BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Simpulan Proses perubahan lingkungan bisnis merupakan hal yang biasa terjadi di industri. Adanya perubahan biasanya disikapi dengan perbaikan internal perusahaan. PT X yang merupakan pengelola dan pengembang kawasan industri pertama di Indonesia mengalami perubahan lingkungan bisnis. Terbitnya Kepres No 53 tahun 1989 mengenai kawasan industri, membuat PT X yang awalnya monopoli menjadi harus bersaing, sehingga lingkungan bisnisnya menjadi berubah. Perubahan yang terjadi diiringi rendahnya kemauan dan komitmen PT X dalam menghadapi persaingan. Waktu terus berjalan, tanpa terasa PT X sudah memasuki usia yang ke 40 tahun. Apabila diukur kedalam kehidupan manusia, usia 40 tahun dianggap sangat matang dan sudah meraih banyak hal. Namun kenyataannya, diusia 40 tahun PT X baru menyadari bahwa lahan tanah kapling industri (TKI) yang selama ini dijadikan tulang punggung pendapatan perusahaan, hanya tersisa 2% dari total 500 Ha. Sedangkan PT X belum memiliki lahan lain untuk ekstensifikasi kawasan industri dan dikelola menjadi sumber pendapatan baru. Keterlambatan
ekstensifikasi
salah
satunya
disebabkan
pimpinan
perusahaan yang safety player dan tidak mau mengambil risiko bisnis. Pimpinan PT X lebih memilih ada di zona aman dengan mendepositokan modal yang seharusnya bisa digunakan untuk land banking atau untuk pengembangan usaha
92
perusahaan. PT X disebut sebagai perusahaan patungan pemerintah karena sahamnya 50% milik kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan 50% sisanya milik Pemerintah provinsi DKI Jakarta. Perubahan paradigma di PT X terjadi setelah adanya perubahan lingkungan bisnis di internal maupun eksternal perusahaan. Perubahan internal terjadi setelah adanya perubahan regulasi dari monopoli menjadi bersaing. Persaingan yang semakin ketat terlihat melalui data Himpunan Kawasan Industri (HKI) bahwa saat ini yang menjadi anggota pengelola dan pengembang kawasan industri tercatat ada 228 perusahaan. PT X mulai merubah paradigma dan mengedepankan pelayanan kepada pelanggan yang distandarisasikan melalui ISO 9001:2008 di unit customer service. Minimnya lahan yang tersisa untuk pengembangan usaha menjadi alasan lain perubahan PT X. Perubahan diawali dari pergantian kepemimpinan perusahaan pada tahun 2009. Tahun tersebut dinamai dengan era transformasi. Dimana pemimpin menuntut adanya perubahan budaya organisasi mulai dari struktur, teknologi dan perubahan kepada sumberdaya manusia. Berbagai analisis dilakukan untuk mensukseskan transformasi perusahaan, mulai dari analisis SWOT, five force dan analisis Resource Based View. PT X percaya bahwa kekuatan utama perusahaan masih terletak pada keunggulan lokasi dan hal itu terbukti melalui hasil analisis SWOT. Adanya perubahan lingkungan bisnis membuat PT X harus berupaya keras untuk dapat mempertahankan eksistensi perusahaan ditengah persaingan usaha. Oleh karenanya, untuk mempertajam analisis, PT X melakukan survei kepuasan,
93
ekspektasi dan positioning layanan perusahaan terhadap pelanggan. Pentingnya survei ini adalah untuk mengetahui gap yang ada antara layanan dan kebutuhan pelanggan serta hasilnya dapat memberikan rekomendasi strategi bagi PT X untuk melakukan repositioning layanan perusahaan. Hasil survei dianggap istimewa karena baru pertama kali PT X adakan setelah 40 tahun perusahaan berdiri di Indonesia. Menghadapi perubahan lingkungan bisnis dan perubahan paradigma, PT X melakukan reformulasi strategi yang diharapkan dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Hal ini selaras dengan hasil analisis SWOT bahwa perusahaan harus melalukan diversifikasi. Menghadirkan varian produk-produk lain telah PT X lakukan melalui mengembangkan jaringan telekomunikasi melalui X Net dan mengembangkan logistikdiversifikasi
jasa
distribusi,
diharapkan dapat
warehousing,
SCM
melalui
X
memberikan keuntungan sekaligus
mempertahankan keberlangsungan perusahaan. Keberadaan produk baru membuat PT X melakukan formulasi strategi dan rekomendasi strategi yang sesuai dengan PT X adalah strategi generik dari Michael Porter. Strategi generik membagi menjadi tiga segmen, yaitu keunggulan biaya, diferensiasi dan fokus. Ketiganya dianggap sesuai dengan bidang usaha PT X yang memiliki beragam industri dan berbagai skala industri. Keunggulan biaya dilakukan melalui pergudangan terbaru dengan teknologi terkini dan kawasan Sarana Usana Industri Kecil (SUIK) yang sangat ekonomis namun mempunyai aksebilitas yang tinggi. Diferensiasi dikerjakan melalui proyek Betawi Junction
94
yang memiliki unsur kearifan lokal. Sedangkan strategi fokus yaitu memusatkan pada pembangunan dan penyewaan pergudangan untuk kebutuhan industri. Stretagi generik sejauh ini berjalan dengan baik, namun tetap saja keberhasilan perusahaan selain memiliki strategi yang tepat juga membutuhkan peran pimpinan utama. Pimpinan yang mempunyai visi yang jelas dan mampu mengajak seluruh organisasi untuk mau dan turut berjuang meraih apa yang dicita-citakan perusahaan. Komitmen, ketegasan dan kerja keras dibutuhkan untuk menyelamatkan perusahaan dalam menghadapi persaingan. Minimnya kontribusi pimpinan terlihat dari tidak maksimalnya upaya top manajemen dalam mensosialisasikan nilai-nilai baru perusahaan. Minimnya tingkat kepedulian terhadap internal semakin memperkeruh iklim organisasi. Kepemilikan saham 50% yang sama rata membuat para pemimpin hanya fokus pada masing-masing sektornya saja. Hal tersebut berdampak kurang baik terhadap budaya organisasi dan akhirnya PT X lebih peduli dalam bidang non teknis internal perusahaan dibandingkan secara teknis menghadapi persaingan. Mempunyai pandangan baru, strategi baru dan visi baru tentu membutuhkan usaha dan kerja keras dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Transformasi yang sudah ada sejak tahun 2009 berdampak kurang signifikan karena tidak terlaksananya sosialisasi nilai-nilai baru perusahaan dan rendahnya komitmen pimpinan. Akibatnya apresiasi yang diharapkan ada di organisasi tidak terealisir dengan baik. Ketidakserasian pandangan antar pemimpin membuat pihak-pihak yang resisten mendapatkan peluang. Diperlukan kebulatan tekad bersama dan
95
kepemimpinan yang tegas dalam menghadapi perubahan sangat dibutuhkan perusahaan untuk menghadapi tantangan dan meningkatkan daya saing. Implementasi transformasi budaya yang sudah ada tidak akan maksimal apabila PT X tidak memiliki satu suara dan satu sikap dalam memperkuat kompetensi perusahaan untuk meningkatkan daya saing. Pentingnya melakukan transformasi budaya harus mendapat perhatian serius dan komitmen yang tinggi dari top manajemen PT X karena budaya organisasi merupakan jantungnya perusahaan.
5.2 Saran Melihat kondisi persaingan kawasan industri yang semakin ketat, maka PT X harus terus meningkatkan pelayanan dan memaksimalkan utilisasi sumber daya yang dimiliki. PT X juga perlu mengesampingkan segala perbedaan demi tercapainya tujuan perusahaan. Ketegasan dan komitmen pimpinan dalam menjalankan amanat sangat dibutuhkan terutama dalam perusahaan yang berada dibidang pemerintahan. Dimana birokrasi menjadi hal yang dominan namun non teknis seringkali menjadi unsur yang lebih kuat dalam proses pengambilan keputusan perusahaan. Kebijaksanaan dalam menghadapi dinamika situasi dan kondisi yang terjadi baik internal maupun eksternal perusahaan sangat dibutuhkan terutama dalam meningkatkan daya saing perusahaan. Strategi terbaik hasilnya menjadi tidak maksimal apabila terus mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan diatas kepentingan perusahaan. Penelitian selanjutnya dapat melihat dampak gaya kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Jokowi – Ahok di perusahaan daerah dalam meningkatkan daya saing perusahaan.
96