BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa: Ekstrak daun sirih (Piper betle L.) berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi secara In Vitro yang ditandai dengan respon hambat terbesar dan terbaik pada konsentrasi 100% yang mampu menghambat hingga membentuk zona hambat (zona bening) dengan rerata sebesar 55,3 mm dan respon hambatan terkecil pada konsentrasi 25% yang mampu menghambat bakteri dengan zona hambat (zona bening) dengan rerata sebesar 36 mm.
B. Saran 1.
Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan pengujian yang sama tetapi menggunakan metode dan bakteri yang berbeda dan juga menggunakan bagian lain dari tanaman sirih seperti buah, batang, bunga, dan akar yang juga mengandung zat antibakteri.
2.
Masyarakat dapat membudidayakan dan menggunakan daun sirih (Piper betle L.) sebagai obat tradisional berbahan herbal untuk menyembuhkan berbagai penyakit akibat infeksi, khususnya penyakit demam tifoid atau typhus abdominalis atau disebut juga demam enterik.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Mansjoer, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica Aesculpalus, FKUI, Jakarta. Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Salemba Medica. Halaman 25-26. Ahmad, L. dan Beg, AZ. 2001. Antibacterial and phytochemical studies on 45 indian medicinal plants against multi-drug resistant human pathogen. Jethnopharmacol 74(2): 113-23. Ardiansyah. 2005. Daun siri sebagai Bahan Anti Bakteri dan Anti Oksidan. Artikel IptekBidang Biologi, Pangan dan Kesehatan. Brooks Gf, dkk. 2005 dalam: Naniwidorini (Penerjemah), Drita Sjabana (Ed.): Buku aijawetz, Melnick, & Adelberg’s mikrobiologi kedokteran, Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika. Bennasar, A., Luna, G. D., Cabrer, B., dan Lalucat, J. 2000. Rapid Identification of Salmonella typhimurium, S. Enteritidis And S. Virchow Isolates by Polymerace Chain Reaction Based Fingerprintin Methods, Internatl Microbiol 3 : 31-38. Darwis. 1992. Potensi Sirih (Piper Betle Linn.) Sebagai Tanaman Obat. Didalam Warta Tumbuhan Obat Indonesia. Halaman 9-11. Dwiyanti. 1996. Khasiat dan Manfaat Daun Siri Obat Mujarap dari masa ke masa. Agromedia Pustaka, Jakarta. Dian
Agustin, W. 2005. Perbedaan Khasiat Antibakteri Bahan Irigasi antara Hidrogen Peroksida 3% dan Infusum Daun Sirih 20% Terhadap Bakteri Mix. Majalah Kedokteran Gigi (Dental Jurnal) Vol. 38 No. 1 Januari 2005: 45-47. Surabaya: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, (http://jurnal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-381-12.pdf), di akses tanggal 5 Juni 2010.
Dharma, A. R., 1985. Tanaman Obat Tradisional Indonesia. Balai Pustaka Jakarta. Dzen, dkk. 2003. Bakteriologi Medik. Bayumedia publishing. Malang : edisi 1. Hlm. 187-197 dan 223-234. Gould, D. dan Brooker, C. 2003. Mikrobiologi terapan untuk perawat, halaman 252, cetakan pertama. Jakarta, penerbit buku kedokteran EGC. Hidayat, J. 1968. Penentuan Kadar Minyak Sirih (Piper Betle Linn.) Segar dan Kering. Skripsi. Depertemen Formasi. ITB Bandung. Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi. Bandung : Yrama Widya. Jawetz, Melnick, and Adelberg’s. 2005. Medical Microbiology, Mc Graw-Hill Companies Inc, page 327-329. Kartini Hasballah, 2005: 282. Aktifitas Antibakteri Ekstrat Daun Eclipta Alba L. Serta Ekstrat dan Minyak Atsiri Daun Piper Betle L. Terhadap Bakteri Penyebab Karies Gigi dan Demam Tifoid, Jurnal Kedokteran Yarsi, vol. 13, no. 3. Jakarta: Universitas Yarsi.
Kelleher, Kevin. 2004. Selectiveand differential media, viewed 21 desember 2011. http://www.midlandstech.edu/science/kelleherk/225/labmaterials/sel,dif.media.html. Lawrence, C.A. dan Block, S.S. 1968. Desinfection, Sterilization and Preservation. Lea and Febiger. Philadelphia. Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenilpropanoida dan Alkaloida Medan :Fak, MIPA. USU. Muhlisah, F. 2005. Tanaman obat keluarga, penebar swadaya, jakarta. Wijayakusuma, H. 1997. Tanaman berkhasiat obat di indonesia. Pustaka kartini, jakarta, hlm 20. Mardiastuti, H., Karuniawati, A., Kiranasari, A., Ikaningsih, dan Kadarsih, R.,. 2007. Emerging Resistance Pathogen : Situasi Terkini di Asia, Eropa, Amerika Serikat, Timur Tengah dan Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, 75(3) : 75-79. Pelczar, M.J. & E.C.S. Chan, 1986, Penterjemah , Ratna Siri Hadioetomo dkk. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1, Universitas Indonesia Press. Jakarta. Pollack,
David V 2003, Salmonella enteric typhi, viewed 21 December 2011, http://web.uconn.edu/mcbstaff/graf/Student%20presentations/Salmonelltyphi/Salmonell atyphi.html
Radji, M. 2011. Buku ajar mikrobiologi: panduan mahasiswa formasi dan kedokteran. EGC, Jakarta. Rini Damayanti Moeljanto & Mulyono. 2003. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih: Obat Mujarap dari Masa ke Masa. Jakarta: AgroMedia Pustaka. Sampurno, 2000. Parameter Standar Ekstrat Tumbuhan Obat. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Sine, Y. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrat Daun Anaman Ketepang (Terminaliacatappa L.) Daun Sirih (Pipel Betle Linn) dan Daun Tanaman Jambuh Biji (Psidium Guajava L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Aeromonas Hydrophila dan Salmonella Typhi. Sastroamidjojo, S. 1997. Obat Asli Indonesia. Jakarta : Penerbit Dian Rakyat. Syamsuhidayat. 1991. Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia, edisi kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Timmreck, T. 2005. Epidemiologi suatu pengantar. EGC. Jakarta. Tjay, T. dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi ke VI. Jakarta : PT Elex Media Komputindo: hal. 193. Trisnayanti, L. 2010. Pembelajaran Materi Tingkat Kehidupan melalui Kegiatan Praktikum. Di SMP Negeri 2 Paseh Kabupaten Sumedan. Skripsi. Bandung: UPI. Volk, W. A., dan wheeler, M.F. 1988. Mikrobiologi dasar. Jilid II. Jakarta : Erlangga.
Volk, W. A., dan wheeler, M.F. 1993. Mikrobiologi dasar. Jilid II. Jakarta : Erlangga. Winn Jr, washington C., et,al. 2006. Koneman’s Color Atlas and textbook of diagnostic Microbiologi, 6th ed, USA, Lippincott Williams & Wilkins, p 251-259. WHO
2003. Global sal-Surv, WHO, viewed 6 May http://www.antimicrobialresistance.dk/data/images/salmonella2 pdf.pdf.
2011,
Zaenab, et al., 2004. “Uji Antibakteri Siwak (Salvadora persica Linn.) Terhadap Sterptococcus muntas (ATC31987) dan Bacteroides melaninogenicus.” Makara, Kesehatan, Vol. 8, No. 2:37-40. Tersedia online di http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/81fa37407185e093f600214c39f5d2a79f12f9 c7.pdf, diakses pada tanggal 16 Mei 2009.
L A M P
I R A N
Gambar 1: Proses pengeringan sampel
Gambar 2: Proses proses penghalusan sampel
Gambar 3: Proses maserasi
Gambar 5: Hasil maserasi
Gmabar 7: Proses rotaf
Gambar 4: Proses shaker (dikocok)
Gambar 6: Proses penyaringan
Gambar 8: Hasil rotaf
Gambar 9: Ekstrak murni
Gambar 10: Proses penimbangan 40 g bubuk MHA menggunakan neraca analitik
Gambar 11: Proses larutkan bahan yang ditimbang dalam 1000 ml aquades steril
Gambar 12: Panaskan larutan pada hot plate sambil diaduk-aduk sampai mendidih dan sedikit mengental.
Gambar 13: Penyiapan media MHA untuk Sterilisasi.
Gambar 14 : Masukan media untuk Gambar 15 : Proses sterilisasi dengan sterilisasi pada Autoclave. menggunakan suhu selama 15 menit
Gambar 16 : Proses pembuatan kosentrasi ekstrak
Gambar 18 : Peremajaan bakteri Salmonella typhi
Gambar 17 : Kosentrasi ekstrak
Gambar 19 : Proses biakan murni bakteri Salmonella typhi
Gambar 20 : Proses pengencerkan biakan bakteri Salmonella typhi
Gambar 21 : Proses pengencerkan bakteri Salmonella typhi divortex sampai homogen
Gambar 22 : Proses perendaman Gambar 23 : Proses perendaman kertas cakram dalam ekstrak daun sirih dengan kertas cakram konsentrasi 0 ml, 2,5 g/ml, 5 g/ml, dalam ekstrak 7,5 g/ml dan 10 g/ml selama 30 menit
Gambar 24 : Proses menginokulasikan bakteri Salmonella typhi
Gambar 25 : Proses 0,1 ml biakan bakteri Salmonella typhi
Gambar 26 : Proses pengujian dengan kontrol
Gambar 28 : Proses pengujian dengan konsentrasi 5 ml
Gambar 30: Proses pengujian dengan konsentrasi 10 ml
Gambar 27 : Proses pengujian dengan konsentrasi 2,5 ml
Gambar 29: Proses pengujian dengan konsentrasi 7,5 ml
Gambar 31 : Proses inkubasi
Gambar 32 : Hasil pengujian
Gambar 33 : Proses pengukuran zona hambat (zona bening)