BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
V.1 Simpulan Laporan keuangan merupakan penyajian dan pengungkapan informasi yang penting bagi perusahaan dan juga pemegang kepentingan lainnya. Penyusunan laporan keuangan bagi perusahaan juga sebagai data informasi mengenai kinerja perusahaan dan sebagai tolak ukur dari tujuan yang di targetkan oleh perusahaan. Bagi perusahaan yang terbuka atau telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) laporan keuangan memiliki arti pertanggung jawaban tidak hanya bagi pihak internal perusahaan namun juga bagi pihak eksternal perusahaan yang telah memberikan dana kepada perusahaan. Perusahaanperusahaan yang ada di Indonesia yang telah tercatat memiliki kewajiban umtuk menyajikan laporan keuangannya berdasar dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). PSAK No.19 revisi 2010 direvisi dari standar sebelumnya yaitu PSAK No. 19 revisi 2000 dan mulai efektif digunakan oleh perusahaan per tanggal 1 Januari 2011. Perubahan-perubahan penting yang ada pada SAK ini menyangkut masalah: (1) pengukuran aset tak berwujud di dalam perusahaan, (2) pengukuran setelah pengakuan, (3) masa manfaat dari aset tak berwujud, dan (4) pengungkapan jumlah tercatat dari aset tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, masih banyak perusahaan yang belum menerapkan SAK baru ini. Perubahan-perubahan yang penting maupun yang tidak berpengaruh secara besar 60
terhadap perhitungan belum diimplementasikan secara lengkap dalam laporan keuangan sehingga penyajian dan pengungkapan aset tak berwujud dalam laporan keuangan perusahaan masih banyak berbeda dan tidak sesuai dengan standar yang berlaku Dari 87 perusahaan yang dianalisis kualitas laporan keuangannya sebanyak tiga perusahaan atau 3,45% dari total perusahaan yang memiliki aset tak berwujud memenuhi empat kriteria, empat puluh tujuh perusahaan atau 54,02% memenuhi tiga kriteria, lima belas perusahaan, 17,24% memenuhi dua kriteria dan lima belas perusahaan 17,24% memenuhi satu kriteria, sedangkan tujuh perusahaan, 8,04% tidak memenuhi kriteria secara keseluruhan. Diantara 87 perusahaan yang memiliki aset tak berwujud tidak ada yang memenuhi keseluruhan lima kriteria yang telah dibuat. Penelitian mengenai penurunan nilai pada 87 perusahaan mengungkapkan bahwa hanya terdapat sepuluh perusahaan yang mengungkapkan mengenai masalah penurunan nilai walaupun dari kesepuluh perusahaan tersebut mengungkapkan pula bahwa tidak ada indikasi penurunan nilai pada aset tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan. Sebanyak 77 perusahaan tidak mengungkapkan sama sekali mengenai masalah penurunan nilai baik pada catatan mengenai kebijakan atau catatan yang terkait langsung dengan aset tak berwujud. Banyak perusahaan yang masih menggabungkan goodwill yang di dapat dari kombinasi bisnis dengan aset tak berwujud lainnya. Hal ini bisa menyebabkan misinterpretasi pada aset tak berwujud yang dimiliki perusahaan. Sebanyak tujuh perusahaan atau 8,04% dari 87 perusahaan masih menggabungkan kedua akun tersebut dalam satu penyajian dan pengungkapan. Hal tersebut memberi dampak pengungkapan laporan keuangan lebih berfokus pada goodwill dari pada aset tak berwujud lainnya karena nilai goodwill di beberapa perusahaan cukup besar. Tujuh perusahaan tersebut 61
juga lebih spesifik dalam menyajikan serta mengungkapkan goodwill yang dimiliki berikut dengan penjelasan mengenai penurunan nilai dari goodwill. Korelasi antara nilai laporan keuangan dengan persentase aset tak berwujud terhadap total aset sangat rendah. Ini memiliki arti bahwa walaupun nilainya positif atau berbanding lurus namun tidak ada hubungan yang erat antara kualitas dari laporan keuangan dengan aset tak berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa aset tak berwujud tidak bisa dijadikan tolak ukur kualitas laporan keuangan suatu perusahaan. Manfaat dasar dari penerapan SAK ini agar baik manajemen ataupun pemegang kepentingan lainnya dapat memahami posisi aset tak berwujud dalam laporan keuangan baik dari segi pengakuan, penyajian, ataupun pengungkapan dari aset tak berwujud itu sendiri dan bagi pemegang kepentingan hal ini dijadikan sebagai salah satu dasar analisa untuk mengetahui hal yang terkait langsung bagi pengambilan keputusan di dalam perusahaan.
V.2 Saran Manajemen bertanggung jawab untuk menyajikan laporan keuangan. Hal ini bertujuan agar laporan keuangan yang disajikan tidak mengalami misinterpretasi sehingga diharapkan untuk ke depannya manajemen mampu mengimplementasikan standar dan kebijakan yang baru pada laporan keuangan yang dibuat. Manajemen harus lebih sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pembahasan masalah mengenai standar-standar yang baru diberlakukan. Kegiatan ini dapat membuat manajemen dalam perusahaan menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar yang seharusnya. Dengan mengikuti kegiatan seperti seminar ataupun workshop diharapkan 62
laporan keuangan perusahaan dapat tersaji dengan benar dan bermanfaat bagi pemegang kepentingan. . Sebagai pihak yang terkait dengan perusahaan pemegang kepentingan harus mengetahui dan memahami mengenai standar dan kebijakan baru. Hal ini bertujuan agar para pemegang kepentingan memahami kondisi yang ada di perusahaan dan dapat lebih mengerti isi dari laporan keuangan serta dapat menilai kualitas dari laporan keuangan yang disajikan dengan mengukur kesesuaian laporan tersebut terhadap standar dan kebijakan yang berlaku. Hal ini dikarenakan para pemegang kepentingan harus mengambil keputusan yang berkaitan dengan perusahaan berdasarkan informasi yang tercantum di dalam laporan keuangan. Laporan keuangan erat kaitannya dengan auditor yang bertugas menilai kualitas dari laporan keuangan tersebut. Auditor juga memiliki kewajiban untuk memahami standar dan kebijakan yang baru atau direvisi untuk membantu perusahaan dalam penyajian laporan keuangannya sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Auditor juga dapat membantu memberikan saran untuk menyesuaikan isi laporan keuangan dengan standar yang berlaku untuk pembuatan laporan keuangan yang selanjutnya. Dengan demikian laporan yang telah diaudit memiliki kualitas yang sesuai dengan standar akuntansi yang terbaru. IAI sebagai lembaga yang bertanggung jawab menerbitkan standar akuntansi yang ada di Indonesia agar lebih sering untuk mengadakan kegiatan-kegiatan sosialisasi agar para manajemen dalam suatu perusahaan bisa lebih memahami standar-standar akuntansi baik yang baru saja direvisi maupun yang memiliki tingkat kerumitan yang tinggi untuk diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan. IAI dapat membuat program aplikasi ataupun perangkat lunak yang bisa dijadikan simulasi penyusunan 63
laporan keuangan yang benar juga menjadi salah satu kegiatan utama lainnya bagi IAI dalam menerapkan pemahaman mengenai pengimplementasian standar secara benar agar laporan keuangan bisa disajikan dan diungkapkan sesuai dengan yang seharusnya.
64