BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan Dari penelitian pengaruh Earning Per Share dan Price Earning Ratio terhadap Return saham pada sektor Manufaktur yang bergerak dalam industri food and beverages tahun 2004-2008 maka dapat diambil simpulan sebagai berikut : 1. Kondisi Earning Per Share Perusahaan pada Sektor Manufaktur yang bergerak dalam industri food and beverages di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008. Berdasarkan pembahasan, bahwa kondisi Earning Per Share (EPS) Perusahaan pada Sektor Manufaktur yang bergerak dalam industri food and beverages di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008 relatif berfluktuatif, dimana peningkatan maupun penurunan Earning Per Share tidak begitu besar. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap perusahaan dapat menghasilkan EPS setiap tahunnya. Dimana dapat terlihat bahwa Earning Per Share tertinggi selama lima periode berturut-turut yaitu dari tahun 2004-2007 diperoleh perusahaan Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA) dengan nilai Rp 6.798 per lembar saham pada tahun 2004, Rp 4.888,89 per lembar saham pada tahun 2005, Rp 3.711,59 per lembar saham pada tahun 2006, Rp 5.007,63 per lembar saham pada tahun 2007, dan pada tahun 2008 diperoleh perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) dengan nilai Rp 10.092 per lembar saham. Dan nilai Earning Per Share terendah selama lima periode berturut-turut yaitu pada tahun 2004 diperoleh perusahaan Sekar Laut Tbk (SKLT) dengan nilai Rp -583 per lembar saham dan dari tahun 2005-2008 diperoleh perusahaan Ades Waters Indonesia Tbk (ADES) dengan nilai Rp -796,53 per lembar saham pada tahun 2005, Rp -860,23 per lembar saham pada tahun 2006, Rp -262,51 per lembar saham pada tahun 2007, dan Rp -25,78 per lembar saham pada tahun 2008. Meningkatnya Earning Per Share
dikarenakan adanya peningkatan EAT, begitu juga sebaliknya penurunan EAT sangat berpengaruh terhadap Earning Per Share yang dihasilkan perusahaan. Investor akan lebih tertarik dengan nilai Earning Per Share yang tinggi dalam berinvestasi, karena Earning Per Share yang tinggi dapat menghasilkan Return Saham yang tinggi pula bagi investor. 2. Kondisi Price Earning Ratio Perusahaan pada Sektor Manufaktur yang bergerak dalam industri food and beverages di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008. Berdasarkan pembahasan, bahwa kondisi Price Earning Ratio (PER) Perusahaan pada Sektor Manufaktur yang bergerak dalam industri food and beverages di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008 relatif berfluktuatif, artinya bahwa setiap perusahaan rata-rata mengalami peningkatan maupun penurunan nilai Price Earning Ratio setiap tahunnya tidak begitu besar. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap perusahaan dapat menghasilkan nilai PER setiap tahunnya. Meskipun nilai Price Earning Ratio yang dihasilkan setiap perusahaan berbedabeda. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan atau penurunan harga saham dan EPS. Dimana kenaikan EPS sejalan dengan pertumbuhan EAT dan jumlah banyaknya lembar saham yang beredar, dimana apabila perusahaan menghasilkan EPS yang negatif maka Price Earning Ratio yang dihasilkan juga akan negatif. Dimana dapat terlihat bahwa nilai Price Earning Ratio tertinggi selama lima periode berturut-turut yaitu pada tahun 2004 diperoleh perusahaan Ultrajaya Milk Tbk (ULTJ) dengan nilai 237,8 X, dan dari tahun 2005-2008 diperoleh perusahaan Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) dengan nilai 1641,31 X pada tahun 2005, 1408,19 X pada tahun 2006, 47,12 pada tahun 2007, 24,77 X pada tahun 2008. Sedangkan nilai Price Earning Ratio terendah selama lima periode berturut-turut yaitu dari tahun 2004-2007 diperoleh perusahaan Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP) dengan nilai -61,88 X pada tahun 2004, -38,96 X pada tahun 2005, -47,72 X pada tahun 2006, -157,55 X pada tahun 2007
dan pada tahun 2008 diperoleh perusahaan Ades Waters Indonesia Tbk (ADES) dengan nilai -8,73 X. Price Earning Ratio ini menjadi salah satu penilaian investor terhadap perusahaan karena semakin tinggi Price Earning Ratio menunjukkan bahwa perusahaan semakin dipercaya dan nilai perusahaan akan semakin tinggi. 3. Kondisi Return Saham Perusahaan pada Sektor Manufaktur yang bergerak dalam industri food and beverages di Bursa Efek Indonesia periode 20042008. Berdasarkan pembahasan, bahwa kondisi Return Saham Perusahaan pada Sektor Manufaktur yang bergerak dalam industri food and beverages di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008 relatif berfluktuatif, artinya bahwa setiap perusahaan rata-rata mengalami peningkatan maupun penurunan nilai return setiap tahunnya. Peningkatan dan penurunan return saham disebabkan oleh perubahan harga saham. Harga saham berubah ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan saham tersebut, dimana perubahan harga saham diakibatkan oleh jumlah Earning Per Share yang berubah. Bila dikaitkan dengan analisis sebelumnya maka dapat dilihat bahwa meningkat atau menurunnya Earning Per Share dan Price Earning Ratio dapat mempengaruhi Return Saham. Dimana dapat terlihat bahwa return saham tertinggi selama lima periode berturut-turut yaitu pada tahun 2004
diperoleh perusahaan Sierad Produce Tbk (SIPD)
dengan nilai 162,5%, pada tahun 2005 diperoleh perusahaan Delta Djakarta Tbk (DLTA) dengan nilai 148,27%, pada tahun 2006 diperoleh perusahaan SMART Tbk (SMART) dengan nilai 284,21%, pada tahun 2007 diperoleh perusahaan Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) dengan nilai 328,57%, dan pada tahun 2008 diperoleh perusahaan Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) dengan nilai 96,07%. Sedangkan nilai return saham terendah selama lima periode berturutturut yaitu pada tahun 2004 diperoleh perusahaan Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) dengan nilai -6,66%, pada tahun 2005 dan tahun 2008 diperoleh
perusahaan SMART Tbk (SMART) dengan nilai -69,35% pada tahun 2005, -71,66% pada tahun 2008, pada tahun 2006 diperoleh perusahaan Sierad Produce Tbk (SIPD) dengan nilai -44,44%, dan pada tahun 2007 diperoleh perusahaan Sekar Laut Tbk (SKLT) dengan nilai -73,68%. 4. Pengaruh Earning Per Share dan Price Earning Ratio Terhadap Return Saham Perusahaan Perusahaan pada Sektor Manufaktur yang bergerak dalam industri food and beverages di Bursa Efek Indonesia periode 20042008 Secara Simultan dan Parsial. Dari hasil pengujian secara simultan yang dilakukan penulis, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Earning Per Share dan Price Earning Ratio terhadap Return Saham. Hal ini dilihat dari Fhitung > Ftabel yaitu 4,968 > 3,74, yang berarti H0 ditolak. Dan berdasarkan analisis korelasi ganda (Multiple Correlation), yang dilihat dari besarnya koefisien korelasi sebesar 0,559 yang berada diantara 0,40
0,599, dapat disimpulkan bahwa Earning Per Share
dan Price Earning Ratio memiliki keeratan hubungan yang cukup kuat dengan Return Saham. Sedangkan dari hasil pengujian secara parsial yang dilakukan oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa : a. Earning Per Share tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham, hal ini dilihat dari t hitung < t tabel yaitu 0,485 < 1,761, yang berarti H0 diterima. Dan berdasarkan analisis korelasi ganda (Multiple Correlation), yang dilihat dari besarnya koefisien korelasi sebesar 0,124 yang berada diantara 0,00
0,199, dapat disimpulkan bahwa Earning Per Share memiliki
keeratan hubungan yang sangat rendah dengan Return Saham. b. Price Earning Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham, hal ini dilihat dari dari t
hitung
>t
tabel
yaitu 2,408 > 1,761, yang berarti H0
ditolak. Dan berdasarkan analisis korelasi ganda (Multiple Correlation), yang dilihat dari besarnya koefisien korelasi sebesar 0,528 yang berada diantara
0,40
0,599, dapat disimpulkan bahwa Price Earning Ratio memiliki
keeratan hubungan yang cukup kuat dengan Return Saham.
5.2
Saran Dari penelitian pengaruh Earning Per Share dan Price Earning Ratio terhadap Return saham pada sektor Manufaktur yang bergerak dalam industri food and beverages tahun 2004-2008 maka saran yang diberikan adalah sebagai berikut : 1. Bagi investor dan calon investor Bagi investor maupun calon investor yang ingin menginvestasikan sahamnya pada suatu perusahaan sebaiknya melihat terlebih dahulu kondisi perusahaan yang akan dipilih. Dalam hal ini investor harus menempatkan saham yang akan ditanamkannya pada perusahaan yang tepat. Untuk melihat kondisi perusahaan apakah tepat untuk dipilih adalah dengan melihat kondisi laporan keuangan perusahaan diantaranya yaitu dengan melihat rasio profitabilitas yang diukur dengan Earning Per Share dan rasio penilaian pasar yang diukur dengan Price Earning Ratio. Namun hanya dengan melihat kondisi laporan keuangan perusahaan masih belum cukup apalagi terbatas hanya dengan dua variabel saja untuk dijadikan bahan informasi dalam pengambilan keputusan investasi bagi investor, maka sebaiknya investor memperhatikan semua aspek baik fundamental maupun teknikal. 2. Bagi perusahaan Diharapkan kepada perusahaan agar selalu memberikan informasi keuangan yang bersifat objektif, relevan dan dapat diuji keabsahannya sehingga dapat meyakinkan pihak investor dalam pengambilan keputusan untuk membeli saham perusahaan. 3. Bagi peneliti lain Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Return Saham perusahaan sektor manufaktur selain rasio profitabilitas dengan
indikator Earning Per Share dan rasio penilaian pasar dengan indikator Price Earning Ratio yang diteliti dalam penelitian ini. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambah atau menggunakan lebih banyak rasio keuangan, selain itu tidak hanya terbatas pada analisis fundamental saja tetapi juga analisis teknikal sehingga diharapkan informasi yang mempengaruhi Return Saham perusahaan sektor manufaktur dapat lebih lengkap dan menyeluruh.