BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut : 1. Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Return On Asset (ROA) Bank Persero (BUMN) periode 2008-2012. a. Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Bank Persero BUMN periode 2008-2012 telah memenuhi kriteria kecukupan modal minimum yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Dimana rata-rata Capital Adequacy Ratio (CAR) tertinggi diperoleh pada tahun 2012 sedangkan rata-rata CAR yang terendah diperoleh pada tahun 2009. Jadi dapat disimpulkan bahwa Bank Persero (BUMN) telah mampu untuk mempertahankan modal serta kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank. b. Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Bank Persero (BUMN) periode 2008-2012 memiliki tingkat NPL yang mendekati ketentuan Bank Indonesia yaitu dibawah 5%. Dimana rata-rata Non Performing Loan (NPL) yang tertinggi diperoleh pada tahun 2008 sedangkan ratarata NPL terendah diperoleh pada tahun 2012. Jadi dapat disimpulkan, bahwa Bank Pesero (BUMN) telah mampu memenuhi pengelolaan kredit yang bermasalah yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia maksimal 5%. c. Perkembangan Net Interest Margin (NIM) pada Bank Persero (BUMN) periode 2008-2012 relatif berfluktuatif. Dimana rata-rata NIM yang dimiliki Bank Pesero (BUMN) tertinggi diperoleh pada
119
120
tahun 2008 dan 2010 sedangkan rata-rata NIM terendah diperoleh pada tahun 2012. d. Perkembangan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) pada setiap bank selalu berfluktuatif. Hal ini dikarenakan BOPO dipengaruhi oleh besarnya biaya operasional yang dihasilkan oleh setiap bank dan juga pendapatan operasional setiap bank. Dimana rata-rata BOPO yang paling tinggi diperoleh pada tahun 2008 sedangkan rata-rata BOPO yang paling rendah diperoleh pada tahun 2012. e. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada setipa bank selalu berfluktuatif. Hal ini dikarenakan LDR dipengaruhi oleh besarnya total kredit yang disalurkan dan juga jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh tiap bank. Dimana rata-rata LDR tertinggi diperoleh pada tahun 2012 sedangkan rata-rata LDR terendah diperoleh pada tahun 2009. f. Perkembangan Return On Assets (ROA) pada Bank Persero (BUMN) selalu berfluktuatif. Hal ini dikarenakan ROA dipengaruhi oleh besarnya total laba sebelum pajak yang dihasilkan oleh setiap bank, dan juga total aktiva setiap bank. Dimana dapat terlihat bahwa rata-rata nilai ROA tertinggi diperoleh pada tahun 2012 sedangkan rata-rata nilai ROA terendah diperoleh pada tahun 2008. Suatu bank dapat dikatakan sehat, apabila tingkat profitabilitas bank mencapai 1,5% sesuai dengan peraturan Bank Indonesia, dan berdasarkan data perkembangan ROA dapat disimpulkan bahwa rata-rata Bank Persero (BUMN) dari tahun 2008-2012 termasuk ke dalam kategori yang sehat.
2. Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR), secara simultan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA) Bank Persero (BUMN).
121
3. Secara parsial pengaruh CAR, NPL, BOPO, dan LDR terhadap ROA berdasarkan hasil penelitian sebagai berikut: a. Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap Return On Assets (ROA) Bank Persero (BUMN). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, semakin besar CAR maka ROA yang diperoleh bank akan semakin besar. Nilai CAR yang semakin tinggi menunjukkan kemampuan permodalan bank dalam menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian kegiatan usaha bank semakin baik namun, belum tentu secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan ROA Bank Persero (BUMN). b. Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA Bank Persero (BUMN). Kaitan ROA dengan besarnya NPL Bank Persero (BUMN) dapat diartikan bahwa, Bank Persero (BUMN) memiliki risiko kredit macet yang besar dari pencairan kreditnya diharapkan dengan adanya pencairan kredit yang besar dapat menghasilkan laba yang besar pula sehingga dapat meningkatkan ROA Bank Persero (BUMN). Bank dapat menjalankan operasinya dengan baik jika mempunyai NPL dibawah 5% . c. Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Assets (ROA) Bank Persero (BUMN). Terdapat hubungan yang searah antara Net Interest Margin (X1) dengan Return On Assets (ROA) yang mengandung arti untuk setiap kenaikan Net Interest Margin (X1) sebesar satu satuan akan menyebabkan bertambahnya atau meningkatnya Return On Assets (ROA). d. Biaya
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Assets (ROA) Bank Persero (BUMN). Hasil penelitian menunjukkan bahwa,semakin besar BOPO maka, semakin kecil ROA Bank Persero (BUMN). Begitu juga sebaliknya, jika BOPO semakin kecil, maka dapat disimpulkan bahwa ROA Bank Persero (BUMN) semakin meningkat atau membaik.
122
e. LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Assets (ROA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, LDR Bank Persero (BUMN) berada pada standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar
80%-110%,
sehingga
berpengaruh
positif
terhadap
meningkatnya laba Bank Persero (BUMN) (dengan asumsi Bank Persero BUMN mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif). Peningkatan laba Bank Persero BUMN mengakibatkan ROA akan meningkat, karena laba merupakan komponen yang membentuk ROA Bank Persero (BUMN).
5.2
Saran Setelah mengamati dan menganalisa hasil penelitian, penulis melihat
beberapa hal yang dapat dijadikan masukan antara lain : 1. Pihak Perbankan a. Mengingat bisnis perbankan adalah bisnis penuh resiko meski menjanjikan keuntungan besar, pelaksanaan prinsip kehatihatian(Prudential Bnking Principle) terutama dalam penyaluran kredit merupakan hal penting yang harus diperhatikan guna mewujudkan sistem perbankan yang sehat, kuat, dan kokoh serta dukungan kontrol terhadap aktivitas perbankan oleh Bank Indonesia dengan kewajiban melaksanakan prinsip kehati-hatian merupakan solusi terbaik untuk menjaga dan mempertahankan eksistensi perbankan, yang pada akhirnya akan menumbuhkan kepercayaan kepada industri perbankan itu sendiri. b. Dengan melihat variabel Risiko kredit (NPL), maka pihak manajemen dalam usahanya untuk meningkatkan profitabilitas (ROA) diharapkan mampu mempertahankan tingkat risiko kredit (NPL), dan dapat menjaga besarnya NPL maksimal sesuai dengan strandar yang digunakan oleh Bank Indonesia. Bank harus tetap dapat meningkatkan pengawasan kredit dan meminimalisir risiko kredit yang bermasalah. Untuk mengurangi resiko kredit, jaminan
123
pemberian kredit atau pembiayaan dalam keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur dalam melunasi kewajibannya sesuai yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan bank. c. Manajemen perlu memperhatikan risiko pasar yang diproksikan dengan Net Interest Margin (NIM). Hal ini dapat dilakukan dengan cara bank senantiasa menghitung cost of fund secara cermat sehingga dapat ditentukan based lending rate yang kompetitif. Dengan demikian bank akan terhindar dari negative spread dan mendapatkan Net Interest Margin (NIM) yang optimal. d. Dengan melihat variabel Efisiensi Operasional (BOPO), maka pihak
manajemen
dalam
usahanya
untuk
meningkatkan
profitabilitas (ROA) diharapkan mampu menekan besarnya BOPO, sehingga
biaya
operasional
yang
dikeluarkan
bank
yang
bersangkutan akan semakin efisien. Besarnya rasio BOPO yang sudah termasuk dalam kategori efisien diharapkan tetap bisa dipertahankan, karena pergerakan rasio BOPO haruslah menjadi perhatian khusus agar perusahaannya selalu berada pada tingkat efisien yang dapat menghasilkan laba yang maksimal. e. Dengan menstabilkan dan menjaga rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) di posisi ideal serta memperhatikan kualitas kredit yang disalurkan untuk menghindari terjadinya kredit ynag bermasalah sehingga dapat memperoleh
keuntungan dari kredit yang
dissalurkan bagi bank. 2. Pihak Peneliti a. Bagi peneliti selanjutnya dan yang tertarik dalam bidang yang sama dapat menggunakan jenis rasio keuangan lainnya untuk dijadikan variabel untuk penelitian. b. Diharapkan jumlah bank yang dijadikan sampel penelitian lebih banyak lagi, karena dengan semakin banyak variabel juga data maka akan memberikan hasil penelitian yang lebih maksimal.
124
5.3
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan
bahan pertimbangan bagi penelitian berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. 1. Penelitian ini hanya menggunakan faktor internal untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ROA. 2. Penelitian hanya menggunakan 3 objek penelitian pada Bank Persero BUMN yang Go Public di Indonesia serta menggunakan periode pengamatan selama lima ahun, yaitu tahun 2008-2012 dengan menggunakan data tahunan dari laporan keuangan masing-masing bank yang bersangkutan dalam penelitian ini.