BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Efektivitas implementasi program pada ketiga kegiatan dalam program REKOMPAK dibagi menjadi efektivitas proses dan efektivitas output. Pada kegiatan penyusunan Rencana Penataan Permukiman (RPP), efektivitas proses diukur dengan tingkat keterlibatan masyarakat dan tingkat keterlibatan perempuan dalam penyusunan RPP. Adapun efektivitas output diukur dengan dengan tingkat pemahaman masyarakat terhadap proses dan substansi RPP. Pada kegiatan pembangunan infrastruktur, efektivitas proses diukur dengan kriteria tingkat kecepatan dan ketepatan membangun infrastruktur. Adapun efektivitas output diukur dengan tingkat kepuasan masyarakat terhadap infrastruktur yang telah dibangun. Pada kegiatan pembangunan rumah, efektivitas proses diukur dengan kriteria tingkat kecepatan dan ketepatan membangun rumah. Adapun efektivitas output diukur dengan tingkat hunian rumah dan kepuasan masyarakat terhadap rumah yang telah dibangun. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, berikut adalah kesimpulan mengenai efektivitas implementasi program REKOMPAK dilihat dari efektivitas proses dan output kegiatan-kegiatannya. Tabel. Kesimpulan mengenai efektivitas implementasi program REKOMPAK
Sumber: analisis, 2015 269
Kemudian, pada analisis ketercapaian outcome, teridentifikasi bahwa 3 dari 7 desa sasaran program telah melakukan kegiatan pembangunan lagi pasca penutupan program, terutama pembangunan infrastruktur. Desa-desa yang dimaksud yakni Desa Glagahharjo (perbaikan sarana gedung pertemuan warga di Huntap Jetissumur), Desa Argomulyo (pembangunan sarana air bersih di Huntap Randusari), dan Desa Kepuhharjo (pembangunan prasarana jembatan oleh warga Huntap Petung, Kaliadem, dan Manggong, Huntap Pagerjurang. Kegiatan-kegiatan pembangunan tersebut memiliki kemiripan proses dan tahap dengan dalam proses dan tahap pelaksanaan pekerjaan pada proram REKOMPAK, khususnya pada tahap perencanaan dan perancangan, serta implementasi. Perbedaanya, kegiatan-kegiatan pembangunan tersebut tidak berasal dari RPP namun dari usulan dan kesepakatan warga setempat. 6.2. Hikmah ajar (lesson learned) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memperoleh beberapa hikmah ajar dari evaluasi mengenai tingkat efektivitas proses dan output program REKOMPAK. Berikut adalah beberapa hikmah ajar dari kegiatan-kegiatan yang dievaluasi. 1.Kegiatan penyusunan RPP: a. Jumlah
penyelenggaraan
penyelenggaraan
sosialisasi
pertemuan
program
khusus
yang
perempuan,
memadai
terbukti
&
mampu
meningkatkan tingkat keterlibatan masyarakat dan kelompok perempuan dalam penyusunan RPP. Jumlah sosialisasi yang terlalu banyak tidak berpengaruh
pada
tingkat
pemahaman
masyarakat
terhadap
proses
penyusunan dan substansi RPP, karena sosialisasi program baik di tingkat kelurahan maupun basis, tidak membahas proses dan substansi RPP dan bertujuan untuk memberikan informasi seputar program, membangun kesepahaman dan kesepakatan pelaksanaan program, dukungan dan komitmen, serta kerelawanan masyarakat. b. Semakin banyak warga yang mengikuti pelatihan, semakin tinggi tingkat pemahaman masyarakat terhadap RPP. 2. Kegiatan pembangunan infrastruktur :
270
a. Partisipasi masyarakat (swadaya dana & tenaga kerja) dalam implementasi kegiatan
terbukti
mampu
meningkatkan
kecepatan
&
ketepatan
pembangunan. b. Pentingnya mewaspadai kemungkinan kecurangan dalam pembangunan infrastruktur penting, karena dapat menghambat kecepatan & ketepatan pembangunan. c. Perlunya mengantisipasi kemunculan permasalahan terkait infrastruktur pasca selesainya program, misalnya keberfungsian infrastruktur penunjang kawasan huntap. Fungsi infrastruktur yang kurang baik, mempengaruhi tingkat hunian rumah di kawasan huntap dan kepuasan terhadap hasil pembangunan infrastruktur. 3. Kegiatan pembangunan rumah 1. Dana stimulan untuk pembanguan rumah perlu di sesuaikan dengan kondisi ekonomi masyarakat penerima program dan sebaiknya tidak disama ratakan. Hal ini dikarenakan ada perbedaan kapasitas ekonomi masyarakat dalam menyelesaikan pembangunan rumah yang kemudian berpengaruh pada tingkat kemampuan masyarakat untuk membangunan rumah dengan cepat. 2. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat hunian rumah berdasarkan pendapat masyarakat dan terkait kegiatan perekonomian masyarakat & kepuasan terhadap sarana penunjang perumahan. Faktor-faktor tersebut yakni faktor tingkat kerusakan rumah di desa lama dan kepemilikan aset, faktor lokasi bekerja, dan faktor keluarga. 3. Ada 2 isu keadilan yang mempengaruhi kegiatan pembangunan rumah. Isu keadilan pertama terkait besaran dana stimulan untuk merekonstruksi rumah yang perlu dipertimbangkan ulang oleh pemangku kebijakan saat menyusun kriteria penerima manfaat program. Seringkali, kelompok masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) harus meminjam dari bank atau menjual aset yang dimilikinya untuk menyelesaikan rumah. Walaupun telah menyatakan sepakat dalam rembug kesiapan masyarakat pra-program, hal ini tetap dirasa memberatkan oleh sebagian kelompok penerima manfaat. Isu kedua yakni kecukupan ruang bagi jumlah anggota keluarga penerima manfaat. Di beberapa desa sasaran program, tidak cukupnya luas rumah untuk
271
menampung seluruh anggota keluarga menjadi alasan mereka untuk kembali ke rumah di desa lama yang di kategorikan rawan bencana tinggi. Hal ini selanjutnya mempengaruhi tingkat hunian rumah di kawasan huntap. 6.3. Rekomendasi dan saran penelitian lebih lanjut Rekomendasi
untuk
implementasi
program
REKOMPAK
di
masa
mendatang. 1. Pentingnya mengakomodir & memberikan mekanisme penyelesaian masalah yang mungkin muncul pasca kegiatan pembangunan selesai dan 2. Perlunya melanjutkan inisiasi kegiatan ekonomi baru yang telah diciptakan secara merata di semua kawasan huntap (keberlanjutan program). 3. Bantuan stimulan pembangunan rumah disesuaikan dengan kondisi ekonomi penerima bantuan. 4. Perlunya penambahan kriteria & peningkatan standar ketercapaian dalam program. Kemudian, peluang pengembangan riset mengenai evaluasi efektivitas implementasi program REKOMPAK masih terbuka untuk dilakukan, mengingat masih terdapatnya keterbatasan dalam penelitian ini. Untuk itu, penulis merekomendasikan dilakukannya penelitian lanjutan dari penelitian yang penulis lakukan ini. Pertama, program REKOMPAK sebagai model program dalam rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana telah diterapkan 2 kali di wilayah provisi DIY, yakni di kasus gempa bumi di Bantul dan erupsi di Sleman. Pada kasus Sleman, peneliti telah menunjukkan adanya jejak-jejak kebehasilan program REKOMPAK dalam membangun kapasitas masyarakat (ketercapaian outcome). Namun, jejak keberhasilan program REKOMPAK di kasus Bantul belum tercuplik oleh penelitian ini. Maka, peneliti merekomendasikan untuk meneliti lebih lanjut ketecapaian outcome program REKOMPAK di Bantul, kemudian mengkomparasikannya dengan hasil ketercapaian outcome dari penelitian ini. Komparasi ditujukan untuk mengidentifikasi persamaan atau perbedaan ketercapaian outcome di kedua kasus. Dari komparasi ini, dapat dianalisis faktorfaktor yang mempengaruhinyanya. Adapun hasil penelitian tentang hal tersebut berguna bagi assessment awal implementasi program di daerah misalnya melihat seberapa siap suatu desa dalam menerima bantuan dana desa dikaitkan dengan
272
kapasistas yang mereka miliki dalam membangun. Penelitian baru tersebut juga dapat meneliti ketercapaian outcome program REKOMPAK secara kuantitatif di kedua lokasi untuk menajamkan hasil identifikasi ketercapaian outcome dalam penelitian ini. Kedua, kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat dapat mempengaruhi efektivitas & output program. Oleh karenanya peneliti juga merekomendasikan untuk meneliti secara lebih detil tentang kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat yang spesifik dan mempengaruhi efektivitas program di setiap desa sasaran program. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode penelitian kualitatif Ketiga,
penulis
juga
menyarankan
adanya
komparasi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi efektivitas program REKOMPAK di berbagai lokasi implementasi sebelumnya
atau
komparasi
faktor
yang
mempengaruhi
efektivitas
program
REKOMPAK dengan faktor yang mempengaruhi efektivitas program pemulihan pascabencana yang serupa. Dengan begitu, akan dapat diketahui apakah hasil analisis korelasi pada penelitian ini masih sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas implementasi pada program-program serupa lainnya. Melalui hal ini, hasil yang penulis dapatkan akan teruji kembali sehingga dapat dijadikan rekomendasi yang mumpuni pada program-program sejenis. Keempat, adalah saran untuk penelitian selanjutnya, bahwa dalam penelitian ini terdapat variabel-variabel yang bersifat persepsi. Variabel yang dimaksud yakni tingkat kepuasan masyarakat terhadap hasil pembangunan infrastruktur atau rumah dan tingkat pemamahaman masyarakat. Variabel-variabel tersebut dapat menimbulkan risiko bias dalam analisis statistik, artinya variabel tersebut tidak sepenuhnya dapat mewakili fakta yang sesungguhnya dirasarakan masyarakat. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya perlu mengontrol kembali variabel-variabel tersebut untuk memperoleh validitas yang baik pada variabel seperti itu.
273