Bab VI Konsep Pendidikan Ar-Rafi’ Membangun PemimpinMasa Depan A. Apa yang Disebut Dengan Kepemimpinan Kepemimpinan adalah kecakapan seorang pemimpin dalam mengubah motivasi dan mind set bawahannya agar dapat bekerjasama dalam mencapai tujuan yang ditetapkan organisasi. Sebelum seorang pemimpin mampu mempengaruhi orang lain dan mengubah motivasi serta mind set mereka, maka ia sendiri harus memiliki sikap kepemimpinan, antara lain seperti yang dikemukakan oleh Cohen (1990:17) sebagaiberikut:
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Be Willing to Take Risks Be Innovative Take Charge Have High Expectations Maintain a Positive Attitude Get Out in Front
Pertama, seorang pemimpin harus berani mengambil resiko, sudah pasti resiko yang terperhitungkan (countable risk). Seeko rkura-kura baru bisa bergerak ke depan apabila terlebih dahulu ia mengeluarkan kepalanya untuk melihat situasi. Berarti kura-kura tersebut telah berani mengambil resiko dengan mengeluarkan kepalanya untuk melihat situasi agar ia dapat berjalan maju kedepan. Kedua, seorang pemimpin harus kreatif dan inovatif, karena banyak cara untuk “menarik” orang-orang dalam organisasi untuk maju. Kepemimpinan lebih banyak menarik dari depan, dibanding mendorong dari belakang (Tut Wuri Handayani). Bab VI Pendidikan Ar-Rafi’ Membangun Pemimpin Masa Depan 95
Ketiga, seorang pemimpin harus mau memulai kerja untuk menyelesaikan tugas agar diikuti oleh orang-orang dalam organisasi, bukan hanya sekedar memerintah. Dalam Islam disebut sebagai prinsip keteladanan. Keempat, seorang pemimpin harus memiliki keyakinan bahwa pekerjaan akan terselesaikan dan target akan tercapai, sehingga orang-orang dalam organisasi juga akan terpengaruhi untuk memiliki keyakinan dan akan menyelesaikan seluruh tugasnya. Kelima, seorang pemimpin harus memiliki sikap positif dengan selalu berfikir positif. Keenam, tidak bisa memimpin dari belakang melainkan dari depan. Pola kepemimpinan yang baik adalah ingngarso– sung tulodo didepan, seorang pemimpin memberikan keteladanan. Keenam pola kepemimpinan yang dikemukakan oleh Cohen tersebut, dapat dilatihkan kepada peserta didik sejak di Sekolah Dasar. Demikian juga pola kepemimpinan Angkatan Darat Amerika yang dikutip oleh Hesselbeindan Shinseki (2004:9), yaitu bahwa masyarakat menginginkan seorang pemimpin yang berkarakter: Honest Competent Forward looking Inspiring Hal tersebut sama dengan harapan masyarakat Indonesia tentang perlunya pemimpin yang jujur dan adil, karena ada keyakinan yang tumbuh di masyarakat bahwa:tunggulah
kehancurannya apabila kita salah memilih dan menunjuk pemimpin. Maksudnya adalah meskipun pemimpin kita cerdas dan produktif tetapi apabila ia tidak jujur dan tidak adil, tidak mungkin dapat mensejahterakan masyarakat. Kejujuran dan Bab VI Pendidikan Ar-Rafi’ Membangun Pemimpin Masa Depan 96
keadilan adalah kompetensi kepribadian yang merupakan salah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin, yang dapat dilatihkan sejak peserta didik berada di SD. Seorang pemimpin juga harus kompeten yaitu memiliki ilmu yang dapat diamalkannya dengan salih. Pemimpin yang kompeten menggambarkan kepribadian yang integral (integrated personality), yang digambarkan oleh satu kesatuan antara ucapan, sikap dan perbuatan. Dengan kata lain pemimpin yang kompeten bukanseorang yang munafik. Seorang pemimpin yang forward looking adalah pemimpin yang visioner, yang pandangannya jauh kedepan kearah visi yang merupakan elaborasi dari keyakinannya. Visinya berintikan nilai-nilai agama atau keyakinannya sehingga akan menjadi source of power (sumber kekuatan) bagi para pengikutnya. Inspiring leader adalah pemimpin yang dapat menjadi sumber inspirasi para pengikutnya, kaya dengan kreasi dan inovasi sehingga kreasi dan inovasinya turun keparapengikutnya. Dalam kepemimpinan Angkatan Darat Amerika yang dikemukakan oleh Hesselbeindan Shinseki (2004:11) nilai-nilai yang haru dimiliki seorang pemimpin membangun akronim LDRSHIP yaitu: Loyality Duty Respect Selfless service Honor Integrity Personal coverage Loyalitas, disiplin dalam tugas, simpati dan empati, layanan yang ikhlas, memiliki harga diri dan menghargai orang, berpribadi integral (integrated personality) dan memiliki keberanian, merupakan sistem nilai yang harus dimiliki seorang pemimpin, bukan hanya pemimpin di Bab VI Pendidikan Ar-Rafi’ Membangun Pemimpin Masa Depan 97
angkatan bersenjata (ABRI) melainkan juga pemimpin pada umumnya. Sistem nilai seorang pemimpin akan mempengaruhi tindakannya yang akan diteladani oleh pengikutnya. Sistem nilai kepemimpinan lain yang harus dimiliki antara lain adalah percaya diri, kesadaran budaya, disiplin diri sendiri, inisiasi, penguasaan diri, keseimbangan atau stabilitas, yang keseluruhan dapat dilatihkan sejak di SD. Itulah sekelumit contoh pembelajaran yang berorientasi pada kepemimpinan.
Bab VI Pendidikan Ar-Rafi’ Membangun Pemimpin Masa Depan 98
B. Mengapa Harus Belajar Kepemimpinan? Pada hakikatnya setiap manusia adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya.
Setiap kalian adalahpemimpin, dan kalian akandimintaipertanggungjawabanataskepemimpinannya (H.R. Bukhori). Manusia sebagai pemimpin minimal harus mampu memimpin dirinya sendiri. Dalam lingkungan organisasi harus ada pemimpin yang secara ideal dipatuhi dan disegani oleh bawahannya. Kepemimpinan dapat terjadi melalui dua bentuk, yaitu: kepemimpinan formal (formal leadership) dan kepemimpinan informal (informal leadership). Kepemimpinan formal terjadi dilingkungan organisasi dimana setiap jabatan memiliki otoritas formal. Jabatan dalam organisasi tersebut yang di isi oleh orang-orang yang ditunjuk atau dipilih melalui proses seleksi sesuai tuntutan jabatan (job requirement). Sedangk napemimpinan informal terjadi, di mana kedudukan pemimpin dalam suatu kelompok di isioleh orang-orang yang muncul dan berpengaruh terhadap orang lain karena kecakapan khusus atau berbagai kompetensi yang dimilikinya, dinilai mampu memecahkan persoalan kelompok atau organisasi informal, serta memenuhi kebutuhan dari anggota organisasi yang bersangkutan. Kepemimpinan dalam Islam pertama kali di contohkan oleh Rasulullah Saw, kepemimpinan Rasulullah tidak bisa di pisahkan dengan fungsi kehadirannya sebagai pemimpin spiritual masyarakat. Prinsip dasar kepemimpinan beliau adalah keteladanan .Dalam kepemimpinannya mengutamakan uswatunhasanah yaitu pemberian contoh kepada parasahabatnya yang dipimpin. Rasulullah memang mempunyai kepribadian yang sangat agung, hal ini seperti yang digambarkan dalam Al-Qur'an: Bab VI Pendidikan Ar-Rafi’ Membangun Pemimpin Masa Depan 99
“Dan sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berada dalam akhlak yang agung”. [Qs.Al Qalam (68):4] Dari ayat di atas menunjukkan bahwa rasullullah memang mempunyai kelebihan yaitu berupa ahlak mulia, sehingga dalam hal memimpin dan memberikan teladan memang tidak lagi diragukan .Kepemimpinan Rasullullah memang tidak dapat ditiru sepenuhnya, namun setidaknya sebagai umat Islam harus berusaha meneladani kepemimpinannya .Karena Rasulullah ditugasi Allah Swt sebagai penyebar rahmat.
“Dan Tiadalah Kami mengutuskamu, melainkanuntuk (menjadi) rahmat bagi semestaalam”. [Qs. Al Anbiyaa' (21): 107]
Pada umumnya seseorang yang diangkat menjadi pemimpin didasarkan atas kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dibandingkan dengan orang-orang yang dipimpinnya, dimana kelebihan-kelebihan tersebut diantaranya sifat-sifat yang dimiliki berkaitan dengan kepemimpinannya. Kelebihan sifat ini merupakan syarat utama menjadi seorang pemimpin yang sukses. Kepemimpinan dalam pandangan Islam merupakan amanah dan tanggung jawab yang tidak hanya dipertanggung jawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinnya, tetapi juga akan di pertanggung jawabkan di hadapan Allah Swt. Jadi, pertanggung jawaban kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat horizontal - formal sesama manusia, tetapi bersifat vertikal-spiritual, yakni tanggung jawab kepada Allah Swt di akhirat. Kepemimpinan merupakan tanggung jawab sekaligus amanah yang amat berat dan harus diemban sebaik-baiknya. Hal tersebut dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Mu’minun: Bab VI Pendidikan Ar-Rafi’ Membangun Pemimpin Masa Depan 100
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji merekadan orang-orang yang memelihara sholatnya, mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi surga Firdaus, mereka kekal di dalamnya”. [Qs. AlMukminun (23): 8-11] Rasulullah mengingatkan umatnya untuk tidak menyianyiakan amanah, karena hal tersebut akan membawa kehancuran, seperti sabdanya:
“Apabila amanah disia-siakan maka tunggulah saat kehancuran. (Waktuitu) ada seorang sahabat yang bertanya, apa (indikasi) menyia-nyiakan amanah itu ya Rasul? Beliau menjawab: “Apabila suatu perkara diserahkan pada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya”. (H. R. Bukhori) Dari penjelasan Al Qur’an surat AlMukminun (23) ayat 811 dan hadits tersebut dapat diambil suatu benang merah bahwa dalam ajaran Islam seorang pemimpin harus mempunyai sifat amanah, karena seorang pemimpin akan diserahi tanggung jawab. Jika pemimpin tidak memiliki sifat amanah, tentu yang terjadi adalah penyalahgunaan jabatan dan wewenang untuk hal-hal yang tidak baik.Oleh karena itu, kepemimpinan sebaiknya tidak dilihat sebagai fasilitas untuk menguasai, tetapi justru dimaknai sebuah pengorbanan dan amanah yang harus diemban sebaik-baiknya. Selain bersifat amanah seorang pemimpin harus mempunyai sifat yang adil. Hal tersebut d itegaskan oleh Allah Swt dalam firmanNya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruhkamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaikBab VI Pendidikan Ar-Rafi’ Membangun Pemimpin Masa Depan 101
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat [Qs. An Nisa’ (4): 58] Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan… [Qs. An Nahl(16): 90] Dari penjelasan dua ayat tersebut dapat diambil suatu simpulan bahwake pemimpinan adalah sebuah amanah yang harus diemban dengan sebaik-baiknya, dengan penuh tanggung jawab, profesional dan keikhlasan. Sebagai konsekuensinya pemimpin harus mempunyai sifat amanah, profesional dan juga mampu memikultanggung jawab, baik tanggung jawab sosial-spiritual maupun tanggung jawab personal-profesional. Kepemimpinan bukan kesewenangwenangan untuk bertindak, tetapi kewenangan melayani untuk mengayomi dan berbuat seadil-adilnya. Kepemimpinan adalah keteladanan dan kepeloporan dalam bertindak yang seadil-adilnya. Kepemimpinan semacam ini hanya akan muncul jika dilandasi dengan semangat amanah, keikhlasan dan nilai-nilai keadilan.
Bab VI Pendidikan Ar-Rafi’ Membangun Pemimpin Masa Depan 102