BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1
Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan untuk melihat bagaimana implementasi PSAK 58 revisi tahun 2009 pada laporan keuangan 39 perusahaan yang terdiri dari 11 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan 28 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura, penulis menemukan masih terdapat beberapa perusahaan yang belum melakukan implementasi PSAK 58 secara tepat dalam laporan keuangan perusahaannya. Untuk pengakuan aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual, jumlah perusahaan yang telah melakukan pengungkapan terhadap seluruh kriteria yang ditentukan yaitu hanya sebanyak 22 perusahaan (57,89%) dari total 38 perusahaan yang menjadi objek penelitian. 22 Perusahaan tersebut terdiri dari 3 (30%) perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan 19 (67,86%) sisanya berasal dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura. Masih banyak perusahaan yang belum melakukan penilaian secara tepat untuk pengukuran pada saat pengakuan awal PSAK 58 baik pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia maupun Bursa Efek Singapura. Hanya terdapat satu perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan 9 perusahaan terdaftar di Bursa Efek Singapura yang telah mengungkapkan bahwa perusahaan telah mengukur aset tidak lancar (atau kelompok lepasan) yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual pada nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatat
101
dan nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk menjual. Sebagian besar perusahaan mengukur nilai aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual pada nilai buku aset tersebut. Tetapi terdapat kemungkinan bahwa nilai tercatat aset tersebut memang lebih rendah daripada nilai nilai wajar dikurangi dengan biaya untuk menjualnya. Karena itu, persentase yang rendah untuk penilaian pengukuran pada saat pengungkapan awal PSAK 58 tidak dapat dijadikan kesimpulan bahwa ketepatan kegiatan pengukuran pada saat pengungkapan awal PSAK 58 yang dilakukan perusahaan masih rendah. Beberapa perusahaan masih belum menyajikan secara tepat untuk akun aset tidak lancar (atau kelompok lepasan) yang dimiliki untuk dijual pada Laporan Posisi Keuangan untuk perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Aset tidak lancar yang tersedia untuk dijual pada 5 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia masih menyajikan akun tersebut pada bagian kategori aset tidak lancar (atau aset tetap). Tetapi untuk semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura telah menyajikan secara tepat baik untuk aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual dan kelopok lepasan yang dimiliki untuk dijual yaitu disajikan pada bagian current asset dan untuk kelompok lepasan yang terdiri dari aset dan liabilitas, disajikan secara terpisah dalam current asset dan current liability pada Statement of Financial Position. Untuk pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan perusahaan mengenai aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual, jumlah perusahaan yang telah melakukan pengungkapan terhadap seluruh kriteria yang ditentukan yaitu hanya sebanyak 25 perusahaan (65,79%) dari total 38 perusahaan yang menjadi 102
objek penelitian. 25 Perusahaan tersebut terdiri dari 3 (30%) perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan 22 (78,57%) sisanya berasal dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura. Dari masing-masing kriteria pengungkapan, terlihat bahwa kriteria yang paling sering diungkapkan oleh perusahaan yaitu kriteria mengenai uraian aset tidak lancar sebesar 94,74%, sedangkan kriteria yang paling jarang diungkapkan oleh perusahaan yaitu kriteria 3 mengenai segmen disajikan sesuai dengan PSAK 5 yang hanya sebesar 68,42%. Rendahnya persentase perusahaan yang mengungkapkan kriteria 3 dalam catatan atas laporan keuangan mereka disebabkan karena terdapat beberapa perusahaan yang menggunakan aset tersebut secara bersama-sama dan tidak dapat dipisahkan secara segmen tertentu. Perbandingan implementasi untuk aset tidak lancar (atau kelompok lepasan) yang dimiliki untuk dijual pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura secara keseluruhan telah melakukan penyajian komponen bagian dari PSAK 58 secara lebih tepat dibandingkan dengan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Semua perusahaan yang menjadi objek penelitian ini telah memenuhi salah satu dari ketiga kategori untuk definisi operasi yang dihentikan. Semua komponen operasi yang dihentikan dalam sampel penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan pemisahan lini usaha atau area geografis operasi utama yang terpisah. Tidak ada perusahaan yang melakukan pengungkapan operasi yang dihentikan sesuai dengan kategori entitas anak yang diperoleh secara khusus dengan tujuan dijual kembali. Hampir sebagian besar perusahaan juga telah 103
menyajikan secara tepat untuk penilaian kegiatan penyajian operasi yang dihentikan pada laporan laba rugi maupun laporan arus kas perusahaan. Penerapan aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual juga berdampak pada besarnya jumlah pajak yang harus dibayarkan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya nilai dari aset tidak lancar yang akan berpengaruh terhadap besarnya jumlah nilai beban depresiasi sehingga nilai penyusutan baik secara akuntansi maupun secara fiskal akan mengalami penurunan. Bila pada saat pengukuran pengakuan awal aset tidak lancar yang diklasifikasikan untuk dijual terdapat penurunan nilai, maka akan timbul perbedaan temporer dalam perhitungan secara akuntansi dan fiskal untuk beban kerugian penurunan nilai yang telah dilaporkan pada laporan laba rugi komprehensif yang akan mengakibatkan jumlah beban pajak secara fiskal menjadi lebih besar daripada perhitungan pajak secara akuntansi. Akan tetapi, perbedaan tersebut akan hilang ketika aset tersebut telah terjual. Untuk kepentingan perhitungan dan pelaporan pajak di Indonesia, perusahaan harus mereklasifikasikan kembali semua komponen dari operasi yang dihentikan ke dalam pendapatan dan beban dari operasi perusahaan. Sebaliknya, penyajian operasi yang dihentikan pada laporan laba rugi komprehensif dalam akuntansi komersial disajikan secara terpisah dari komponen operasi yang dilanjutkan oleh perusahaan. Nilai dari operasi yang dihentikan sebelum pajak yang terkait dengan operasi yang dihentikan akan dikenakan pajak sesuai dengan tarif yang berlaku untuk masing-masing negara.
104
V.2
Saran Berdasarkan perbandingan kegiatan pengungkapan aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Singapura, terlihat bahwa persentase penerapan aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual di perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sudah seharusnya kenyataan ini memberikan motivasi bagi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk melakukan penerapan terhadap PSAK 58 secara lebih tepat. Dengan penerapan PSAK 58 yang sesuai, tentu akan membuat perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat memiliki laporan keuangan yang dapat bersaing dan diperbandingkan dengan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek luar negeri. Sehingga akan semakin banyak investor asing yang berniat untuk menanamkan modalnya di perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Agar perusahaan Indonesia dapat selalu update dengan setiap perubahan yang terjadi di dalam standar akuntansi yang selalu mengalami perkembangan dalam usahanya untuk berkonfergensi dengan IFRS, maka inisiatif dari perusahaan diperlukan. Inisiatif tersebut dapat berupa ikut sertanya karyawan bagian akuntansi dalam seminar dan pelatihan yang diadakan oleh IAI yang berkaitan dengan topik perkembangan PSAK terbaru. Masih adanya penerapan yang tidak sesuai untuk akun aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia seharusnya juga menjadi perhatian Badan 105
Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Sebagai pihak yang berwenang untuk mengawasi jalannya pasar modal Indonesia, institusi pemerintahan tersebut harus dapat memastikan bahwa semua laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek harus memenuhi kualitas yang disyaratkan yaitu dengan melakukan pembinaan terhadap aspek pengungkapan laporan keuangan agar semua item dalam laporan keuangan diungkapkan dengan wajar dan memadai sehingga akan memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sanksi yang tegas juga dapat diberikan Bapepam kepada perusahaan yang masih tidak mematuhi peraturan baik yang telah tercantum di dalam PSAK maupun aturan-aturan dalam pengungkapan laporan keuangan perusahaan secara publik. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam pembuatan standar akuntansi juga harus selalu memberikan sosialisasi standar akuntansi yang baru, seperti dengan menyelenggarakan seminar dan pelatihan mengenai PSAK yang dikeluarkan. Penerapan Standar Akuntansi Keuangan yang sesuai dalam penyajian laporan keuangan perusahaan akan meningkatkan kualitas dari laporan keuangan perusahaan. Dengan menyajikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya, semua pihak yang memiliki kepentingan dalam perusahaan akan dapat melakukan pengambilan keputusan secara tepat dan tidak akan menyesatkan para pengguna laporan keuangan tersebut.
106
V.3
Keterbatasan-keterbatasan Penulisan skripsi ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: 1. Penelitian ini memiliki jumlah sampel yang kecil dikarenakan berfokus pada perusahaan yang telah mencantumkan komponen aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan dalam laporan keuangan perusahaan. 2. Periode penelitian ini hanya menggunakan periode 1 tahun yaitu tahun 2011 yang dikarenakan tanggal efektif penerapan PSAK 58 baru dimulai pada 1 Januari 2011. 3. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan laporan keuangan perusahaan yang telah mencantumkan komponen aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan situs Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Efek Singapura (SGX) sehingga perolehan data secara sekunder (tidak langsung).
107