BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan Pada
penelitian
ini,
peneliti
dapat
memberikan
beberapa
kesimpulan, yaitu sebagai berikut : 1. Current ratio tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 142,70%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 1,427 aktiva lancar. Current ratio terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 83,90%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 0,839 aktiva lancar. 2.
Quick ratio tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 93,50%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 9,350 kas, setara kas dan piutang (quick assets). Quick ratio terkecil terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 42,60%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 0,426 kas, setara kas dan piutang (quick assets). Maka, rasio likuiditas lancar PT. Intraco Penta Tbk jika dilihat dari rasio lancar terjadi pada tahun 2009 yang berarti bahwa hutang lancar PT. Intraco Penta Tbk telah dapat dijamin oleh aktiva lancar dan kas, serta setara kas dan piutang.
3. Gross Pofit Margin tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 260,45%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 laba kotor dihasilkan dari Rp 2,60 penjualan. Gross Pofit Margin terkecil terjadi pada tahun
77
78
2009 yaitu sebesar 152,62%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 laba kotor dihasilkan dari Rp 1,52 penjualan. Maka PT. Intraco Penta Tbk. tidak dalam kondisi rawan terhadap perubahan harga, baik harga jual maupun harga pokok. Dan berarti pula bahwa apabila terjadi perubahan pada harga jual atau harga pokok, perubahan ini tidak akan terlalu berpengaruh terhadap laba perusahaan. 4. Net Pofit Margin tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 5,42%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 laba bersih dihasilkan dari Rp 5,42 penjualan. Net Pofit Margin terkecil terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 0,56%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 laba bersih dihasilkan dari Rp 0,56 penjualan. Maka presentase pendapatan bersih diperoleh dari setiap penjualan PT. Intraco Penta Tbk mengalami penurunan cukup besar dari tahun 2009 sampai dengan 2013, hal tersebut
tidak
baik,
karena
kemampuan
perusahaan
dalam
mendapatkan laba cukup tinggi tidak berhasil dicapai pada tahun 2013. 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Operating Income Margin tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 11,43%, hal ini berarti bahwa biaya-biaya operasi naik dan gejala ini ada kemungkinan pemborosan, dan operasional PT. Intraco Penta. Tbk pada tahun 2009, tidak berjalan secara efisien.Operating Income Margin terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 1,94%, hal ini berarti bahwa biaya-biaya operasi turun dan gejala ini menunjukkan tidak adanya pemborosan, dan operasional PT. Intraco Penta. Tbk pada tahun 2009, berjalan
79
secara sangat efisien. Maka, operasional PT. Intraco Penta Tbk. sangat efisien dari tahun 2009 sampai dengan 2013, karena biaya-biaya operasi mengalami penurunan sangat signifikan dan tidak ditunjukkan adanya pemborosan. 6. Return On Asset tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 5,08%, hal ini berarti bahwa PT. Intraco Penta. Tbk pada tahun 2010 mampu mendayagunakan aset dengan baik untuk memperoleh keuntungan., dan seluruh operasional perusahaan berjalan secara efektif. Return On Asset terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 0,29%, hal ini berarti bahwa PT. Intraco Penta. Tbk pada tahun 2012 kurang mampu mendayagunakan aset dengan baik untuk memperoleh keuntungan., dan seluruh operasional perusahaan berjalan secara kurang efektif. Maka, perusahaan hanya mampu mendayagunakan aset dengan baik untuk memperoleh keuntungan pada tahun 2010 saja, dan pada 2011 sampai dengan 2012, terus mengalami penurunan hingga sebesar 0,29%. Namun, pada tahun 2013, mengalami peningkatan sebesar 3,25%, maka dapat disimpulkan pula bahwa efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan PT. Intraco Penta Tbk. mengalami penurunan dari tahun 2009-2012, namun mengalami peningkatan pada tahun 2013. 7. Return On Equity tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 42,36%, hal ini berarti bahwa penggunaan modal sendiri PT. Intraco Penta. Tbk pada tahun 2010 telah sangat efisien, dan posisi pemilik
80
perusahaan semakin kuat. Return On Equity terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar -31,48%, hal ini berarti bahwa penggunaan modal sendiri PT. Intraco Penta. Tbk pada tahun 2010 tidak efisien, dan posisi pemilik perusahaan tidak kuat. Maka, PT. Intraco Penta sangat berhasil dengan efisien menggunakan modal sendiri dan posisi para pemilik perusahaan sangat kuat hanya pada tahun 2010, terbukti dengan tingkat ROE sebesar 42,36%. Namun, pada tahun 2012, PT. Intraco Penta mengalami penurunan efisiensi penggunaan modal sendiri dan posisi pemilik perusahaan sangat tidak kuat. 8. Jika dibandingkan antara PT. Intraco Penta Tbk dengan PT. Hexindo Adi Perkasa, Tbk, maka posisi keuangan atau kinerja keuangan jika dilihat dari rasio likuiditas dan rentabilitas, PT. Intraco Penta Tbk. lebih baik dari PT. Hexindo Adi Perkasa, Tbk. 5.2
Saran Dalam penelitian ini, peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut ini : 1. Pihak manajemen perusahaan hendaknya mampu mempertahankan modal kerjanya secara efisien. Karena apabila modal kerja dalam perusahaan menunjukkan tingkat efisiensi yang tinggi/stabil maka seiring dengan peningkatan yang efisien juga akan berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas 2. Manajemen perusahaan harus memperbaiki manajemen likuiditasnya untuk mencegah terjadinya dana-dana yang hanya menganggur dalam
81
kas sehingga akan mempengaruhi jumlah laba yang dihasilkan menurun. 3. Perusahaan juga seharusnya memperbesar volume penjualan sehingga akan berpengaruh pada tingkat rentabilitas perusahaan. 4. Saran untuk penelitian yang akan datang seharusnya dapat meneliti beberapa rasio lain selain rasio rentabilitas dan likuiditas untuk menilai kinerja suatu perusahaan.