BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Ringkasan Temuan Penahapan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud terdapat lima
tahap, yaitu tahap perencanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014, tahap persiapan pelaksanaan rencana penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014, tahap tanggap darurat bencana erupsi Gunung Kelud 2014, tahap transisi ke tahap pemulihan, dan tahap pemulihan. Namun, dalam penelitian ini hanya dibahas empat tahap karena tahap pemulihan masih berjalan sampai saat ini sehingga peneliti tidak dapat membahasnya. Penahapan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014 di Kabupaten Kediri telah terstruktur dengan baik tetapi perencanaan penanggulangan bencananya bersifat mendadak sehingga perencanaan belum dapat melingkupi semua aspek misalnya evakuasi hewan ternak yang tidak sempat dilakukan. Hal tersebut dikarenakan terdapat perencanaan kontinjensi dalam menghadapi bencana letusan Gunung Kelud yang tidak sesuai dengan rencana seperti melesetnya perkiraan letusan Gunung Kelud tetapi dokumen tersebut tidak diperbaiki. Oleh karena itu, peningkatan status Gunung Kelud mempengaruhi tahap perencanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014. Selanjutnya, dibentuk Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Kelud sebagai pedoman dalam menghadapi letusan Gunung Kelud. Empat tahap penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud tersebut mempunyai fokus kegiatan tertentu, yaitu sebagai berikut: 1. Tahap perencanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014, berfokus pada kegiatan kerjasama, komunikasi, dan penyebaran informasi untuk hal-hal yang akan dilakukan saat tanggap darurat bencana. 2. Tahap persiapan pelaksanaan rencana penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014, berfokus pada persiapan teknis penanganan bencna erupsi Gunung Kelud, kerjasama, komunikasi, dan penyebaran informasi. 153
3. Tahap tanggap darurat bencana erupsi Gunung Kelud 2014, berfokus pada penyelamatan nyawa manusia. 4. Tahap transisi ke tahap pemulihan, berfokus pada kegiatan peralihan dari penyelamatan nyawa manusia ke pemenuhan kebutuhan warga.
Keempat tahap penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud mempunyai beberapa faktor yang mempengaruhi tiap tahap penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud. Faktor-faktor tersebut mempunyai empat sifat yaitu dalam kendali, luar kendali, kontinyu, dan sesaat. Selanjutnya, faktor-faktor yang muncul dalam tiap tahap tersebut dikategorikan menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi suatu kejadian dari dalam. Faktor internal tersebut terdiri dari kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana erupsi Gunung Kelud, koordinasi antar pelaku proses, penyiapan kendaraan untuk evakuasi, kecepatan pelaporan kepada ketua bakornas, pemilihan anggota Satlak PBP, perencanaan titik dan jalur evakuasi, pemanfaatan jalur evakausi, penyebaran informasi melalui RAPI, adanya petunjuk jalur evakuasi, dan kebutuhan warga yang harus dipenuhi. Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi suatu kejadian dari luar. Faktor eksternal terdiri dari perubahan status Gunung kelud, letusan Gunung Kelud, keaktifan lembaga swadaya masyarakat, waktu tempuh perubahan status Gunung Kelud yang singkat, kepercayaan warga, datangnya isu yang tidak jelas, mati listrik, dan keadaan panik. Agar penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud dapat mengurangi dampak risiko lebih banyak lagi, maka diperlukan perencanaan mitigasi yang matang. 6.2
Kontribusi Teoritik Berdasarkan perbandingan penanganan bencana erupsi Gunung Kelud
dengan penanganan bencana erupsi pada gunung-gunung lain terdapat penahapan dan pola aktivitas pada tiap tahap yang berbeda. Dalam penanganan bencana erupsi Gunung Kelud diperlukan fleksibilitas artinya dapat terjadi perubahan dalam penanganan bencana karena antara perencanaan dan pelaksanaan tidak selalu sama atau bisa mengalami perubahan. Hal tersebut dikarenakan sifat bencana yang sulit 154
untuk diprediksi sehingga pelaksanaan penanganan bencana erupsi gunungapi bergantung pada kondisi bencana yang sedang terjadi. Pernyataan tersebut diperkuat dengan salah satu bukti dalam penanganan bencana erupsi Gunung Kelud 2014 di Kabupaten Kediri bahwa Kabupaten Kediri mempunyai dokumen rencana kontinjensi Kabupaten Kediri dalam menghadapi ancaman bencana letusan Gunungapi Kelud. Dalam dokumen rencana kontinjensi tersebut diperkirakan bahwa Gunung Kelud akan meletus pada 14 Februari 2011 pukul 10.00 WIB. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa Gunung Kelud belum memperlihatkan tanda-tanda akan meletus. Dokumen rencana kontinjensi tersebut belum diperbarui sampai akhirnya Gunung Kelud meletus pada 13 Februari 2014 pukul 22.50 WIB sehingga perencanaan penanganan bencana erupsi Gunung Kelud bersifat spontan yaitu ketika terdapat peningkatan status Gunung Kelud. Hal tersebut juga dikarenakan belum adanya lembaga penanggulangan bencana di Kabupaten Kediri atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Temuan ini termasuk dalam fase tanggap darurat bencana dalam siklus manajemen bencana. 6.3
Implikasi Kebijakan Berdasarkan perbandingan penanganan bencana erupsi pada Gunung
Sinabung dan Gunung Merapi, maka terdapat dua jenis rekomendasi untuk kebijakan Pemerintah Kabupaten Kediri yaitu rekomendasi umum dan khusus. Berikut rekomendasi umumnya. 1. Menumbuhkan budaya mitigasi. Supriyono (2014) menyatakan bahwa mitigasi bencana erupsi gunungapi merupakan tindakan yang dilakukan sebelum terjadinya bencana erupsi gunungapi dengan tujuan untuk mengurangi dampak bencana erupsi yang terjadi. Mitigasi bencana erupsi gunungapi dibagi menjadi mitigasi struktural dan non struktural. Mitigasi struktural yaitu suatu tindakan untuk mendesain bangunan dengan tujuan untuk menahan aliran lahar akibat gunung meletus, awan panas, dan getaran gempa bumi. Mitigasi struktural juga menyangkut pembangunan sungai-sungai yang bertujuan untuk meminimalkan dampak bencana banjir lahar dingin setelah terjadi 155
erupsi gunungapi. Tindakan mitigasi juga dapat berupa pembaharuan peta kawasan rawan bencana, pembuatan tempat berkumpul, tempat pengungsian, pembuatan jalur, dan petunjuk jalur evakuasi. Peta lontaran material dari bencana erupsi Gunung Kelud 2014 dapat menjadi rekomendasi untuk pembuatan peta kawasan rawan bencana. Rencana tempat titik kumpul perlu dibuat berupa taman bermain anak. Dalam kehidupan sehari-hari dapat digunakan sebagai tempat bermain anak. Saat terdapat potensi terjadi bencana, taman bermain tersebut digunakan sebagai tempat berkumpul sebelum mencapai tempat pengungsian. Lokasi pengungsian diperlukan tempat dengan kondisi bangunan permanen dan tertutup serta menjauhi sungai. Untuk jalur evakuasi diperlebar agar dapat dilewati dua buah kendaraan (truck) dari arah berlawanan. Petunjuk jalur evakuasi juga sebaiknya dibuat secara permanen agar masyarakat lebih tanggap letak tempat pengungsian yang telah disediakan. Diperlukan juga perencanaan evakuasi untuk hewan ternak sebagai aset warga selain lahan pertanian dan diperlukan sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat sadar bahwa mereka hidup di daerah rawan bencana. Mitigasi non struktural adalah tindakantindakan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar mempunyai respon yang cepat terhadap bencana sehingga dapat mengurangi risiko bencana. Bentuk-bentuk mitigasi non struktural berupa pendidikan dan pelatihan tentang bencana erupsi gunungapi, simulasi penyelamatan diri, dan penanganan korban. 2. Membangun sistem pengelolaan bencana yang komprehensif dan holistik Membangun sistem pengelolaan bencana yang komprehensif adalah membentuk sistem pengelolaan bencana dengan melibatkan semua aspek dan dimensi kehidupan. Membangun sistem pengelolaan bencana yang holistik adalah membentuk sistem pengelolaan bencana yang tidak terpisahkan satu dengan yang lain yaitu berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setelah terjadi bencana erupsi Gunung Kelud, peran pemerintah tidak selesai sampai di sini tapi
156
mengikuti siklus manajemen bencana atau siklus penanggulangan bencana yang disediakan oleh pemerintah. Berdasarkan Pemerintah Republik Indonesia (2007) melalui Undang-undang Nomor 24 tentang Penanggulangan
Bencana
pada
Pasal
1
menyatakan
bahwa
“Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi”.
Jadi,
setelah
bencana
terjadi,
pemerintah
harus
menyiapkan mitigasi, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi untuk bencana erupsi Gunung Kelud yang akan datang serta melakukan evaluasi terhadap penanganan bencana erupsi Gunung Kelud yang telah terjadi. 3. Penataan Ruang yang tepat Penataan ruang yang tepat di kawasan rawan bencana erupsi Gunung Kelud. Penataan ruang misalnya dengan merancang bangunan tangguh bencana, tidak mengubah pemanfataan ruang di kawasan rawan bencana yang dapat menimbulkan bencana lain serta tidak merusak lingkungan seperti pada radius 5 km diperlukan genteng yang tahan dengan lontaran material gunungapi seperti batu, kerikil, dan pasir. Diperlukan juga pengurangan kepadatan rumah pada radius 5 km dari pusat erupsi agar tidak terlalu banyak korban maupun kerusakan yang terjadi. Hal tersebut juga merupakan perencanaan permukiman di lereng Gunung Kelud. Selanjutnya, pembuatan titik kumpul berupa taman bermain anak. Dalam kehidupan sehari-hari dapat digunakan sebagai tempat bermain anak dan jika terdapat potensi bencana, taman bermain tersebut digunakan sebagai tempat berkumpul sebelum mencapai tempat pengungsian. Rekomendasi khusus adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pendataan untuk semua jenis ternak 2. Membuat perencanaan evakuasi untuk hewan ternak, dimulai dari identifikasi hewan ternak, titik dan jalur evakuasi hewan ternak, pelayanan kesehatan, pemeliharaan, pendampingan hingga pelaporan. 157
3. Penyiapan sektor pendidikan pada kondisi darurat 4. Perlu adanya rekap kejadian banjir lahar dingin 6.4
Saran Penelitian Lebih Lanjut Penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang
lebih detail mengenai Gunung Kelud untuk melengkapi penelitian ini. Berikut ini saran untuk penelitian selanjutnya. 1. Perencanaan dan pelaksanaan mitigasi bencana erupsi Gunung Kelud 2. Pemanfataan jalur evakuasi bencana erupsi Gunung Kelud 2014 3. Keterkaitan antar fase dalam siklus manajemen bencana erupsi Gunung Kelud 4. Tahap pemulihan bencana erupsi Gunung Kelud 2014 5. Mengali lebih dalam faktor-faktor yang mempengaruhi tahap tanggap darurat bencana erupsi Gunung Kelud 2014 6. Proses Evakuasi dalam tahap tanggap darurat bencana erupsi Gunung Kelud 2014 7. Evaluasi perencanaan dan pelaksanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014
158