BAB V PENUTUP
Bab V ini memuat dua aspek, yakni (1) simpulan dan (2) saran. Kedua aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.
5.1
Simpulan Sesuai dengan jumlah masalah yang telah dirumuskan, simpulan penelitian
ini terdiri atas tiga, yakni (1) struktur dan keterpaduan Antarunsur dalam Wacana Fiksimini, (2) Permainan bahasa dalam wacana fiksimini, dan (3) fungsi wacana fiksimini. Paparan mengenai ketiganya ialah sebagai berikut.
5.1.1 Struktur dan Keterpaduan Antarunsur dalam Wacana Fiksimini Struktur wacana fiksimini terdiri atas tiga unsur, yakni (1) topik, (2) judul, dan (3) isi. Pertama, topik fiksimini. Topik fiksimini dapat dikategorikan menjadi empat kecenderungan respon, yakni (1) nol, (2) sedikit untuk rata-rata satu hingga sepuluh respon berupa fiksimini, (3) sedang untuk sejumlah sebelas hingga dua puluh fiksimini, dan (4) banyak yang beranggotakan dua puluh satu hingga tiga puluh lima fiksimini. Banyak dan sedikitnya respon fiksiminier dimungkinkan berhubungan dengan rata-rata usia pengguna media sosial twitter
dan
kecenderungan minat para anggotanya. Kedua, judul fiksimini. Pembatasan jumlah karakter maksimal dalam fiksimini tidak membatasi variasi judul yang dapat dilihat dari tiga aspek, yakni (1) karakteristik judul dalam wacana fiksimini, (2) karakteristik pengembangan
126
127
judul berdasarkan topik, dan peran judul dalam wacana fiksimini. dalam realisasinya, judul pada waana fiksimini dapat berupa kata, frasa, klausa, kalimat, keterangan angka, ditulis menggunakan senyapan akhir, maupun tidak. Selanjutnya, judul dikembangkan berdasarkan topik dengan menggunakan seluruhnya, sebagian, maupun tidak sama sekali. Salah satu yang menonjol ialah judul dalam wacana fiksimini berperan sekaligus sebagai bagian dari isi wacana dan upaya pengerucutan makna mengingat terbatasnya jumlah karakter dalam fiksimini. Ketiga, isi fiksimini. Berdasarkan setiap kejadian yang dinyatakan pada tiap kalimat, terdapat enam karakteristik isi fiksimini. Keenam karakteristik tersebut, yakni (1) satu kalimat tanpa judul, (2) satu kalimat, (3) dua kalimat, (4) tiga kalimat, (5) empat kalimat, dan (6) jawaban atas pertanyaan yang terungkap dalam judul. Dari keenamnya dapat disimpulkan bahwa tidak ada ketentuan mengikat perihal isi fiksimini. Berapa pun jumlah dan apa pun jenis kalimat yang digunakan dapat dijadikan isi fiksimini selama memenuhi ketentuan karakter maksimal penulisan fiksimini, yakni 140 karakter. Selanjutnya, keterpaduan wacana antarunsurnya dapat dibentuk melalui kedua cara, yakni (1) hubungan keterpaduan yang dikenali secara tersurat melalui topik dan (2) hubungan keterpaduan yang dikenali secara tersirat melalui topik. keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, hubungan keterpaduan yang dikenali secara tersurat melalui topik. Cara ini masih dapat dikategorisasi menjadi tiga kemungkinan, yakni (1) penyebutan seluruh atau sebagian topik pada judul
128
dan isi, (2) penyebutan seluruh atau sebagian topik pada judul fiksimini saja, dan (3) penyebutan seluruh atau sebagian topik pada isi fiksimini. Kedua, hubungan keterpaduan yang dikenali secara tersirat melalui topik. cara ini terdiri atas enam penjelasan, yakni (1) antonimi, (2) hiponimi, (3) polisemi, dan (4) sinonimi, (5) kolokasi, dan (6) ekuivalensi. Kendati demikian, keterpaduan tersurat pada wacana fiksimini menunjukkan perbedaannya dengan wacana naratif lainnya. Keterpaduan yang ditunjukkan dalam novel, cerpen, naskah drama, maupun teks naratif lainnya cenderung menggunakan piranti kohesi leksikal sebagai alat untuk menunjukkan adanya keterpaduan. Akan tetapi, fiksimini tidak menggunakan alat-alat semacam itu. Pembatasan jumlah karakter maksimal pada wacana fiksimini menyebabkan fiksimini lebih mengutamakan keterkaitan secara makna
daripada bentuk. Selain itu, keterpaduan wacana
fiksimini lebih ditunjukkan antara hubungan topik dengan fiksimini. Sebaliknya, hubungan antarjudul dalam satu topik kurang menunjukkan adanya keterpaduan yang ditengarai disebabkan karena wacana jenis ini disumbang atau direspon oleh beberapa orang yang memiliki perbedaan penafsiran pula.
5.1.2 Permainan Bahasa dalam Wacana Fiksimini Permainan bahasa dalam wacana fiksimini pada umumnya disajikan dengan menghadirkan pemahaman umum pembacanya, kemudian disimpangkan menggunakan beberapa varian aspek kebahasaan. Aspek-aspek yang digunakan meliputi tiga permainan, yakni (1) fonologis, (2) morfologis, dan (3) makna. Paparan singkat mengenai ketiga hal tersebut ialah sebagai berikut.
129
Pertama, permainan fonologis. Permainan dari aspek fonologis meliputi dua, yakni pelesapan atau penghilangan bunyi dan subtitusi bunyi. Keduanya diterapkan dengan menyalahi prinsip bunyi dalam membentuk satuan kebahasaan untuk menyusun wacana fiksimini sehingga tercipta keunikan kisah. Kedua, permainan morfologis. Sejauh yang diamati, terdapat tiga aspek morfologi yang disimpangkan, yakni (1) permainan imbuhan, (2) permainan kata majemuk, dan (3) permainan akronim. Ketiga permainan tersebut menitikberatkan pada proses pembentukkan kata yang digunakan dalam konteks yang tak semestinya. Ketiga, permainan makna. Aspek makna dalam wacana fiksimini meliputi sebelas permainan: (1) idiom, (2) citraan, (3) permainan bentuk-bentuk berhomonim, (4) antonimi, (5) polisemi, (6) sinonimi, (7) analogi, (8) metafora, (9) meronimi, (10) metonimi, dan (11) subtitusi.
5.1.3 Fungsi Wacana Fiksimini Terdapat empat fungsi fiksimini yang dikembangkan berdasarkan teori fungsi bahasa milik Jakobson. Keempat fungsi tersebut, yakni (1) fungsi emotif yang memandang fiksimini sebagai sarana untuk mengekspresikan perasaan atau emosi, (2) fungsi retorikal sebagai alat untuk menyindir dan menyampaikan kritik terhadap kondisi sekitar, (3) fungsi kognitif sebagai bagian untuk menarasikan atau menceritaan peristiwa berkenaan dengan topik tertentu, dan (4) fungsi poetic speech yang melihat fiksimini sebagai alat untuk mengekspresikan imajinasi dan untuk hiburan, berhumor, serta bercanda. Pertama, fungsi emotif yang menitikberatkan pada sudut pandang penutur. Mengenai fungsi untuk mengekspresikan perasaan, ditemukan sejumlah 59
130
fiksimini dari keseluruhan data yang digunakan. Kedua, fungsi retorikal. Fungsi yang memperhatikan segi pendengar atau lawan bicara tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi dua penjelasan, yakni untuk (1) menyindir sebangyak 64 fiksimini dan (2) menyampaikan kritik terhadap kondisi sekitar sejumlah 59. Ketiga, fungsi kognitif yang menitikberatkan pada topik ujaran. Pada akhirnya, fungsi ini melihat bagaimana pendapat si penutur tentang dunia di sekelilingnya. Dari 649 data yang dihimpun, sebesar 153 data menunjukkan bahwa fiksimini berfungsi semata-mata untuk menarasikan atau menceritakan suatu peristiwa. Keempat, fungsi poetic speech melihat bahasa digunakan sebafai wadah untuk kesenangan penutur, maupun para pendengarnya. Selanjutnya, fungsi poetic speech pada wacana fiksimini mengandung dua penjabaran lagi, yakni kaitannya dengan mengekspresikan imajinasi sebanyak 248 fiksimini dan sarana hiburan, berhumor, dan bercanda sebanyak 69 fiksimini.
5.2 Saran Terdapat beberapa keterbatasan yang dapat dijadikan sebagai catatan untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini belum secara spesifik meneliti tentang twist atau ledakan yang terdapat dalam fiksimini. Selain itu, dunia maya yang mengalami perkembangan dalam satuan detik memungkinkan timbulnya revolusi tren
atau
kecenderungan-kecenderungan
baru
berkesinambungan mengenai wacana fiksimini diperlukan.
sehingga
penelitian