BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1.
Kesimpulan Terdapat empat buah kesimpulan sesuai Tujuan Penelitian pada Bab I.
Kesimpulan pada poin ke-1 dan poin ke-3 merupakan kesimpulan yang terkait pada Tujuan Penelitian pertama, yakni mengenai perancangan perangkat pertunjukan. Kesimpulan ke-2 dan ke-4 merupakan kesimpulan yang terkait pada Tujuan Penelitian kedua, yakni mengenai analisis perangkat pertunjukan. Kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Rancangan set I perangkat pertunjukan bayangan 3D yang hanya digunakan sebagai analisis posisi bayangan 3D karena pengaruh posisi objek, pengamat dan variasi radius layar telah dibuat dalam bentuk gambar teknik (ditunjukkan pada Gambar 6.1). 2. Analisis pada set I dilakukan untuk mengetahui posisi bayangan 3D di sumbu-x dan di sumbu-z untuk setiap perlakuan dari posisi objek, pengamat dan variasi radius layar. Berikut hasil analisis untuk tiap-tiap skenario umum pada set pertunjukan I : a) Konsekuensi dari variasi XP dan XE terhadap XP’. a. Ketika objek semakin bergerak menjauhi titik tengah layar, bayangan 3D yang terbentuk akan semakin bergeser menjauhi titik tengah layar, dengan catatan variasi objek tidak melampaui titik kritis (ditunjukkan pada Gambar 5.2 dan Gambar 5.3). b. Pada skenario akan terbentuk titik kritis, yakni titik variasi cacah yang menghasilkan perubahan tren yang tidak tetap pada grafik (ditunjukkan pada Gambar 5.2 dan Gambar 5.3). c. Titik kritis adalah konsekuensi dari penggunaan layar berkurva (ditunjukkan pada Gambar 5.2 dan Gambar 5.3). d. Perubahan posisi pengamat terhadap titik tengah layar, akan menghasilkan dua kemungkinan letak dari bayangan 3D, yakni: 1) Ketika posisi pengamat dan objek berada pada sifat daerah yang sama (keduanya positif/negatif), maka bayangan 3D 99
100 semakin menjauhi titik tengah layar (ditunjukkan pada Gambar 5.2 dan Gambar 5.3). 2) Ketika posisi pengamat dan objek berada pada sifat daerah yang berbeda (salah satu bersifat positif/negatif), maka bayangan 3D semakin mendekati titik tengah layar (ditunjukkan pada Gambar 5.2 dan Gambar 5.3). e. Semakin besar radius layar yang digunakan, maka posisi bayangan 3D semakin menjauhi titik tengah layar (ditunjukkan pada Gambar 5.7). f. Pada layar dengan radius tak terhingga (layar datar) titik kritis tidak terbentuk, sehingga pergeseran objek di sumbu-x yang semakin besar akan menghasilkan pergeseran bayangan 3D yang semakin menjauhi titik tengah layar (ditunjukkan pada Gambar 5.7). b)Konsekuensi dari variasi XP dan XE terhadap ZP’. a. Ketika posisi objek semakin menjauhi titik tengah layar maka bayangan 3D di sumbu-z semakin menjauhi layar (ditunjukkan pada Gambar 5.9). b. Perubahan posisi pengamat terhadap titik tengah layar, akan menghasilkan dua kemungkinan letak dari bayangan 3D, yakni: 1) Ketika posisi pengamat dan objek berada pada sifat daerah yang sama (keduanya positif/negatif), maka bayangan 3D di sumbu-z semakin mendekati layar (ditunjukkan pada Gambar 5.9). 2) Ketika posisi pengamat dan objek berada pada sifat daerah yang berbeda (salah satu bersifat positif/negatif), maka bayangan 3D di sumbu-z semakin menjauhi layar (ditunjukkan pada Gambar 5.9). c. Semakin besar variasi radius yang digunakan maka posisi bayangan 3D di sumbu-z akan semakin mendekati layar (ditunjukkan pada Gambar 5.10).
101 d. Pada layar dengan radius tak terhingga, perubahan posisi objek di sumbu-x tidak berpengaruh pada perubahan posisi bayangan 3D di sumbu-z (ditunjukkan pada Gambar 5.10). c) Konsekuensi dari variasi XP dan ZE terhadap XP’. a. Ketika objek bergerak menjauhi titik tengah layar, bayangan 3D yang terbentuk juga akan semakin bergeser menjauhi titik tengah layar, dengan catatan variasi objek tidak melampaui titik kritis (ditunjukkan pada Gambar 5.11 dan Gambar 5.12). b. Ketika posisi pengamat semakin mendekati layar, letak titik kritis bergeser pada cacah variasi yang lebih kecil, sehingga perubahan letak bayangan 3D di sumbu-x semakin tidak linier (ditunjukkan pada Gambar 5.11 dan Gambar 5.12). c. Semakin besar radius layar yang digunakan maka posisi bayangan 3D di sumbu-x semakin menjauhi titik tengah layar (ditunjukkan pada Gambar 5.13). d. Pada layar dengan radius tak terhingga (layar datar) titik kritis tidak terbentuk, sehingga pergeseran objek di sumbu-x yang semakin besar akan menghasilkan pergeseran bayangan 3D yang semakin menjauhi titik tengah layar (ditunjukkan pada Gambar 5.13). d)Konsekuensi variasi posisi XP dan ZE terhadap ZP’. a. Ketika objek semakin menjauhi titik tengah layar maka bayangan 3D yang terbentuk di sumbu-z semakin menjauhi layar (ditunjukkan pada Gambar 5.14). b. Ketika pengamat semakin menjauhi layar maka semakin jauh pula jarak bayangan 3D di sumbu-z terhadap layar (ditunjukkan pada Gambar 5.14). c. Semakin besar variasi radius layar yang digunakan, maka posisi bayangan 3D di sumbu-z akan mendekati layar (ditunjukkan pada Gambar 5.15). d. Pada layar dengan radius tak terhingga, perubahan posisi objek di sumbu-x tidak berpengaruh pada perubahan posisi bayangan 3D di sumbu-z (ditunjukkan pada Gambar 5.15).
102 e) Konsekuensi variasi posisi ZP dan XE terhadap XP’ (Objek di tengah layar). a. Ketika posisi pengamat di tengah-tengah layar (XE = 0) tidak ada pengaruh perubahan posisi objek di sumbu-z terhadap letak bayangan 3D di sumbu-x (ditunjukkan pada Gambar 5.16). b. Ketika posisi pengamat tidak di tengah-tengah layar (XE ≠ 0) dan objek semakin bergeser menjauhi layar, maka letak bayangan 3D akan semakin menjauhi titik tengah layar (ditunjukkan pada Gambar 5.16). c. Ketika pengamat semakin bergerak menjauhi titik tengah layar maka bayangan 3D yang terbentuk akan semakin menjauhi titik tengah layar (ditunjukkan pada Gambar 5.16). d. Ketika posisi pengamat di tengah-tengah layar (XE=0), perubahan variasi radius layar tidak berpengaruh terhadap terbentuknya bayangan 3D di sumbu-x (ditunjukkan pada Gambar 5.17). e. Ketika posisi pengamat tidak di tengah tengah layar (XE ≠ 0), semakin besar variasi radius layar maka posisi bayangan 3D semakin mendekati titik tengah layar (ditunjukkan pada Gambar 5.18 dan Gambar 5.19). f) Konsekuensi dari variasi ZP dan XE terhadap ZP’ (Objek tidak di tengah layar). a. Ketika posisi objek mendekat layar maka letak bayangan 3D di sumbu-z semakin mendekat ke arah layar (ditunjukkan pada Gambar 5.20). b. Pergeseran posisi pengamat di sumbu-x tidak mempengaruhi perubahan dari letak bayangan 3D di sumbu-z (ditunjukkan pada Gambar 5.20). c. Semakin besar variasi radius layar, letak bayangan 3D di sumbu-z semakin mendekat ke arah layar (ditunjukkan pada Gambar 5.21).
103 g)Konsekuensi variasi posisi ZP dan XE terhadap XP’ (Objek di tengah layar). a. Ketika posisi objek mendekat ke arah layar, maka posisi bayangan 3D yang terbentuk akan semakin menjauhi titik tengah layar dengan nilai yang tidak melebihi posisi ibjek di sumbu-x (ditunjukkan pada Gambar 5.22). b. Semakin besar variasi radius yang digunakan maka posisi bayangan 3D di sumbu-x akan semakin menjauhi titik tengah layar dengan nilai yang tidak melebihi posisi objek di sumbux (ditunjukkan pada Gambar 5.23). c. Pada layar dengan radius tak terhingga (layar datar), perubahan objek di sumbu-z tidak berpengaruh terhadap terbentuknya bayangan 3D di sumbu-x (ditunjukkan pada Gambar 5.23). h)Konsekuensi dari variasi ZP dan XE terhadap ZP’ (Objek tidak di tengah layar). a. Ketika posisi objek mendekat layar maka letak bayangan 3D di sumbu-z semakin mendekat ke arah layar (ditunjukkan pada Gambar 5.24). b. Ketika posisi pengamat semakin bergeser ke daerah yang sama dengan posisi objek (positif/negatif) maka bayangan 3D yang terbentuk akan semakin mendekat ke arah layar (ditunjukkan pada Gambar 5.24). c. Semakin besar variasi radius layar, letak bayangan 3D di sumbu-z semakin mendekat ke arah layar (ditunjukkan pada Gambar 5.25). i) Konsekuensi dari variasi ZP dan ZE terhadap XP’ (Objek di tengah layar). a. Perubahan posisi pengamat di sumbu-z tidak mempengaruhi posisi bayangan 3D di sumbu-x (ditunjukkan pada Gambar 5.26).
104 b. Perubahan posisi objek di sumbu-z tidak mempengaruhi perubahan posisi bayangan 3D di sumbu-x (ditunjukkan pada Gambar 5.26). c. Perubahan variasi radius layar tidak mempengaruhi posisi bayangan 3D di sumbu-x (ditunjukkan pada Gambar 5.27). j) Konsekuensi dari variasi ZP dan ZE terhadap ZP’ (Objek di tengah layar). a. Semakin jauh posisi objek terhadap layar maka semakin jauh pula posisi bayangan 3D di sumbu-z terhadap layar (ditunjukkan pada Gambar 5.28). b. Semakin jauh posisi pengamat maka semakin jauh pula posisi bayangan 3D di sumbu-z terhadap layar (ditunjukkan pada Gambar 5.28). c. Semakin besar variasi radius layar, maka posisi bayangan 3D di sumbu-z akan semakin mendekat ke arah layar (ditunjukkan pada Gambar 5.29). k)Konsekuensi dari variasi ZP dan ZE terhadap XP’ (Objek tidak di tengah layar). a. Ketika objek bergeser mendekat ke arah layar maka posisi bayangan 3D pada sumbu-x juga bergerak menuju titik yang bernilai sama dengan posisi objek di sumbu-x (ditunjukkan pada Gambar 5.30). b. Semakin jauh posisi pengamat terhadap layar, maka bayangan 3D yang terbentuk akan semakin menjauh terhadap titik tengah layar (ditunjukkan pada Gambar 5.30). c. Semakin besar radius yang digunakan, maka bayangan 3D yang terbentuk di sumbu-x akan semakin menjauhi titik tengah layar dengan batas tertinggi adalah titik dengan nilai yang sama dengan posisi objek di sumbu-x (ditunjukkan pada Gambar 5.31). d. Pada layar dengan radius tak terhingga (layar datar), perubahan objek di sumbu-z tidak berpengaruh terhadap
105 terbentuknya bayangan 3D di sumbu-x (ditunjukkan pada Gambar 5.31). l) Konsekuensi dari variasi ZP dan ZE terhadap ZP’ (Objek tidak di tengah layar). a. Semakin semakin dekat posisi objek terhadap layar maka posisi bayangan 3D di sumbu-z semakin dekat dengan layar (ditunjukkan pada Gambar 5.32). b. Semakin jauh posisi pengamat maka semakin jauh pula posisi bayangan 3D di sumbu-z terhadap layar (ditunjukkan pada Gambar 5.32). c. Semakin besar variasi radius layar, maka posisi bayangan 3D di sumbu-z akan semakin mendekat ke arah layar (ditunjukkan pada Gambar 5.33). 3. Rancangan set II perangkat pertunjukan bayangan 3D yang telah memenuhi aspek kenyamanan visual telah dibuat dalam bentuk gambar teknik (ditunjukkan pada Gambar 6.2 sampai dengan Gambar 6.6). 4. Berikut hasil analisis dari rancangan set pertunjukan II untuk bayangan 3D yang telah memenuhi aspek kenyamanan: a) Variasi cacah XP. a. Ketika posisi objek semakin bergerak menjauh posisi tengah layar, maka bayangan 3D yang terbentuk semakin menjauhi titik tengah layar (ditunjukkan pada Gambar 5.61 sampai dengan Gambar 5.66). b. Semakin besar variasi radius layar, maka letak posisi bayangan 3D semakin menjauhi titik tengah layar (ditunjukkan pada Gambar 5.67). c. Ketika posisi objek semakin bergerak menjauhi posisi tengah layar, maka bayangan 3D yang terbentuk di sumbu-z semakin menjauh terhadap layar (ditunjukkan pada Gambar 5.68 sampai dengan Gambar 5.72). d. Semakin besar variasi radius layar, maka posisi bayangan 3D yang terbentuk di sumbu-z semakin jauh dari layar (ditunjukkan pada Gambar 5.73).
106 e. Pada layar dengan radius tak terhingga (layar datar), perubahan posisi objek di sumbu-z tidak berpengaruh terhadap terbentuknya bayangan 3D di sumbu-z (ditunjukkan pada Gambar 5.73). b)Variasi cacah ZP (objek di tengah layar). a. Perubahan posisi objek di sumbu-z tidak mempengaruhi posisi bayangan 3D di sumbu-x (ditunjukkan pada Gambar 5.74). b. Perubahan variasi radius layar tidak berpengaruh terhadap perubahan letak bayangan di sumbu-x (ditunjukkan pada Gambar 5.74). c. Ketika posisi objek semakin jauh terhadap layar maka posisi bayangan 3D semakin jauh terhadap layar (ditunjukkan pada Gambar 5.75). d. Semakin besar variasi radius dari set layar maka bayangan 3D yang terbentuk di sumbu-z semakin menjauhi layar (ditunjukkan pada Gambar 5.75). c) Variasi Cacah ZP (objek tidak di tengah layar). a. Ketika posisi objek semakin menjauhi layar maka bayangan 3D yang terbentuk semakin mendekati titik tengah layar (ditunjukkan pada Gambar 5.76). b. Ketika variasi radius layar diperbesar maka bayangan 3D yang terbentuk di sumbu-x semakin menjauhi titik tengah layar (ditunjukkan pada Gambar 5.76). c. Pada layar dengan radius tak terhingga (layar datar), perubahan posisi objek di sumbu-z tidak mempengaruhi posisi bayangan 3D di sumbu-x (ditunjukkan pada Gambar 5.76). d. Ketika posisi objek semakin jauh terhadap layar maka posisi bayangan 3D semakin jauh terhadap layar (ditunjukkan pada Gambar 5.77). e. Semakin besar variasi radius dari set layar maka bayangan 3D yang terbentuk di sumbu-z semakin menjauhi layar (ditunjukkan pada Gambar 5.77).
107 VI.2.
Saran 1. Perlu adanya perbaikan pada sajian grafik karakterisasi, sehingga maksud dari grafik dan ketelitian grafik dapat dibaca dengan jelas. 2. Perlu adanya pembuatan set pertunjukan secara nyata yang disesuaikan dengan rancangan yang telah dibuat pada penelitian ini, sehingga set pertunjukan dapat diuji untuk menayangkan bayangan 3D secara baik. 3. Perlu adanya penambahan parameter kenyamanan visual, yakni kontras dan crosstalk. Kontras merupakan perbandingan serian antara citra mata kiri dan citra mata kanan, sedangkan crosstalk merupakan pemisahan citra yang tidak lengkap antara mata kiri dan kanan, sehingga komponen citra mata kiri bocor ke mata kanan, atau sebaliknya. Adanya pertimbangan untuk menghitung kontras dan crosstalk akan menghasilkan ketelitian visual, sehingga dapat diketahui kepastian bayangan 3D yang terlihat secara nyata oleh mata pengamat.
108
Gambar 6.1. Rancangan set I perangkat pertunjukan bayangan 3D.
109 a) Kurva dengan radius 40 cm.
Gambar 6.2. (a) Set panggung dengan radius kurva 40 cm pada bidang-xz. (b) Set panggung dengan radius kurva 40 cm pada bidang-yz.
110
b) Kurva dengan radius 60 cm.
Gambar 6.3. (a) Set panggung dengan radius kurva 60 cm pada bidang-xz. (b) Set panggung dengan radius kurva 60 cm pada bidang-yz.
111
c) Kurva dengan radius 80 cm.
Gambar 6.4. (a) Set panggung dengan radius kurva 80 cm pada bidang-xz. (b) Set panggung dengan radius kurva 80 cm pada bidang-yz.
112
d) Kurva dengan radius 100 cm.
Gambar 6.5. (a) Set panggung dengan radius kurva 100 cm pada bidang-xz. (b) Set panggung dengan radius kurva 100 cm pada bidang-yz.
113
e) Kurva dengan radius 120 cm.
Gambar 6.6. (a) Set panggung dengan radius kurva 120 cm pada bidang-xz. (b) Set panggung dengan radius kurva 120 cm pada bidang-yz.
114
f) Kurva dengan radius tidak terhingga (layar datar).
Gambar 6.7. (a) Set panggung dengan layar datar (radius tidak terhingga) pada bidang-xz. (b) Set panggung dengan layar datar (radius tidak terhingga) pada bidang-yz.