214
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1. Kesimpulan
VI.1.1. Esensi Arsitektur Frank Lloyd Wright Sebagai hasil proses indentifikasi ideologi, konsep dan metode Arsitektur Frank Lloyd Wright yang telah peneliti lakukan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Arsitektur Frank Lloyd Wright yang mengalami perjalanan dan perubahan bentuk dan style, yaitu : Prairie Style, Textile Concrete Block House, Usonian sampai Hemicycle Design, pada dasarnya perjalanan bentuk dan style itu berada dalam satu himpunan pemikiran arsitektur yang lebih besar, yaitu Arsitektur Organik. Arsitektur menurut Wright adalah kehidupan. Arsitektur adalah roh kreatif yang hidup dari generasi ke generasi, dari masa ke masa, mendahului, bertahan, mencipta, menurut sifat alami manusia dan situasinya. Dengan kata lain, arsitektur adalah roh hidup (living spirit) yang membentuk dan menghidupkan bangunan. Arsitektur yang merupakan roh meliputi : (1) roh oleh dan untuk manusia/ spirit by and for man, (2) roh dari waktu/ spirit of time, dan (3) roh dari tempat/ spirit of place. Sekadar bangunan mungkin tidak memiliki roh apapun. Oleh karena itu, Arsitektur Organik melihat Arsitektur sebagai Entitas atau ―Architecture as an Entity‖, yang tak hanya memilki bentuk fisik, namun
215
juga roh kehidupan, yang membedakan dirinya dari sekadar bangunan. Dalam kaitannya sebagai entitas utuh, ide bangunan digali dari dalam (inner conception), dari ide desain itu sendiri dan dari apapun yang ada di dalam dan di tempat asalnya, bukan mengambil ide dari luar dan memaksakan masuk ke bangunan. Arsitektur Organik memiliki sifat : (1) tumbuh dari dalam, tidak hanya berhenti pada ‗kerangka‘ saja, atau struktur dan konstruksi, namun (2) sampai pada tahap wujud akhir yang berseni. Hal itu sejalan dengan slogannya ―Form and Function are One.‖ Konsep Perancangan Frank Lloyd Wright yang ditemukan oleh peneliti meliputi Konsep Perancangan Utama dan Pendukung. Konsep perancangan utama, meliputi : (1) Fungsionalitas, dan (2) Arsitektur sebagai Entitas. Selain Konsep Perancangan Utama di atas, juga terdapat beberapa Konsep Perancangan Pendukung. Yaitu : menerima referansi plural, dan menerima memori dan sejarah, sebagai konsekuensi pemikiran arsitektur organik yang menggali kelokalan, yaitu lingkungan, tempat dan budaya dimana arsitektur itu berada.
Konsep
perancangan utama Arsitektur Organik Frank Lloyd Wright dapat dijelaskan sebagai berikut : (1)
Fungsionalitas Melanjutkan Sullivan yang membawa pemikiran Organik dari dunia Seni ke dalam dunia Arsitektur, slogan Form follow Function oleh Wright dimodifikasi menjadi Form and Function are One. Secara mendasar
216
merupakan konsep fungsionalitas, yaitu melihat ide, fungsi dan ruang sebagai hal yang membentuk wujud arsitektur. (2)
Arsitektur sebagai Entitas Utuh Sebuah entitas yang utuh tidak hanya memiliki Wujud Fisik, namun juga memilki yang disebut dalam arsitektur organik sebagai Roh Hidup. Metode perancangan formal arsitektur Frank Lloyd Wright dapat
dikategorisasikan ke dalam dua kelompok. Pertama, metode perancangan utama dan metode perancangan pendukung. Dapat dijelaskan sebagai berikut : (1)
Metode Perancangan Utama Pada Konsep Fungsionalitas, metode perancangan arsitektur Frank Lloyd Wright bekerja dari dalam. Dimulai dari ide, fungsi dan ruang yang menjadi inti atau isi sebuah arsitektur, tumbuh keluar dengan sebuah sistem, yang akhirnya menghasilkan sebuah bentuk. Sistem dan struktur mendahului munculnya bentuk bangunan. Pada konsep Arsitektur sebagai Entitas Utuh, terdapat 5 metode utama, yaitu: (1) Metafora; (2) Simbolisasi dan Hybrid; (3) Prinsip dan Karakter Desain : Kesatuan, Kesederhanaan, Harmoni, Integritas, Karakter, dan Disiplin; (4) Kontekstual dan (5) Arsitektur sebagai Volume : Kontinuitas, Plastisitas, dan Tenuitas.
(2)
Metode Perancangan Pendukung Metode perancangan pendukung Wright meliputi : (1) Ornamen dan dekorasi, (2) Polychromy.
217
VI.1.2. Hubungan antara Arsitektur Frank Lloyd Wright dan Arsitektur Postmodern Sebagai hasil penelusuran adanya pemikiran Postmodern dalam Arsitektur Frank Lloyd Wright, peneliti dapat melihat hubungan antara Arsitktur Postmodern dan Arsitektur Frank Lloyd Wright. Pendapat Jencks tentang Arsitektur Postmodern yang kemudian (berbeda dari pendapatnya pada awal gerakan postmodern) menyatakan bahwa Arsitektur Postmodern merupakan kelanjutan Arsitektur Modern. Kemunculan Postmodern dalam arsitektur lebih tepat disebut sebagai pergeseran paradigma dan bukan sebagai lawan Arsitektur Modern. Semua kritik terhadap Arsitektur Modern bertujuan untuk memperbaiki bagian yang salah dari pandangan Arsitektur Modern (International Style), namun Arsitektur Postmodern tidak bisa lepas dari Arsitektur Modern. Pemikiran ini sejalan dengan pendapat David Giddens yang mengatakan bahwa Postmodern tidak lain adalah ―wajah arif Modern yang telah sadar diri.‖ Sikap Arsitektur Postmodern terhadap Arsitektur Modern ini sejalan dengan sikap Arsitektur Frank Lloyd Wright. Arsitektur Organik Wright bukanlah menjadi lawan Arsitektur Modern, namun merupakan Arsitektur Masa Depan, sebuah proyek Arsitektur Modern yang belum selesai. Arsitektur Frank Lloyd Wright menempati posisi yang unik dalam peta periodisasi arsitektur dunia. Arsitektur Frank Lloyd Wright berada dalam periode yang sama dengan periode Arsitektur Modern, bahkan pada awalnya Frank Lloyd
218
Wright memberikan pengaruh dalam kristalisasi Arsitektur Modern. Namun untuk selanjutnya, Arsitektur Organik Frank Lloyd Wright membedakan diri dan menjadi sebuah alternatif terhadap dominasi Arsitektur Modern International Style. Berdasarkan beberapa sumber, diantaranya Sumalyo (1997), Curtis (1996), dan McCarter (2006), serta hasil pembahasan yang telah dilakukan di bab-bab sebelumnya, peneliti membuat hubungan antara Arsitektur Modern, Postmodern dan Frank Lloyd Wright dalam skema berikut :
219
Skema 6.1. Posisi dan hubungan Arsitektur F.L. Wright, Modern dan Postmodern Sumber : Konstruksi peneliti, berdasarkan Sumalyo (1997), Curtis (1996), McCarter (2006), 2014
220
Dapat disimpulkan bahwa baik Arsitektur Postmodern maupun Arsitektur Frank Lloyd Wright sama-sama tetap meneruskan hal-hal baik yang ada di dalam Arsitektur Modern, tetapi menambahkan serta menyempurnakannya dengan halhal lain yang tidak atau belum dilakukan oleh Arsitektur Modern. Dengan kata lain keduanya sama-sama menerapkan “Dua Kaidah”, yaitu Kaidah Arsitektur Modern yang ditambah dengan Kaidah yang lain. Dalam wilayah teori, peneliti dapat menemukan adanya pemikiran Postmodern di dalam Arsitektur Frank Lloyd Wright, yaitu diterapkannya lebih dari satu Kaidah (Code) dalam arsitektur, yaitu menerapkan Kaidah Arsitektur Modern (Fungsionalisme) sebagai aspek Fisik dan Kaidah yang lain sebagai aspek Roh. Dari hasil penelitian, ditemukan kemiripan pemikiran Arsitektur Postmodern dan Arsitektur Frank Lloyd Wright pada wilayah Konsep dan Metode Perancangan. Pada tingkat Konsep Perancangan, terdapat dua konsep utama Arsitektur Frank Lloyd Wright, yaitu : (1) Fungsionalitas, dan (2) Arsitektur sebagai Entitas. Konsep Fungsionalitas dan Arsitektur sebagai Entitas sejalan dengan pemikiran Postmodern yang disampaikan oleh beberapa tokoh Postmodern. Konsep-konsep itu sama-sama berusaha menjawab kegagalan Arsitektur Modern, yaitu memadukan kembali ilmu dan rasa, struktur dan seni, etika dan estetika. Konsep-konsep Postmodern tersebut yaitu Both And (Venturi), Function and Fiction (Klotz), Double Coding (Jencks), Symbiosis (Kurokawa), serta Konsep Place Making (Christian Norberg-Schulz). Kesamaan parameter pemikiran pada
221
tingkat Metode Perancangan adalah : (1) Metafora, (2) Kontekstual, (3) Hybrid dan (4) Simbolisasi.
VI.1.3. Konsistensi Penerapan Parameter Pemikiran Postmodern dalam Karya Arsitektur Frank Lloyd Wright Dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya yaitu Bab V, peneliti dapat menemukan pada tingkatan Metode Perancangan, adanya konsistensi penerapan parameter Metafora, Kontekstual, Hybrid dan Simbolisasi di dalam karya-karya arsitektur Frank Lloyd Wright. Setiap karya Frank Lloyd Wright paling tidak menerapkan tiga parameter yang disebutkan di atas, dan parameter Kontekstual secara konsisten diterapkan pada setiap karya, meskipun tingkat atau kadar penerapannya bervariasi (ada yang rendah dan tinggi) tergantung pada kondisi tapak dan lingkungan, serta permintaan pada desain. Dikaitkan dengan cara pandang Arsitektur sebagai Entitas, maka parameter Metafora secara tersirat diterapkan pada semua bangunan. Di seluruh karya arsitekturnya, Wright berusaha memberikan Roh pada bangunan dan bukan hanya bentuk fisiknya saja. Simbolisasi diterapkan dalam semua karya Frank Lloyd Wright, sejak masa Prairie Style dengan massa yang masif, denah terbuka dan perapian. Secara umum, simbol persatuan dalam keluarga yang diwakili oleh denah yang terbuka (open plan), ruang yang menerus dan perapian diterapkan untuk seterusnya di
222
karya-karya Wright selanjutnya. Wright membuktikan kejeniusannya dalam mengolah simbolisasi pada bangunan-bangunan publik dan keagamaan. Simbolisasi dilakukan dengan menggali dari dalam (inner conception) akar dari arsitektur yang akan dibangun, yaitu sejarah, pengalaman dan memori masa lalu, serta apa yang diinginkan oleh bangunan tersebut. Hybrid paling banyak dan paling jelas ditemukan pada periode Textile Concrete Block, tahun 1920an. Yaitu mengkombinasikan masa lalu berupa ingatan kebudayaan Maya dengan rumah modern, mengkombinasikan ornamen yang terinspirasi dari bentuk masa lalu dengan sistem struktur masa kini.
223
VI.2. Saran
Selama melakukan penelitian ini, peneliti menemukan beberapa hal dari Arsitektur Frank Lloyd Wright yang menarik dan bisa diteliti lebih lanjut. Antara lain : 1.
Aspek Keunikan Arsitektur Frank Lloyd Wright dalam kaitannya dengan Kearifan Arsitektur Vernakular
2.
Aspek penerapan inovasi sistem struktur dan fisika bangunan dalam Karya-karya Frank Lloyd Wright
3.
Penelitian tentang Arsitektur Frank Lloyd Wright memberikan wawasan dan pengetahuan kepada peneliti mengenai cara berpikir seorang arsitek besar, yang memiliki karya inovatif, orisinil dan memiliki proses. Ini sedikit banyak mengusik peneliti tentang Esensi Arsitektur. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan kepada arsitek lainnya yang memiliki kemiripan dengan tujuan untuk bisa dihubungkan dalam rangka menemukan pemikiran lebih dalam mengenai Arsitektur dan Esensi yang ada di dalamnya.