BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 1. Asal populasi mempengaruhi kemampuan bertunas meranti tembaga dalam karakter jumlah tunas, tinggi tunas, nilai kekokohan, jumlah nodus, dan jumlah daun.Populasi Muara Wahau (Kalimantan Timur) merupakan populasi yang mempunyai kemampuan bertunas terbaik dengan jumlah tunas 6,118 buah, tinggi tunas 12,116 cm, nilai kekokohan 8,082, jumlah nodus 5,841 nodus dan jumlah daun 4,853 daun. Sedangkan karakter diameter tunas meranti tembaga tidak dipengaruhi oleh asal populasi. 2. Tinggi pangkasan mempengaruhi kemampuan bertunas meranti tembaga dalam karakter jumlah tunas. Jumlah tunas terbanyak dihasilkan pada tinggi pangkasan 80 cm, yaitu sebesar 7 buah tunas. Sedangkan tinggi pangkasan tidak mempengaruhi tinggi, diameter, nilai kekokohan, jumlah nodus, dan jumlah daun tunas meranti tembaga. 3. Interaksi antara asal populasi dan tinggi pangkasan tidak mempengaruhi kemampuan bertunas meranti terhadap karakter jumlah tunas, tinggi tunas, diameter, nilai kekokohan, jumlah nodus, dan jumlah daun.
53
B. Saran 1. Pemasangan paranet untuk mengendalikan intensitas cahaya matahari perlu diperhatikan supaya suhu di dalam sungkup tidak terlalu tinggi. 2. Perlu penelitian untuk faktor-faktor lain seperti pemupukan, mikoriza, dan jenis tanah. 3. Perlu ditindaklanjuti dengan penelitian stek untuk mengetahui tingkat keberhasilan stek.
54
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Informasi Spesies Meranti Tembaga Shorea leprosula Miq. Diakses dari www.plantamor.com pada tanggal 22 Februari 2012 pukul 09.00 WIB. ______.
http://www.welt2012. Peta Kalimantan. Diakses dari atlas.de/datenbank/karten/karte-6-649.gif pada tanggal 24 Juli 2012 pukul 14.20 WIB.
______. 2012. Shorea leprosula Miq. Diakses dari www.nies.go.jp pada tanggal 4 Oktober 2012 pukul 10.15 WIB. Anto Rimbawanto and Isoda, K. 2001. Genetic Structure of Shorea leprosula in A Single Population Revealed by Microsatellite Markers. Dalam Thielges, B. A., Sastrapradja S.D., dan Anto R. (Eds): In-situ and Ex-Situ Conservation Tropical Trees. Proceeding International Seminar. Yogyakarta : Faculty of Forestry, Gadjah Mada University. Anto Rimbawanto dan Suharyanto. 2005. Keragaman Genetik Populasi Shorea leprosula Miq. dan Implikasinya untuk Program Konservasi Genetik. Seminar Nasional Peningkatan Produktivitas Hutan. Yogyakarta : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Atok Subiakto. 2009. Aplikasi KOFFCO untuk Produksi Stek Jenis Pohon Indigenous. Bogor : Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Cao, P., R. Finkeldey, Zulkarnaen, S. I., Juniarti S. U., and O. Gailing. 2006. Genetic Diversity Within and Among Population of Shorea leprosula Miq. and Shorea parvifolia Dyer (Dipterocarpaceae) in Indonesia Detected by AFLPs. Tree Genetics and Genomes Volume 2. Daniel, T. W., J. A. Helms, and F. S. Baker. 1992. Prinsip-prinsip Silvikultur (terjemahan). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Danu. 2009. Hubungan Antara Umur dan Tingkat Juvenilitas dengan Keberhasilan Stek dan Sambungan Pucuk Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq.). Skripsi. Bogor : Sekolah Pascasarjana IPB. Dedi Setiadi dan Hamdan A. Adinugraha. 2005. Pengaruh Tinggi Pangkasan Induk terhadap Kemampuan Bertunas Tanaman Sukun pada Kebun Pangkas. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 2 No. 3, halaman 109116. Yogyakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Dwijoseputro. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Gramedia. 55
Effendi R. dan A. Kurniawan. 2003. Pertumbuhan Shorea leprosula Miq. (Meranti Merah) di Berbagai Tempat. Jurnal Dipterokarpa. Vol 7. No.1. Samarinda : BPPPK Kalimantan Timur. Eulis Retnowati. 2001. Kesesuaian Agroklimat Hutan Tanaman Meranti (Shorea spp) di Kebun Percobaan Haurbentes-Jasinga, Bogor. Prosiding Ekspose Hasil-hasil Penelitian Pengembangan Jenis Tanaman Potensial (Khaya, Mahoni, Meranti) untuk Pembangunan Hutan Tanaman. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Gasversz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-ilmu Pertanian Ilmu-ilmu Teknik, Ilmu Biologi. Bandung : Armico. Hartmann H. T., D. E. Kester, F. T. Davies, and R. L. Geneve. 1997. Plant Propagation Principles and Practices. New Jersey : Prentice Hall Inc. Hendromono. 2003. Kriteria Penilaian Mutu Bibit dalam Wadah yang Siap Tanam untuk Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Buletin Litbang Kehutanan Vol. 4. No. 3. Bogor : Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Hosius B., F. Bergmann, M. Konnert and W. Henkel. 2000. A Concept of Seed Orchards Based on Isoenzyme Gene Markers. Forest Ecology and Management. Skripsi. Asep Mulyadiana. 2010. Keragaman Genetik Shorea laevis Ridl. di Kalimantan Berdasarkan Penanda Mikrosatelit. Bogor : IPB. Ima Lestyaningsih, Mohammad Na'iem, dan W. W. Winarni. 2005. Variasi Isozim Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) dari Sumatera pada Tegakan Konservasi Ex-situ. Seminar Nasional Peningkatan Produktivitas Hutan. Yogyakarta : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Jǿker, D. 2002. Informasi Singkat Benih No. 28 Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq.). Diakses dari Kebunkayu.net pada tanggal 22 Februari 2012 pukul 09.30 WIB. Kijkar, S. 1991. Producing Rooted Cuttings of Eucalyptus camaldulensis. . Thailand : ASEAN-Canada Forest Tree Seed Centre Project. Krishnapillay and P. B. Tompsett. 1998. Seed Handling. A Review of Dipterocarps : Taxonomy, Ecology, and Silvyculture. Bogor : CIFOR. Leppe, D. dan W. T. M. Smits. 1988. Metode Pembuatan dan Pemeliharaan Kebun Pangkas Dipterocarpaceae. Samarinda : Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Loveless, A.R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Daerah Tropik I. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka. 56
Marini R. P. 2003. Physiology of Pruning Fruit Trees. Virginia Cooperative Extension. 422-025p. Marjenah. 2001. Pengaruh Perbedaan Naungan di Persemaian terhadap Pertumbuhan dan Respon Morfologi Dua Jenis Semai Meranti. Jurnal Ilmiah Kehutanan Rimba Kalimantan No. 6 Samarinda. Ngatiman dan Murtopo Budiono. 2008. Pemangkasan Cabang untuk Mengendalikan Serangan Hama pada Tanaman Shorea leprosula Miq. Info teknis Dipterokarpa Vol. 2 No. 1. Samarinda : Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, Departemen Kehutanan. Rochiman Koesriningrum dan Sri Setyati Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif. Bogor : Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian IPB. Rudjiman and Dwi T. Adriyanti. 2002. Identification Manual of Shorea spp. Yogyakarta : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Sakai, C. dan Atok Subiakto. 2007. Pedoman Pembuatan Stek Jenis-jenis Dipterokarpa dengan KOFFCO System. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Salisbury, F. B., C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. (Terjemahan Diah R. Lukman dan Sumaryono). Bandung : ITB. Soekotjo. 2009. Teknik Silvikultur Intensif (SILIN). Yogyakarta : GMU Press. Soerianegara, I., dan Djamhuri, E. 1979. Pemuliaan Pohon Hutan. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB. Sudarsono, Ratnawati, dan Budiwati. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang : Universitas Negeri Malang Press. Sutrian Y. 1992. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan. Jakarta : Rineka Cipta. Suwasono Heddy. 1989. Hormon Tumbuhan. Jakarta : CV. Rajawali. Wearing, P. F. dan M. B. Wilkins (Ed). 1989. Perkecambahan dan Dormansi. Dalam Fisiologi Tanaman 2. Jakarta : Bina Aksara. Yasman, I. dan W. T. M. Smits. 1988. Metode Pembuatan Stek Dipterocarpaceae. Samarinda : Balai Penelitian Kehutanan Edisi Khusus No. 3 : 36. Zobel, B. J. and J. T. Talbert. 1984. Applied Forest Tree Improvement. New York : John Willey and Sons. 505p.
57