BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1 Kesimpulan 6.1.1
Hasil Survey Evaluasi Pemanfaatan Ruang di Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik UGM Adapun beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil survey
pemanfaatan ruang kuliah dan studio yaitu; 1. Nilai frekuensi Nilai frekuensi aktual (45% untuk ruang kuliah dan 65% untuk ruang studio) dan nilai frekuensi terencana (44% untuk ruang kuliah dan 61% untuk ruang studio) belum memenuhi standar nilai frekuensi dari NAO (national audit officer) yaitu 80%. Hal ini menunjukkan bahwa ruang kuliah dan studio di JUTAP belum termanfaatkan dengan baik dilihat dari lama penggunaan dalam hitungan jam per hari. 2. Nilai okupansi Nilai okupansi sebesar 25% pada ruang kuliah dan 36% pada studio belum memenuhi standar NAO yaitu sebesar 80%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat hunian atau keberisian ruang di JUTAP cenderung rendah artinya masih banyak kursi kosong yang bisa diisi atau dapat digunakan dengan kegiatan lain. 3. Nilai utilitas Nilai utilitas cenderung rendah yaitu sebesar 11% untuk ruang kuliah dan 23% untuk ruang studio. Nilai utilitas diperoleh dari hasil perhitungan nilai
83
frekuensi dan okupansi. Nilai utilitas pada studi ini menunjukkan bahwa disamping penggunaan waktu, tingkat hunian ruang di JUTAP juga rendah. Hal ini sebaiknya menjadi perhatian para pengelola JUTAP sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perencanaan perkuliahan dan studio, penerimaan mahasiswa baru dan pengelolaan fasilitas ruang kuliah dan studio. Menurut NAO, standar nilai untuk utilitas diserahkan pada masing-masing lembaga atau unit kerja. Dalam studi ini disarankan agar menggunakan standar utilitas sebesar 60 – 70%. Hal ini bertujuan agar terdapat fleksibilitas penggunaan ruang unuk mengantisipasi penggunaan ruang di luar perencanaan. Adapun beberapa hal yang menjadi penyebab hasil survey pemanfaatan ruang kuliah dan studio yaitu; 1.
Kegiatan survey pemanfaatan ruang dilakukan pada minggu ke III untuk S1 dan minggu ke IV untuk S2, saat kegiatan perkuliahan baru saja dimulai. Hasil evaluasi pemanfaatan ruang studio biasanya akan semakin tinggi mendekati jadwal pengumpulan tugas, jadwal UTS dan jadwal UAS. Mahasiswa seringkali menginap pada musim ujian tersebut.
2.
Nilai frekuensi terencana yang rendah (51%) disebabkan karena pada proses perencanaan atau penyusunan jadwal kuliah dan studio dilakukan secara kurang maksimal. Hal ini mempengaruhi nilai aktual pemanfaatan ruang. Jika nilai pada perencanaan sudah tinggi maka nilai aktualnya akan tinggi pula bahkan lebih karena biasanya akan digunakan oleh kegiatan lain yang tidak direncanakan.
84
3.
Pada ruang kuliah S1 terdapat beberapa mata kuliah yang memiliki jumlah peserta kurang dari 30 mahasiswa. Hal ini menyebabkan ketidaksesuaian antara jumlah pengguna ruang dan kapasitas ruang. Ruang kelas yang berkapasitas besar dihuni oleh pengguna ruang yang jumlahnya kecil.
6.1.2 Hasil Angket Evaluasi Pemanfaatan Ruang pada Pengguna Ruang (mahasiswa) di Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik UGM Beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil angket pemanfaatan ruang kuliah dan studio pada pengguna ruang (mahasiswa) yaitu; 1.
Fasilitas yang dianggap mahasiswa sudah memadai pada ruang kuliah dan studio dan memiliki presentase tertinggi yaitu meja, kursi dan stop kontak. Hal ini disebabkan karena; a. tersedianya jumlah meja, kursi dan stop kontak yang cukup pada tiap ruang dan studio; b. penataan meja dan kursi (khususnya pada ruang studio) cukup kondusif dalam mendukung kegiatan belajar mahasiswa.
2.
Fasilitas yang dianggap belum memadai dan memiliki nilai tertinggi yaitu AC atau kipas angin, wifi dan meja. Hal ini disebabkan karena; a. mahasiswa merasa panas ketika berada di ruang kuliah atau studio; b. fasilitas wifi sering lambat dan kadang terputus; c. meja yang digunakan khususnya pada ruang studio kurang nyaman.
3.
Sebagian besar mahasiswa JUTAP merasa nyaman di ruang kuliah. Beberapa hal yang menyebabkan mahasiswa merasa nyaman ketika berada di ruang
85
kuliah yaitu ruang kuliah tidak panas atau sudah berAC dan ukuran ruang kuliah cukup luas. 4.
Jumlah mahasiswa yang merasa nyaman dan jumlah mahasiswa yang merasa tidak nyaman saat berada di ruang studio cenderung berimbang. Presentase tertinggi dapat dilihat pada mahasiswa yang duduk di semester 6 sebesar 55,8% dan mahasiswa S2 sebesar 57,5%.
5.
Jumlah mahasiswa yang merasa puas terhadap fasilitas yang terdapat pada ruang kuliah dan studio cenderung berimbang. Perbedaan yang agak unik terlihat pada ruang kuliah dan studio. Mahasiswa cenderung merasa puas dengan fasilitas pada ruang kuliah dibandingkan dengan ruang studio.
6.
Mahasiswa yang merasa tidak nyaman dan tidak puas pada fasilitas ruang kuliah dan studio sebagian besar berasal dari mahasiswa S1 yang duduk di semester 6 atau semester 8 dam mahasiswa S2.
6.1.3 Rekomendasi terkait Hasil Evaluasi Pemanfaatan Ruang Kuliah dan Studio Beberapa rekomendasi terhadap hasil evaluasi pemanfaatan ruang kuliah dan studio di JUTAP yaitu; 1.
Pengelola JUTAP dan program studi, jurusan, fakultas yang berkarakter mirip dengan JUTAP serta perguruan tinggi lain sebaiknya melakukan evaluasi pemanfaatan ruang secara berkala minimal tiap satu semester. Hal ini sangat membantu dalam menilai pemanfaatan fasilitas yang tersedia khususnya yang terkait dengan ruangan.
86
2.
Evaluasi pemanfaatan ruang sebaiknya menggunakan sistem informasi yang terintegrasi dari satu program studi ke program studi lain dalam satu fakultas.
3.
Sebelum dilakukan evaluasi sebaiknya perlu dilakukan sosialisasi mengenai pentingnya evaluasi pemanfaatan ruang pada tiap-tiap unit kerja terkait. Hal ini diperlukan agar pada saat dilakukan evaluasi masing-masing unit kerja yang terlibat dalam proses tersebut dapat menjalankan perannya secara maksimal.
4.
Hasil analisis berupa nilai frekuensi terencana memungkinkan untuk menambah program studi baru atau menambah jumlah penerimaan mahasiswa baru. Hal ini sebaiknya memperhatikan jumlah dosen, mahasiswa, staf administrasi dan fasilitas penunjang lain yang mendukung.
5.
Hasil analisis berupa nilai frekuensi aktual memungkinkan untuk terjadinya resource sharing dengan program studi atau jurusan lain yang memiliki karakter mirip dengan JUTAP. Hal ini dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi masalah kekurangan ruang di tempat yang berbeda.
6.
Nilai okupansi sebesar 25% pada ruang kuliah disebabkan karena terdapat sejumlah mata kuliah pilihan di S1 yang diikuti oleh kurang dari 30 mahasiswa sedangkan ruang kuliah S1 di JUTAP berkapasitas 80-100 mahasiswa. Oleh karena itu, sebaiknya sangat penting untuk menyediakan atau menambah ruang kuliah kecil berkapasitas 20-30 mahasiswa.
7.
Nilai utilitas sebesar 11% untuk ruang kuliah dan 23% yang diperoleh dari nilai frekuensi dan okupansi sebaiknya mampu mendorong pengelola agar
87
melakukan tindak lanjut untuk meningkatkan nilai frekuensi dan okupansi tersebut. 8.
Pengelola JUTAP sebaiknya meningkatkan atau melengkapi fasilitas yang terdapat pada ruang kuliah dan studio yang menurut mahasiswa kurang memadai seperti AC atau kipas angin, kecepatan akses wifi, fasilitas printer dan ATK.
6.2 Rekomendasi terkait Hasil Studi 6.2.1 Sistem pembelajaran yang digunakan mempengaruhi hasil evaluasi pemanfaatan ruang. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan sistem pembelajaran yang berbeda pula sehingga akan dapat diketahui hasil evaluasi pemanfaatan ruang dari sistem pembelajaran yang lain. 6.2.2 Penelitian tentang evaluasi pemanfaatan ruang juga dapat dilakukan di ruang lain pada pada Perguruan Tinggi lain seperti ruang laboratorium dan ruang administrasi. 6.2.3 Penelitian tentang evaluasi pemanfaatan ruang kuliah dan studio juga dapat dilakukan di Program Studi Arsitektur pada Perguruan Tinggi lain yang berbeda seperti di UII dan Atmajaya. 6.2.4 Penelitian tentang evaluasi pemanfaatan ruang juga dapat dilakukan dalam lintas prodi dalam 1 fakultas, seperti pada fakultas teknik dilakukan di teknik geodesi, teknik sipil atau teknik elektro.
88