101
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa penelitian dapat disimpulkan bahwa arahan untuk selubung bangunan sebagai berikut : 6.1.1..Selubung
bangunan
berdasarkan
kondisi
eksisting
dan
batasan
ketinggian yang diijinkan D. Selubung bangunan berdasarkan kondisi eksisting. a. Lokasi paling memungkinkan untuk bangunan baru kategori bangunan tinggi II / ketinggian tak terhingga adalah sub blok yang memiliki luasan / dimensi
besar, untuk sub blok yang mempunyai dimensi
semakin kecil maka ketinggian lantai maksimalnya akan berjumlah sedikit (lokasi tinggi bangunan lihat Tabel 04 sampai Tabel 06 dan untuk gambaran secara tiga dimensi ada pada Gambar 26 sampai Gambar 29). b. Untuk bangunan yang menghendaki
tinggi lantai podium secara
maksimal maka garis sepadan bangunannya adalah nol (0) (untuk melihat jumlah lantai podium dan lokasinya ada pada Gambar 26 sampai Gambar 29). Kondisi tersebut diatas memungkinkan apabila kepemilikan kaveling sub blok bersifat tunggal dan tidak ada batasan ketinggian.
102
E. Selubung bangunan berdasarkan
batasan ketinggian
bangunan yang
diijinkan a. Sehubungan dengan adanya batasan ketinggian maksimal pada lokasi penelitian (maksimal 8 lantai) maka ketinggian lantai di setiap sub bloknya adalah maksimal 8 lantai dengan lokasi-lokasi tertentu (untuk melihat jumlah lantai maksimal dan lokasinya ada pada Gambar 36 sampai Gambar 39). b. Untuk sub blok memiliki luas relatif lebih kecil ketinggian minimum adalah 4 lantai (untuk melihat lokasinya ada pada Gambar 36 sampai Gambar 39). Kondisi tersebut diatas memungkinkan apabila kepemilikan persil bersifat tunggal.
6.1.2. Selubung bangunan berdasarkan jarak bangunan bangunan Besarnya pembagian atau kepemilikan persil pada sub blok yang ada, dapat mempengaruhi ketinggian lantai maksimal pada persil tersebut. Semakin besar kepemilikan persil tersebut memungkinkan bangunannya dibangun secara maksimal sesuai dengan selubung bangunan pada sub blok tersebut. Gambar tiga dimensi selubung bangunan berdasarkan jarak lihat Gambar 43 dan Gambar 44, sedangkan perhitungannya lihat Gambar 40 sampai Gambar 42.
103
6.2. Saran Bertitik tolak pada temuan-temuan penelitian ini maka untuk mengantisipasi berkembangnya kawasan segitiga Wonokromo yang tidak terencana maka disarankan : 1. Perlunya diupayakan adanya kepemilikan lahan khususnya pada sub blok 2a dan 2b secara menyeluruh karena lokasi yang paling memungkinkan untuk dibangun secara maksimal. Hal ini sesuai dengan land use pada kawasan tersebut yang peruntukannya sebagai fasilitas perdagangan dalam skala regional dengan fasilitas pendukungnya berupa hunian yang dibangun secara vertikal (kondomunium / apartemen / rumah susun). Sedangkan pada sub blok lainnya dimensi dan posisi persil lebih tidak memungkinkan jika dibanding sub blok 2a dan 2b.. 2. Perlunya pembahasan lanjutan tentang luas lantai dasar bangunan yang memungkinkan berdasarkan KDB. 3. Perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sejaumana pemunduran bangunan eksisting, yang melampaui batasan selubung bangunan.
104
DAFTAR PUSTAKA
1. Danisworo. Mohammad (1989) Urban Landscape sebagai Komponen Penentu kwalitas Lingkungan Hidup Kota, Makalah pada Ceramah di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Kristen Petra, Surabaya. 2. Darjosanjota, Endang Titi Sunarti (2006) Penelitian Arsitektur di Bidang Perumahan dan Permukiman, Itspress, Surabaya. 3. De Chiera. Joseph & Koppelman. Lee (1975) Urban Planing and Design Criteria, Van Nostrand Reinhold Company, New York. 4. Djoko Suwandono
(1988)
Beberapa
Konsep
Pemikiran
Terhadap
Pengarahan bagi Penjabaran Rencana Dua Dimensi menjadi Tiga Dimensi, Tesis, Program Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Pasca Sarjana ITB, Bandung. 5. Heru Purwadio (1994) Studi Penataan Bangunan Ditinjau dari Perancangan Kota, Studi kasus : Jalan Kertajaya Surabaya, Laporan Penelitian, Jurusan Arsitektur ITS, Surabaya. 6. Lynch. Kevin (1992) The Image of the City. 7. Moh. Nazir, Ph. D (2005) Metode penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor. 8. Nirmala Rahayu (2003) Penataan Kawasan Segi Tiga Wonokromo Sebagai Upaya Memperkuat Identitas Kota Surabaya, Thesis Pasca Sarjana, ITS, Surabaya. 9. Program Pasca Sarjana, Institus Sepuluh November Surabaya (2004) Pedoman Akademis, ITS, Surabaya.
105
10. Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (1991), Pedoman Penulisan Desertasi dan Tesis, Yogyakarta. 11. Dinas Pengawasan Pembangunan Daerah (1992) Himpunana Peraturan daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya tentang pelayanan di bidang perizinan bangunan, Surabaya. 12. Peraturan daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya (2005) Rancangan Tata Ruang Wilayah Surabaya. 13. Peraturan daerah Kotamadya
Daerah Tingkat II Surabaya (2001)
Rencana
Detail Tata Ruang Kota Unit pengembangan Trenggilis Mejoyo. 14. Peraturan daerah Kotamadya
Daerah Tingkat II Surabaya (2001)
Rencana
Detail Tata Ruang Kota Unit pengembangan Trenggilis. 15. Peraturan daerah Kotamadya
Daerah Tingkat II Surabaya (2001) Evaluasi
Rencana Teknik Ruang Kota Unit distrik Wonokromo. 16. Shirvani, Hamid (1999) The Urban Design Process, Van Nostrand Reinhold Company, New York. 17. Zahnd, Markus
(1999) Teori perancangan kota dan penerapannya dalam:
Perancangan Kota Secara Terpadu. Ed: Heinz Frick. Kanisius, Yogyakarta.