BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap iklan atau promosi
komunikasi produk kondom oleh para perusahaan kondom di Indonesia kepada persepsi masyarakat tentang produk kondom, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : Y = 2.432 + 0.587 X1 Keterangan: Y
= Persepsi masyarakat tentang produk kondom
X1
= Iklan/promosi komunikasi kondom
2.432
= Besarnya nilai persepsi masyarakat tentang kondom dengan atau
tanpa adanya promosi/iklan dari para perusahaan kondom.
Dengan besarnya konstanta yang dapat dibedakan bahwa dengan atau tanpa perusahaan kondom melakukan promosi atau komunikasi ke masyarakat maka persepsi tentang kondom di benak masyarakat sudah terbentuk. Persepsi yang terbentuk tersebut berasal daripada lingkungan, didikan orang tua/keluarga, kemajuan teknologi, hasil diskusi dengan teman yang belum tentu kebenarannya, mitos atau 114
115
persepsi-persepsi lama yang beredar di masyarakat, media komunikasi, media hiburan, masuknya budaya asing, dan lain-lain. Penangkapan persepsi mengenai kondom yang salah atau kurang tepat serta sikap menutup diri dan minimalnya pengetahuan mengenai pengaruh, sebab dan akibat dari hubungan seksual yang tidak bertanggung inilah yang menyebabkan angka penderita HIV-AIDS, PMS, serta pelaku aborsi terus bertambah. Disela-sela tertutupnya pengetahuan masyarakat kita dan lebih tepatnya merasa tidak benar/tabu bila membahas masalah seksual, budaya asing terus berdatangan tanpa proses penyaringan yang efektif. Keinginan untuk menekan angka penderita HIV-AIDS, PMS, dan kasus aborsi dengan terlebih dahulu memperbaiki pola pikir dan cara berperilaku dari masyarakat Indonesia. Pola pikir dan cara pandang masyarakat dapat dibentuk dari berbagai macam cara salah satu nya dengan melakukan edukasi melalui media promosi ataupun secara langsung terjun ke pasar untuk melakukan edukasi dimasyarakat. Perlu di adakan perbaikian dari cara melakukan promosi dari yang sekarang sudah dilakukan oleh beberapa perusahaan kondom di Indonesia, promosi yang biasa dilakukan adalah dengan menonjolkan merek dan keunggulan dari produk nya masing-masing
dan
menyerahkan
proses
pembelajaran
masyarakat
melalui
pengalaman dan mengandalkan berjalannya waktu dan polemik yang berkembang. Sebagian besar dari perusahaan kondom seharusnya melakukan perubahan, dibuktikan dari hasil penelitian tesis ini bahwa sebagian besar responden mengharapkan suatu bentuk promosi komunikasi yang mendidik/edukatif namun menarik/menghibur. Dengan bersikap idealis dalam melancarkan kampanye anti
116
HIV-AIDS, PMS, dan aborsi tidak hanya pada saat-saat tertentu saja tetapi dilakukan setiap kesempatan dalam berpromosi, perlu disadari bahwa tidak mudah untuk membangun persepsi masyarakat hanya dalam satu waktu saja. Diperlukan konsistensi dan cara yang tepat guna dalam mengedukasi masyarakat bahwa hubungan seksual yang tidak bertanggung jawab akan menyebabkan banyak akibat buruk bagi semua pihak tidak hanya pelakunya saja, tetapi sebagai pelindung terakhir dari ancaman HIV-AIDS, PMS, dan aborsi maka harus menggunakan kondom yang produknya mudah dicari, didapat, dan mudah digunakan. Promosi komunikasi tidak harus melalui media iklan di televisi, radio, media cetak, atau sebagai sponsorship di acara-acara tetapi juga promosi komunikasi dapat dilakukan dengan melakukan CSR corporate social responsible ke sekolah-sekolah atau tempat-tempat lokasisasi prostitusi atau ke daerah-daerah terpencil, edukasi ini tidak berkutat dipengetahuan kondom saja tetapi awal mula munculnya penyakit tersebut, bagaimana terjangkitnya, bagaiamana penyembuhannya, dan bagaimana cara pencegahannya itu yang terpenting dan kondom sebagai salah satu cara yang efektif untuk melakukannya.
6.2
Implikasi untuk Manajer
Kepada manajer dari merek yang diteliti dalam tesis ini, penulis menyarankan agar jangan berhenti melakukan promosi komunikasi kepada masyarakat, selain untuk menyampaikan informasi yang berguna kepada masyarakat tetapi juga dapat meningkatkan brand awareness dari mereknya. Tetapi perlu diperhatian bahwa
117
promosi yang disampaikan jangan statik terfokus pada merek saja, tetapi juga harus berfokus pada tugas mulia untuk mengentaskan menyebarnya virus HIV-AIDS, PMS, dan kasus aborsi. Cara-cara komunikasi ini dapat dilakukan tidak hanya di mediamedia promosi yang sudah ada, tetapi dapat dengan cara lebih dekat dan menyapa masyarakat seperti melakukan sex education, penyuluhan sex yang aman kepada penjaja jasa seksual di Jakarta raya ini. Hal ini ditujukan untuk mengubah persepsi masyarakat yang menganggap kondom dan hal disekelilingnya adalah tabu, dengan sedikit mengubah persepsi tersebut maka dengan mudah brand image dan brand awareness terhadap merek kondom tersebut dapat meningkat. Didukung dengan datadata yang didapat dari kuesioner, sebagian besar responden memang belum pernah membeli kondom tetapi perlu dibuatkan agar pada saat mereka harus membeli kondom sudah tidak ada lagi keraguan untuk membelinya sebagai perlindungan diri mereka, pasangan, dan keluarga, serta lingkungan. Tetapi yang terpenting adalah cara pandang bahwa hubungan seksual yang bebas tidak akan menguntungkan pihak manapun, tetapi bila ingin tetap melakukannya harus menggunakan kondom sebagai perlindungan.
6.3
Keterbatasan
Penelitian
dan
Saran
untuk
Penelitian
Selanjutnya Didalam melakukan penelitian ini penulis menemukan beberapa kendala dan keterbatasan, seperti susahnya mendapatkan informasi yang valid dari para
118
pengalaman responden, hanya sedikit responden yang mau terbuka dan menceritakan pengalamannya. Sedikitnya materi iklan/promosi komunikasi yang dijumpai di pasar, hanya terdapat dua merek kondom saja yang aktif melakukan promosi di mediamedia promosi yaitu merek Sutra dan merek Fiesta itupun merek-merek tersebut bernaung dibawah payung yang sama yaitu DKT. Kurangnya inspirasi terhadap strategi promosi yang baru dan segar sehingga dapat memperbaiki strategi promosi yang sekarang sudah berjalan dengan terfokus pada keunggulan merek saja. Tidak menutup mata bahwa promosi yang sekarang sudah berjalan ada juga yang melakukan edukasi dan ajakan untuk tidak melakukan seksual bebas, dan kalaupun tetap ingin melakukannya harus dilakukan dengan aman dan sehat.