2 Perbandingan Kekuatan Tekan Beton Pada Berbagai Benda Uji PERBANDINGAN
BENDA UJI
KEKUATAN TEKAN
Kubus 15 x 15 x 15cm
1,00
Silinder 20 x 20 x 20 cm
0,95
Silinder 15 x 30 cm
0,83
Sumber : Kontraktor PT Jagat Konstruksi
Pemeriksaan
karakteristik
mutu beton yang dihasilkan dapat
dilakukan dengan cara uji tekan beton apakah sesuai dengan yang direncanakan.
Jika terjadi penyimpangan pada beton yang dipesan
(misalnya kekuatan beton yang diberikan tidak sesuai dengan yang dipesan), maka harus dilakukan langkah - langkah antisipasi seperti : 1. Pembongkaran pada struktur bangunan yang telah di cor. 2. Pemberian ganti rugi terhadap pihak kontraktor (dalam hal ini, perlu dilakukan negosiasi dengan pihak pemasok Pioneer Beton). 3. Jika beton yang telah di cor berada pada bagian non struktural, maka langkah pembongkaran dapat diabaikan, dan diatasi kerusakan dengan langkah perkuatan di bagian yang mampu menyangga bagian tersebut. 6.2.2
Pengendalian Waktu (Time Control) Pengendalian
waktu
proyek
adalah
cara
mengendalikan
waktu
pelaksanaan agar waktu pelaksanaan proyek sesuai dengan rencana. Oleh karena itu penjadwalan kegiatan proyek yaitu mengatur waktu pelaksanaan pekerjaan Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-9
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
menjadi sangat penting dalam rangka pengendalian waktu. Salah satu cara pengendalian waktu adalah time schedule. Hal ini dibuat untuk mengatur item item pekerjaan agar diatur sedemikian rupa, sehingga suatu pekerjaan dengan pekerjaan yang lainnya dapat saling berhubungan dan tidak saling tumpang tindih. Macam - macam time schedule, yaitu :
Master Schedule
Dalam pelaksanaan pekerjaan yang terdiri dari bagian-bagian pekerjaa yang jumlahnya banyak, harus dijadwalkan sedemikian rupa agar tidak terjadi saling tunggu antar suatu pekerjaan yang dapat memperlambat jalannya pekerjaan proyek. Tujuan dibuatnya master schedule adalah untuk mencapai hasil fisik yang dapat dipertanggungjawabkan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Adapun pemecahan master schedule, yaitu : 1. Construction schedule Rencana waktu pekerjaan struktur dalam suatu proyek baik struktur atas maupun bawah. 2. Weekly schedule Rencana pekerjaan yang akan dilakukan dalam waktu satu minggu oleh pekerjaan lapangan. 3. Monthly schedule Rencana pekerjaan yang akan dilakukan dalam waktu satu bulan.
Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-10
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
Fungsi master schedule, yaitu : 1. Sebagai sarana pengatur waktu 2. Sebagai pedoman kerja bagi kontraktor 3. Sebagai sarana kontrol bagi pencapai prestasi pekerjaan 4. Sebagai dasar
perhitungan
dan
penentuan sanksi -
sanksi,
perpanjangan pekerjaan, denda dan lain sebagainya
Keuntungan master schedule, yaitu : 1. Memudahkan pengaturan urutan kerja, kedatangan bahan dan tenaga kerja. 2. Pelaksanaan pekerjaan menjadi lancar dan efektif. 3. Biaya pelaksanaan relatif menjadi lebih murah. 4. Mudah membuktikan jika ada gangguan-gangguan alam untuk meminta perpanjangan waktu pelaksanaan. 5. Sewaktu-waktu
dapat meneliti apakah pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan rencana. 6. Dapat dipakai sebagai dasar untuk memberi pringatan kepada kontraktor. 7. Lebih menjamin terlaksananya pekerjaan dengan baik dan teratur. 8. Memudahkan perhitungan hari-hari keterlambatan untuk setiap item pekerjaan.
Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-11
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun master schedule adalah : 1. Biaya pelaksanaan Dalam
penyusunan
masing-masing
jenis
pekerjaan
yang
pelaksanaannya harus mempertimbangkan biaya pelaksanaan untuk masing-masing item pekerjaan, dengan demikian kontraktor dapat memperkirakan
waktu
pekerjaan
untuk
menyelesaikan
pekerjaan
tersebut. 2. Metode pelaksanaan Metode pelaksanaan dibuat untuk mengetahui pekerjaan yang harus
didahulukan,
bersamaan
waktunya
dan
yang
menunggu
pengerjaannya hingga pekerjaan lainnya selesai. 3. Tenaga kerja Kontraktor harus dapat menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. 4. Peralatan Penggunaan peralatan yang tepat dapat meningkatkan efisiensi waktu dan akan menunjang produktivitas tenaga kerja sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan selesai sesuai jadwal
Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-12
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
5. Cuaca Kondisi cuaca sangat berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan. Untuk itu kontraktor harus dapat mencari solusi untuk dapat mengatasi masalah tersebut agar tidak menghambat pelaksanaan proyek. 6. Owner Target waktu penyelesaian yang dikehendaki oleh pemilik (owner) harus diperhitungkan sehingga pekerjaan dapat sesuai dengan target waktunya.
Macam-macam Laporan Yang Digunakan Dalam Proyek
foresta
business loft 3 adalah : 1. Laporan Harian o Laporan Harian berisi tentang : a. Jumlah tenaga kerja dan staff b. Jumlah dan macam alat yang dioperasikan c. Pengadaan dan pemakaian bahan / material d. Kegiatan proyek yang dilaksanakan e. Data keadaan cuaca o Tujuan Laporan Harian : a. Memelihara penilaian yang wajar dan layak. b. Mencegah keterlambatan waktu pelaksanaan.
Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-13
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
c. Memperbaiki
gejala-gejala
penyimpangan
atau
pelanggaran-pelanggaran o Kegunaan Laporan Harian : a. Sebagai saran bagi kontrol terhadap : 1) Kontraktor dalam melakukan tugas pelaksanaan. 2) Quality assurance dalam melakukan tugas pengawasan. b. Sebagai sarana komunikasi dan dokumntasi. c. Sebagai
dasar
perhitungan
pekerjaan
tambahan
atau
pekerjaan kurang, perpanjangan waktu pelaksanaan, denda dan lain sebagainya. o Keuntungan Laporan Harian : a. Membantu menyelesaikan masalah bila terjadi perselisihan. b. Untuk perhitungan perpajangan waktu pelaksanaan. c. Untuk perhitungan pekerjaan tambah kurang. d. Menentukan sanksi-sanksi atau denda pada kontraktor. e. Lebih menjamin tercapainya hal fisik yang lebih baik dan sesuai dengan ketepatan syarat-syarat teknis. f.
Bahan-bahan,
waktu dan tenaga kerja yang terbuang
menjadi berkurang. Laporan harian dibuat setiap hari secara tertulis dan ditanda tangani oleh kontraktor, disetujui oleh Manajemen Konstruksi dan pemilik. Kemudian konsultan Manajemen Konstruksi memeriksa dari laporan dan kesesuaiannya dengan gambar dan spesifikasi, time Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-14
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
schedule
pekerjaan,
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
instruksi yang
diberikan,
dan syarat-syarat
pekerjaan. Jika diperlukan, konsultan manajemen konstruksi dapat memberikan catatan - catatan pada laporan tersebut.
2. Laporan Mingguan o Laporan Mingguan berisi tentang : 1. Jumlah tenaga kerja dan staff 2. Jumlah dan macam alat yang dioperasikan 3. Pengadaan dan pemakaian bahan / material 4. Kegiatan proyek yang dilaksanakan 5. Data keadaan cuaca 6. Pengujian yang dilaksanakan Laporan Mingguan merupakan rangkuman dari laporan harian selama satu minggu mulai dari hari senin sampai hari sabtu. Laporan ini juga ditandatangani oleh kontraktor, Manajemen Konstruksi dan pemilik.Kemajuan
tiap
kegiatan
dapat
dinilai
secara
kumulatif
berdasarkan kemajuan pekerjaan tiap minggu, Manajemen Konstruksi dapat memberi catatan / komentar. 3. Laporan Bulanan o Laporan Bulanan berisi tentang : a. Rencana dan realitas kerja b. Jumlah tenaga kerja dan staff c. Jumlah dan macam alat yang dioperasikan Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-15
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
d. Pengadaan dan pemakaian bahan / material e. Persetujuan gambar kerja yang diajukan f.
Data keadaan cuaca
g. Perkembangan pekerjaan h. Dokumentasi kegiatan proyek Laporan Bulanan merupakan kumulatif dari laporan-laporan harian yang dibuat sebagai laporan kemajuan dari pekerjaan yang dilakukan dengan mengacu pada time schedule. 4. Laporan Kemajuan Proyek o Laporan Kemajuan Proyek berisi tentang : a. Uraian pekerjaan b. Bobot pekerjaan (dalam %) c. Rencana kerja mingguan d. Realisasi pekerjaan e. Kondisi pelaksanaan f.
Tahap penyelesaian
Laporan ini dibuat oleh kontraktor setiap minggu. Digunakan sebagai dasar di dalam rapat progress (rapat mengenai kemajuan pekerjaan yang diadakan setiap minggu) untuk menentukan seberapa jauh kemajuan pekerjaan yang telah dicapai
Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-16
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
5. Rapat Koordinasi o Rapat Koordinasi membahas tentang : a. Hambatan - hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan b. Ketidakjelasan dan ketidakcocokan gambar
-
gambar
pelaksanaan pada pekerjaan di lapangan c. Pengadaan dan pemakaian material d. Sasaran yang harus dicapai untuk waktu yang akan datang Rapat ini diadakan seminggu sekali, dan dihadiri oleh semua pihak yang terlibat didalam pelaksanaan proyek. Rapat ini berfungsi untuk menyelesaikan masalah yang timbul didalam pelaksanaan proyek dan tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja. 6. Rapat Perencanaan Rapat Perencanaan diadakan setiap satu atau dua minggu sekali, dandihadiri
oleh
pemilik,
konsultan
perencana,
dan
konsultan
Manajemen Konstruksi. Setiap selesai rapat kemudian dilanjutkan dengan peninjauan ke lapangan, sehingga dapat diketahui apakah pelaksanaan pembangunan sesuai dengan perencanaan dan mengetahui hal - hal yang mungkin tidak dapat mempengaruhi kurva S atau harus dilakukan perencanaan untuk mengganti pekerjaan yang tidak sesuai dengan jadwal.
Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-17
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
6.2.3
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
Pengendalian Biaya (Cost Control) Pengendalian Biaya ini adalah suatu sistem yang mengendalikan biaya
pelaksanaan proyek, bagaimana mengendalikan biaya produksi di lapangan sesuai dengan rencana anggaran pelaksanaan proyek. Untuk pengendalian biaya ini pihak kontraktor melakukan perhitungan ulang volume pekerjaan dan membuat analisa harga satuan pekerjaan, biaya umum lapangan, biaya langsung, dan biaya tidak langsung. Bila terdapat perbedaan yang sangat jauh antara rencana dan realisasi maka diadakan pengkajian, lalu memperhitungkan apa penyebabnya, kemudian dicari solusinya agar tidak terulang lagi pada masa yang akan datang. Pengendalian Biaya Biasanya Dilakukan Oleh : a. Pengendalian biaya proyek secara detail dilaksanakan oleh kontraktor sendiri. b. Pengendalian biaya proyek secara keseluruhan dilaksanakan oleh manager proyek sebagai wakil dari owner dibantu oleh konsultan. Pengendalian biaya oleh kontraktor merupakan hal yang
penting,karena
biaya yang diterima dari pemilik tidak langsung diberikan pada awal proyek melainkan diberikan menurut presentase kemajuan pekerjaan. Semua biaya untuk kebutuhan pelaksanaan proyek
tersebut
harus sudah diperhitungkan dalam
penawaran dan menjadi tanggung jawab pelaksana pekerjaan yang bersangkutan. Langkah-langkah yag diambil kontraktor, yaitu : a. Memilih keseluruhan pekerjaan menjadi item-item pekerjaan tersebut dengan batasan yang jelas sehingga lebih mudah diawasi.
Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-18
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
b. Memilih
biaya
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
pekerjaan
yang
dikeluarkan
menurut
item-item
pekerjaan tersebut. c. Menentukan pekerjaan yang telah dilaksanakan dan harus dibayar oleh pemilik. Dengan pemilihan pekerjaan ini, kontraktor dapat mengetahui dengan jelas item bagian pekerjaan mana yang tidak efisien dan terlalu banyak menyerap dana, sehingga kontraktor maupun subkontraktor dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan efisiensi kerja . A. Tahap Kontrak Kontrak
adalah perikatan hukum antara pengguna jasa dengan
penyedia jasa dalam pelaksanaan pengadaan jasa. Kontrak juga adalah perjanjian pemborongan pekerjaan antara pihak pemberi tugas (owner) dengan kontraktor. Ketentuan-ketentuan pada syarat-syarat umum kontrak harus diterapkan secara luas tanpa melanggar ketentuan yang ada dalam dokumen kontrak keseluruhan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kontrak dibuat setelah pemberi tugas (owner) menetapkan/ menunjuk
pemenang
pelelangan.
Penetapan
pemenang
pelelangan
dilaksanakan dengan cara mengeluarkan surat pelulusan pekerjaan / surat perintah kerja atau Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Tahap ini merupakan
tahap
kesepakatan
antara
owner
dengan
kontraktor.
Kesepakatan tersebut diikat oleh surat perjanjian yang diatur dalam dokumen kontrak. Dokumen kontrak adalah keseluruhan dokumen yang
Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-19
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
mengaturhubungan hokum antara pengguna jasa dan penyedia jasa untuk melaksanakandan menyelesaikan pekerjaan, yang terdiri dari : o Surat perjanjian. o Surat penunjukan penyedia jasa. o Surat penawaran. o Adendum dokumen lelang. o Syarat-syarat khusus kontrak. o Syarat-syarat umum kontrak. o Spesifikasi teknis. o Gambar-gambar. o Daftar kuantitas dan harga. Dokumen lain yang tercantum dalam lampiran kontrak .Perjanjian yang terdapat dalam dokumen kontrak beserta dengan lampirannya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. B. Jenis Kontrak Yang dimaksud dengan kontrak kerja dalam hal ini yaitu suatu perjanjian atau persetujuan bersama secarala sukarela, tanpa ada unsur paksaan yang mempunyai kekuatan hukum untuk saling mengikat antara pemilik
proyek
atau
yang
mewakilinya dengan kontraktor sebagai
pelaksana proyek.
Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-20
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
1) Fixed Lump Sum Contract (Kontrak dengan harga tetap) Fixed Lump Sum Contract yaitu suatu kontrak pengadaan barang / jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan tersebut dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap. Dengan demikian semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian kontrak tersebut, sepenuhnya tanggung jawab pemborong. Sistem kontrak ini lebih tepat digunakan untuk pembelian barang dengan contoh yang jelas atau untuk jenis borongan yang perhitungan volumenya untuk masing – masing unsur/jenis pekerjaan sudah dapat diketahui dengan pasti berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi teknisnya. Harga yang mengikat dalam kontrak sistem ini adalah total penawaran harga. Bila diperlukan daftar volume dan harga (Bill of Quantity) dapat dilampirkan dalam dokumen penawaran, tetapi tidak mengikat dalam kontak dan tidak dapat dijadikan dasar perhitungan untuk melakukan pembayaran. Tahap pembayaran dilakukan berdasarkan prestasi kerja yang kriterianya ditetapkan dalam kontrak yang bersangkutan. 2) Fixed Unit Price Contract (Kontrak harga satuan) Fixed Unit Price Contract (Kontrak harga satuan) adalah kontrak pengadaan barang/jasa borongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara, sedangkan pembayarannya akan didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar – benar telah dilaksanakan oleh pemborong. Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-21
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
Dengan demikian, pekerjaan tambah/kurang dimungkinkan berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan. Pertimbangan untuk memilih kontrak dengan cara ini adalah karena untuk keakuratan pengukuran
volume
pekerjaan
yang
tinggi
diperlukan
survey
dan
penelitian yang sangat mendalam, detail, sampel yang banyak, dan waktu yang lama sehingga biayanya yang sangat besar padahal pengukurannya juga lebih mudah dalam pelaksanaan. Di pihak lain pekerjaan bersifat mendesak dan harus segera dilaksanakan, sehingga untuk pekerjaan yang sifat kondisinya seperti hal tersebut tidak tepat bila digunakan kontrak dengan sistem lump sum. 3) Sistem Turn Key Contract Sistem Turn Key Contract yaitu kontrak pengadaan barang/ jasa pemborongan atas
penyelesaian seluruh pekerjaan tersebut dalam batas
waktu tertentu dengan jumlah harga tertentu sampai konstruksi barang dan jaringan utama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan. Kontraktor melaksanakan seluruh
jenis
pekerjaan
meliputi
:
survey
lokasi,
desain,
membuat/menyediakan mesin – mesin, alat – alat, mengangkut kelokasi, memasang, mengawasi, mengadakan uji coba pengoperasian, pemberian pelatihan operasi dan pemeliharaannya. Sistem ini lebih tepat digunakan untuk membeli suatu barang atau industri jadi, yang hanya diperlukan sekali saja dan tidak mengutamakan kepentingan untuk alih teknologi selanjutnya.
Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-22
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
4) Sistem Cost Plus fee Contract Sistem Cost Plus Fee Contract yaitu kontrak pengadaan barang/jasa borongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dimana jenis – jenis pekerjaan dan volumenya belum diketahui dengan pasti, sedangkan pembayarannya dilakukan berdasarkan pengeluaran yang meliputi pembelian bahan, sewa peralatan, upah pekerja dan lain-lain ditambah fee yang telah disepakati oleh kedua belah pihak (misalnya 10% dari jumlah biaya) yang telah dikeluarkan oleh pemborong. Dalam system kontrak membayar
tersebut, sesuai
pemilik
pekerjaan
bukti-bukti
yang
benar-benar hanya dan harus dikeluarkan
kontraktor
pemiliknya
sekaligus
untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan tersebut. 5) Kontrak Owner Builder Merupakan
jenis
kontraktor,sehingga
kontrak
dapat
yang
mengerjakan
proyeknya
dengan
sebagai kekuatan
sendiri ataudengan mensubkan pekerjaan tertentu pada sub kontraktor. 6) Kontrak Design and Building Pada kontrak jenis ini owner hanya menyampaikan gagasan spesifikasi dan luas lahan. Setelah itu kontraktor merancang dan mengerjakannya. Pada sistem ini perusahaan bertanggung jawab penuh baik desain ataupun konstruksinya. Pembayarannya dilakukan pada saat proyek sudah selesai dan owner hanya hanya tinggal menggunakan.
Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-23
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
7) Kontrak Lumpsump/ Fix Price Kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalan batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak, dan peraturannya tertuang di Peraturan Presiden Republic Indonesia Perpres 70 pasal 51 ayat (1) dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak tidak dimungkinkan penyesuain harga 2. Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa 3. Pembayaran didasarkan pada tahapan produk /keluaran yang dihasilkan sesuai isi kontrak. 4. Sifat pekerjaan berorientasi pada keluaran (output based) 5. Total harga penawaranbersifat meningkat 6. Tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang a. Definisi Kondisi Kontrak Lump Sump System kontrak lump sum merupakan suatu kontrak pengadaan barang/jasa penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap. Dengan demikian semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong. 1. Kontrak Lump Sum merupakan jenis kontrak berdasarkan aspek perhitungan biaya yang merupakan bagian dari jenis kontrak Fixed Priced Contract dimana terdiri atas 2 yaitu fixed
Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-24
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
Price Lump Sum Contract dan Foxed Priced Unit Rate Contract. 2. Lump Sum adalah kontrak jasa dan penyelesaian seluruh pekerjaan yang ditawarkan sesuai dengan persyaratan yang disepakati (gambar konstruksi, spesifikasi, schedule, dan semua persyaratan dalam dokumen lainnya) dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti tertentu dan tetap yang disetujui secara tertulis sebelum pekerjaan dimulai. Pemberi tugas setuju membayar harga atas penyelesaian pekerjaan berdasarkan cara pembayaran yang telah dinegosiasikan. 3. Semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang separuhnya ditanggung oleh penyedia jasa (resikon yang cukup besar) sepanjang gambar dan spesifikasi tidak
berubah.
Kontrak
ini
memberikan
perlindungan
maksimum kepada owner pada biaya total proyek. Resiko biaya bagi pengguna jasa minimal (kecil) member cukup pengawasan
atau
pelaksanaan
dan
pengikatan.
Resiko
keuangan yang rendah di pemberi tugas dan tingkat investasi yang dibutuhkan dapat ditentukan sejak awal. Pada pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan FORESTA BUSINESS LOFT 3 yang sedang dibangun ini, sistem kontrak yang digunakan adalah : Kontrak Lumpsump/ Fix Price.
Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-25
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
6.2.4
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
Pengendalian Dokumen (Document Control) Dokumen yang dimaksud adalah drawing, spesifikasi, prosedur, laporan
dan
lain-lain
kelompok
tidak
hanya
rekayasa
mengkomunikasikan
tetapi juga
informasi
antara
mendefinisikan kondisi tampak.
berbagai Meskipun
pengendalian dokumen dilakukan oleh divisi tertentu di dalam suatu organisasi proyek,
namun manajer proyek
dari seluruh partner yang terlibat dalam
pembangunan gedung harus mengkaji ulang, menyetujui dan menjaga daftar dokumen-dokumen yang masih berlaku. Dokumentasi ini juga merupakan bagian dari sistem jaminan mutu. Penyimpanan dokumen yang rapi dan terdokumentasi dengan baik akan memudahkan pelacakan kembali. Untuk hal tersebut diperlukan adanya identifikasi, status dan daftar dokumen. Identifikasi dokumen mencakup jenis, judul dan nomor identifikasi dokumen yang dihasilkan, serta kelompok atau personil yang bertanggung jawab terhadap dokumen tersebut 6.2.5
Pengendalian Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang penting dan menentukan
dalam pelaksanaan
proyek
pembangunan.
Tenaga kerja yang ada harus
dioperasikan dengan baik agar diperoleh efisiensi kerja yang tinggi. Yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap orang yang ikut serta dalam pelaksanaan suatu proyek. Tenaga kerja yang terdapat dalam pelaksanaan pembangunan foresta business loft 3 adalah sebagai berikut : 1. Tenaga ahli Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-26
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
Adalah tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan pengalaman dalam bidang konstruksi bangunan, yang sesuai dengan pendidikannya. Jenis tenaga kerja ini antara lain : Kepala Proyek, Manager Proyek. 2. Tenaga menengah Adalah tenaga kerja yang mendapat pendidikan rata - rata setingkat SMK dan diploma. Tenaga kerja ini antara lain bekerja pada bidang administrasi, tenaga mekanik dan pelaksana lapangan. 3. Tenaga mandor Adalah kepala pekerja yang memberi perintah langsung kepada bawahannya (tenaga kasar/buruh) pada bidang pekerjaan tertentu. Pada proyek pembangunan foresta business loft 3 ini mandor membawahi beberapa bidang pekerjaan khusus yaitu pekerjaan galian pada tiang pancang, pekerjaan bekisting, pekerjaan pembesian dan pekerjaan beton. 4. Tenaga tukang Adalah
tenaga
kerja
yang
ahli
dalam bidangnya
berdasarkan
pengalaman kerja, misalnya tukang kayu, tukang besi, tukang batu, dan lain - lain. 5. Tenaga kasar Adalah tenaga kerja yang lebih banyak menggunakan kekuatan badan dalam pekerjaannya. Biasanya tenaga ini membantu atau melayani tenaga tukang, misalnya dalam pengangkutan material.
Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-27
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk setiap harinya bervariasi tergantung jenis pekerjaan yang dilakukan. Jumlah tenaga kerja yang dipergunakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab mandor, karena sistem yang digunakan adalah sistem borongan yaitu mandor melakukan suatu pekerjaan tertentu dan pekerja yang terlibat dalam pekerjaan tersebut dibayar oleh mandor. Mandor harus cermat dalam menentukan jumlah tenaga kerja, karena jika volume pekerjaan tidak sesuai dengan tenaga kerja yang dipakai, maka mandor bisa mengalami kerugian. Walaupun diberi kebebasan dalam menggunakan tenaga kerja, tetapi hal ini tetap harus dilaporkan kepada kontraktor utama. Dalam hal ini kepada Kepala Proyek. Pekerjaan yang dikerjakan secara borongan dalam proyek ini adalah pekerjaan pembesian balok,pelat dan kolom. 6.2.6
Pengendalian Alat dan Material Perusahaan pembangunan sangat memerlukan pengontrolan yang teratur
dan teliti supaya bisa diketahui, masih ada atau tidaknya stok alat dan bahan di gudang dan di tempat penyimpanan barang. Alat dan bahan yang masuk atau keluar harus dicatat secara
teliti
berikut
ukuran,merek,
dan
jumlah
atau
volumenya. Catatan barang - barang diperlukan untuk pengontrolan stok dan untuk kalkulasi. Untukpengendalian material menggunakan material schedule, schedule pengiriman barang dan equipment schedule. a. Material schedule adalah rencana pemakaian bahan / material untuk suatu pekerjaan mencakup jumlah sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan. Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-28
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
b. Equipment schedule adalah rencana pemakaian peralatan sesuai dengan kebutuhan serta waktu pemakaiannya. c. Schedule pengiriman barang adalah rencana pengiriman barang oleh supplier. Pengontrolan alat dan bahan bangunan di gudang sebaiknya dilakukan dengan cara sebagai berikut : a.
Bukti penerimaan barang Bukti penerimaan barang dipakai jika barang diterima di dalam
gudang dan diisi sesuai dengan banyaknya barang yang diterima, bukti ini diberikan untuk supplier dari bagian gudang sebagai bukti bahwa supplier telah mengirimkan barang sesuai dengan pesanan. Bukti ini ditandatangani oleh yang menyerahkan (supplier), yang mengetahui dalam penerimaan barang, dan yang menerima barang. b. Bon penerimaan barang Bon ini dipakai untuk meminta barang dari bagian gudang, diisi sesuai dengan jumlah dan jenis barang tersebut. Surat ini ditandatangani oleh bagian gudang dan penerimaan barang. c. Surat permintaan barang Surat permintaan barang ini digunakan untuk meminta barang. Surat ini ada dua jenis, untuk meminta barang ke kantor pusat dan untuk meminta ke bagian logistik. Surat ini ditandatangani oleh pihak manager lapangan, ketua bagian teknis dan ketua bagian pelaksana.
Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-29
[FORESTA BUSINESS LOFT 3]
BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK
d. Kartu stok Kartu ini untuk mengisi barang - barang yang keluar atau masuk di gudang, atau bisa dikatakan kita dapat mengetahui jumlah dan macam barang apa saja yang terdapat di dalam gudang/stok barang. Pada proyek pembangunan foresta business loft 3 barang yang telah dipesan, disimpan di gudang untuk waktu yang telah direncanakan. Adapun hambatan - hambatan yang terjadi pada waktu saat pelaksanaan pekerjaan antara lain : 1. Keterlambatan pada saat pemesanan stok barang yang dibutuhkan. 2. Kekeliruan pada saat pemesanan stok barang yang dibutuhkan. 3. Adanya perubahan desain.
Melinda Dewanti (41112010037) Adhi Makayasa Islami (41112010058)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-30