BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan Tesis ini disusun dengan tujuan untuk menganalisis strategi yang
diterapkan PT Bio Farma (Persero), sudah tepatkah strategi-strategi tersebut dijalankan dalam meningkatkan nilai perusahaan sehingga mampu meningkatkan kinerja dan daya saing (sustainable competitive advantage) dalam mencapai sasaran jangka panjang perusahaan. Faktor- faktor yang menjadi pertimbangan perusahaan memutuskan untuk menerapkan strategi-strategi tertentu dan berpotensi memberikan dampak positif maupun negatif bagi perkembangan perusahaan secara keseluruhan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka analisis terhadap strategistrategi tersebut memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Analisis lingkungan eksternal berupa ancaman dan peluang serta key success factors perusahaan memberikan kesimpulan: A. DIMENSI LINGKUNGAN UMUM ANCAMAN (T) PELUANG (O) Segmen Demografi T1. Di kalangan masyarakat menengah ke O1. Prevalensi kejadian PD3I (Penyakit bawah, tidak berpendidikan, dan tinggal di yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi) kawasan kumuh perkotaan dan di daerah berdasarkan segmen demografis (tingkat terpencil umumnya belum tumbuh pendidikan rendah dan tempat tinggal kesadaran masyarakat akan manfaat kumuh) di negara –negara miskin dan imunisasi. berkembang dan termasuk di Indonesia masih tinggi sehingga perlu penambahan cakupan imunisasi khususnya untuk imunisasi dasar ditingkatkan sesuai dengan
157
anjuran dari WHO agar mencapai Universal child immunization. O2. Epidemologi penyakit infeksi dan menular secara umum di beberapa kalangan masyarakat masih sering timbul sehingga potensi penambahan produk vaksin untuk program imunisasi EPI yang direkomendasikan WHO misalnya vaksin hib, rotavirus, MMR, yellow Fever. Segmen Politik dan Peraturan Pemerintah T2. Rencana deregulasi Pemerintah dengan O3. Kementerian Kesehatan berencana mengeluarkan aturan / sistem e-catalog akan menambah vaksin dalam progran EPI akan membuka peluang/ pintu masuk untuk (Expanded Program Immunization) produsen vaksin luar negeri yang murah terdapat 7 vaksin baru yang akan dan mendapat prakualifikas (PQ) WHO diintegrasikan dengan EPI, yaitu vaksin khususnya dari China dan India kepada Haemophylus Influenza type b (Hib), pasar sektor Pemerintah. Pneumokok, Rotavirus, IPV, Japanese T3. Rencana dikeluarkannya UU Jaminan Encephalitis (JE), Typhoid dan vaksin Flu. Produk Halal yang di dalamnya mengatur O4. Dukungan Pemerintah selama ini tentang asal-muasal bahan baku dan proses cukup kuat agar Bio Farma menjadi tuan di produksinya yang bersentuhan dengan negeri sendiri dan Komitmen Pemerintah unsur tidak halal (misalnya dengan babi). untuk menggunakan produk dalam negeri T4. Persyaratan regulasi mutu vaksin termasuk vaksin. Internasional/WHO semakin ketat dengan O5.Komitmen pemegang saham/ dikeluarkan TRS (Technical Requirement Kementerian BUMN untuk memberikan Series) yang baru untuk cGMP. otonomi dalam pengelolaan bisnis vaksin, meskipun akan dilakukan re-grouping BUMN Farmasi Segmen Ekonomi T5. Berlakunya China – AFTA dan WTO O6. Perekonomian global yang belum pulih akan mengakibatkan produk vaksin China dan banyaknya bencana alam justru makin yang sudah PQ WHO bisa masuk pasar banyak permintaan vaksin di negara-negara Indonesia dan pasar ekspor UN (United berkembang dan makin banyaknya Nations). permintaan vaksin dari lembaga-lembaga T6. Karena permintaan vaksin meningkat donor (GAVI, Bill and Melinda Gates) mengakibatkan makin banyak produsen membantu program imunisasi di negara vaksin untuk mendapatkan prakualifikasi miskin dan berkembang. WHO agar bisa mengekspor vaksin. 07. Sumber pendanaan dari pihak ketiga T7. Sumber energi semakin terbatas dan baik perbankan dan non perbankan sangat mahal terbuka
158
Segmen Sosial Budaya T8. Banyak orangtua menganggap O8. Karena adanya mispersepsi terhadap pemberian air susu ibu (ASI), dilanjutkan asal dan manfaat vaksin, di beberapa makanan pendamping ASI, suplemen dan negara islam tidak divaksinasi (neglect) vitamin, serta menjaga kebersihan sehingga terjadinya outbreak polio di lingkungan cukup untuk mencegah negara Islam (Pakistan, Afganistan) penyakit. sehingga WHO memperpanjang waktu T9. Banyak para orangtua terutama untuk eradikasi Polio sampai tahun 2018. negara-negara mayoritas muslim mengganggap vaksin terbuat dari nanah, dibiakkan di janin anjing, dari minyak babi, produk konspirasi zionis dan Amerika. Segmen Teknologi T10. Perkembangan teknologi proses O9. Berkembangnya teknologi produksi produksi vaksin yang pesat dan cepat vaksin yang efisien dengan mengurangi berubah mengikuti regulasi WHO yang tingkat rejection rate/production loss. berbasis cGMP. O10. Integrasi pengembangan dan T11. Biaya R & D yang relatif mahal ke pemanfaatan teknologi informasi dengan arah teknologi kultur jaringan, adjuvant, proses produksi melalu e-BPR secara rekayasa genenika, protein rekombinan, paperless menghasilkan proses produksi dan fast tracking, dengan fasilitas (BSL 3). lebih te-record secara lengkap, akurat dan cepat dan lebih efisien. Segmen Global T12. Meningkatkan persaingan dalam O11. Adanya keringanan tarif ekspor – penyediaan vaksin non EPI dengan harga impor (bea masuk dan keluar) sehingga terjangkau dengan perusahaan afiliasi dapat meningkatkan ekspor dan menurunka MNC. biaya bahan baku impor. O12. Terbuka nya kesempatan kerjasama internasional untuk mutu produk dan tawaran kerjasama R&D dari berbagai pihak.
B. DIMENSI LINGKUNGAN INDUSTRI No Dimensi Lingkungan Industri Ancaman 1 Persaingan sesama perusahaan dalam industri Tinggi 2 Ancaman masuknya pendatang baru Rendah 3 Ancaman pengembangan produk pengganti Rendah 4 Ancaman daya tawar pemasok Tinggi 5 Ancaman daya tawar pembeli Rendah
Berdasarkan
analisis dimensi lingkungan industri menggunakan
pendekatan five driving forces, dapat dilihat masuknya pendatang baru, produk
159
pengganti, dan daya tawar pembeli dengan rendah dengan tingkat keuntungan yang stabil dan tumbuh. Sedangkan berdasarkan analisis dimensi lingkungan umum dengan pendekatan evaluasi 6 (enam) segmen lingkungan makro dapat diketahui beberapa key success factors yaitu: a. Produk portfolio yang memadai untuk program imunisasi dasar (EPI) baik untuk pasar pemerintah maupun pasar ekspor yang secara demografis dan regulasi terus mengalami peningkatan untuk cakupan program imunisasi, serta memiliki
kemampuan
skills,
expertise,
dan
pengalaman
untuk
mengembangkan dan memproduksi vaksin baik dalam bentuk bulk maupun finished product. b. Fasilitas produksi yang telah memenuhi standar cGMP yang menyesuaikan dengan persyaratan mutu berdasarkan regulasi WHO, serta dari sisi global ketersediaan
kerjasama/kolaborasi untuk peningkatan mutu produk dan
penelitain dan pengembangan produk baru yang memungkinkan terjadinya proses alih ilmu dan teknologi. c. Epidemologi penyakit infeksi yang masih terus timbul karena faktor kebiasaan /sosial budaya masyarakat yang masih rendah untuk kebersihan, sanitasi dan lain-lain serta secara inherent mikrobiologi tertentu terus mengalami mutasi, sehingga vaksin akan terus dibutuhkan untuk pencegahan penyakit infeksi tersebut. d. Secara regulasi di Indonesia, Bio Farma diperkenankan menggunakan bahan baku vaksin polio berupa monyet ekor panjang untuk digunakan untuk proses pembiakan virus polio, dimana negara lain melarang monyet ekor panjang
160
sebagai media pembiakan virus polio, misalnya di India monyet ekor panjang dianggap binatang suci. 2. Analisis rantai nilai berupa kelemahan, kekuatan, dan keunggulan bersaing perusahaan memberikan kesimpulan: a.
Seluruh Aktivitas Utama. Aktivitas rantai nilai utama yang dimulai dari pemilihan
vendor,
barang
input/inbound
logistics,
proses
produksi/operasi, penyimpanan barang jadi dan pengiriman vaksin ke user/outbound logistics, penjualan sampai pelayanan ke pelanggan telah mendapatkan kualifikasi/lulus audit WHO dan sesuai dengan TRS WHO dan mendapatkan status prakualifikasi WHO sehingga bisa mengekspor produknya ke luar negeri dan UN agencies. Bahkan dalam proses R&D mulai dari didapatkanya seed vaksin sampai uji klinis 1, 2, dan 3 telah lulus audit WHO. b.
Aktivitas Utama – Inbound Logistics. Bahan baku yang digunakan untuk produksi vaksin adalah virus atau bakteri yang telah dilemahkan kemudian dibiakkan/diperbanyak melalui media hewan atau telor, selain itu juga dapat digunakan untuk media pengujian. Untuk keperluan tersebut Bio Farma memiliki fasillitas breeding hewan yang dikelola sendiri secara profesional sehingga lebih terkendali, murah dan efisien dalam membantu proses produksi dan pengujian.
c.
Aktivitas Utama – Operasi. Aktivitas terpadu yang dibutuhkan untuk mengkonversi masukan menjadi bentuk produk akhir. Seluruh proses produksi/konversi tersebut memenuhi standar mutu WHO (tidak hanya
161
ISO 9001) serta menggunakan fasilitas produksi dan sarana penunjang yang memenuhi persyaratan cGMP. Sehingga, dapat dijamin dan dipastikan bahwa mutu produk tersebut sejak awal proses hingga produk tersebut dipasarkan aman dan berdaya guna hingga masa kadaluarsanya. d.
Aktivitas Utama – Outbound Logistics. Proses distribusi produk jadi baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri, Bio Farma menerapkan manajemen rantai dingin (cold chain management) untuk menjaga agar vaksin yang akan diberikan kepada user/pasien masih berkualitas dan berdaya guna untuk mencegah atau memberikan kekebalan/imun terhadap penyakit infeksi tertentu .
e.
Aktivitas Utama – Penjualan dan Pemasaran. Bio Farma merupakan satusatunya produsen vaksin di Indonesia yang menguasai 100% kebutuhan vaksin sektor pemerintah dengan komposisi 36 % dari seluruh penjualan. Sebagian besar produk Bio Farma atau 60% adalah untuk diekspor ke luar negeri, yang sudah menjangkau ke 123 negara, UN Agencies, lembaga-lembaga donor dengan potensi permintaan yang terus tumbuh 10 -15%. Selain itu, untuk penjualan pasar swasta dalam negeri, Bio Farma menjual produk vaksin, antisera dan diagnostik pada sektor swasta tersebut bekerjasama denngan distributor-distributor besar yang memiliki cabang di seluruh Indonesia.
f.
Aktivitas Utama – Pelayanan. Untuk pelayanan pasca penjualan khususnya dalam menguji mutu dan efektivitas vaksin yang diberikan kepada pasien, Bio Farma melakukan program KIPI (Kejadian Ikutan
162
Pasca Imunisasi). Selain itu untuk melayani pelanggan (sektor pemerintah, swasta) untuk mengetahui epidemologi penyakit infeksi di suatu daerah, Bio Farma menyiapkan fasilitas laboratorium surveilance dan epidemologi yang telah diakui WHO sebagai laboratorium rujukan. g.
Aktivitas Pendukung – Sumber Daya Manusia. Perusahaan memiliki Memiliki karyawan yang memiliki skills, expertises & experiences yang spesifik dan terspesialisasi dalam pengembangan dan produksi vaksin misalnya dalam bidang imunologi yang tidak setiap perusahaan farmasi memilikinya.
h.
Aktivitas Pendukung – Infrastruktur. Bio Farma memiliki sistem mutu (ISO 9001 : 2008), Lingkungan (ISO 14001:2004) dam K3 (OHSAS 18001:2007) yang terintegrasi dengan cGMP, menerapkan Governance Risk and Comliance dalam rangka comply terhadap seluruh regulasi dan etika bisnis dengan pengendalian keuangan yang baik serta memiliki kinerja keuangan yang sehat.
3. Hasil analisis strategi menggunakan diagram SWOT memberikan kesimpulan: a.
Analisis dengan menggunakan analisis Diagram SWOT dilakukan dengan melakukan analisis kuantitatif menggunakan diagram SWOT, untuk itu, penulis mengumpulkan data dengan menyebarkan kuesioner kepada para kepala Divisi yang di Bio Farma. Jumlah paket kuesioner yanng diterima kembali adalah 21 dari 23 paket kuesioner yang dikirimkan. Namun hasil perhitungan skor dilakukan secara kualitatif berdasarkan hasil focus group discussion (FGD) dari manajemen
163
representatif yang diwakili oleh sekretaris perusahaan, kepala internal audit (SPI), Kadiv SDM, Kadiv Anggaran dan Akuntansi, dan Kadiv Keuangan. Kemudaian, hasil perhitungan skor (bobot dikalikan rating) antara kekuatan dan kelemahan dari internal perusahaan serta ancaman dan peluang dari eksternal perusahaan digambarkan dalam diagram analisis SWOT. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa posisi perusahaan berada dalam kuadran I dengan koordinat (0.10, 0.22), artinya perusahaan dalam posisi yang kuat
dan berpeluang,
sehingga
rekomendasi strategi yang diberikan adalah strategi progresif, artinya perusahaan dalam kondisi prima dan dalam momentum yang baik sehingga sangat dimungkinkan dan diharuskan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar tingkat pertumbuhan dan profitabilitas untuk meraih kemajuan secara maksimal dan menciptakan keuntungan kompetitif. b. Pilihan –pilihan strategi telah disusun dan dikembangkan berdasarkan kekuatan dan kelemahan dari internal perusahaan yang ada serta adanya peluang dan ancaman dari eksternal perusahaan ke dalam matriks SWOT yang terdiri dari : Strategi SO : 1) Memaksimalkan kapasitas produksi dengan menambah batch size dan filling line (S1,O1) 2) Mengoptimalkan serta memprioritaskan produksi bulk Polio sampai tahun 2018 karena marginnya sangat besar (S3,O10)
164
3) Meningkatkan penjualan ekspor vaksin ke negara-negara berkembang (S7, O7) 4) Mempercepat peluncurkan produk vaksin baru sesuai time to market nya (S8, W2) 5) Meningkatkan produksi bulk dan finished product untuk kebutuhan non EPI sekarang untuk kebutahan Pemerintah dan dalam negeri (S8, O5) 6) Mengoptimalkan SDM yang berpengalaman untuk mempercepat alih teknologi dan secepatnya bisa memproduksi produk baru dan masuk pasar (S11, O11) 7) Meningkatkan investasi pembangunan fasilitas baru terutama untuk memproduksi vaksin baru dan peningkatan kapasitas produksi (S13, O6) 8) Memperbaharui/mengganti fasilitas produksi lama dengan teknologi produksi yang efisien dengan mengurangi rejection rate/production lost (S13, O8) Strategi WO: 1) Meningkatkan kerjasama pengembangan portofolio produk dengan berbagai pihak (W1, O11) 2) Meningkatkan produksi dan penjualan polio (W2, O10) 3) Mengoptimalkan kerjasama dengan Pemerintah (Kemenlu, KBRI) sebagai corong informasi pasar di negara-negara atau institusi-instritusi (UN, WHO) (W3, O4) 4) Menggunakan strategi cost leadership dengan memanfaatkan skala ekonomis dan penggunaan teknologi informasi (W4, O1)
165
5) Memperluas dan memperbaharui fasilitas produksi yang kapasitas memiliki yang lebih besar (W5, O6) 6) Mengganti mesin produksi lama dengan mesin produksi baru yang lebih efisien yang mengurangi tingkat rejection rate / production loss (W6, O8) 7) Menambah fasilitas filling line dengan dana dana pihak ketiga 8) Mengimplementasi ERP secara terintegrasi pada seluruh proses bisnis perusahaan (W12, O9) Strategi ST: 1) Melakukan sosialisasi dan iklan layanan masyarakat melalui event below the line dan above the line tentang manfaat dan efektivitas vaksin (S1, T1) 2) Menjalin dialog dan kerjama dengan MUI/Pemerintah untuk menjelaskan asal usul proses produksi vaksin (S2, T2) 3) Melakukan update berkala untuk pemenuhan persyaratan cGMP melalui Sustainable Quality Management System (S5, T3) 4) Menjalin hubungan yang lebih erat dengan Indonesia
dengan
menyediakan
fasilitas
dinkes-dinkes di seluruh pengiriman
vaksin
EPI
menggunakan sistem rantai dingin (cold chain system) (S2, T4) 5) Menyinkronkan pipeline pengembangan vaksin baru dengan teknologi pengembangan vaksin yang up to date. 6) Mengoptimalkan pengelolaan breeding hewan sendiri untuk mendapatkan harga pokok produksi yang murah (S6, T11)
166
7) Meningkatkan daya saing dengan cost leadership melalui pemanfaatan skala ekonomis (produksi bulk besar), efisiensi bisnis proses, dan akses ke distributor, marketing agent, dan UN agencies (S8, T11) 8) Menintegrasikan SDM yang memiliki skills, knowledges & experiences yang spesifik untuk mempercepat peluncuran produk baru pada pasar premium price (S12, T7) Strategi WT: 1) Menambah portofolio produk yang cepat mendapatkan prakualiafikasi WHO (W2, O7) 2) Menintegrasikan penambahan kapasitas batch size dengan persyaratan mutu vaksin secara internasional (W5, T3) 3) Pembaharuan/penggantian fasilitas produksi yang tua dengan teknologi produksi yang efisien terhadap penggunaan sumber energi (W6, T6) 4) Penambahan fasilitas R&D yang sesuai dengan teknologi pengembangan vaksin terkini (W8, T9) 5) Melakukan aliasi strategi pengembangan vaksin dengan lembaga internasional (W9, T5) 6) Mengembangan ERP untuk aplikasi sistem procurement dengan supply chain management (W11, T12) 5.2
Saran Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap strategi PT Bio Farma.
Terkait formulasi dan implementasi strategi ada beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan, diantaranya:
167
1. Evaluasi terhadap strategi yang dijalankan harus terus dilakukan, sejalan dengan perkembangan dan tantangan bisnis tidak selalu satu industri berada pada posisi yang sempurna dengan tingkat pertumbuhan yang selalu meningkat (positif). Ketatnya persaingan yang ada dan ditambah dengan masuknya pemain-pemain baru pada industri yang digeluti, pengembangan produk pengganti, perubahan selera dan kebutuhan konsumen, regulasi pemerintah dan faktor-faktor lain dapat mempengaruhi kinerja suatu industri. Penerapan strategi juga harus mempertimbangkan perubahan kondisi industri dan lingkungan makro, penyesuaian dengan kondisi lapangan sangat diperlukan dalam memutuskan penerapan strategi. 2. Strategi perusahaan difokuskan pada strategi agresif pada kuadran I, yaitu : a. Memaksimalkan kapasitas produksi dengan menambah batch size dan filling line (S1,O1) b. Mengoptimalkan serta memprioritaskan produksi bulk Polio sampai tahun 2018 karena marginnya sangat besar (S3,O10) c. Meningkatkan penjualan ekspor vaksin ke negara-negara berkembang (S7, O7) d. Mempercepat peluncurkan produk vaksin baru sesuai time to market nya (S8, W2) e. Meningkatkan produksi bulk dan finished product untuk kebutuhan non EPI sekarang untuk kebutahan Pemerintah dan dalam negeri (S8, O5)
168
f. Mengoptimalkan SDM yang berpengalaman untuk mempercepat alih teknologi dan secepatnya bisa memproduksi produk baru dan masuk pasar (S11, O11) g. Meningkatkan investasi pembangunan fasilitas baru terutama untuk memproduksi vaksin baru dan peningkatan kapasitas produksi (S13, O6) h. Memperbaharui/mengganti fasilitas produksi lama dengan teknologi produksi yang efisien dengan mengurangi rejection rate/production lost (S13, O8) 3. Berdasarkan analisis strategi tersebut, pilihan strategi Bio Farma eksisting sudah tepat atau sesuai dengan analisis strategi yakni dengan menerapkan strategi tumbuh dengan memperkokoh dan memperkuat kehadirannya di industri vaksin melalui peningkatan peran penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan produk baru dan melakukan efisiensi dai segala bidang. Dengan fokus pada 5 (lima) strategi utama, yaitu : investasi, teknologi informasi, pemasaran, ketersediaan bahan baku, dan riset & kemitraan. 4. Pengembangan sumber daya manusia yang berkesinambungan juga merupakan faktor penting guna mengoptimalkan inovasi-inovasi dan kreatifitas untuk mendukung strategi yang dijalankan. Alih teknologi dan keahlian pada industri produsen vaksin atau life science menjadi penting.
169