BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Perbandingan Temuan dengan Proposisi
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa proposisi pertama “Perkembangan pola tata ruang kawasan destinasi pariwisata kepulauan di pengeruhi oleh faktor pelayanan dan aktifitas kepariwisataan kepulauan” dapat diperkuat dengan temuan penelitian. Dalam hal ini sebaran kawasan destinasi pariwisata terjadi pada kawasan-kawasan yang pesisir untuk kawasan destinasi yang memiliki atraksi resort, bahari, dan pantai. Terlihat dari lokasinya yang mengelompok di kawasan pesisir pantai, ketersediaan infrastruktur dan adanya sumber daya lainnya. Proses perkembangan kawasan destinasi pariwisata kepulauan di Kepulauan Riau menurut teori Periodesasi Miossec, tahap awal yang merupakan perkembangan pola tata ruang kawasan destinasi pariwisata kepulauan adalah adanya akses yang menuju ke kawasan tersebut dan ke kawasan lainnya yang berada di Kepulauan Riau, selanjutnya infrastruktur yang menunjang kegiatan yang ada dalam kawasan tersebut, dalam teori ini perkembangan pota tata ruang kawasan destinasi pariwisata dipengaruhi oleh faktor Aksesibilitas, infrastruktur kawasan, perilaku masyarakat setempat dalam menerima kegiatan pariwisata. Sedangkan faktor, sumber daya manusia, sebaran atraksi dan faktor pola perjalanan wisatawan tidak terdapat pada faktor yang berpengaruh dalam teori ini. Perkembangan pola tata ruang destinasi pariwisata kepulauan di lokasi penelitian dipengaruhi oleh faktor aksesibilitas, infrastruktur, akomodasi, sumber daya manuisa, beragamnya atraksi wisata yang disajikan, pola perjalanan wisatawan, dan kedekatan/jarak dengan Negara Singapura dan Malaysia, serta tak kalah pentingnya adalah kualitas dan kuantitas kepariwisataan yang terdapat dalam kepulauan tersebut. Konsep baru penelitian ini dapat dimunculkan yaitu dengan mengungkapkan bahwa faktor sebaran kawasan atraksi wisata mempengaruhi faktor perkembangan suatu kawasan. Hal ini dapat dibuktikan dengan sebaran atraksi wisata lainnya yang berkelompok. Dari penelitian pada ketiga unit kasus pemusatan pelayanan pemerintahan berada di pusat kota sedangkan untuk atraksi wisata didasarkan atas pengaruh kegiatan aktifitas kerja, budaya dan kebijakan bukan itu saja atraksi wisata juga dipengaruhi atas 406
faktor ekonomi, dan topografi. Pengaruh topografi dalam penelitian ini ditunjukkan denga adanya pola sebaran atraksi wisata pada ketiga unit kasus yang berbeda dengan pola dan struktur ruang sebaran kawasan destinasinya. Temuan ini dapat memperkaya Teori Perkembangan Pola Tata Ruang Kawasan Destinasi Pariwisata, yang lebih banyak melihat dari segi atraksinya saja tidak dari segi keruangan yaitu pola tata ruang kawasan destinasinya. Proposisi kedua yang diajukan adalah “Pemusatan aktifitas pada kawasan pesisir, dan perubahan yang terjadi pada penggunaan lahan dan fungsi kawasan”, hal ini terjadi pada Pulau Batam, dimana perubahan kawasan yang terjadi berada di Kawasan Barelang, dimana kawasan ini telah berubah menjadi kawasan wisata kuliner di Pulau Batam, yang dahulunya merupakan kawasan untuk pertanian. Proposisi ketiga yang diajukan adalah “Pola Tata Ruang sebaran kegiatan pariwisata pada keruangan destinasi pariwisata, mempengaruhi teori yang telah ada sebelumnya yaitu membangun pusat dipinggiran”, seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa
konsep
baru
penelitian
ini
dapat
dimunculkan
yaitu
dengan
mengungkapkan bahwa sebaran kawasan wisata belanja dan kulinare tidak bergantung pada atraksi wisata yang lain. Hal ini dapat dibuktikan dengan sebaran atraksi wisata lainnya yang berkelompok. Hal ini melemahkan teori yang dikemukakan oleh Baiquni (2004) yang menekankan pemusatan kegiatan berada di pinggiran. Pola tata keruangan yang terjadi pada destinasi pariwisata di pengaruhi oleh daya tarik antara atraksi dan fungsi ruang tersebut. Hal ini diperkuat dengan hasil temuan yang mencakup aktifitas kepariwisataan yang ada dalam kawasan destinasi pariiwisata. Adanya daya tarik menarik tersebut dapat ditunjukkan dengan pengelompokan kawasan destinasi dengan memusatnya fasilitas dan atraksi wisata yang mendorong perkembangan amenitas wisata lain yang ada disekitar kawasan destinasi. Proposisi keempat dari penelitian ini adalah “perbedaaan tingkat perkembangan pariwisata” penyebab terjadinya perbedaan tingkat perkembangan pariwisata kepulauan, dimana faktor yang paling berpengaruh adalah Aksesibilitas, tanpa adanya akses untuk menuju ke kepulauan tersebut tidaklah mungkin untuk di capai dan pembangunan di kepulauan tidak akan mungkin terjadi. Kedua adalah faktor sebaran atraksi, atau pencapaian ke kawasan wisata itu sendiri hal ini menyangkut dengan motivasi wisatawan untuk mencapai atraksi tersebut, semakin mudah pencapaian ke kawasan atraksi, semakin banyak wisatawan yang akan berkunjung ke destinasi 407
tersebut, ketiga adalah faktor intensitas dan kualitas sarana dan prasarana pariwisata, dengan kualitas yang baik maka wisatawan akan senang berkunjung ke kawasan tersebut, serta faktor Sosial Budaya Masyarakatnya karena dengan partisipasi dari masyarakat memungkinkan pertumbuhan pariwisata di kawasan tersebut bisa terlaksana dengan baik.
6.2. Konstribusi Teoritik dan Implikasinya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan destinasi pariwisata dipengaruhi oleh adanya hubungan antara sebaran atraksi wisata dengan pola perjalanan wisatawan sebagai pelaku utama. Dengan demikian maka hasil penelitian ini dapat memperkaya teori kawasan destinasi yang selama ini hanya memasukkan pola perjalanan konsumen atau atraksi sebagai sebagai pertimbangan dalam menentukan kawasan destinasi pariwisata dan bukan hanya di tekankan pada faktor ekonomi dan jarak. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa wisatawan sebagai pelaku utama tidak menjadikan harga sebagai pertimbangan dalam menentukan pilihannya. Hal ini disebabkan oleh daya beli yang bervariasi dan motivasi dalam melakukan perjalanan yang selalu berubah secara dinamis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan destinasi pariwisata kepulauan dipengaruhi oleh aksesibilitas, geografi, topografi, budaya, ekonomi, dan adanya hubungan antara atraksi wisata dan pola perjalanan wisatawan sebagai pasar utama dalam perkembangan pola tata ruang kawasan destinasi pariwisata kepulauan. Dengan demikian maka hasil penelitian ini dapat memperkaya
teori
kawasan
destinasi
pariwisata
dengan
memasukkan
aksesibilitas, pola pergerakan wisatawan, atraksi yang diberikan dalam kawasan destinasi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa faktor ekonomi, jarak dan harga merupakan pertimbangan utama dalam menentukan pilihan dan motivasi perjalanan yang senantiasa berubah-ubah.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dalam pembentukan pola tata ruang kawasan destinasi lebih dipengaruhi oleh faktor aksesibilitas, sosial budaya, sumberdaya manusia, sejarah. Dari aspek kawasan faktor yang mempengaruhi adalah kawasan wisata, faktor ekonomi, geografi, topografi dan sejarah yang mempengaruhi pengelompokan atraksi wisata, dan adanya 408
transformasi budaya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan gaya hidup dan perubahan motivasi kunjungan wisatawan. Dengan demikian penelitian ini dapat memperbaika konsep kawasan destinasi pariwisata yang telah dinyatakan pada penelitian-penelitian terdahulu. Implikasi hasil penelitian ini terhadap Ilmu Arsitektur adalah berkaitan dengan Pola tata ruang kawasan khususnya keruangan destinasi pariwisata yang berbasis kepulauan. Ilmu Arsitektur yang menyangkut bentuk fisik ruang buatan sebagai tempat (place) bagi manusia yang berhubungan dengan segala kompleksitas kebutuhan kehidupannya, baik individu maupun perkelompok. Bentuk ruang fisik dapat berupa bangunan maupun lingkungan terbangun yang mewadahi manusia dengan segala aktifitasnya. Oleh karena itu dalam upaya mewujudkan konsep kawasan yang berkelanjutan, kawasan destinasi perlu ditata dengan tepat dan baik. Suatu lingkungan akan mendukung pembentukan kawasan destinasi apabila didukung oleh ketersedian pelayanan yang layak dan terjangkau oleh masyarakat dan wisatawan, adanya infrastruktur yang memadai dan moda transportasi yang baik merupakan hal utama dalam perkembangan kawasan destinasi pariwisata. Implikasi hasil penelitian ini terhadap kebijakan adalah dapat membantu upaya pencegahan dampak negatif dari perkembangan kawasan destinasi pariwisata terutama di wilayah kepulauan. Kawasan-kawasan produktif dapat diberdayakan sebagai tempat atraksi wisata melalui pembinaan dan penataan fisik kawasan dengan lebih baik serta adanya promosi dan pola jejaring kawasan destinasi, sehingga aktifitas kepariwisataan dapat bersinergi dan bermanfaat bagi masyarakat setempat. Dengan semakin pesatnya perkembangan pariwisata di suatu destinasi perlu adanya perencanaan yang terintegrasi antara perencanaan pariwisata, atraksi wisata dan kawasan destinasi pariwisata. 6.3. Rekomendasi Penelitian Berikutnya
Terkait dengan penelitian ini yang menggunakan metode studi kasus maka penelitian ini terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan dalam fenomena yang terkait dengan konteks tersebut. Melalui teori-teori yang ada, penelitian studi kasus dapat membangun teori yang langsung terkait dengan kondisi kasus yang akan diteliti. Kesimpulan konsep dan teori yang dibangun melalui penelitian studi kasus dapat lebih bersifat alamiah. Teknik studi kasus 409
pada penelitian kualitatif sangan cocok jika digunakan untuk melakukan pengungkapan atau penemuan namun tidak berhenti pada temuan saja. Dengan studi kasus pengungkapan kasus berhubungan dengan tema atau topik hanya memberikan hasil yang terbatas. Oleh karenanya diharapkan dapat diarahkan pada penemuan lebih lanjut. Pada penelitian studi kasus, pertanyaan penelitian menjadi hal baru bagi penelitian selanjutnya. Dengan demikian kekurangan dalam penelitian disertasi ini dapat diperbaiki dan dilengkapi oleh penelitian yang dilakukan lebih lanjut. Penelitian yang berhubungan dengan pola dan struktur ruang kawasan destinasi pariwisata kepulauan merupakan penelitian yang tergolong masih baru dalam Ilmu Arsitektur dan Perencanaan Kawasan Kepulauan. Rekomendasi untuk Kawasan Destinasi Pariwisata Kepulauan dalam mengembangkan kawasan destinasinya dapat mencontoh Pola Perkembangan yang terjadi di Kepulauan Riau untuk mengembangkan kawasan destinasi pariwisatanya dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan suatu kawasan destinasi pariwisata kepulauan. 1.
Rekomendasi untuk Pemerintah Kota/Kabupaten di Kepulauan Riau agar selalu memberikan dukungan untuk perkembangan kawasan dan kegiatan kepariwisataan guna pengembangan kawasan kepulauan itu sendiri.
2.
Rekomendasi untuk Pemerintah Pusat agar mengevaluasi kembali semua kebijakan yang berhubungan dengan perkembangan kawasan destinasi pariwisata kepulauan yang ada di Indonesia. Untuk
dapat lebih
mengembangkan kawasan tersebut.
410