BAB V Metode Pelaksanaan Pekerjaan
BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1
Uraian Umum Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang
digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu. (Pintor T. Simatupang Ir.,MT.,Dr. Eng., 2015) Pondasi tiang digolongkan berdasarkan kualitas bahan material dan cara pelaksanaan. Menurut kualitas bahan material yang digunakan, tiang pancang dibedakan menjadi empat yaitu tiang pancang kayu, tiang pancang beton, tiang pancang baja, dan tiang pancang composite (kayu-beton dan baja-beton). Untuk tiang pancang beton dibedakan menjadi dua macam yaitu (Bowles, J.E., 1991) :
Precast Reinforced Concrete Pile, adalah tiang pancang dari beton bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat yaitu sesuai dengan umur beton setelah 28 hari lalu diangkat dan dipancangkan.
Cast in Place Pile, adalah pondasi yang dicetak ditempat dengan cara dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara mengebor tanah (pondasi tiang bor).
Pada proyek Gedung Kantor PT Swi Jetty Nusantara digunakan pondasi beton pracetak (Precast Reinforced Concrete Pile) dengan penampang segiempat berdimensi 300 x 300 mm. 5.2
Dasar-dasar Perencanaan V-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Prosedur perencanaan pondasi umumnya terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: a)
Penyelidikan tanah, diperoleh data sifat fisis tanah (index properties) dan data sifat mekanis tanah (engineering properties). Berdasarkan data-data yang diperoleh tersebut dibuat perencanaan pondasi meliputi desain dimensi tiang dan jumlah tiang.
b)
Perhitungan daya dukung batas tanah dan bahan tiang, diperhitungkan terhadap end bearing dan skin friction yang didasarkan pada tiga arah gaya, yaitu tekan dan tarik (static aksial) serta mendatar (static lateral).
5.3
Tiang Pancang Beton dan Alat Pancang
5.3.1 Tiang Pancang Beton Tiang pancang beton berdasarkan cara pembuantannya dibedakan menjadi dua macam yaitu :
Cast in Place Pile, yaitu pondasi yang dicor ditempat dengan cara dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara mengebor tanah (pondasi tiang bor).
Precast Reinforced Concrete Pile, yaitu tiang pancang beton yang dibuat ditempat lain atau dibuat dipabrik. Tiang pancang beton yang digunakan Pada proyek Gedung Kantor PT Swi
Jetty Nusantara adalah tiang pancang beton precast pile atau tiang Precast Reinforced Concrete Pile 300 x 300 mm dengan mutu beton K-500.
V-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Gambar 5.1 Tiang pancang square minipile Sumber : Proyek
Berikut beberapa alasan kenapa memilih tiang pancang beton precast pile : (http://aristya-deny.blogspot.co.id/2014/02/proses-pemancangan-dengan-jack-in-
pile.html Diakses jam : 20.15 WIB Rabu, 9 November 2016)
Karena tiang dibuat secara pre-cast concrete maka mutu beton tiang lebih terjamin. Dengan mutu beton tiang yang tinggi sehingga akan memiliki tegangan tekan yang lebih besar.
Tiang pancang ini bisa diperhitungkan baik sebagai end bearing pile (tiang dengan daya dukung ujung) dan friction pile (tiang dengan daya dukung selimut). Pada proyek ini daya dukung desain tiang merupakan kombinasi antara daya dukung ujung dan daya dukung selimut tiang.
Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah Tiang pancang beton ini juga memiliki kekurangan terutama pada masalah
mobilisasi. Karena berat sendiri yang cukup besar maka untuk mobilisasi ke site memerlukan biaya yang cukup mahal. Sebelum tiang pancang digunakan, dilakukan pemeriksaaan fisik material tiang pancang meliputi :
Tidak adanya bagian yang retak, cacat dan pecah pada tiang. V-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Plat sambung pada ujung badan tiang pancang tetap utuh dan dalam kondisi bagus.
Ukuran penampang dan panjang tiang harus sesuai dengan spesifikasi, dengan toleransi sebagai berikut :
o
Penampang tiang pancang tidak boleh kurang atau lebih dari 6 mm dari penampang tiang desain.
o
Setiap sisi tiang pancang tidak boleh melengkung lebih dari 6mm tiap 3m. Lokasi penumpukan tiang pancang ditempatkan dekat dengan titik pancang
untuk memudahkan dalam proses pengangkatan tiang. Bila dalam kondisi khusus tiang pancang diletakkan jauh dari titik pancang, maka perlu disediakan 1 crane servise terpisah untuk mengangkat tiang pancang dari lokasi penumpukan ke alat pancang agar waktu pemancangan tidak terhambat.
Gambar 5.2 Lokasi penumpukan tiang pancang Sumber : Proyek
Pada proyek ini digunakan tiang dengan panjang segment 9 meter untuk bottom pile dan panjang segment 10 meter untuk top pile sehinggga dilakukan 1 kali penyambungan pada tiap titik pancangnya. Dalam pemancangan sangat penting untuk menggunakan „tiang pensil‟ sebagai tiang bawah dalam proses V-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V Metode Pelaksanaan Pekerjaan
pemancangan untuk mencegah terangkatnya tanah disekitar titik pemancangan (heaving) disamping itu juga untuk memudahkan penetrasi tiang pancang kedalam tanah. 5.3.2 Alat Pancang Hydraulic Static Pile Diver (HSPD) merupakan suatu cara pemasangan tiang yang pelaksanaannya dengan menekan tiang pancang kedalam tanah dengan menggunakan dongkrak hydraulic yang diberi beban counter weight agar alat pancang tidak terangkat dan membantu memancang tiang hingga tercapai daya dukung desainnya. Pada proyek Gedung Kantor PT Swi Jetty Nusantara digunakan alat Hydraulic Static Pile Diver (HSPD) Tworks dengan kapasitas 120 ton.
Gambar 5.3 Alat pancang HSPD dilokasi proyek Sumber : Proyek
Kelebihan proses pemancangan menggunakan Hydraulic Static Pile Diver (HSPD) antara lain : V-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Tidak menimnulkan bising pada saat pemancangan dan tidak menghasilkan polusi asap yang cukup berarti bila dibandingkan dengan penggunaan mesin pancang diesel hammer.
Tidak menimbulkan getaran disekeliling lokasi pemancangan sehingga aman untuk bangunan disekitarnya.
Dengan menggunakan alat pancang Hydraulic Static Pile Diver (HSPD) ini tidak mungkin terjadi keretakan pada kepala tiang dan juga tidak mungkin terjadi necking (lekukan pada pondasi) seperti pada system bored-pile.
Estimasi daya dukung tiang dapat langsung dilihat dari hasil pembacaan pressure gauge yang terdapat pada alat pancang Hydraulic Static Pile Diver (HSPD), karena mesin Hydraulic Static Pile Diver dilengkapi dengan pressure gauge (dalam satuan MPa).
Gambar 5.4 Pressure gauge yang terdapat pada mesin HSPD Sumber : Proyek
Alat pancang Hydraulic Static Pile Diver ini memiliki dua posisi penjepit tiang pancang (Clamping-Box) untuk melakukan penekanan pada saat penetrasi tiang
V-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V Metode Pelaksanaan Pekerjaan
pancang kedalam tanah. Posisi penjepit tersebut terdapat pada ujung alat dan ditengah alat (disebut grip ujung dan grip tengah).
Gambar 5.5 Posisi grip (kanan-kiri : grip tengah dan grip ujung) Sumber : Proyek
Perbedaan dasar dari grip ujung dan grip tengah antara lain :
Posisi pemancangan dan ruang gerak yang diperlukan oleh alat pancang. Dengan menggunakan grip ujung, maka alat HSPD ini akan memerlukan ruang gerak yang lebih sedikit dibandingkan dengan grip tengah. Grip ujung digunakan untuk pemancangan titik-titik pancang yang sangant berdekatan dengan bangunan yang sudah ada (existing).
Kapasitas alat, dengan grip ujung kapasitas yang dicapai hanya 70% dari kapasitas alat total.
5.4
Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang Pelaksanaan pondasi pada proyek Gedung Kantor PT Swi Jetty Nusantara
menggunakan pondasi tiang pancang dengan Hydraulic Static Pile Diver (HSPD). V-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V Metode Pelaksanaan Pekerjaan
5.4.1 Pekerjaan Persiapan a)
Semua perlengkapan dan peralatan disiapkan dilokasi untuk menjamin kelancaran dalam pengerjaan.
b)
Menyiapkan lahan disekitar lokasi yang akan dipancang untuk memudahkan mobilisasi peralatan dan alat-alat berat.
c)
Menyiapkan koordinat titik yang akan dipancang Menentukan titik-titik yang akan dipancang, berdasarkan gambar teknis yang diberikan perencana. Surveyor menentukan titik-titik tersebut dengan menggunakan alat theodolit. Setelah didapat posisi titik yang akurat, titik diberi tanda berupa patok yang menandakan bahwa titik tersebut merupakan titik yang akan dipancang.
Gambar 5.6 Denah Titik Tiang Pancang Sumber : Data Engineering Proyek
V-8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V Metode Pelaksanaan Pekerjaan
5.4.2 Pelaksanaan Pekerjaan Mesin pancang yang digunakan adalah mesin pancang system Hydraulic Static Pile Diver (HSPD) dengan merk Tworks dengan kapasitas 120 ton. Dengan langkah-langkah pelaksanaan sebagai berikut: 1)
Kontraktor pondasi pada proyek ini (PT. Optima Pondasi Perkasa) melakukan koordinasi dengan site engineer mengenai urutan-urutan kerja atau pritoritas kerja dengan mempertimbangkan urutan penyelesaian pekerjaan dan aksesibilitas kerja agar tercapai produktivitas yang terbaik.
2)
Menentukan titik koordinat pemancangan dan pemberian patok pada titik pemancangan. Untuk menghindari terjadi pergeseran as tiang dari koordinat yang telah ditentukan maka digunakan titik bantu (reference point) selama proses penekanan tiang ke dalam tanah. Pengukuran as tiang terhadap titik bantu pada kedalaman 2 meter dilakukan dengan menggunakan waterpass, apabila terjadi penyimpangan jarak antara as tiang dan as titik bantu, apabila posisi tiang yang tertanam masih dapat dilakukan pengangkatan/pencabutan dan memposisikan kembali as tiang tepat pada koordinat yang telah ditentukan.
3)
Setelah tahapan penentuan titik dan pemberian patok pada titik pemancangan maka pekerjaan pemancangan dapat dimulai. Proses awal dari pemancangan tiang, memposisikan alat pancang pada koordinat yang ditentukan. Mengecek keadaan Hydraulic Static Pile Diver (HSPD) unit dalam keadaan rata dengan bantuan “alat nivo” yang terdapat dalam ruangan operator . V-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Gambar 5.7 Alat Nivo Sumber : Proyek
4)
Selanjutnya setelah kondisi HSPD unit tepat pada posisinya, crane bergerak menuju lokasi penumpukan tiang pancang dan kemudian mengikat tiang pancang pertama (bottom). Selanjutnya mengangkat tiang pancang pertama kemudian memutar atau memindahkan tiang pancang pertama (bergerak secara horizontal) ke titik pancang.
V - 10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Gambar 5.8 Proses pengangkatan tiang pancang Sumber : Proyek
5)
Memasukkan tiang pancang pertama kedalam alat penjepit (Clamping-Box), kemudian memposisikan tiang pancang tepat pada koordinat yang telah ditentukan, setelah itu kontrol posisi tiang pada arah tegak dengan bantuan waterpass. Setelah semuanya terpenuhi selanjutnya dilakukan penjepitan tiang dengan tekanan maksimum ±20 Mpa dibaca pada manometer C.
Gambar 5.9 Manometer tekanan Clamping-Box Sumber : Proyek
V - 11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Gambar 5.10 Proses memasukkan tiang pancang ke dalam Clamping-Box Sumber : Proyek
6)
Setelah penjepitan pada uraian nomor 5 dilakukan, kemudian dilakukan penekanan tiang pancang hingga sisa tiang ± 40cm dari permukaan tanah untuk kemudian dilakukan penyambungan.
Gambar 5.11 Proses penekanan tiang pancang Sumber : Proyek
V - 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V Metode Pelaksanaan Pekerjaan
7)
Pengambilan tiang pancang kedua (sambungan).
8)
Pengangkatan, memindahkan ke titik pancang, kemudian memasukkan tiang pancang sambungan ke clamping-box, kemudian kontrol posisi tiang pada arah tegak terhadap titik pancang dan tiang pancang yang sudah terpancang.
9)
Penyambungan tiang pancang Sambungan antar tiang pancang dengan menggunakan sambungan las. Pengelasan antar tiang pancang dilakukan pada pelat baja (bevel) yang sudah tersedia pada ujung badan tiang. Proses penyambungan tiang pancang harus dikontrol agar diperoleh hasil sambungan yang baik dan yang terpenting ketegak-lurusan (vertically) tiang tetap terjaga. Kontrol pada saat proses pengelasan sambungan tiang pancang antara lain :
Bahan dan alat las harus dalam kondisi bagus agar tidak menghambat proses pengelasan dan pemancangan secara umum.
Material las (kawat las) sebaiknya sama untuk setiap penyambungan tiang pancang, agar kualitas pengelasan akan sama tiap tiang pancang
Gambar 5.12 Kawat las yang digunakan Sumber : Proyek
Pengelasan harus dilas keliling ditiap sisi tiang pancang.
Beberapa parameter pemeriksaan hasil pengelasan secara visual meliputi :
V - 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Hasil pengelasan harus padat tidak boleh ada rongga.
Hasil pengelasan harus bebas dari cacat retak.
Permukaan las harus cukup halus.
Gambar 5.13Proses pengelasan sambungan tiang pancang Sumber : Proyek
10)
Setelah pengelasan sambungan selesai dilanjutkan penekanan tiang pancang sambungan, bila diperlukan dilakukan pengambilan dan pemasangan dolly untuk membantu menekan tiang pancang.
11)
Pemancangan tiang dillakukan hingga tercapai daya dukung desain atau hingga kapasitas unit HSPD sudah tercapai. Setelah proses pemancangan dihentikan, selanjutnya dilakukan pencatatan (record) yang berisi informasi tinggi tiang tertanam dan bacaan tekanan dari pressure gauge alat pancang.
12)
Bergerak ke titik pemancangan berikutnya
V - 14
http://digilib.mercubuana.ac.id/