BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis atas perkembangan KUBE dan hambatan yang ditemui melalui pendekatan kualitatif, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1.
Perkembangan KUBE penumbuhan tahun 2010 di Kelurahan Sorosutan belum berjalan sesuai dengan tujuan, yang ditandai dengan: a. dari 10 KUBE yang ada, hanya 4 KUBE
yang masih aktif mengadakan
pertemuan rutin antaranggota, dan anggota masih menyetorkan iuran sebagai bentuk gotong royong antara anggota serta cicilan modal awal untuk kelestarian modal, sementara 6 KUBE lainnya sudah tidak aktif, dalam arti tidak ada lagi pertemuan rutin anggota; b. dari 100 anggota KUBE yang ada, tinggal 23 persen yang masih menjalankan usaha ekonomi produktif sesuai dengan yang direncanakan, dan 77 persen anggota tidak lagi menjalankan usahanya; c. adanya peningkatan pendapatan belum dirasakan oleh anggota KUBE karena usaha ekonomi produktifnya tidak lagi berjalan, sementara bagi anggota yang masih menjalankan usaha sesuai rencana, peningkatan pendapatan yang diterima berkisar antara 25 ribu sampai 300 ribu per bulan. 2.
Hambatan yang ditemui dalam implementasi KUBE adalah sebagai berikut. a. Kesulitan anggota untuk membagi waktu antara pekerjaan pokoknya dengan usaha yang baru. Hal ini terjadi pada usaha yang
dikerjakan
64
bersama dengan seluruh anggota KUBE maupun dikelola sendiri oleh masing-masing anggota, sehingga jalannya usaha ekonomi produktif menjadi tidak optimal dan bahkan terhenti. b. Pemilihan rencana usaha KUBE oleh para anggota masih kurang matang. Hal ini ditandai dengan anggota belum mempertimbangkan aspek pasar dan pengalaman usaha, serta masih adanya kesalahan persepsi anggota tentang apa yang dimaksud usaha bersama, sehingga anggota memilih rencana usaha yang kurang sesuai dengan latar belakang pekerjaan atau usahanya. 3.
Jika dibandingkan dengan peserta dari empat kelompok Program PEW dan satu kelompok Program KUBE Mandiri yang dibentuk di tahun yang sama, dan sampai dengan saat ini masih aktif dalam menjalankan usaha maupun menjaga kelestarian dan pengembangan modal awal, terdapat beberapa perbedaan antara peserta KUBE Penumbuhan dengan peserta kedua program lainnya, yaitu sebagai berikut. a. Mayoritas peserta KUBE Penumbuhan adalah laki-laki (86 persen), sementara pada program lain, mayoritas peserta adalah perempuan, yaitu pada PEW sebesar 82,5 persen dan pada KUBE Mandiri sebesar 100 persen. Pada kelompok yang mayoritasnya adalah perempuan, para anggota kelompok lebih memiliki disiplin dan komitmen dalam menjaga keberlangsungan kelompok dan modal, serta lebih fleksibel dalam mengatur waktu untuk kegiatan kelompok.
65
b. Mayoritas peserta KUBE tidak memiliki latar belakang sebagai wira usaha atau yang telah memiliki usaha ekonomi produktif yaitu sebesar 68 persen, sementara pada dua program lainnya, seluruh anggota atau 100 persen merupakan wira usaha yang telah memiliki usaha ekonomi produktif. Pada kelompok KUBE Penumbuhan, ketika usaha baru yang ditekuninya tidak berjalan lancar atau belum memberikan tambahan yang dirasa signifikan, para anggota kelompok menjadi kurang termotivasi untuk mempertahankan usaha barunya, dan lebih memilih menekuni pekerjaan pokoknya yang merupakan sumber nafkah utama c. Proses pembentukan kelompok pada KUBE lebih bersifat top down, dalam hal ini dibentuk oleh kelurahan, sementara pada dua kelompok lainnya, pembentukan kelompok berasal dari inisiatif peserta sendiri. Pembentukan yang berasal dari inisiatif sendiri, secara tidak langsung juga memungkinkan para calon anggota untuk menyeleksi orang-orang yang dipandang memiliki komitmen dan integritas dalam menggunakan bantuan dan disiplin dalam pelunasan pinjaman. Hal ini memungkinkan keharmonisan diantara para anggota tetap terjaga dan kelompok tetap utuh.
5.2 Implikasi Tujuan umum KUBE berupa peningkatan kesejahteraan bagi seluruh anggota belum berjalan dengan optimal. Tujuan khusus berupa kemampuan mengelola permasalahan kelompok dan pengelolaan usaha, serta penambahan modal untuk pengembangan usaha juga belum tercapai dengan optimal.
66
Program KUBE pada dasarnya masih tetap diperlukan sebagai salah satu program penanggulangan kemiskinan melalui pengembangan kewirausahaan. Namun, perlu ada penyempurnaan dalam implementasinya. Untuk itu penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut. 1. Untuk mengatasi hambatan berupa kesulitan anggota untuk mengelola waktu, rekomendasinya adalah: a. Pada tahap pemilihan peserta, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta beserta Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kelurahan lebih selektif dalam memilih sasaran penerima program, yaitu penerima yang memiliki komitmen untuk bergabung dengan KUBE. b. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kelurahan perlu memastikan adanya komitmen dari anggota yang dituangkan dalam pernyataan tertulis. Pernyataan tertulis ini diharapkan dapat memotivasi penerima program untuk menjaga kelangsungan kelompok dan usaha. c. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kelurahan dan fasilitator KUBE perlu melakukan pemantauan langsung ke kelompok secara periodik. Hal ini dimaksudkan untuk melihat perkembangan yang ada di tiap-tiap kelompok . Selain itu, perlu diberikan motivasi bagi anggota tentang pentingnya forum kelompok ini sebagai media pembelajaran bagi anggota untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam menjalankan usaha serta menjaga agar modal awal yang telah diberikan dapat diputar kembali untuk kepentingan usaha para anggota.
67
2. Untuk mengatasi hambatan berupa pemilihan usaha yang kurang matang dan belum didukung pengalaman, rekomendasinya adalah: a. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta hendaknya memfasilitasi adanya pelatihan wira usaha dan informasi peluang usaha bagi peserta Program KUBE. b. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta dan fasilitator KUBE perlu menyampaikan informasi dengan jelas tentang apa yang dimaksud dengan usaha bersama dalam kelompok, apakah harus berupa usaha yang dikelola bersama, atau usaha yang dapat dikelola per individu sesuai dengan minat maupun peluang yang dimiliki anggota.
5.3 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Belum didukung
data kuantitatif yang dapat mengukur keberhasilan
program, dilihat dari perbedaan pendapatan penerima program sebelum dan setelah menerima program. 2.
Lingkup penelitian hanya di satu kelurahan, sehingga belum dapat menjelaskan implementasi program secara keseluruhan untuk seluruh penerima di Kota Yogyakarta.
5.4 Saran Untuk penelitian selanjutnya, baik bagi kepentingan pengambil kebijakan publik maupun akademisi, dapat disarankan hal berikut.
68
1.
Menggunakan pendekatan kuantitatif untuk meneliti dampak program terhadap peningkatan pendapatan anggota, untuk lebih memperkaya hasil penelitian tentang KUBE.
2.
Perlu diteliti lagi implementasi KUBE dalam cakupan yang lebih luas, yaitu implementasi KUBE dalam satu kota atau kabupaten, untuk melihat bagaimana tingkat keberhasilan program, yang dapat dijadikan masukan bagi pengambilan keputusan dalam penanggulangan kemiskinan.
69