BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Simpulan 1. Secara umum kinerja Terminal Teluk Lamong mengalami peningkatan selama Januari hingga November 2015. a. Dari data Berth Occupancy Ratio (BOR) diperoleh informasi bahwa Selama kurun waktu Januari sampai November 2015 puncak rasio tertinggi ada pada bulan November yaitu sebesar 44,05 % dan 35,46 % pada bulan Februari 2015 dengan rata – rata rasio penggunaan dermaga sebesar 21,62 %. Kinerja dermaga di Terminal Teluk Lamong masih bisa ditigkatkan lagi karena masih berada di bawah batas kongesti dermaga yaitu sebesar 70 %. b. Kinerja lapangan penumpukan dilihat menggunakan indikator YOR (Yield Occupancy Ratio). Rasio penggunaan lapangan penumpukan di Terminal Teluk Lamong tertiggi terjadi pada bulan Mei dengan rasio sebesar 26,81 % dan 22,51 % pada bulan November dengan rata -rata penggunaan setiap bulannya sebesar 12,75 %. Rasio penggunaan lapangan penumpukan di Terminal Teluk Lamong masih sangat normal karena berada di bawah batas kongesti lapangan penumpukan sebesar 80 %. Dengan demikian kinerja lapangan penumpukan di Terminal Teluk Lamong masih bisa terus ditingkatkan tanpa harus memperluas lapangan penumpukan. 2. Secara garis besar strategi yang diterapkan oleh Terminal Teluk Lamong dalam hal penerapan Green Port sudah sesuai dengan konsep yang ada.
Namun, hingga tahun 2016 masih terdapat beberapa hal yang belum dilakukan oleh Terminal Teluk Lamong untuk mencapai visi menjadi Green Port. Hal-hal tersebut antara lain: a. Belum melibatkan penyedia jasa pelayaran (shipping company) dalam penerapan konsep Green Port b. Belum melakukan pemetaan sosial di kawasan sekitar pelabuhan untuk mengetahui dampak pembangunan pelabuhan c. Belum ada pelibatan organisasi lingkungan dalam mendukung penerapan konsep Green Port. d. Belum tersedianya pembangkit listrik mandiri yang ramah lingkungan. e. Belum ada manajemen pengolahan limbah terpadu. f. Rencana pembengunan dan pengembangan Terminal Teluk Lamong telah sesuai dengan “Green Port Strategy for Suatainable Development Framework”. Dengan demikian diharapkan nantinya pada tahun 2030 Terminal Teluk Lamong menjadi Green Port seutuhnya dan menjadi contoh bagi pelabuhan lain di Indonesia.
5.2.
Saran Sebagai terminal percontohan dan percobaan, Terminal Teluk Lamong memiliki tantangan tersendiri dalam mengembangkan dan menerapkan Green Port di Indonesia. 1.
BOR dan YOR menunjukkan bahwa kinerja di Terminal
Teluk Lamong masih bisa ditingkatkan lagi. Pemanfaatan dermaga masih
bisa ditingkatkan hingga 50% sampai 60 % dengan menarik minat kapal luar negeri maupun kapal dalam negeri untuk melakukan bongkar muat di TeLamong. Peningkatan penggunaan dermaga harus juga diimbangi dengan meningkatkan kapasitas lapangan penumpukan, meskipun kondisi lapangan penumpukan saat ini masih dapat digunakan tanpa harus dilakukan perluasan. Selain itu Terminal Teluk Lamong harus segera melengkapi kekurangan dari segi fasilitas, sumber daya manusia, teknologi, dan program-program yang belum terpenuhi untuk meningkatkan kinerja pelabuhan seperti: a. Penyediaan pembangkit listrik mandiri yang ramah lingkungan b. Segera merealisasikan penambahan alat dan perluasan terminal penumpukan untuk menghindari kemacetan di area terminal. c. Meningkatkan sosialisasi dan promosi kepada pengguna jasa terminal terkait konsep Green Port. d. Membuat sistem pengelolaan limbah terpadu e. Membuat sistem pengolahan air bersih f. Membuat peta kondisi sosial masyarakat sekitar pelabuhan untuk mengetahui dampak pembangunan pelabuhan dan menentukan langkah yang diperlukan.
2. Dalam merancang strategi untuk Terminal Teluk Lamong kami menggunakan pendekatan teori dari Dr. Lam Siu Lee dan Prof. Eddy
van De Vorde yang dituangkan dalam Green Poert Sustainable Framework sebagai berikut:
Green Market Development
Stakeholder involvment
Market players Piblic policy maker Internal stakeholder Community
Market segmentation Market targeting Competitor analysis Green branding
Cost Effectife Green Policy
Sustainable Port Operation and Development
Cost and benefit analysis Investment feasibility study
Green Project Optimising port operations Ecological terminal expansions
Gambar 17. Green and Sustaibable Port Framework Dari framework tersebut kami menyarankan untuk memperkuat beberapa hal sebagai berikut:
Melibatkan market players, yang terdiri dari shipping companies dan inland transport operator. Pelibatan market players dapat dilakukan dengan memberikan insentif kepada operator / penyedia jasa angkuatan baik itu pelayaran ataupun darat yang secara nyata menerapkan sistem kerja ramah lingkungan. Operator/penyedia jasa yang menggunakan kendaraan rendah emisi dapat diberikan potongan harga saat memasuki area pelabuhan. Hal tersebut dapat mendorong market players untuk ikut serta dalam mendukung penerapan konsep Green Port.
Melibatkan komunitas-komunitas yang terdiri dari masyarakat sekitar area pelabuhan dan organisasi lingkungan. Kerjasama dengan masyarakat dilakukan dalam jangka panjang dengan memberdayakan masyarakat sekitar area pelabuhan. Pemberdayaan dapat dilakukan dalam bentuk pemberian pendampingan/pelatihan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan paska pembangunan Terminal Teluk Lamong. Pemberdayaan masyarakat dan upaya menjaga kelestarian lingkungan juga dapat dilakukan bersama dengan organisasi-organisasi masyarakat (NGO) yang memiliki perhatian khusus terhadap lingkungan. Dengan demikian dampak buruk akibat pembangunan pelabuhan dapat dikurangi dan secara tidak langsung akan meningkatkan value dari perusahaan.