BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dari
penelitian mengenai “Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Manding” maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat Manding didasari oleh kebutuhan masyarakat Manding untuk hidup layak. Adanya kebutuhan masyarakat memicu kerelaan masyarakat Manding untuk berpartisipasi mengembangkan desanya. Tahun 1947 adalah awal mula munculnya partisipasi masyarakat. Pada saat itu Manding mengalami kondisi yang sulit ditandai dengan tidak adanya lapangan pekerjaan, sempitnya lahan pertanian sehingga menyebabkan masyarakat Manding tidak berdaya. Keadaan tersebut membuat ketiga pemuda asal Manding yaitu Prapto Sudarmo, Wardi Utomo, dan Ratno Suharjo melakukan inovasi yaitu dengan menjadikan kerajinan kulit sebagai sumber mata pencaharian. Inovasi ini kemudian diikuti oleh mayoritas masyarakat Manding. Pengembangan Manding menjadi sentra industri kerajinan kulit tidak terlepas dari keterlibatan organisasi sebagai penggerak partisipasi. Keterlibatan organisasi diwujudkan dalam bentuk kegiatan pengembangan yang ditujukan bagi masyarakat yang mayoritas pengrajin. Adapun kegiatan pengembangan yang dilakukan organisasi disetiap masa kepengutusan antara lain; kegiatan
pengembangan pelatihan dan pembinaan, kegiatan pengembangan inovasi dan pemasaran, serta kegiatan pengembangan fasilitas. Tidak hanya keterlibatan organisasi yang menjadi kunci keberhasilan pengembangan Manding menjadi sentra kerajinan kulit. Pengrajin juga memegang peranan penting dalam keterlibatannya mengembangkan desa Manding. Keterlibatan pengrajin diwujudkan dalam bentuk kegiatan pengembangan antara lain;
kegiatan
pengembangan
membentuk
paguyubanserta
kegiatan
pengembangan inovasi kerajinan kulit. Seiring dengan berkembangnya zaman, partisipasi masyarakat Manding telah mengalami peningkatan meskipun sempat mengalami penurunan, yaitu mulai dari tingkat terapi, penentraman, kemitraan, pemberian informasi dan pendelegasian kekuasaan. Tangga partisipasi terendah yaitu terapi (therapy) berada pada masa kepengurusan Koperasi Eko Kapti dan Desa Kita yang ditandai dengan masyarakat menerima keputusan Disperindagkop Kabupaten Bantul dan Bank Indonesia yang membentuk koperasi dan masyarakat menjadi peserta pelatihan yang diselenggarakan oleh Disperindagkop Kabupaten Bantul dan Bank Indonesia. Tangga partisipasi tertinggi yaitu pengendalian warga (citizen power) berada pada masa kepengurusan Karya Sejahtera yang ditandai dengan Karya Sejahtera menciptakan inovasi penambahan jenis produk dan kerajinan tanpa keterlibatan pihak lain. Karya Sejahtera memiliki kewenangan penuh untuk merencanakan, mengelola dan mengembangan inovasi yang dicetuskannya. Manding sebagai Desa Wisata dengan potensi kerajinan juga telah memenuhi faktor-faktor pengembangan desa wisata diantaranya desa wisata
Manding telah memperkaya keragaman produk serta mendistribusikannya pada wilayah yang lebih luas. Selain itu kegiatan pengembangan yang dilakukan juga mendorong berkembangnya potensi lokal sehingga mampu meningkatkan ekonomi masyarakat.
6.2
SARAN Adapun saran yang dapat diberikan bagi pengembangan Desa Wisata,
khususnya Desa Wisata Manding adalah sebagai berikut : 1.
Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul, Disperindagkop Kabupaten Bantul serta pihak swasta diharapkan dapat mengalokasikan anggaran untuk pengembangan desa wisata melalui kegiatan pelatihan yang berkelanjutan. Kegiatan pelatihan yang sebaiknya dilakukan guna memenuhi kebutuhan masyarakat Manding antara lain pelatihan manajemen showroom, pelatihan kelembagaan, pelatihan pemasaran, pelatihan pemandu wisata, dan pelatihan bahasa. Dalam penyelenggaraan kegiatan pelatihan, pengelola desa wisata diharapkan tidak hanya melibatkan Pemerintah daerah saja melainkan juga pihak swasta. Selain itu kebijakan pengembangan desa wisata juga sebaiknya menggandeng pengelola desa wisata agar implementasinya berjalan sesuai dengan harapan masyarakat dan tidak bertentangan dengan adat istiadat atau budaya desa setempat.
2.
Pengelola Desa Wisata sebaiknya menciptakan sistem pelibatan masyarakat secara merata melalui sirkulasi keterlibatan. Selama ini pengembangan desa
Manding menjadi sentra industri kerajinan kulit hanya melibatkan kelompok pengrajin yang terlibat sebagai pengrajin, pemilik showroom, penyedia sarana prasarana dan fasilitas seperti homestay, tempat parkir, WC maupun tempat pertemuan. Masyarakat yang memiliki mata pencaharian sebagai petani tidak mendapatkan manfaat dari keberadaan Manding sebagai desa wisata. Oleh karenanya, sistem pelibatan masyarakat perlu dibenahi. Salah satunya dengan melibatkan para petani dalam kegiatan atraksi wisata maupun penyedia fasilitas wisata. Serta diharapkan pengelola desa wisata mampu menggali potensi alam yang ada di Manding Kidul yaitu area persawahan yang luas untuk kemudian dikembangkan dan dijadikan sebagai daya tarik wisata alam. Pengembangan wisata alam yang ada di dusun Manding Kidul dapat berupa wisata sambil belajar yaitu menanam padi, membajak sawah, ataupun memanen padi yang sudah siap disemai. Dengan dibenahinya sistem pelibatan maka diharapkan para petani mampu memperoleh manfaat dari keberadaan Manding sebagai desa wisata. 3.
Pengelola Desa Wisata diharapkan mampu memberikan pengarahan kepada generasi muda mengenai pentingnya organisasi sebagai salah satu penggerak partisipasi serta pentingnya pengembangan potensi lokal. Pengarahan mengenai pentingnya organisasi dapat dilakukan dengan cara melibatkan para pemuda dan pemudi dalam setiap musyawarah bersama yang dilakukan kepengurusan pengelola desa wisata. Tidak hanya itu, pengarahan juga dapat dilakukan melalui pelatihan kelembagaan seperti karang taruna. Sedangkan pengarahan mengenai pentingnya pengembangan
potensi lokal dapat dilakukan melalui pelibatan para pemuda dan pemudi dalam setiap kegiatan seperti kegiatan membuat kerajinan kulit maupun kegiatan kesenian (reog, jatilan, keprajuritan, tari-tarian, dll). Dengan diberikannya pengarahan, diharapkan para pemuda dan pemudi kelak memiliki kesiapan untuk menjadi generasi penerus yang melanjutkan tugas mengembangkan desa Manding. 4.
Organisasi-organisasi masyarakat di tingkat lokal perlu membenahi dan memperbaiki kualitas diri dengan menerima masukan dari anggota, mau mendengarkan
masalah
dari
anggota-anggota
yang
terlibat
dalam
kepengurusan, memperjuangkan kepentingan komunitas dalam diskusi dengan Pemerintah sehingga masyarakat memiliki daya tawar yang sama dengan Pemerintah. Selain itu agar tidak lagi terjadi matinya kepengurusan organisasi masyarakat, organisasi perlu untuk mengundang kelompokkelompok ahli atau akademisi untuk sharing pengalaman berorganisasi. Organisasi juga perlu untuk melakukan pendekatan dengan anggota terutama dalam hal sharing. Dengan demikian organisasi akan menjadi terlatih,
mampu mengakomodasi
aspirasi
masyarakat
dan
mampu
menciptakan keadilan bagi masyarakat yang terlibat dalam kepengurusan organisasi. 5.
Masyarakat diharapkan mampu mengembangkan kewirausahaan dengan tidak hanya menjual berbagai kerajinan seperti sepatu, sandal, jaket, tas, ikat pinggang, dan tempat tisu melainkan juga aneka makanan dan minuman tradisional seperti mie lethek, tempe benguk, wedang uwoh, peyek tumpuk,
sate klatak, dan geplak. Penjualan aneka makanan dan minuman tradisional kepada para wisatawan yang berkunjung ke dusun Manding diharapkan mampu menambah pemasukan masyarakat.