Bab VI KESIMPULAN dan SARAN
6.1 Kesimpulan Karakter suatu tempat berkaitan dengan adanya identitas, dimana didalamnya terdapat tiga aspek yang meliputi : aspek fisik, aspek fungsi dan aspek makna tempat. Guna melihat kondisi karakter Alun–alun Selatan Yogyakarta pada masa lalu dan pada saat ini dilakukan penelitian pada ketiga aspek
tersebut.
Pengamatan
terhadap
ketiga
aspek
karakter
tersebut
dikerangkakan kedalam elemen ruang terbuka yang meliputi : elemen fisik ruang terbuka, fungsi atau aktivitas di ruang terbuka, serta makna yang di bentuk oleh adanya tatanan fisik dan aktivitas yang terjadi pada ruang terbuka. Penelitian terhadap Alun–alun Selatan Yogyakarta ini menghasilkan beberapa hal yang dapat di simpulkan sebagai berikut :
Karakter Alun–alun Selatan Yogyakarta pada masa lalu adalah sebagai ruang privat Keraton Yogyakarta, berupa ruang terbuka persegi empat yang menjadi halaman privat belakang Keraton Yogyakarta. Keberadaan ruang terbuka ini terdefinisikan oleh adanya pagar pelingkup yang tegas. Pemanfaatan dan pengelolaan ruang ini langsung oleh pihak Keraton Yogyakarta. Kegiatan-kegiatan yang berlangsung didalamnya berupa acara-acara prosesi maupun ritual yang diselengarakan dan untuk kepentingan Keraton. Tatanan elemen fisik yang berada didalamnya mencerminkan atau syarat dengan makna-makna tertentu yang dianut oleh kepercayaan Keraton pada waktu itu.
191
Karakter Alun-alun Selatan Yogyakarta pada saat ini adalah sebagai ruang bagian dari kawasan pusaka budaya Keraton Yogyakarta yang menjadi ruang terbuka publik bagi Kota Yogyakarta. Pemanfaatan dan pengelolaan ruang alun-alun pada saat ini lebih berorientasi kepada publik. Ruang terbuka Alun-alun Selatan pada saat ini menjadi perlintasan bagi masyarakat yang tinggal di dalam benteng serta masyarakat yang akan masuk atau ke luar dari benteng Keraton melalui pintu selatan (Plengkung Gading). Ruang terbuka Alun-alun Selatan pada saat ini juga menjadi tujuan masyarakat Kota Yogyakarta yang akan melakukan kegiatan olahraga, joging, sampai dengan rekreasi menikmati suasana, menikmati makanan dan minumam, serta menikmati berbagai atraksi yang terdapat di Alun-alun Selatan.
Bila ditinjau/dilihat dari perubahan pada aspek-aspek dasar pembentuk karakter yang meliputi aspek fisik, aspek fungsi/aktivitas serta aspek makna; maka didapat bahwa pada aspek fisik yang membentuk dan mengisi ruang terbuka di masa lalu sebagai aspek fisik karakter dasar masih lestari sampai pada saat ini. Keberadaan serta letaknya masih tetap tidak berpindah. Adapun perubahan yang terjadi meliputi : perubahan yang sifatnya penambahan untuk memperindah, seperti pada bentuk gapura canden pada lima buah jalan yang menuju alun–alun di tambah dengan plengkung; perubahan yang sifatnya penambahan jenis vegetasi, seperti penambahan palem merah di sekeliling lapangan; perubahan yang merubah fisik dan fungsi obyek seperti : area lapangan dibangun menjadi lapangan berumput dengan jalan lengkap dengan trotoar di kanan-kiri yang mengelilinginya, Sitihinggil yang dibangun
192
menjadi Sasono Hinggil dwi abad; serta perubahan yang sifatnya mengganti seperti pohon mangga dan tanjung menggantikan deretan pohon pakel dan koweni. Pada aspek fungsi/aktivitas merupakan salah satu aspek karakter yang mengalami perubahan cukup signifikan. Aktivitas atau kegiatan yang terjadi di Alun-alun Selatan masa lalu berupa prosesi-prosesi
ataupun
ritual-ritual
yang
diselenggarakan
untuk
kepentingan Keraton dan dikelola oleh Keraton. Sedangkan aktivitas yang terjadi di Alun-alun Selatan pada saat ini lebih berorientasi ke kegiatan publik, sebagai wadah kegiatan sosialisasi masyarakat yang bersifat rekreatif, seperti bertemu teman, berolah raga, bermain, makan serta minum sambil menikmati suasana Alun-alun Selatan Yogyakarta. Pada aspek makna terjadi perubahan makna sakral menjadi lebih profan. Alunalun Selatan merupakan ruang bagian dari Keraton Yogyakarta yang menjadi bagian dari pusaka budaya Yogyakarta, dimana masyarakat luas dapat mendekat/memasuki dan beraktivitas di dalamnya pada saat ini.
Faktor yang berpengaruh pada perubahan-perubahan aspek fisik, aspek fungsi/aktivitas, serta aspek makna sebagai pembentuk karakter Alunalun Selatan Yogyakarta adalah dipengaruhi oleh situasi kondisi politik (political issue) yang berkembang di Yogyakarta. Wujud dari situasi kondisi
politik
tersebut
adalah
berupa
kebijakan-kebijakan
yang
dikeluarkan oleh pemerintahan yang berkuasa untuk diterapkan ke dalam Alun-alun Selatan Yogyakarta. Pada masa lalu kebijakan pemerintahan oleh Raja Hamengku Buwono IX adalah membuka Alun-alun Selatan untuk
masyarakat
bergabung
dengan
luas;
bertepatan
Negara
setelah
Republik
Keraton
Indonesia
Yogyakarta yang
telah
193
memproklamasikan kemerdekaan. Pada saat ini Alun-alun Selatan ditetapkan
sebagai
bagian
dari
kawasan
cagar
budaya
“Jeron
Beteng”/Keraton dan sebagai ruang terbuka kota yang juga menjadi salah satu obyek tujuan wisata Yogyakarta.
Strategi yang dapat dilakukan pada Alun-alun Selatan Yogyakarta adalah melalui konservasi - preservasi kawasan cagar budaya. Mengidentifikasi serta mempertahankan karakter dasar kawasan sehingga perubahan yang terjadi tidak menghancurkan karakter kawasan secara keseluruhan; dengan melestarikan aspek-aspek pembentuk karakter, terutama pada aspek fisik agar suatu tempat sama seperti aslinya dan upaya mencegahnya dari kehancuran atau kepunahan.
6.2 Saran Hal–hal yang dapat disarankan berdasar pada temuan dan kesimpulan dalam penelitian ini adalah : 1. Saran untuk perkembangan Alun-alun Selatan Yogyakarta yang menjadi ruang terbuka publik bagi Kota Yogyakarta adalah agar tetap juga mempertahankan karakter sebagai bagian kawasan cagar budaya “Jeron Beteng”/ Keraton Yogyakarta, dengan :
Menjaga keberadaan aspek fisik yang berupa elemen-elemen fisik dasar pembentuk ruang Alun–alun Selatan Yogyakarta dengan melihatnya sebagai benda cagar budaya.
Mempertahankan bentuk, letak dan orientasi susunan elemen–elemen fisik pokok yang menjadi aspek fisik karakter dasar Alun-alun Selatan Yogyakarta.
194
Menjaga kesakralan Alun–alun Selatan, yaitu dengan menjaga kelestarian sepasang beringin kurung yang berada di tengah-tengah lapangan Alun–alun Selatan. Pohon beringin kurung adalah identitas bagi alun–alun di Kota-kota Jawa, dimana alun–alun adalah sebuah ruang terbuka dengan sepasang beringin kurung di tengahnya. Dua beringin kurung adalah simbol dari eksistensi kekuasaan raja dan simbol dari Manunggaling Kawulo Lan Gusti. Ika Putra (1995) menyatakan jika alun–alun telah kehilangan beringin kembarnya, maka ruang terbuka alun–alun akan berubah fungsi sebagai tempat kegiatan komersial bahkan perkampungan penduduk. Sedapat mungkin area antara beringin kurung dengan Keraton yang membentuk sumbu filosofi berupa garis imajiner utara-selatan tidak terganggu atau terinterupsi oleh apapun.
Sedikit mungkin melakukan intervensi yang bersifat fisik. Dapat dilakukan melalui penataan fungsi-fungsi yang terjadi agar disesuaikan dengan karakter kawasan.
2. Saran untuk penelitian lebih lanjut
Kajian yang telah dilakukan di sini bersifat kualitatif, maka penelitian ini dapat dilanjutkan dengan kajian–kajian yang lebih bersifat kuantitatif; terutama pada daya dukung kawasan sebagai ruang terbuka publik serta merupakan bagian dari kawasan pusaka budaya.
195
6.3 Strategi Strategi yang dapat di terapkan pada Alun-alun Selatan Yogyakarta dalam upaya melestarikan Alun-alun Selatan sebagai salah satu karakter Kawasan Pusaka Budaya Yogyakarta, antara lain :
Pembatasan elemen-elemen pengisi ruang terbuka agar keberadaannya dapat saling mendukung satu dengan lainnya, serta dapat menambah nilai estetis ruang yang merupakan bagian dari kawasan cagar budaya.
Pembatasan kegiatan oleh publik, yang dapat dilakukan dengan melakukan penjadwalan kegiatan, serta megelompokkan atau memberi zonasi kegiatan.
Pengaturan pergerakan di dalam ruang Alun-alun Selatan supaya tidak saling mengganggu kegiatan dan kepentingan yang berlangsung di dalamnya.
Maka : Harus ada regulasi tegas dari pihak Keraton sebagai pemilik lahan mengenai bentuk elemen fisik dan aktivitas yang boleh dan tidak boleh berada atau dilaksanakan di Alun-alun Selatan. Harus ada sanksi tegas dari pihak pengelola Alun-alun Selatan (Keraton dan Pemerintah Daerah) bagi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi.
196