BAB VI. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN
6.1 Validasi Model Simulasi Awal. Validasi model merupakan tahap awal yang harus dilakukan melaksanakan simulasi model, validasi model dilakukan untuk melihat apakah nilai dugaan sesuai dengan dengan nilai aktual masing masing model. Pada penelitian ini dilakukan model simulasi histories pada periode 1984 – 2008, sebagai model simulasi dasar . Indikator validasi model dengan mengunakan root mean square persent error (RMSPE) dan statistic theil inequal coefficient (U). RMSPE digunakan untuk mengukur seberapa dekat nilai masing – masing peubah endogen hasil pendugaan mengikuti nilai data actual selama periode pengamatan. Sedangkan stastistik u untuk mengevaluasi kemampuan model untuk analisis simulasi historis. Table 12. Hasil Pengujian Validasi Model Simulasi Dasar Endoge
Rms ( %)
Bias(Um)
Reg(Ur)
Dist(Ud)
Var(Us)
Covar
U
LPJT
3.3568
0.00
0.04
0.96
0.02
0.93
0.0169
LPLJT
2.8363
0.00
0.02
0.98
0.00
1.00
0.0150
PRJ
3.0435
0.00
0.00
1.00
0.04
0.96
0.0148
PRLJ
5.2558
0.92
0.00
0.08
0.00
0.08
0.0248
HG
8.2044
0.00
0.00
1.00
0.00
1.00
0.0315
KBT
3.5561
0.00
0.00
1.00
0.07
0.93
0.0182
QIMP
6.7266
0.00
0.00
1.00
0.11
0.89
0.2207
Pada tabel diatas nilai RMSPE pada semua variabel endogen nilai lebih kecil dari 9 persen, nilai U lebih kecil dari dari 0.3 . hal ini menunjukan model simulasi dasar historis cukup baik untuk digunakan untuk simulasi kebijakan. jika
121
dilihat nilai bias (UM), reg (UR) dan VAR(US), mendekati nilai idel yaitu nol, sedangkan nilai DIST (UD) dan COVAR(UC) mendekati nilia satu, serta nilai UTHeail juga mendekati nol hal ini mengindikasikan bahwa simulasi model mengikuti data aktual dengan baik.
6.2. Hasil Simulasi Peningkatan Harga Dasar Gabah Sebesar 25 Persen. Kebijakan harga dasar gabah bertujuan untuk melindungi petani dari anjlok harga gabah pada saat panen raya, sekaligus untuk merangsang petani dalam rangka meningkatkan produksi gabah nasional. Pada simulasi pertama yaitu pemerintah menaikan harga dasar gabah sekitar 25 persen. Hasil melakukan simulasi histories, kenaikan harga dasar gabah sebesar 25 persen mendorong kenaikan harga gabah sekitar 7.78 persen. Selanjutnya harga gabah merupakan salah faktor pendorong petani untuk menanam padi berefek terjadinya peningkatan luas areal panen dan produktifitas di jawa sebesar 1.98 persen dan 0.63 persen, Sedangkan di luar jawa terjadi peningkatan luas arel panen sebesar 1.63 dan produktifitas sebesar 0.63 persen. Secara keseluruhan di Jawa dan Luar Jawa terjadi peningkatan produksi gabah sebesar 2.63 persen dan 1.82 persen. kenaikan harga dasar gabah tidak berpengaruh terhadap konsumsi beras dan impor beras. Impikasi hari hasil simulasi ini adalah kebijakan harga dasar gabah yang di terapkan dari tahun 1984 -2008 mampu mendorong peningkatan produksi gabah nasional sebesar 2.28 persen.
122
Tabel 13 Simulasi Peningkatan Harga Dasar Gabah Sebesar 25 Persen
Peubah Endogen Luas areal panen di Jawa Luas areal panen di Luar Jawa Produktivitas lahan di Jawa Produktivitas lahan di Luar Jawa Harga gabah Konsumsi beras impor
Harga Dasar Naik 25 % Simulasi Simulasi Dasar Akhir 5394.7 5501.50 5324.8 5411.80 4.8411 4.87 3.6755 1783.6 28711.4 1151.7
3.68 1922.30 28711.40 1151.70
Perubahan 1.98 1.63 0.63 0.19 7.78 0.00 0.00
6.3. Hasil Simulasi Kenaikan Harga Pupuk Pada periode 1984-2008 peningkatan harga pupuk urea sebesar 30 persen mendorong petani untuk beralih pada tanaman
lain yang tidak banyak
mengunakan pupuk urea misal kacang tanah. Hal ini menyebabakan petani mengurangi luas areal panen di pulau jawa sebesar 3.86, sedangkan Luar Jawa turun sebesar 4.37 persen. Kenaikan pupuk ini mempengaruhi produktivitas Jawa maupun Luar Jawa melalui pengurangan jumlah pupuk, akibat kenaikan harga pupuk produktivitas di Jawa dan Luar Jawa turun menjadi 0.63 presen dan 0.19 persen. Penurunan produksi gabah menyebakan harga gabah ditingkat petani turun menjadi 2.17 persen. Konsumsi masyarakat dan permintaan tidak berpengaruh terhadap kenaikan harga pupuk. Implikasi dari kenaikan harga pupuk ini produksi gabah nasional turun sebesar 4.08 persen.
123
Tabel 14 Simulasi Harga Pupuk Peubah Endogen Luas areal panen di Jawa Luas areal panen di Luar Jawa Produktivitas lahan di Jawa Produktivitas lahan di Luar Jawa Harga gabah Konsumsi beras impor
pupuk naik 30 % perubahan simulasi dasar simulasi Akhir 5394.7 5186.50 -3.86 5324.8 5092.00 -4.37 4.8411 4.8718 -0.63 3.6755 3.6823 -0.19 1783.6 1922.3 2.17 28711.4 28711.40 0.00 1151.7 1151.70 0.00
6.4. Hasil Simulasi Peningkatan Harga Dasar Gabah Dan Pupuk Urea Kenaikan harga dasar gabah sebesar 30 persen disertai kenaikan harga pupuk urea sebesar 25 persen di pasaran selama periode tahun 1984 -2008. Berdasarkan hal tersebut dilakukan simulasi peningkatan harga dasar gabah sebesar 25 persen mendorong kenaikan harga gabah 2.17, selanjutnya kenaikan harga gabah mendorong peningkatan produktifitas lahan Jawa dan Luar Jawa sebesar 0.63 persen dan 0.19 persen. Efek kenaikan harga pupuk menyebabkan turun luas areal panen di Jawa maupun d Luar jawa sebesar 1.88 persen dan 2.74 persen. Penurunan luas areal panen dapat menurunkan produksi gabah nasional sebesar 4.08 persen. Selanjut penurun produksi gabah nasional mendorong peningkatan harga gabah di tingkat petani sebesar 2.17 persen. Suatu hal yang menarik kenaikan harga dasar gabah dan harga pupuk tidak berpengaruh terhadap perubahan konsumsi dan impor dikarenakan kedua faktor tersebut mempengaruhi faktor internal dari faktor produksi gabah.
124
Harga Dasar Gabah naik 30% dan Harga Pupuk Naik 25 % Simulasi Perubahan Dasar Simulasi Akhir 5394.7 -1.88 5186.5 5324.8 -2.74 5092 4.8411 0.63 4.87
Peubah Endogen Luas areal panen di Jawa Luas areal panen di Luar Jawa Produktivitas lahan di Jawa Produktivitas lahan di Luar Jawa 3.6755 3.68 Harga gabah 1881.6 1922.3 Konsumsi beras 28711.4 28711.4 Impor 1151.7 1151.7 Tabel 15. Simulasi Kenaikan Harga Dasar Gabah dan Pupuk Urea
0.19 2.17 0 0
6.5 . Simulasi Kenaikan Harga Beras Kenaikan harga beras eceran di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 25 persen
selama periode tahun 1980 -2005. berdasar informasi tersebut
penelitian bertujuan melihat sejauh mana dampak kenaikan harga beras terhadap produksi gabah, konsumsi dan impor beras nasional Tabel 16 Simulasi Peningkatan Harga Beras Eceran di Indonesia
peubah endogen
Luas Areal Panen di Jawa Luas Areal Panen di Luar Jawa Produktivitas Lahan di Jawa Produktivitas Lahan di Luar Jawa Harga Gabah Konsumsi Beras Impor
harga beras naik 25 % simulasi dasar simulasi Akhir
perubahan
5394.7 5324.8 4.8411
5524.40 5478.00 5.14
2.40 2.88 6.09
3.6755 1783.6 28711.4 1151.7
3.74 2163.30 28419.50 8752.92
1.79 21.29 -1.02 7.60
Hasil analisis simulasi harga beras dapat dilihat, peningkatan harga beras eceran sebesar 25 persen mendorong kenaikan harga gabah sebesar 21.29 persen.
125
Kenaikan harga gabah ini mendorong kenaikan luas areal panen dan produktivitas di Jawa sebesar 2.40 dan 6.09 persen, sedang di Luar Jawa kenaikan luas areal panen dan produktifitas sebesar 2.88 persen dan 1.79 persen. Kenaikan harga beras eceran mendorong pemerintah meningkatkan impor beras sebesar 7.60 persen. Kenaikan harga beras eceran
sebesar 25 persen
mendorong masyarakat mengurangi konsumsi beras sebesar 1.02 persen. Implikasi dari hasil simulasi ini adalah
bahwa kenaikan harga beras eceran
selama periode tahun 1984 -2008 mampu mendorong peningkatan produksi padi di Indonesia sebesar 6.96. 6.6 . Simulasi Kenaikan Tarif Impor Tabel 16 Simulasi Kenaikan Tarif Impor
Peubah Endogen Luas areal panen di Jawa Luas areal panen di Luar Jawa Produktivitas lahan di Jawa Produktivitas lahan di Luar Jawa Harga Gabah Konsumsi Beras Impor
Tarif Impor Naik 25 % Simulasi Dasar Simulasi Akhir Perubahan 5394.7 5394.7 0 5324.8 4.8411
5324.8 4.8411
0 0
3.6755 1783.6 28711.4 1151.7
36755 1783.6 28711.4 1011.4
0 0 0 -12.182
Kebijakan kenaikan tarif impor bertujuan untuk melindungi petani dari anjlok harga gabah dan beras pada saat beras impor masuk ke Indonesia, sekaligus untuk merangsang petani dalam rangka meningkatkan produksi gabah nasional. Pada simulasi pemerintah menaikan tarif Impor 25 persen. Hasil melakukan simulasi histories, kenaikan tarif impor sebesar 25 persen mendorong penurunan impor sebesar 12 persen. Penurunan tarif ini tidak berpengaruh terhadap konsumsi dan penawaran beras dalam negeri.
126