BAB V PELAKSANAAN PROGRAM KAMPANYE
5.1.
Kegiatan Survey Program Public Awareness Indonesian Quarantine Strengthening Program (IQSP) adalah upaya kemitraan
antara Badan Karantina Pertanian dan Australian Quarantine and Inspection Service (AQIS). IQSP dimulai bulan Oktober 2006 dan berakhir di bulan Desember 2008. Program di danai oleh Australia dengan tujuan memperkuat kemampuan Badan Karantina Pertanian untuk menghindari resiko pathogen flu burung. Tujuan utama dari IQSP adalah: 1. Meningkatkan kesadaran masyarakat dan rasa tanggung jawab sosial terhadap karantina melalui aktivitas mobilitas sosial, 2. Pengkondisian melalui pelatihan mengenai ilmu epidemic penyakit dan evaluasi resiko, dengan memfokuskan pada flu burung. Kampanye
kesadaran
masyarakat
adalah
komponen
dari
IQSP
yang
dilaksanakan di Jakarta. Tujuan dari pemerintah pada kampanye ini adalah untuk menegakkan ketaatan terhadap regulasi karantina guna membantu mencegah penyebaran flu burung di Indonesia, serta mengurangi penyebaran penyakit hewan yang dapat menular ke tubuh manusia di Indonesia. Tujuan komunikasi dalam Public Awareness adalah untuk meningkatkan kesadaran target utama kampanye bahwa proses karantina sangat penting, sehingga mendapat dukungan dari target kampanye secara menyeluruh dan juga memposisikan Badan Karantina Pertanian sebagai salahsatu solusi utama dalam mencegah adanya
penularan penyakit hewan ke manusia. Survey Public Awareness dilaksanakan di Jakarta yaitu di UPT Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta.
5.2.
Persiapan Kampanye Badan Karantina Pertanian Persiapan pelaksanaan kampanye Flu Burung dilaksanakan pada bulan
Desember 2007 dengan dilakukannya survey di Bandara Soekarno-Hatta. Kegiatan yang dilakukan adalah mengevaluasi hasil survey dengan membuat excell spreatsheet dan grafik. Setelah dilaksanakannya survey yang dilaksanakan oleh UPT Karantina, hasil dianalisis sehingga dapat menentukan key message sehingga makna pesan yang diharapkan sesuai dengan pemahaman dari masyarakat. Pesan pokok ditentukan berdasarkan hasil survey, kemudian dibentuk sebuah materi komunikasi yang bertujuan untuk memastikan penyampaian dua pesan pokok kampanye dalam materi komunikasi yang dibuat, yaitu bahwa Karantina dapat mengurangi resiko penyebaran flu burung, dan pentingnya mengikuti prosedur Karantina hewan yang benar sebagai tujuan utama Badan Karantina Pertanian. Setelah menentukan key message dan materi komunikasi, dibentuk sebuah desain materi komunikasi untuk menunjang sampainya pesan terhadap masyarakat. Desain materi komunikasi dibuat dalam bentuk Backdrop, Booth, Mock-up Ayam, Tshirt, Topi, Poster dan juga spanduk. Desain yang telah dibuat, disurvey kembali pada masyarakat. Strategi yang digunakan dalam kampanye flu burung ini menurut Suwardi (2008) yaitu melalui: 1. Program komunikasi masyarakat, “Call for Action” terhadap target utama kampanye melalui aktivitas yang menciptakan rasa keterlibatan dalam kampanye tersebut.
2. Standarisasi platform komunikasi (pesan dan alat-alat komunikasi): a. Mempertajam, menyederhanakan dan melokalisasikan pesan dan alat-alat komunikasi di target wilayah kampanye, b. Memilih figur kampanye untuk meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap kampanye Karantina. Program ini menggunakan Bapak Bob Sadino sebagai figur kampanye. Bapak Bob Sadino merupakan figur yang cocok untuk mewakili kampanye ini.
5.3.
Pelaksanaan Program Kampanye Flu Burung Pelaksanaan Kampanye flu burung dilaksanakan dengan 2 kegiatan utama yaitu:
1. Public Town Hall Meeting Public Town Hall Meeting merupakan salah satu bentuk forum sosialisasi baik berupa talkshow maupun tanya jawab yang dihadiri oleh para pejabat daerah terkait dan juga masyarakat umum. Kegiatan dilakukan dalam ruangan, kegiatan menitikberatkan pada peluncuran kampanye flu burung dengan menandatangani mock up balon ayam secara simbolik yang menandai dimulainya kampanye. Acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dengan media baik cetak maupun elektronik. Bentuk acara yang dilaksanakan di Bandara Udara Soekarno Hatta terminal keberangkatan, yaitu dengan diadakannya konferensi media, kunjungan ke acara komunitas umum dan gedung instalasi karantina. Selain masyarakat yang melakukan perjalanan, adapun undangan VIP yang hadir pada kampanye flu burung diantaranya: a. Menteri Pertanian RI,
b. Menteri Kesehatan RI, c. Kepala Badan Karantina Pertanian, d. Kepala PT Angkasa Pura, e. Kepala PT KAI, f. Kepala PT PELNI, g. Pejabat nasional lainnya, serta h. Bob Sadino sebagai figur kampanye. Selain dari masyarakat dan para undangan, untuk mendukung kegiatan dan penyebaran kampanye dilakukan pengikursertaan media dalam kegiatan kampanye baik media cetak maupun media elektronik sebanyak 31 wartawan dari 28 media di Jakarta. 2. Community Events Pameran “Edutainment” karantina pertanian diadakan di lokasi jalur tranportasi sehari setelah diadakannya forum sosialisasi, yaitu di Bandara Udara Soekarno Hatta. Selain itu, acara dilakukan dengan mendatangi, menanyakan pendapat travelers perihal pengetahuan mengenai karantina dan ikut menandatangani mock up balon ayam serta travelers mendapat souvenir berupa topi biru bertulisan ‘Klik Karantina’. Tujuan dari dilaksanakannya kampanye ini adalah untuk meningkatkan atensi masyarakat pada kampanye sebagai suatu gerakan nasional.
5.4.
Setelah Pelaksanaan Kampanye Flu burung Setelah selesai melaksanakan serangkaian kampanye, UPT melanjutkan
kampanye berupa pemasangan spanduk, banner, dan juga poster pada lokasi kantor di Bandara. Untuk memperkuat kampanye yang telah dilakukan, perlu adanya media
interaktif yaitu melalui kampanye digital yang akan membantu menjangkau khalayak yang lebih luas baik secara nasional, regional maupun internasional. Jalur kampanye digital yang dilaksanakan meliputi: 1. web blogs (www.karantinaindo.com), 2. Web site (www.karantina-deptan.go.id). Setelah itu, perlu dilaksanakan kembali survey untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari kampanye yang telah dilakukan. Dengan membandingkan hasil survey, akan diketahui tingkat keberhasilan dari kampanye dalam meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai Badan Karantina Pertanian maupun mengenai flu burung. Berikut adalah kampanye dalam bentuk gambar yang dapat dilihat pada spanduk, banner, poster, topi, dan t-shirt:
Gambar 5. Backdrop Gerai
Gambar 6. Indoor Poster
Gambar 7. Spanduk
Gambar 8. Standing Banner
Gambar 9. T-shirt dan Topi
BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROGRAM PUBLIC AWARENESS
6.1.
Karakteristik Responden Responden pada penelitian ini berjumlah 400 orang. Berdasarkan hasil
penelitian terhadap 400 responden, peneliti mendeskripsikan responden ke dalam lima karakteristik, antara lain: tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan media 6.1.1. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan berdasarkan hasil survey didapatkan bahwa responden yang memiliki pendidikan dibawah SMU sebanyak 264 orang atau 66 persen. Sedangkan responden yang memiliki pendidikan minimum SMU adalah 34 persen atau 136 orang (Tabel 2). Tabel 2. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden Tingkat Pendidikan Jumlah
Persentase
264
66%
≥ SMU
136
34%
Total
400
100%
< SMU
Traveler yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok, yaitu responden yang terdiri dari 264 orang lulusan kurang dari SMU dan 136 orang minimal lulusan SMU. 6.1.2. Usia Karakteristik responden pada hasil penelitian dapat diketahui memiliki selang umur berkisar antara 17-60 tahun. Usia rata-rata responden adalah 28 tahun. Responden
yang berumur di bawah 28 tahun berjumlah 216 orang dan responden yang berumur di atas 28 tahun berjumlah 184 orang (Tabel 3). Tabel 3. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Usia Responden Usia Jumlah
Persentase
< 28
216
54%
≥ 28
184
46%
Total
400
100%
Komposisi usia traveler pada penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok traveler yang berusia di bawah 28 tahun dan kelompok traveler yang berusia diatas 28 tahun.
6.1.3. Jenis Kelamin Karakteristik jenis kelamin pada penelitian ini adalah pria dengan persentase sebesar 51 persen yaitu sebanyak 203 orang, dan responden wanita berjumlah 197 orang atau 49 persen (Tabel 4). Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
Wanita
197
49%
Pria
203
51%
Total
400
100%
Hasil survey menunjukkan bahwa travelers didominasi oleh pria. Hal ini dikarenakan sebagian besar traveler melakukan perjalanan antar pulau maupun antar propinsi dalam hal pekerjaan, yang pada umumnya dilakukan oleh seoramg pria sebagai seorang kepala keluarga.
6.1.4
Pekerjaan Karakteristik Pekerjaan, lebih dari setengah responden memiliki pekerjaan Non-
PNS sebesar 72 persen atau 289 responden. Sedangkan traveler yang memiliki pekerjaan PNS hanya berjumlah 111 orang atau sebesar 28 persen (Tabel 5). Tabel 5. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden Pekerjaan Jumlah
Persentase
PNS
111
28%
Non-PNS
289
72%
Total
400
100%
Sebagian besar traveler memiliki pekerjaan selain PNS adalah sebagai importir, eksportir, berwirausaha, dan bergerak di bidang jasa.
6.1.5. Media Responden lebih menyukai memperoleh informasi melalui media, yaitu sebanyak 319 responden. Sedangkan responden yang menyukai memperoleh informasi melalui non-media sebanyak 81 orang.
Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Media Responden Media Jumlah
Persentase
Media
319
80%
Non-Media
81
20%
Total
400
100%
Media yang disukai oleh responden sebagian besar adalah televisi, surat kabar, radio, dan internet. Sedangkan responden yang memilih non-media lebih suka untuk memperoleh informasi melalui keluarga ataupun teman karena dianggap lebih dapat dipercaya kebenarannya.
6.2.
Efektifitas Kampanye Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan instrumen kuesioner.
Kuesioner diberikan kepada traveler domestik sebanyak 800 responden, masing-masing 200 responden pada tahap I dan 400 responden pada tahap II. Tahap pertama ditandai dengan diadakannya survey dengan menyebar kuesioner tahap pertama. Program kampanye dilaksankan setelah dilakukan survey tahap pertama, yaitu melalui dua kegiatan utama: public town hall meeting dan community event yang dilaksankan pada tanggal 18 dan 19 Mei 2008. Konsistensi pesan sangat diperlukan dalam membentuk kesadaran masyarakat, oleh karena itu dilakukan pemasangan spanduk, backdrop, standing banner dan poster pada pintu masuk jalur keberangkatan Bandara SoekarnoHatta. Survey tahap ke-dua dilaksanakan pada bulan Agustus 2008 dengan menyebarkan kuesioner tahap ke-dua. Berdasarkan hasil survey tersebut didapatkan efektifitas yang ditinjau berdasarkan Pengetahuan Karantina Pertanian, media dan
perilaku. 6.2.1. Efektifitas Kampanye Ditinjau dari Pengetahuan Karantina Pertanian Hasil survey yang didapatkan berdasarkan hasil kuesioner, dapat ditinjau melalui pengetahuan traveler mengenai Badan Karantina Pertanian. Hasil disajikan pada tabel 7. Tabel 7. Efektifitas Kampanye Ditinjau dari Pengetahuan Karantina Pertanian
No.
Hasil Survey 1
Hasil Survey 2
(Mei 2008)
(Agustus 2008)
Item
1.
Pengetahuan Karantina
252 (63%)
265 (66%)
2.
Pengetahuan Seragam Karantina
200 (50%)
130 (33%)
3.
Pernah diinspeksi Petugas
105 (28%)
169 (42%)
4.
Pengetahuan Peraturan Karantina
160 (40%)
161 (40%)
5.
Pengetahuan Sanksi Karantina
157 (41%)
205 (51%)
Hasil kuesioner terhadap 400 traveler di bandara Soekarno-Hatta terjadi peningkatan persentase sebanyak 3% dari 63 persen menjadi 66 persen yang menjawab mengetahui
Karantina.
Kenaikan
persentase
mengindikasikan
bahwa
terjadi
peningkatan dari yang tidak mengetahui menjadi mengetahui. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses komunikasi yang dilakukan pihak Karantina Pertanian melalui kegiatan kampanye berjalan dengan baik dan lancar. Terjadi penurunan persentase terhadap pengetahuan traveler mengenai seragam Karantina, dari 50% menjadi 33%. Penurunan yang terjadi sebesar 17%, hal tersebut sangat mungkin terjadi karena program Public Awareness kampanye flu burung ini tidak dilakukan secara berkesinambungan atau dapat dikatakan hanya selintas saja. Selain itu, responden yang dikenakan survey pada tahap I berbeda dengan responden yang dikenakan survey pada tahap ke II. Berdasarkan hasil tersebut, petugas Karantina
perlu meningkatkan sosialisasi terhadap traveler secara berkesinambungan, sehingga responden pun dapat mengetahui lebih banyak mengenai Karantina, akan fungsi dan pentingnya Karantina Pertanian dalam kehidupan. Petugas Karantina dalam hal pengawasan mulai menjalankan tugas-tugasnya dengan baik yaitu dengan menginspeksi bawaan traveler sehingga memperkecil kemungkinan akan terjadinya penyalahgunaan prosedur perkarantinaan. petugas Karantina harus terus meningkatkan kewaspadaan dalam memeriksa setiap barang bawaan traveler. Jumlah Petugas Karantina di lapangan juga perlu ditingkatkan yaitu di setiap pintu masuk dan pintu keluar jalur-jalur transportasi. Kinerja petugas Karantina dapat dikatakan baik karena terlihat kenaikan persentase yang cukup signifikan yaitu sebesar 14 persen. Peningkatan lain dapat dilihat dari Peraturan Karantina, meskipun masih tetap pada persentase yang sama yaitu 40 persen, dari sebanyak 160 orang traveler pada survey I menjadi 161 orang traveler pada survey II. Hasil tersebut mengindikasikana proses komunikasi antara petugas karantina di lapangan dengan para traveler terjalin dengan baik dan kampanye yang dilaksanakan cukup baik. Peningkatan peraturan Karantina didukung oleh peningkatan persentase mengenai sanksi karantina. Hal tersebut membuktikan bahwa peran kampanye dapat dikatakan cukup baik untuk menggugah traveler dalam hal pengetahuan mengenai perkarantinaan, dimana hal tersebut sangat diperlukan demi mencegah terjangkitnya penyakit disuatu area atau menyebarnya penyakit antar area maupun antar negara apabila tidak melakukan prosedur karantina dengan benar. Pengetahuan responden juga diperlukan agar masyarakat mengetahui tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi indikasi adanya suatu penyakit di suatu area.
6.2.2. Efektifitas Kampanye Ditinjau dari Media Survey yang dilaksanakan pada bulan Mei dan Agustus 2008 terhadap 400 traveler domestik dapat dikelompokan dan ditinjau berdasarkan media, yaitu bagaimana sikap responden mengenai terpaan media dan kepercayaan responden terhadap media. Dilihat berdasarkan media, efektifitas kampanye dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Efektifitas Kampanye Ditinjau dari Media
No.
1.
2.
3.
Hasil Survey 1
Hasil Survey 2
(Mei 2008)
(Agustus 2008)
Item Televisi:222 (38%)
Televisi:166 (41%)
Internet:75 (13%)
Internet:73 (18%)
Suratkabar:130 (22%)
Suratkabar:23 (6%)
Radio:27 (5%)
Radio:8 (2%)
Keluarga/teman:78(13%)
Keluarga/teman:103(25%)
Lainnya:50 (9%)
Lainnya:32 (8%)
Televisi: 269 (51%)
Televisi: 195 (48%)
Internet: 69 (13%)
Internet: 127 (31%)
Kepercayaan
Suratkabar:105 (20%)
Suratkabar:30 (7%)
Terhadap media
Radio: 29 (5%)
Radio: 6 (1%)
Keluarga/teman:36(7%)
Keluarga/teman:40(10%)
Lainnya: 21 (4%)
Lainnya: 6 (1%)
Pemerintah: 134(27%)
Pemerintah: 59(15%)
Petugas KP:201(40%)
Petugas KP:173(43%)
Sumber Informasi
Media: 99 (20%)
Media: 89 (22%)
mengenai Karantina
Dokter Hewan:40(8%)
Dokter Hewan:32(8%)
Keluarga/teman:22(4%)
Keluarga/teman:33(8%)
Lainnya: 8 (2%)
Lainnya: 14 (4%)
Terpaan media
Dilihat berdasarkan terpaan media, traveler lebih banyak diterpa atau mendengar informasi perkarantinaan melalui televisi dan surat kabar pada survey I, sedangkan pada survey II responden lebih banyak diterpa oleh televisi. Selain televisi, pada survey II responden banyak memperoleh informasi melalui non-media, yaitu melalui teman atau keluarga karena traveler menganggap informasi yang diperoleh melalui keluarga atau teman lebih dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hasil pada tabel diatas menunjukkan bahwa traveler lebih menyukai atau mempercayai televisi untuk memperoleh informasi, karena hampir semua masyarakat sudah dapat menikmati siaran televisi sampai ke pedesaan dan hampir semua pelaku perjalanan setiap hari selalu menonton televisi pada saat santai dirumah untuk memperoleh informasi. Televisi juga merupakan media yang sangat cepat diingat apabila dalam penyampaian informasi dikemas secara singkat, jelas dan tepat sasaran serta menarik bagi semua kalangan usia. Hasil survey ini pula dapat dijadikan acuan dalam mengambil kebijakan untuk memberikan informasi perkarantinaan, yaitu responden menyukai dan mempercayai media televisi dalam memperoleh informasi. Karantina untuk itu perlu bekerjasama dengan berbagai media terutama televisi untuk menyebarkan informasi mengenai perkarantinaan. Selain televisi, traveler juga mempercayai dan menyukai internet dalam memperoleh informasi, mengingat internet sangat mudah diakses siapa saja dan kapan saja. Internet juga dipercaya traveler dapat memberikan informasi mengenai berbagai hal termasuk mengenai Karantina. Berdasarkan hasil survey tersebut, karantina disarankan membuat situs, web blog dan juga situs jejaring untuk memperluas jaringan informasi perkarantinaan di internet. Menurut hasil survey, untuk memperoleh informasi Karantina tentu saja yang
dipercaya sebagai sumber adalah Petugas Karantina itu sendiri. Petugas Karantina adalah petugas pemerintah yang berada dilapangan dan berinteraksi atau berkomunikasi langsung dengan traveler. Interaksi atau komunikasi yang terjalin antara petugas karantina dengan traveler dapat dikatakan cukup baik sehingga terjadi kepercayaan pada traveler terhadap petugas Karantina dalam memperoleh informasi mengenai Karantina. Hubungan yang baik antara petugas karantina dengan traveler diharapkan dapat terjalin sebuah kerjasama yang baik dalam membantu petugas Karantina menjalankan prosedur tindakan perkarantinaan.
6.2.3. Efektifitas Kampanye Ditinjau dari Perilaku Responden Hasil survey ditinjau berdasarkan perilaku traveler dapat ditinjau pada tabel berikut: Tabel 9. Efektifitas Kampanye Ditinjau dari Perilaku Responden
No.
Item
Hasil Survey 1 (Mei 2008)
Hasil Survey 2 (Agustus 2008)
1.
Perjalanan dengan membawa hewan
Sering: 3 (1%) Kadang-kadang: 69 (20%) Tidak pernah: 269 (79%)
Sering: 55 (19%) Kadang-kadang: 102 (34%) Tidak pernah: 140 (47%)
2.
Mencari informasi Karantina
71 (18%)
124 (44%)
3.
Pelaporan unggas sakit
336 (93%)
339 (88%)
4.
Transportasi yang digunakan
Pesawat: 188 (37%) Kapal Laut: 88 (17%) Bus: 218 (41%) Lainnya: 19 (4%)
5.
Tujuan perjalanan
Antar Pulau: 136 (35%) Antar Propinsi: 256 (65%)
Pesawat: 190 (55%) Kapal Laut: 73 (21%) Bus: 71 (20%) Lainnya: 12 (3%) Antar Pulau: 226 (57%) Antar Propinsi: 174 (43%)
Berdasarkan survey yang dilakukan, diketahui bahwa terjadi peningkatan persentase berkaitan dengan perilaku responden. Traveler mengaku tidak pernah atau ‘kadang-kadang’ membawa unggas dalam perjalanan. Walaupun demikian, petugas karantina di lapangan tetap harus waspada dalam menginspeksi barang bawaan traveler sehingga tidak terjadi penyalahgunaan prosedur Karantina dengan membawa unggas. Perilaku responden dalam aspek konatif juga meningkat, yaitu dilihat dari peningkatan persentase sebesar 26 persen dalam tindakan traveler yang mencari informasi mengenai tata cara atau prosedur perkarantinaan sebelum melakukan perjalanan. Hal tersebut merupakan permulaan yang baik, karena sosialisasi melalui metode kampaye yang dilaksanakan di bandara Soekarno-Hatta secara tidak berkesinambungan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencari informasi karantina sebelum melakukan perjalanan. Sosialisasi akan lebih baik apabila dilakukan berkesinambungan walaupun membutuhkan biaya yang cukup besar. Kesadaran masyarakat dalam pelaporan unggas yang sakit, dalam 400 kuesioner yang dibagi terhadap traveler sebesar 88 persen yang menjawab akan melaporkan unggas sakit pada survey II. Walaupun persentase menurun, jumlah traveler meningkat dari 336 menjadi 339 responden. Hal tersebut karena terdapat beberapa traveler yang tidak menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dapat dijadikan masukan untuk melakukan pelatihan bagi pembuat kuesioner agar menggunakan bahasa yang mudah dimengerti bagi semua kalangan dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Transportasi yang umumnya digunakan responden dalam melakukan perjalanan adalah pesawat dan bus. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi petugas karantina di lapangan untuk memperbanyak jumlah petugas di bandara atau jalur-jalur transportasi bus dan melakukan pengawasan lebih di jalur-jalur transportasi yang
umumnya lebih banyak disukai traveler. Perjalanan yang umumnya dilakukan oleh traveler adalah antar propinsi pada survey I dan tujuan antar pulau pada survey II. Sama halnya dengan hal diatas, perjalanan yang umumnya sering dilakukan oleh traveler dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan jumlah petugas-petugas di lapangan dan agar petugas melakukan pengawasan dengan lebih ketat. Ditinjau dari ketiga aspek diatas, dapat dilihat yang mengalami peningkatan signifikan adalah perilaku responden. Hal ini dilihat pada besarnya peningkatan persentase responden pada survey. Hal ini membuktikan bahwa peran kampanye yang dilakukan melalui dua kegiatan utama, yaitu: community event dan pameran edutainment, serta melalui pemasangan spanduk, standing banner dan juga backdrop yang diselenggarakan oleh badan Karantina Pertanian sangat besar terhadap peningkatan kesadaran masyarakat kota Jakarta. Komunikasi yang dilakukan dapat dikatakan baik karena mampu meningkatkan kesadaran masyarakat yang dalam hal ini adalah traveler.
6.3.
Hubungan Karakteristik terhadap Kesadaran Masyarakat
Penelitian kali ini juga bertujuan untuk melihat adanya hubungan yang terjadi
antara karakteristik responden terhadap kesadaran masyarakat. Hubungan diuji dengan model uji chi-square. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10. Hasil Karakteristik responden terhadap Kesadaran Masyarakat
Karakteristik
Nilai Hitung
Nilai Tabel (alpha 5%)
1. Tingkat Pendidikan
3,919
3,841
2. Usia
21,306
3,841
3. Jenis Kelamin
0,792
3,841
4. Pekerjaan
37,393
3,841
5. Media
18,736
3,841
Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 11.5 for windows dengan model uji chi-square (χ2) dan alpha yang digunakan adalah 5 persen, didapatkan nilai χ2 sebesar 3,919. 1.
Tingkat Pendidikan, nilai peluang (p) pada output sebesar 0,048. Nilai tersebut menunjukkan tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan kesadaran masyarakat karena nilai χ2hitung lebih besar dari nilai χ2tabel, dan nilai p(0,048) < dari α (0,05). Jumlah responden pendidikan rendah sebanyak 169 responden tergolong ‘tidak sadar’ dan sebanyak 93 responden tergolong ‘sadar’. Sedangkan jumlah responden pendidikan tinggi, sebanyak 75 orang tergolong ‘tidak sadar’ dan 63 responden tergolong ‘sadar’. Responden dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki pengetahuan yang lebih luas dibanding responden dengan tingkat pendidikan rendah, sesuai dengan hasil analisis data maka tolak H0 atau terima H1 artinya tidak saling bebas atau terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kesadaran masyarakat responden.
Dengan
demikian,
tingkat
pendidikan
menentukan
kesadaran
masyarakat traveler. Perhitungan diatas menunjukkan traveler yang memiliki
tingkat pendidikan tinggi memiliki kesadaran yang lebih besar terhadap pentingnya Badan Karantina Pertanian dalam pencegahan penyebaran penyakit, terkait dengan penyakit flu burung. Oleh karena itu, pendidikan rata-rata di Indonesia perlu ditingkatkan sehingga kesadaran masyarakat dapat meningkat dan dikatagorikan memiliki kesadaran masyarakat tinggi. 2.
Usia, didapatkan nilai χ2 sebesar 21,309. Nilai peluang (p) sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa usia traveler memiliki hubungan dengan kesadaran karena nilai χ2hitung lebih besar dari nilai χ2tabel, dan nilai p(0,000)< α(0,05). Dilihat dari analisis, jumlah responden dengan usia ≤ 28 tahun yang tergolong ‘tidak sadar’ sebanyak 153 responden, dan yang tergolong ‘sadar’ sebanyak 61 orang. Jumlah responden yang berusia > 28 tahun sebanyak 91 responden tergolong ‘tidak sadar’ dan 95 responden tergolong ‘sadar’. Semakin tinggi usia traveler, maka semakin tinggi pula kesadaran terhadap pentingnya Badan Karantina Pertanian dalam pencegahan penyebaran penyakit hewan. Berdasarkan hasil analisis data diatas maka tolak H0 atau terima H1 artinya terdapat hubungan antara usia dengan kesadaran masyarakat traveler. Hal ini dapat dikatakan bahwa usia menentukan kesadaran masyarakat. Semakin dewasa usia seseorang, maka kesadaran masyarakatnya akan semakin tinggi. Karena seseorang dengan usia diatas 28 tahun lebih memahami pentingnya kesehatan dan mencegah penyebaran penyakit dibandingkan dengan responden usia dibawah 28 tahun. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi atau penyuluhan yang merata di semua kalangan usia agar memiliki kesadaran sedini mungkin dan bersama-sama dengan Karantina Pertanian mencegah masuk atau keluarnya atau menyebarnya suatu penyakit hewan di NKRI.
3.
Jenis kelamin, berdasarkan hasil pengolahan data dengan model uji chi-square (χ2) didapatkan nilai χ2 sebesar 0,792; dan nilai peluang (p) sebesar 0,373. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jenis kelamin saling bebas atau tidak memiliki hubungan dengan kesadaran masyarakat karena nilai χ2hitung lebih kecil dari nilai χ2tabel. Berdasarkan hasil analisis data di atas maka terima H0, artinya tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kesadaran masyarakat. Sebanyak 130 responden pria tergolong ‘tidak sadar’ dan 76 responden pria tergolong ‘sadar’. Sedangkan pada responden wanita, sebanyak 114 responden tergolong ‘tidak sadar’ dan sebanyak 60 responden tergolong ‘sadar. Perhitungan diatas membuktikan bahwa antara pria dan wanita sama-sama memiliki tingkat kesadaran yang sama terhadap pentingnya kesehatan dan pentingnya Badan Karantina Pertanian dalam pencegahan penyakit flu burung. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi berkesinambungan terhadap traveler baik pria maupun wanita meskipun membutuhkan biaya yang cukup besar, sehingga kesadaran masyarakat akan meningkat.
4.
Pekerjaan traveler, didapatkan nilai χ2 sebesar 37,393. Sedangkan nilai peluang (p) sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan traveler memiliki hubungan dengan kesadaran masyarakat karena nilai χ2hitung lebih besar dari nilai χ2tabel. Pada tabel tabulasi silang diketahui pada responden dengan pekerjaan sebagai non-PNS, 203 responden tergolong ‘tidak sadar’ dan 86 responden tergolong ‘sadar’. Sedangkan pada responden dengan pekerjaan PNS, sebanyak 41 responden tergolong ‘tidak sadar’ dan 156 responden tergolong ‘sadar’. Traveler yang memiliki pekerjaan sebagai PNS lebih tinggi tingkat kesadarannya daripada pekerjaan Non-PNS. Hal ini dikarenakan PNS telah
mengetahui tugas dan fungsi Karantina Pertanian, dibandingkan dengan traveler yang memiliki pekerjaan Non-PNS yang sebagian besar belum mengetahui dengan benar. Berdasarkan hasil analisis data di atas maka tolak H0 atau terima H1 artinya terdapat hubungan antara pekerjaan dengan Kesadaran traveler. Hal ini dapat dikatakan bahwa jenis pekerjaan menentukan Kesadaran traveler. Selain itu, dibuktikan dengan hasil survey bahwa responden mempercayai pemerintah untuk mendapatkan
informasi
karena
dirasa
lebih
akurat
dan
dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. 5.
Media, dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok responden yang lebih suka mendapatkan informasi melalui Media dan kelompok responden yang lebih suka untuk mendapatkan informasi melalui Non-Media seperti keluarga atau teman. Berdasarkan hasil pengolahan data, didapatkan nilai χ2 sebesar 18,736. Dan nilai peluang (p) sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa media memiliki hubungan dengan kesadaran masyarakat karena nilai χ2hitung lebih besar dari nilai χ2tabel. Responden yang lebih menyukai teman atau keluarga, sebanyak 65 responden tergolong ‘tidak sadar’ dan 14 responden tergolong ‘sadar’. Sedangkan responden yang menyukai media sebanyak 179 responden tergolong ‘tidak sadar’ dan 142 responden tergolong ‘sadar’. Hampir semua masyakat sudah dapat menikmati media sampai ke pedesaan terutama televisi dan juga hampir semua pelaku perjalanan setiap hari selalu menonton televisi pada saat santai dirumah. Media juga sangat cepat diingat apabila dalam penyampaian informasi dikemas secara singkat, jelas dan tepat sasaran serta menarik bagi semua kalangan usia. Berdasarkan hasil analisis data di atas maka tolak H0 atau terima H1 artinya terdapat hubungan antara media dengan kesadaran
masyarakat traveler. Hal ini dapat dikatakan bahwa media membawa pengaruh besar terhadap kesadaran traveler. Hampir seluruh masyarakat menggunakan media untuk memperoleh informasi baik melalui televisi, surat kabar, internet maupun radio. Hal ini membantu untuk membentuk persepsi masyarakat terhadap suatu hal. Dalam hal ini terkait dengan penyakit flu burung. Melalui media, masyarakat dapat mengetahui pencegahan dan institusi yang tepat untuk melaporkan penyakit flu burung. Oleh karena itu, Badan Karantina Pertanian perlu untuk bekerjasama dengan berbagai media dalam melaksanakan sosialisasi sehingga proses komunikasi akan lebih efektif, maka kesadaran masyarakat pun akan meningkat. Dilihat dari hasil analisis diatas, maka dapat diketahui bahwa karakteristik yang paling signifikan adalah pekerjaan, usia, dan media. Ketiga hal tersebut dapat dijadikan masukan bagi Karantina Pertanian dalam melakukan sosialisasi agar lebih efektif. Selain harus melakukan sosialisasi bagi masyarakat yang memiliki pekerjaan non-PNS, sosialisasi sejak dini juga sangat diperlukan dalam membangun kesadaran dengan berbagai tingkat pendidikan. Dalam hal media, Karantina perlu menjalin kerjasama baik dengan media cetak ataupun media elektronik agar komunikasi dapat dilaksanakan secara menyeluruh dan efektif. Karakteristik paling utama diperkuat oleh perilaku dan media. Faktor efektifitas komunikasi terhadap kesadaran masyarakat meliputi: 1.
Pengetahuan, ditinjau dari pengetahuan maka dapat dilihat pada peningkatan persentase pengetahuan Karantina, responden yang pernah diinspeksi petugas, dan pada pengetahuan sangsi Karantina.
2.
Media, ditinjau dari media dapat dilihat terjadi peningkatan persentase pada aspek terpaan media, kepercayaan terhadap media, dan juga sumber informasi mengenai
Karantina. 3.
Perilaku, terlihat pada peningkatan persentase aspek perjalanan dengan membawa hewan, pencarian informasi Karantina, dan tujuan perjalanan.
4.
Karakteristik, dibuktikan dengan uji khi-kuadrat (chi-square) melalui SPSS yang meliputi empat faktor: tingkat pendidikan, usia, pekerjaan dan media. Faktor efektifitas komunikasi yang paling signifikan terhadap kesadaran
masyarakat adalah karakteristik responden. Dimana karakteristik berpengaruh pada perilaku responden.