BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Penelitian ini mengkaji motivasi yang mendorong konsumen untuk berpartisipasi di social commerce berdasarkan dua pemicu niat partisipasi yaitu social presence dan technology readiness. Literatur human-computer interface dalam konteks social commerce belum banyak dikaji (Zhang et al., 2014). Oleh karena itu, penelitian ini berusaha mengisi gap penelitian dengan menginvestigasi faktor yang paling mendasari motivasi partisipasi social commerce berdasarkan pengaruh karakteristik fitur teknologi media sosial terhadap pengalaman virtual konsumen. Penelitian ini berfokus membandingkan model 1 SOR-Social Presence dengan model 2 SOR-TRI. Analisa hubungan antara masing-masing model terkait pengaruhnya terhadap partisipasi dalam social commerce dilakukan untuk membandingkan kedua model. Hasil pengujian goodness of fit menunjukkan bahwa model penelitian 1 dan model penelitian 2 sudah baik. Perbandingan model tersebut menunjukkan model penelitian 2 memiliki kriteria fit (Chi-Square, RMSEA, CMIN/DF, GFI, AGFI, TLI, dan CFI) lebih baik dibandingkan model penelitian 1. Hasil penelitian pada model 1 menunjukkan 7 hipotesis terdukung signifikan dan 6 tidak terdukung. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa fitur yang ada di
70
media sosial sebagai media komunikasi mampu menghadirkan social presence individu dan memacu niat mereka untuk berpartisipasi dalam social commerce dengan meminta dan membagikan informasi komersial di media sosial. Perasaan kehadiran sosial dan komunikasi antar konsumen yang hangat, ramah, dan responsif mendorong seseorang dalam partisipasi social commerce. Hasil pengujian model 2 menunjukkan 6 hipotesis terdukung signifikan dan 7 hipotesis tidak terdukung. Penelitian ini tidak menemukan bukti pengaruh technology readiness konsumen terhadap partisipasi dalam social commerce. Konsumen Indonesia memiliki tingkat technology readiness moderat.
Hal
tersebut mencerminkan kepercayaan konsumen terhadap penggunaan teknologi dalam pemenuhan tujuan belanja bukanlah faktor utama penggerak niat partisipasi di social commerce. Konsep technology readiness hanya berfokus pada individu, yaitu bagaimana persepsi individu ketika dihadapkan oleh teknologi tanpa dipengaruhi orang-orang disekitarnya. Sedangkan social presence melibatkan individu lain dengan adanya komunikasi dan interaksi dengan konsumen lain dalam media komunikasi, yaitu media sosial (Jubran dan Sumiyana, 2015). Budaya masyarakat Indonesia termasuk
dalam
golongan
collectivism
(Hofstede,
2001).
Collectivism
menunjukkan masyarakat Indonesia cenderung hidup secara berkelompok dan lebih bergantung kepada orang lain. Budaya collectivism masyarakat Indonesia diprediksi menjadi penyebab konsumen Indonesia lebih cenderung melibatkan konsumen lain dan mencari opini sebelum pengambilan keputusan berbelanja. Dengan demikian, konsep social presence lebih cocok digunakan. Berdasarkan
71
pembahasan maka model 1 Social Presence-SOR lebih baik dalam menjelaskan niat partisipasi dalam social commerce pada konsumen Indonesia. 5.2 Implikasi Penelitian Hasil dari penelitian ini memberikan kontribusi baik secara empiris dan praktis. Implikasi penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Secara empiris temuan dalam penelitian ini memberikan tambahan wawasan dan referensi dalam literatur social commerce terkait pengaruh humancomputer interface terhadap perilaku konsumen dengan menggunakan kerangka model S-O-R. Selain itu, penelitian ini memberikan insight berupa pemahaman motivasi niat individu dalam partisipasi social commerce berdasarkan dua competing model yaitu technology readiness dan social presence.
2.
Secara praktis temuan dalam penelitian ini memberikan tambahan referensi bagi para pelaku bisnis social commerce. Bagi pelaku bisnis social commerce khususnya di Indonesia, agar mengelola fitur teknologi media sosial (interactivity, personalization, dan sociability) yang dapat berdampak pada pengalaman konsumen dan selanjutnya akan memengaruhi keberlanjutan partisipasi mereka dalam social commerce. Perceived sociability memiliki peran terbesar dalam membentuk pengalaman konsumen social support, social presence dan flow. Temuan penelitian ini menunjukkan flow memiliki peran paling penting dalam menggerakkan motivasi partisipasi di social commerce. Sehingga, meningkatkan pengalaman flow konsumen merupakan strategi utama yang harus diperhatikan oleh pelaku bisnis social commerce.
72
Social commerce providers dapat menyediakan sociability tools seperti fitur obrolan pribadi dan social games untuk meningkatkan kemampuan konsumen dalam bersosialisasi dan kenyamanan sosialisasi sehingga dapat menciptakan pengalaman flow. Hal ini perlu diperhatikan oleh para penjual online di media sosial agar kesuksesan bisnis mereka dapat berlangsung kontinyu. 5.3 Keterbatasan Penelitian Berdasarkan hasil uji dan analisis data yang telah dilakukan, terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain: 1.
Penelitian ini mengkaji niat partisipasi di social commerce. Sebagian besar responden dalam penelitian ini telah memulai berbelanja online di media sosial sejak lebih dari dua tahun yang lalu. Sehingga diduga ada perbedaan persepsi dengan responden yang baru saja memulai belanja online di media sosial. Hal tersebut menjadi keterbatasan dalam menjelaskan pengaruh technology readiness.
2.
Penelitian ini hanya berfokus pada persepsi mengenai social commerce secara umum. Penelitian ini tidak mengelompokkan sampel berdasarkan platform media sosial. Oleh karena itu, perbandingan hasil tidak dapat dilihat.
3.
Setting penelitian ini adalah di negara berkembang dengan budaya collectivism. Generalisasi hasil penelitian mungkin akan berbeda dengan negara
yang memiliki budaya individualism tinggi.
Budaya dapat
berpengaruh terhadap technology readiness seseorang (Ferreira et al., 2014).
73
4.
Penelitian ini memfokuskan technology readiness secara keseluruhan. Sehingga tidak dapat dianalisis secara spesifik dimensi yang berpengaruh terhadap niat partisipasi di social commerce.
5.4 Saran Berdasarkan keterbatasan yang ada dalam penelitian, peneliti memberikan saran yang dapat berguna sebagai masukan dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. Beberapa saran dan masukan antara lain sebagai berikut. 1.
Penelitian selanjutnya dapat mengkaji perilaku aktual dalam partisipasi di social commerce. Selain itu, pengelompokkan sampel berdasarkan jenis platform media sosial penting dilakukan agar dapat diketahui perbedaan spesifik antar platform terkait pengaruh social presence dan technology readiness.
2.
Penelitian selanjutnya dapat melakukan variasi setting tempat penelitian yaitu di negara maju dengan budaya individualism. Negara dengan budaya individualism diduga dapat menghasilkan technology readiness tinggi yang mendorong
partisipasi
social
commerce.
Dengan
demikian
dapat
dibandingkan hasil penelitian terkait social presence atau technology readiness yang lebih memicu motivasi partisipasi social commerce. 3.
Penelitian selanjutnya dapat menguji technology readiness yang berfokus pada keempat dimensi (optimism, innovativeness, discomfort dan insecurity). Dengan demikian, dapat dianalisis lebih lanjut dimensi yang berpengaruh terhadap motivasi niat partisipasi di social commerce secara spesifik.
74