BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini, dapat disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi penguatan gerakan dalam hal menebar dan menguatkan ideologi, menciptakan dan memanfaatkan peluang, membentuk dan memanfaatkan jaringan, serta melakukan aksi-aksi kolektif. Dalam hal menebar dan menguatkan ideologi, KAMMI sangat mengandalkan sistem kaderisasi yang senantiasa disempurnakan. Bagian dari sistem kaderisasi yang sangat diandalkan dalam menebar dan menguatkan ideologi pada proses rekrutmen dan pelatihan (dauroh). Sebagai proses penjagaannya, KAMMI juga mengandalkan diskusi-diskusi untuk menguatkan ideologi kader yang telah direkrut dan diikutkan dalam dauroh. Ideologi KAMMI ini paling mudah disebar kepada mahasiswa yang telah mengikuti kegiatan halaqoh tarbiyah. Yang menjadi penyebabnya adalah dikarenakan konsep-konsep Islam yang dikaji dalam halaqoh tarbiyah ini memiliki kesamaan dengan referensi yang dipakai oleh KAMMI, yakni konsep-konsep gerakan dari Timur tengah seperti pemikiran Hasan Al Banna, Sayyid Qutbh, dan lain-lain. Dalam pembagian tugas struktural dalam menebar ideologi ini, KAMMI Komisariat sebagai ujung tombak rekrutmen dan Dauroh Marhalah I, serta memiliki fungsi sebagai basis operasional, sementara KAMMI Daerah adalah pelaksana Dauroh Marhalah II dan berperan sebagai basis penggerak. Sedangkan KAMMI Wilayah,
129
bertugas sebagai pelaksana Dauroh Marhalah III, menyediakan stok Instruktur yang menjadi aktor KAMMI dalam proses ideologisasi dan berperan sebagai basis kebijakan. Dalam hal menciptakan dan memanfaatkan peluang, isu-isu kebijakan pemerintah tetap dijadikan sebagai peluang yang utama bagi KAMMI untuk memicu gerakan mahasiswa. Isu Korupsi juga semakin hangat untuk diangkat oleh KAMMI, bahkan dapat menjadi bahan untuk penggebuk pemerintah hingga salah seorang pimpinan daerah dapat dimakzulkan akibat isu korupsi yang dihembuskan oleh KAMMI. Dalam hal membentuk dan memanfaatkan jaringan, komunitas tarbiyah dan institusi-institusi yang didominasi kelompok tersebut adalah jaringan utama yang dimanfaatkan KAMMI dalam melakukan gerakan. Sekalipun tidak bisa dikatakan sangat bergantung, nyatanya dukungan komunitas tarbiyah ini sangat diandalkan dalam membangun basis gerakan. KAMMI juga memanfaatkan jaringan dengan elemen eksternal melalui aliansi atau agenda bersama, khususnya dalam isu keummatan, misalnya KAMMI turut tergabung di dalam Forum Ukhuwah Islamiyah yang di dalamnya terdapat ormas dan gerakan Islam yang berbagai macam. KAMMI juga menjalin hubungan dengan elemen-elemen eksternal non Islamis, misalnya LSM dan Partai Politik Sekuler. Dalam hal aksi-aksi kolektif, aksi demonstrasi yang bersifat melawan langsung kebijakan pemerintah menjadi bentuk aksi yang dominan dilakukan oleh KAMMI, di samping bentuk-bentuk aksi kolektif lain yang bersifat pemberdayaan dan pendidikan, Misalnya pemberdayaan masyarakat korban merapi dan Gerakan
130
KAMMI Mengajar. Aksi-aksi lain juga dilakukan KAMMI dalam rangka melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, seperti aksi membagikan kurma menyambut Ramadhan, mengadakan TPA dan lain-lain. KAMMI juga melakukan aksi-aksi kolektif yang bersifat intelektual dengan melakukan kajian-kajian dan temu tokoh. Semua aksi-aksi kolektif ini dikerangkai oleh 4 Paradigma KAMMI (Gerakan Dakwah Tauhid, Gerakan Politik Ekstra Parlementer, Gerakan Intelektual Profetik, dan Gerakan Sosial Independen). Hal-hal di atas menjadi strategi yang dipilih oleh KAMMI dalam rangka penguatan gerakan mahasiswa disebabkan oleh dua hal. Pertama, adanya pengaruh gerakan tarbiyah yang bersumber dari konsep-konsep gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Genealogi munculnya KAMMI berasal dari orang-orang yang terlibat dalam gerakan tarbiyah, khususnya di kampus, sehingga strategi KAMMI dalam beberapa hal, mengikut pada strategi gerakan tarbiyah dalam melakukan penguatan gerakan. Kedua, pengaruh tokoh dan gerakan lokal juga menyebabkan KAMMI mengkonsep empat paradigma yang terdiri dari Gerakan Dakwah Tauhid, Gerakan Intelektual Profetik, Gerakan Sosial Independen dan Gerakan Politik Ekstra Parlementer menjadi kerangka dari setiap aksi-aksi kolektifnya. Adapun implikasi dari strategi KAMMI ini yang sangat terlihat adalah munculnya kader-kader pemimpin. Pasca Reformasi, kader-kader KAMMI banyak yang menjadi pemimpin-pemimpin lembaga mahasiswa, khususnya pada kampus-kampus besar di Indonesia. Hal ini menunjukkan kuatnya pembinaan gerakan yang dilakukan oleh KAMMI sehingga mampu membentuk mental dan karakter kepemimpinan mahasiswa. Sekalipun ada dampak lain yang cenderung melemahkan citra KAMMI sebagai gerakan Mahasiswa yang semestinya 131
independen, yakni munculnya stigma bahwa KAMMI adalah underbow Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Pada faktanya, sulit dibuktikan bahwa KAMMI adalah underbow PKS bila dilihat dari kacamata organisasional. Namun secara ikatan emosional, memang wajar jika kemudian dikatakan bahwa KAMMI ada keterkaitan dengan PKS. Para pendiri PKS adalah orang-orang yang terlibat dalam gerakan tarbiyah sebagaimana halnya KAMMI. Terlebih lagi adanya fakta yang menarik bahwa banyak alumni pengurus KAMMI yang menjadi pengurus PKS atau menjadi anggota legislatif dari Fraksi PKS ini. Namun demikian, bukan berarti independensi KAMMI sebagai gerakan mahasiswa terkooptasi dengan stigma ini. KAMMI tetap bergerak sesuai paradigmanya, sekalipun di lapangan harus bertentangan dengan senior-seniornya di PKS. Pada akhirnya, dapat ditarik pemahaman bahwa beberapa faktor yang menyebabkan menguatnya gerakan mahasiswa terletak pada sejauh mana organasasi pergerakan mahasiswa mampu untuk merekrut anggota baru dengan tepat, kemudian menguatkan ideologinya serta pandai memanfaatkan peluang, jaringan hingga berkreasi dalam melakukan aksi-aksi kolektif yang berparadigma. Implikasi baik positif ataupun negatif mesti ada dalam setiap pengambilan alternatif strategi gerakan dan hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menjadi penyebab dipilihnya strategi gerakan tersebut. Faktor tersebut berupa adanya pengaruh dari gerakan dan ideologinya yang menjadi induk pemikiran, serta ideide tokoh atau gerakan lain yang dapat diakomodasi dan tidak bertentangan bahkan sejalan dengan pemikiran induk gerakan.
132
B. Saran Memahami gerakan mahasiswa sama halnya memahami dinamisasi dalam suatu tatanan masyarakat. Gerakan mahasiswa muncul, disebabkan oleh adanya jarak antara idealita dan realita. Gerakan mahasiswa akan senantiasa menguat, manakala sensitifitas terhadap ketimpangan sosial dan politik senantiasa ada. Dalam hal ini dibutuhkan kecerdasan gerakan dalam menangkap peluang dan menjadikannya sebagai momentum untuk membangkitkan gerakan yang sebelumnya telah didukung oleh proses ideologisasi sehingga massa mahasiswa yang bergerak memiliki framing yang sama dan bisa menularkan framing itu kepada khalayak masyarakat sehingga meraih dukungan. Dukungan masyarakat terhadap gerakan mahasiswa sangat dibutuhkan, karena yang menjadi tema utama yang diangkat gerakan mahasiswa mestilah seputar problem di masyarakat. KAMMI sebagai gerakan mahasiswa sebaiknya dapat senantiasa melakukan penguatan ke dalam (internal) dan ke luar (eksternal). Penguatan internal meliputi penguatan ideologi kader-kadernya yang menjadi aktor pergerakan mahasiswa. Pewarisan nilai jangan sampai terputus untuk mencapai cita-cita gerakan yang diestafetkan antar generasi. Sementara penguatan eksternal meliputi kecerdasan KAMMI dalam memanfaatkan setiap momentum untuk dijadikan sebagai titik tolak dalam bergerak. Kemanfaatan KAMMI yang riil terhadap masyarakat juga harus ditingkatkan agar citra gerakan mahasiswa tidak hanya identik dengan wacana dan demonstrasi, tetapi juga ada aksi nyata yang benar-benar dapat mendorong perubahan sosial di masyarakat. Dengan demikian, harapannya gerakan mahasiswa ini senantiasa menguat sehingga dapat berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara. 133