BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini merupakan sintesa dari hasil proses analisis dan pembahasan yang ditemukan pada masjid-masjid kesultanan Maluku Utara. Karakteristik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karakteristik yang berarti ”ciri-ciri khas” yang tidak terdapat pada bangunan lainya. Berdasarkan hasil pembahasan, maka diperoleh beberapa kesimpulan tentang karakteristik masjid-masjid Kesultanan Maluku Utara. V.1.1. Karakteristik Arsitektur Masjid-Masjid Kesultanan Di Maluku Utara. A. Tata Letak Pada Tapak 1. Berdasarkan tata letak masjid dipengaruhi oleh istana atau wilayah kerajaan. Dengan kata lain istana sebagai pusat perintahan yang mengurus permasalahan duniawi sedangkan masjid sebagai pusat pengembangan ajaran Islam yang bertanggung jawab permasalahan surgawi. Selain itu masjid juga merupakan salah satu elemen pembentuk kota kerajaan selain istana atau keraton. (dapat ditinjau pada halaman 136-138). 2. Orientasi bangunanan masjid-masjid kesultanan di Maluku Utara pada umumnya tidak tepat mengarah ke arah Kiblat melainkan sedikit bergeser ke arah Timur dan Barat atau arah terbit dan tengelammnya matahari. ( dapat ditinjau pada halaman 138-142). 3. Berdasarkan komposisi massa, pola letak pada tapak dari masjid-masjid Kesultanan Maluku Utara memiliki bentuk pola terpusat, dengan gerbang sebagai akses masuk ke masjid dan bangunan masjid sebagai sentral dari 165
kegiatan yang ada dalam tapak tersebut. (dapat ditinjau pada halaman 143144). B. Bentuk 1. Berdasarkan Bentuk, masjid-masjid Kesultan Maluku Utara dapat dikenali dari kategori yaitu bentuk denah dan tampaknya. Denah pada masjid-masjid kesultanan di Maluku Utara memiliki bentuk denah persegi dengan tambahan satu buah ruang kecil yang menonjol di bagian
Barat yang difungsikan
sebagai tempat imam memimpin shalat berjamaah atau disebut dengan Mihrab, serta memiliki bentuk serambi atau teras yang melebar ke depan dan mengelilingi bangunan. Posisi duduk jemaah di masjid-masjid Kesultanan Maluku Utara secara tidak langsung menggambarkan posisi seseorang dalam masyarakat. Tidak seperti pada masjid-masjid umumnya Pada masjid-masjid Kesultan di Maluku Utara terdapat ruang khusus yang diperuntukan untuk Sultan ketika melaksanakan shalat berjamah di masjid. Sedangkan dari bentuk tampak masjid-masjid kesultanan di Maluku Utara memiliki karakteristik beratap tumpang dengan tumpang teratas berbentuk piramid dan terdapat hiasan berupa tiang yang terbuat dari kayu (tiang alif) pada puncak atapnya. Bentuk atap tersebut merupakan suatu cerminan atau kepercayaan lokal terhadap ketuhan “bahwa pencapaian yang tertinggi hanyalah kepada Allah SWT”. Selain itu masjid-masjid Kesultanan Maluku Utara memberikan privilege atau hak istimewa pada kaum lelaki dibandingkan dengan kaum perempuan. (dapat ditinjau pada halaman 145-150). 2. Dari segi struktur masjid-masjid ini sangat unik karna tidak memiliki tiang
raja sesbagai penguat struktur atap, melainkan semuanya bertumpu pada tiang soko guru. Jumlah dari tiang soko guru yang berjumlah empat mengambarkan 166
empat kerajaan di Maluku Utara yang dikenal dengan Moloku Kie Raha. (dapat ditinjau pada halaman 151-156). 3. Besar kecilnya masjid kesultanan di Maluku Utara mencerminkan pengaruh
dari seorang pemimpin Islam atau sultan. (dapat ditinjau pada halaman 156157) 4. Masjid-masjid Kesultanan di Maluku Utara merupakan bentuk kearifan lokal masyarakat muslim Maluku Utara, karena membangun masjid menggunakan bahan lokal dan teknik lokal. (dapat ditinjau pada halaman 1557-158) V.1.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Arsitektur Masjid-Masjid Kesultanan Di Maluku Utara Dari Segi Setting Dan Bentuk Fakto-faktor yang mempengaruhi karakteristik arsitektur masjid-masjid kesultanan di Maluku Utara, dari segi setting dan bentuk.
Maka terdapat beberapa aspek yang
mempengaruhi karakteristik arsitektur tersebut antara lain: a). Aktivitas, b). Sosial budaya, dan c). Kesenian. Adanya aktivitas keagamaan seperti kehadiran sultan ketika shalat berjamaah dimasjid kesultanan yang biasa dikenal dengan jou uci sabea atau kolano uci sabea sehingga menjadikan masjid sebagai salah satu elemen pembentuk kota kerajaan. Selain itu juga keberadaan masjid di wilayah kerajaan mencerminkan bahwa peran sultan tidak hanya sebagai kepala pemerintahan atau Raja, melainkan sultan juga berperan penting dalam menyiarkan dan menjaga ajaran Islam di wilayah Maluku dan Maluku Utara. Aspek sosial budaya yang dimaksud adalah tradisi dan kepercayaan yang masih melekat pada masyarakat muslim Maluku Utara, dan masih tetap dijaga sampai saat ini. Kebudayaan yang melekat pada masyarakat muslim Maluku Utara merupakan “Adat Bersendi Syara, Syara Bersendi Adat”. Hal ini tercermin dari pelaksanaan ritus-ritus keislaman yang dibaurkan dengan tradisi atau kepercayaan yang bukan rukun dan syarat agama. Aspek kesenian yang dimaksud adalah kesenian dari masyarakta Muslim Maluku Utara dalam membangun masjid-masjid kesultanan di Maluku Utara yang masih 167
menggunakan teknik dan cara lokal, sehingga menjadikan bangunan masjid terlihat kokoh sampai saat ini. (dapat ditinjau pada halaman 162-163). V.2. Saran Bagi peniliti lain, Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini perlu dilakukkan penelitian lebih lanjut, dan dapat dirinci sebagai berikut: 1. Diduga kuat tata letak dari masjid-masjid Kesultanan Maluku Utara dipengaruhi oleh letak istana Kesultana atau keraton. Dengan kajian mengenai sistem setting pada masjid-masjid Kesultanan di Maluku Utara diharapkan dapat merumuskan karakteristik pola setting dari kerajaan-kerajaan islam yang ada di Maluku Utara. 2.
Pengkajian lanjutan untuk mengkaji pemaknaan bentuk ornamen-ornamen yang digunakan pada masjid-masjid Kesultan Maluku Utara sehingga dapat menjelaskan lebih dalam bentuk ornamen yang digunakan pada masjid-masjid tersebut, dimana dalam penelitian ini penulis belum mengembangkan analisis sampai pada pengkajian bentuk ornamen yang terdapat pada masjid-masjid Kesultan tersebut. Penulis menemukan kesulitan dalam mengkaji karakter bentuk ornamen, karena setiap bentuk karakter ornamen yang melekat pada bangunan masjid- masjid Kesultan Maluku Utara hampir sama, namun memiliki makna yang berbeda.
3. Penelitian yang sama, tetapi variabelnya berbeda terutama menganai nilai kebudayaan lokal yang membentuk karakteristik arsitektur masjid-masjid Kesultanan Maluku Utara. Dimana dalam penelitian ini penulis belum mampu megkaji lebih dalam mengenai nilai kebudayaan lokal yang membentuk karakteristik arsitektur masjid-masjid kesultanan maluku utara.
168
4. Bagi pemerintah Provinsi Maluku Utara. Masjid bersejarah sebagai salah satu benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting. Karena masjid-masjid bersejarah dapat dimanfaatkan sebagai kepentinagan agama, sosial, pariwisata, pendididkan, ilmu pengetahuandan kebuadayaan. oleh karena karena itu dapat dijadiakan sebagai acuan dalam merevitalisasi bangunanbangunan bersejarah dalam hal ini masjid-masjid Kesultanan dan harus mempertahankan bentuk aslinya agar dapat dijadikan sebagai identitas kota. 5. Perlu adanya sosialisasi terhadap masyarakat tentang pentingnya bangunanbangunan bersejarah, agar meningkatkan rasa kepedulian masyarakat untuk menjaga dan melestarikannya. 6.
Bagi perencanaan dan perancangan, dapat dijadikan acuan dalam mendesain sebuah masjid baru agar selalu memperhatikan budaya lokal.
169