154
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian mengenai pelaksanaan asuransi CAR dalam proyek pembangunan gedung yang ditangani oleh PT Cakra Manggilingan Jaya Jakarta (studi kasus proyek pembangunan Gedung Kesehatan RS Pendidikan IRNA-3 RSUP Dr. Kariadi oleh PT PP dengan PT ASEI), maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pelaksanaan asuransi CAR diawali dari sebuah persyaratan administratif pada sebuah proyek jasa konstruksi. Dalam hal ini Pengguna Jasanya adalah RS Dr. Kariadi, kemudian Perencana Konstruksinya adalah PT. Cakra Manggilingan Jaya dengan Pelaksana Konstruksi PT PP. Proyek jasa konstruksi tersebut akan membangun sebuah Gedung Kesehatan Rumah Sakit Pendidikan IRNA-3 RSUP Dr. Kariadi. Pemilihan konsultan dan kontraktor dilakukan dengan sistem Pelelangan Umum yang mana hal tersebut pelaksanaannya sudah sesuai dengan Peraturan mengenai Pengadaan Barang/Jasa yaitu metode pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi yang dapat diikuti oleh semua penyedia pekerjaan konstruksi yang memenuhi syarat. Kemudian selanjutnya PT PP selaku kontraktor memilih perusahaan asuransi
yang
akan
menjadi
penanggung
proyek
tersebut
dengan
menggunakan sistem tender/lelang juga. Kemudian terpilihlah PT ASEI sebagai penanggung. Asuransi CAR pada PT ASEI adalah jenis usaha
155
asuransi Kerugian yaitu asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. Jaminan yang diberikan dalam asuransi CAR adalah semua kerusakan dan/atau kerugian yang terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga serta tidak dikecualikan dalam polis. Jaminan ini dibagi dua yaitu Section I (Material Damage) Kebakaran, peledakan, kejatuhan pesawat terbang, pencurian termasuk pencurian dengan kekerasan, bencana alam (Act of Gods) seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, Kerusakan lain yang bersifat tiba-tiba dan tak terduga serta tidak dikecualikan atas objek pertanggungan, dan lain sebagainya. Kemudian Section II (Third Party Liability) Tanggung jawab hukum dari pihak tertanggung terhadap pihak ketiga yang timbul sebagai akibat dari kerusakan barang (material damage) milik pihak ketiga dan luka badan (bodily injury) pihak ketiga. Selanjutnya mengenai tahap pengajuan klaim setiap perjanjian harus dilandasi oleh itikad baik para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut. Kemudian dokumen perjanjian asuransi antara PT ASEI dengan PT PP dalam pelaksanaannya juga telah sesuai dengan ketentuan KUHD yaitu perjanjian pertanggungan harus dibuat secara tertulis didalam sebuah akta yang disebut polis. Dalam asuransi CAR ini, PT PP telah melakukan pembayaran premi sehingga kontrak menjadi efektif atas dasar perjanjian yang dibuat keduabelah pihak dan PT PP selain membayar premi ia juga sudah memenuhi kondisi-kondisi lainnya. Kemudian imbalan dari PT ASEI adalah berupa janji untuk membayar kerugian atau
156
menyediakan servis lain kepada PT PP sesuai perjanjian yang sudah diperjanjikan. Jadi pelaksanaannya sudah tepat.
2. Berdasarkan penelitian, penulis menemukan upaya dalam mengatasi hambatan yang timbul dalam pelaksanaan asuransi CAR pada proyek pembangunan Gedung IRNA 3, yaitu: a. Hambatan bagi Perusahaan Asuransi (Penanggung/PT ASEI): 1) Harga premi polis asuransi CAR yang diinginkan oleh tertanggung (kontraktor/PT PP) relatif rendah. 2) Luas jaminan asuransi CAR yang diinginkan oleh tertanggung (kontraktor/PT PP) relatif luas cakupannya. Upaya = pihak asuransi (penanggung/PT ASEI) dan pihak tertanggung (PT PP) melakukan negosiasi diantara keduanya untuk mencapai kesepakatan bersama. 3) Keterlambatan kewajiban membayar premi dari pihak pegang polis asuransi CAR. Upaya = dengan cara agen asuransi yang ditunjuk secara aktif melakukan penagihan pembayaran premi kepada tertanggung (sebelum jatuh tempo). 4) Keterlambatan
laporan
klaim
dan
pemenuhan
syarat-syarat
dokumen. Upaya = di atasi melalui peran aktif dari agen asuransi, karena perusahaan asuransi harus mengetahui mengenai kondisi dari objek yang dijaminkan sehingga apabila terjadi sesuatu terhadap
157
objek asuransi CAR maka perusahaan asuransi dapat segera mengetahuinya. 5) Hilangnya polis asuransi CAR atau kwitansi bukti pembayaran premi. Upaya = perusahaan asuransi akan melakukan pencarian data dan melihat kembali arsip yang dimiliki perusahaan, dan meminta surat kehilangan dari pihak kepolisian. b. Hambatan Bagi Kontraktor/Pemilik Bangunan (Tertanggung/PT PP): 1) Kesulitan dalam mengikuti prosedur tata cara mengajukan klaim kerugian. Upaya = pihak tertanggung akan mengikuti prosedur semaksimal mungkin sesuai ketentuan yang berlaku, kemudian nanti pihak perusahaan asuransi akan membantu berperan dalam pencarian data terkait fakta lapangan. 2) Sering terjadi wanprestasi penggantian kerugian oleh pihak penanggung. Upaya = pertama pihak tertanggung akan memberikan teguran, namun apabila tidak dipedulikan kemudian pihak-pihak yang terkait dapat menggunakan lembaga arbitrase satau dapat pula melalui jalur hukum gugatan ke pengadilan (sesuai ketentuan di dalam polis asuransi CAR). 3) Kesulitan memahami bahasa yang digunakan di dalam polis asuransi CAR. Upaya = para tertanggung dapat memintakan polis rangkap dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. 4) Masih Adanya Pihak Asuransi yang kurang memperhatikan pelayanan bagi nasabah/tertanggung setelah perjanjian asuransi
158
ditutup. Upaya = dari diri perusahaan asuransi harus ditumbuhkan rasa tanggung jawab dan dengan adanya komunikasi yang intense dengan nasabah.
B.
Saran Berdasarkan pelaksanaan asuransi CAR pada proyek pembangunan gedung, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai bahan masukan untuk program asuransi ini, yaitu: 1. Untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada nasabah, perusahaan asuransi sebaiknya meningkatkan kualitas sumber daya manusianya dengan cara mengadakan pendidikan/pelatihan yang dilakukan secara periodik dan berkesinambungan, serta membekali diri dengan pengetahuan mengenai prosedur dalam proses pembangunan dan pelaksanaan proyek maupun lingkup pekerjaan dan kontrak pekerjaan calon tertanggung lebih seksama. 2. Dalam pelaksanaannya sebaiknya asuransi CAR
dilengkapi dengan
pemberian salinan polis dalam Bahasa Indonesia, agar keduanya dapat memiliki satu visi yang sama terhadap isi polis tersebut, mengingat bahwa semua produk asuransi CAR berasal dan/atau bertaraf internasional sehingga tertulis dalam Bahasa Inggris. 3. Alangkah lebih baik bila suatu saat kelak Pemerintah Negara Republik Indonesia dapat memproduksi aturan khusus tersendiri untuk polis asuransi CAR sehingga tidak perlu menggunakan atau menyadur produk asuransi CAR dari luar negeri.