BAB V KONSEP
5.1. Konsep Makro 5.1.1. Museum Hutan, Reboisasi dan Penataan Lahan Kritis Lahan yang menjadi site adalah sebuah lahan kritis yang ada di wilayah Hutan Bunder, desa Gading, kecamatan Playen, kabupaten Gunungkidul. Kriteria lahan dianggap sebagai lahan kritis menjadi faktor penting. Hal ini berkaitan dengan tujuan museum sebagai bentuk reboisasi terpadu dan penataan terhadap lahan kritis tak terpakai. Apalagi banyak di kawasan Gunungkidul, lahan-lahan kosong dibiarkan semakin kritis tanpa penanganan dan pengelolaan lebih lanjut dari pemerintah. Museum hutan yang menjadikan hutan sebagai display utama, mau tidak mau, pada akhirnya juga akan melakukan reboisasi perbaikan lahan kritis menjadi hutan karst seperti tetangganya Wanagama. Hutan yang dibangun sebagai fasilitas display akan menjadi salah satu bentuk aksi reboisasi. Sedang pengadaan museum akan menjadi bentuk penataan lahan kritis menjadi landskap yang tertata. 5.1.2. Museum Hutan sebagai Bagian dari Hutan Wisata Gunungkidul Seperti telah diungkapkan di bab sebelumnya, potensi di dekat lokasi site cukup berlimpah. Contohnya saja di area hutan yang sama, terdapat Rest Area Bunder tempat istirahat saat perjalanan dan dijadikan sebagai bumi perkemahan, penangkaran rusa ex-situ yang menawarkan fasilitas bertemu rusa, dan juga terdapat Tahura yang diresmikan pada tahun 2013 kemarin. Juga, tak jauh dari site meski harus menyeberang jalan, terdapat Museum Kayu milik Wanagama. Museum hutan ini dibangun sebagai salah satu pendukung dikembangkannya hutan Wanagama, Hutan Bunder, dan Hutan Tleseh sebagai satu kesatuan wilayah hutan wisata. Mengingat, laju pariwisata di
91
Gunungkidul dari tahun ke tahun terus meningkat. Pembangunan Museum hutan ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi objek-objek yang ada di sekitarnya. Dan juga, menjadi salah satu objek pilihan wisata alam di Gunungkidul. 5.1.3. Museum Hutan sebagai Ekosistem Jika membicarakan hutan, tak akan terlepas dari sebuah sau kesatuan kehidupan yang ada di dalamnya. Kesatuan tersebut tak lepas satu sama lain, saling berkegantungan, dan membuat sebuah sistem kehidupan hutan. Hal ini tak terkecuali juga pada hutan karst. Malahan, hutan karst memiliki jenis ekosistem yang bisa dibilang endemic dan jarang juga ditemukan ekosistem yang sama di hutan karst yang berada di beda daerah. Hutan dan museum dalam hal ini adalah sebuah sistem simbiosis mutualisme yang saling berkegantungan satu sama lain. Hutan dan museum ini membentuk sebuah ‘ekosistem baru’ yang penulis katakan sebagai sebuah ekosistem kontemporer hutan. Dalam hal ini berarti, museum mewadahi kehidupan hutan. Sedang, keberadaan museum sendiri mengisi ruang-ruang di dalam hutan. Keduanya, membentuk ekosistem yang utuh. 5.1.4. Museum Hutan sebagai Museum Hidup Dapat dikatan bahwa museum hutan adalah museum hidup. Museum hidup ini dalam artian bahwa museum terus tumbuh dan menua seiring dengan perubahan tahun. Yang terus tumbuh dan menua adalah hutan. Hutan terus tumbuh, memungkinkan makin lama-makin bertambah koleksinya. Museum hidup juga dalam artian harafiah bahwa yang didisplay di dalam museum memang benar-benar hidup1. 5.2. Konsep Mikro 5.2.1. The Theatre of Nature Museum menjadi sebuah theatre tempat terjadinya drama kehidupan hutan. Di sini dalam artian, museum merupakan panggung sandiwara2 bagi seluruh actor/aktris penghuni hutan, mulai dari jasad renik, semut, jangkrik, belalang, kupu-kupu, semak belukar, bunga, pohon rindang,
1
Hidup di sini dalam artian mulai dari tumbuh, menua, lalu lama kelamaan mati. Setelah itu digantikan oleh generasi selanjutnya. 2 Sandiwara di sini dalam artian bahwa hutan yang dipertontonkan adalah hutan buatan, bukan hutan alami
92
pohon meranggas, burung-burung musiman, biawak, ular, kadal, bunglon, bangsa aves, hingga mamalia seperti garangan, luwa, dan monyet.
Gambar 5.1 ilustrasi. Dokumentasi penulis
Museum menjadi sebuah live performance meski di sini memang bukan aslinya, karena, hutan yang dipertontonkan adalah hasil penghijauan terhadap lahan kritis yang sudah menahun lamanya. Gambaran ‘pertunjukan hutan’ ini diharapkan mampu mewadahi hutan dalam sebuah karya arsitektural. Bangunan menjadi bagian dari landskap hutan, dan hutan adalah bagian yang hidup dan terus berkembang dari si museum sendiri. 5.2.2. Die Wunderkammern Museum memang pada dasarnya adalah tempat mendisplai suatu materi tertentu sesuai tema. Museum menjadi sebuah ‘ruang’ yang menakjubkan yang berisi berbagai macam benda atau objek yang akan membuat decak kagum dan tercengang para pengunjung.
Gambar 5.2 ilustrasi. Dokumentasi penulis
93
Gambaran ini diharapkan dapat mewadahi fungsi museum sendiri sebagai sebuah bangunan arsitektural yang melingkupi materi koleksi, dalam hal ini adalah hutan. 5.2.3. Museum, Ruang yang bias Museum sangat identik dengan pembentukan ruang ‘semau’ arsitek. Karena yang dikejar adalah bagaimana efek ruangan yang akan dirasakan oleh pengunjung. Dalam hal ini, museum hutan berusaha untuk menangkap karakteristik hutan. Mari kita bayangkan. Kita sedang berada di tengah hutan. Pandanglah sekitar kalian. Pohon-pohon yang besar membentuk deretan ‘kolom’ yang acak dengan kerapatan tertentu. Lihatlah ke bawah, maka kau akan menjumpai lantai hutan dengan berbagai macam daun berserakan ataupun tanaman yang tumbuh liar. Lalu tataplah ke atas. Kau akan mendapati dahan-dahan pepohonan dengan beraneka bentuk daun membentuk sebuah kanopi. Dari celah-celah dedaunan itu, langit terlihat dan cahaya matahari masuk ke dalam hutan. Pertanyaannya adalah, apakah kau sedang di luar (outdoor) 3? Atau apakau kau sedang ada di dalam (indoor)4? Ruang dapat dikatakan sebagai ruang apabila memiliki volume. Volume dapat dihitung bila ruangan memiliki ukuran yang jelas, dalam hal ini ada kaitannya dengan batasan-batasan. Batas ruang dapat berupa sebuah bidang, atau garis bidang, atau bidang yang berlubang, atau bidang imajiner saja. Seperti halnya titik-titik yang digambar berdekatan akan membentuk garis, maka berlaku juga untuk bidang. Asumsikan saja, deretan kolom yang ditata sejajar dalam jarak tertentu akan membentuk gambaran sebuah bidang (imajiner). Dengan asumsi ini,berarti deretan sejajar dari pohon dengan kerapatan tertentu akan membentuk sebuah bidang. Bidang membatasi ruang, membentuk ‘ruang’. Dengan asumsi ini, mungkinkan dapat dinyatakan bahwa berada di hutan sama seperti berada dalam ‘inner space’. Tapi bukankah kau masih bisa merasakan angin, panas matahari, dan juga menatap langit ketika mendongak ke atas?
3 4
Di luar karena kau sedang tidak berada di dalam banggunan Dapat dikatakan di dalam karena istilah yang kau pakai pun menyebutkan kau berada di dalam hutan.
94
Citra hutan ini lah yang menggambarkan ‘bias’nya ruang luar dan ruang dalam. Gambaran ini yang ingin penulis tangkap dan terjemahkan ke dalam bangunan melalui eksperimentasi keterhubungan ruang luar dan ruang dalam. Citra di dalam tapi di luar, di luar tadi di dalam ini yang ingin penulis coba aplikasikan ke dalam museum hutan. 5.2.4. Eksperimentasi Ruang Dalam dan Ruang Luar a. Kerangka berpikir
Gambar 5.3 Diagram kerangka berpikir cakupan eksperimentasi) (Analisa penulis)
95
b. Eksperimentasi tipologi
Gambar 5.4 Diagram kombinasi tipologi (Dokumentasi penulis)
Gambar 5.5 Diagram pembagian galeri zona luar dan dalam (Dokumentasi penulis)
Gambar 5.6 Diagram zona ruang bias sebagai penghubung (Dokumentasi penulis)
96
Gambar 5.7 Diagram pengembangan zona ditambah sirkulasi (Dokumentasi penulis)
c. Imitasi alam
Gambar 5.8 Imitasi alam. Penterjemahan geometri hutan (Dokumentasi penulis)
5.2.5. The Message of The Building Apa yang ingin disampaikan oleh museum hutan adalah bagaimana sebenarnya keberadaan kawasan museum ini menjadi usaha reboisasi dan penataan lahan kritis. Museum ini ingin menggambarkan sejatinya hutan karst mampu tumbuh di wilayah Gunungkidul yang notabene adalah wilayah yang kering dan mendapat stigma kurang air5. Museum hutan ini juga ingin memberikan pesan yang kuat mengenai citra hutan seperti halnya citra hutan pada hutan hujan tropis di 5
Sebenarnya, masalah air di Gunungkidul memang nyata. Tetapi, masalah kesulitan air ini banyak dijumpai di bagian wilayah pegunungan sewu yang ada di sebelah selatan kabupaten, meliputi Panggang, Paliyan, Tepus, Rongkop dan beberapa daerah Semanu. Permasalan air ini dipicu karena geologi tanah yang merupakan batuan yang menyerap air dan tak menanmpungnya. Sedang untuk daerah pada ledok wonosari dan punggungan sebelah barat dan utara berkecukupan air dari sumur PDAM maupun sumur air tanah dalam
97
wilayah Sumatra dan Kalimantas. Tapi mengingat perbedaan jenis tanah, rasa-rasanya, citra hutan hujan tropis tersebut kurang dapat terwujudkan. Tujuan museum hutan untuk dapat memicu kepedulian manusia terhadap alam menjadi pesan utama dari bangunan. Caranya adalah dengan memberikan satu atau beberapa diorama yang sangat kuat mengenai perkembangan hutan saat ini hingga dapat ‘menggetarkan’ hati pengunjung. 5.3. Konsep Programatik 5.3.1. Analisa Kebutuhan Ruang Tabel 0-I Analisa Kegiatan – Kebutuhan Ruang - Pengguna Macam kegiatan Exhibition function Memamerkan
Beristirahat Berkeliling (touring) Menjelaskan materi display Maintenance display
Ruang akomodasi
Pelaku
Ruang display -indoor display -outdoor display Rest area Sirkulasi Open space
A, B, C, D A, B, C, D A, B, C, D A, B, C, D A, B, C, D
Ruang ME Lavatory
D A, B, C, D
Educating function Penerimaan pengunjung Lobby Mencari informasi Information center Penjualan tiket Ticket booth Penjualan merchandise Outlet Lecturing Kelas terbuka Conservation and collecting function Ruang kerja staff Office workroom Kegiatan preservasi dan Workshop study Mempersiapkan display Display preparation Menyimpan koleksi Gudang Melakukan diskusi Ruang diskusi Penerimaan barang Gudang sementara Lavatory Servis Pemantau keadaan Ruang keamanan museum Menyediakan listrik Ruang ME Membersihkan museum Cleaning service Penerimaan barang Loading dock Menyimpan alat-alat Gudang Fasilitas lain
A, B, C, D A, B, C, D A, B, C, D A, B, C, D A, B, C, D D D D D D D D D D D D D
98
Ruang multifungsi badah Wudhu Ruang berkumpul
Amphitheater terbuka Mushola Tempat wudhu Open space/kafe Lavatorium Area parkir
Parkir Ket. A : student B : public C : academic researcher D : staff
A, B, C, D A, B, C, D A, B, C, D A, B, C, D A, B, C, D A, B, C, D
Tabel 0-II Ruang dan Besaran Luasan Macam kegiatan Exhibition function Ruang display -indoor display -outdoor display Rest area Open space Ruang ME lavatory Total luas Sirkulasi (40%) Education function Lobby Hall Information center Ticket booth Outlet Kelas terbuka lavatory
2
Standart luasan
Kapasitas
Jumlah
n/a n/a 2 2 m /orang 2 2 m /orang 2 2 m /orang 2 1,5 m /orang 2 3 m /orang
n/a n/a 6 10 1 5 1
1 1 1 1 1 2
500 20000 12 20 2 15 6 20555 2 28777 m
1 1 100 2 2 2 5 100 5 1
1
1,5 2,5 150 3 5 6 12 15 150 15 6 366 2 439 m
20 10 10
1 2 1
40 40 20
10 5 1
1 2 1 1 2
20 40 10 10 15 6 201 2 241,5 m
2
1,5 m /orang 2 2,5 m /orang 2 1,5 m /orang 2 1,5 m /orang 2 2,5 m /orang 2 1,5 m /orang 2 1,2 m /orang 2 15m 2 1,5 m /orang 2 1,5 m /orang 2 3 m /orang
Total luas + Sirkulasi (20%) Conservation and collection function 2 Office workroom 2 m /orang 2 Workshop 2 m /orang 2 Display 2 m /orang preparation 2 Gudang 20 m 2 Ruang diskusi 2 m /orang 2 Arsip 10 m 2 Gudang sementara 10 m 2 Lavatory 1,5 m /orang 2 3 m /orang Total luas + Sirkulasi (20%)
1 1 2 1 1 2
Total luasan (m )
99
Servis Ruang keamanan Ruang ME Cleaning service Loading dock Gudang Lavatory Total luas + Sirkulasi (20%) Fasilitas lain Amphitheater terbuka Mushola Tempat wudhu Open space/kafe Lavatory
2
2 6 5 1
4 1 2 1 1 2
12 200 18 50 20 15 6 321 2 385,5 m
2
100
1
150
2
15 6 20 5 1
1 1 2 2
22,5 9 120 15 6 322,5 2 387 m
1 1 1 1
200 75 216 200 691 2 898,5 m 31123 2 32000 m
1,5 m /orang 2 200 m 2 1,5 m /orang 5 m x 10 m 2 20 m 2 1,5 m /orang 2 3 m /orang
1,5 m /orang 1,5 m /orang 2 1,5 m /orang 2 3 m /orang 2 1,5 m /orang 2 3 m /orang
Total luas + Sirkulasi (25%) Parkir*) sharing dengan rest area bunder Parkir mobil 2mx5m 20 Parkir motor 1 m x 2,5 m 50 Parkir bus 3 m x 12 m 6 2 Parkir staff 200 m Total luas + Sirkulasi (30%) Total Total luas yang dibutuhkan
Sumber : Analisa penulis dari Data Arsitek edisi 3 dibandingkan dengan kebutuhan ruang
5.3.2. Zonasi
100
Gambar 5.9 Diagram zonasi berdasarkan fungsi
Gambar 5.10 Diagram zonasi sifat dan keterjangkauan ruang
101
Gambar 5.11 Diagram zonasi sifat dan keterjangkauan ruang
5.3.3. Ruang a. Matriks kedekatan ruang Matriks kedekatan ruang dipergunakan untuk mempelajari hubungna antar ruang sebelum masuk ke organisasi dan penyusunan ruang. Analisis ini mempermudah penentuan akses dan sirkulasi
Gambar 5.12 matriks kedekatan antar-fungsi. Analisis penulis
102
Gambar 5.13 susunan kedekatan ruang berdasar fungsi. Analisis penulis.
Gambar 5.14 matriks kedekatan ruang pada fungsi eksibisi. Analisis penulis
Gambar 5.15 susunan kedekatan ruang pada fungsi eksibisi. Analisis penulis
Gambar 5.16 matriks kedekatan ruang pada fungsi edukasi. Analisis penulis
103
Gambar 5.17 susunan kedekatan ruang pada fungsi edukasi. Analisis penulis
Gambar 5.18 matriks kedekatan ruang pada fungsi preservasi dan konservasi. Analisis
penulis
Gambar 5.19 susunan kedekatan ruang pada fungsi preservasi dan konservasi. Analisis
penulis
104
Gambar 5.20 matriks kedekatan ruang pada fungsi servis. Analisis penulis
Gambar 5.21 susunan kedekatan ruang pada fungsi servis. Analisis penulis
Gambar 5.22 susunan kedekatan parkir. Analisis penulis
Gambar 5.23 susunan kedekatan parkir. Analisis penulis
105
b. Organisasi Ruang
Gambar 5.24. Diagram organisasi ruang
Gambar 5.25 Diagram organisasi ruang setelah digabungkan dengan perbandingan
luasan fungsi dalam bangunan
c. Susunan ruang
Gambar 5.26 diagram susunan ruang berdasarkan kedekatan kegiatan dan pelaku
106
Gambar 5.27 diagram susunan ruang berdasarkan kedekatan kegiatan dan luasan
5.4. Konsep Ruang 5.4.1. The Scenario of The Museum (Sekuen ruang) Sejak pengunjung jalan dari tempat parkir menuju ke dalam bangunan kemudian menuju hutan, ingin ditampilkan sekuen di dalam dan di luar yang bergantian (liat diagram di bawah). Citra ini yang membentuk sekuen ruang menjadi seperti sekuen ruang di dalam hutan.
Gambar 5.28 ilustrasi diagram sekuen ruang
107
Gambar 5.29 ilustrasi scenario ruang
5.4.2. Pembagian Display Pameran
Gambar 5.30 diagram tingkat pembagian display pameran
Daerah pameran terdiri dari dua yaitu luar dan dalam. Di bagian luar bangunan6 untuk display hutan (gallery of forest) dan yang di dalam bangunan berupa pameran (memory). Sebelum masuk ke dalam bangunan, pengunjung melewati ruang antara terlebih dahulu yang juga jagi bagian dari outdoor display. Di antara luar dan dalam di sebuah ruang yang mengaburkan perubahan dari dalam ke luar. a. Selasar hutan (pengantar menuju Museum Hutan)
Gambar 5.31 ilustrasi. Dokumentasi penulis 6
Mencontoh tipologi botanical garden dan kebun raya
108
Pada bagian display ini, pengujung melewati jalur setapak yang menuju entrance bangunan. Di kiri dan kanan jalan terdapat hutan dengan ketebalan sekitar 3-5 meter. b. Indoor (Memory) Bagian exhibition ini dipergunakan untuk menujukkan komponen fisik dari hutan karst. Bagian ini terbagi menjadi 5 bagian; i. Area ‘wingit’(shocking display)
Gambar 5.32 ilustrasi. Dokumentasi penulis
Di beberapa wilayah di Gunungkidul, ada beberapa hutan dan pohon yang dianggap ‘wingit’. Biasanya pohon ini berada di dekat mata air. Menjadi ‘diwingitkan’ karena untuk melestarikan dan menjaga pohon tersebut agar tidak di tebang. Di hall utama, akan ada display hutan kecil di dalam ruangan. Teknisnya, ruangan memiliki lubang dan pepohonan menjulang tinggi menerobos void. ii. Pengenalan Hutan Karst (sebuah memori kolektif) Pada bagian ini pengunjung diperkenalkan mengenai apa itu wilayah karst, stigma wilayah yang tandus, hingga keistimewaannya sehingga berimpas terhadap keanekaragama hayati hutan. Pengunjung dapat melihat deskripsi pengenalan, peta, foto-foto, video maping hutan pada dinding, dan diorama mini. iii. Memori Geologi Galeri ini bercerita mengenai geologi tanah dan batuan di wilayah karst Gunungkidul, khususnya Hutan Bunder. Pengunjung dapat melihat struktur batuan dan tanah asli dari daerah Hutan Bunder
109
serta umur batuan. Display potongan lahan asli dari lokasi dengan kedalaman tanah 10 meter dipertontonkan untuk menarik pengunjung.
Gambar 5.33 ilustrasi. Dokumentasi penulis
iv. Memori Hidrologi Galeri ini bercerita mengenai keberadaan air di wilayah karst Gunungkidul, tentang sumber air, sungai, dan keberadaan sungai bawah tanah. Memungkinkan diadakannya air terjun buatan. Ruangan dibut void dan air terjun mengalir dari atas void menuju ke lantai (dibuat kolam penampungan) v. Memori Kayu Pada bagian ini, pengunjung akan dipertontonkan pada berbagai potongan membujur dari berbagai pohon hutan karst yang ada di Indonesia bahkan yang ada di dunia. Kayu yang berbentuk bulat ini ditempel memenuhi dinding ruangan. c. Outdoor (Gallery of Forest) Bagian exhibition ini dipergunakan untuk menunjukkan bagaimana ekosistem hutan karst kepada para pengunjung. Gallery of Forest ini dibagi berdasarkan jenis penghuninya.7 Pembagian ini menghasilkan 2 bagian galeri alam, yaitu; i. Bentang landskap lantai Hutan (rumput, semak, dan bungabungaan khas hutan karst)
7
Adapun untuk daftar keanekaragaman hayati yang terdapat di hutan karst Gunungkidul telah disebutkan pada bab sebelumnya, yaitu di Bab IV Analisa Site sub-bab 4.5 Kenakaragaman Hayati di Hutan Bunder, Hutan Karst Gunungkidul
110
Gambar 5.34 ilustrasi Bentang landskap lantai Hutan. Dokumentasi penulis
Bentang lanskap ini merupakan salah satu bentuk ruang transisi dari dalam ke luar, dari bangunan ke dalam hutan. Galeri alam ini didominasi oleh bangsa tumbuhan semak dan bunga-bungan yang merupakan khas daerah Karst Gunungkidul ii. Hutan (pepohonan dan satwa liar khas hutan karst)
Gambar 5.35 ilustrasi. Dokumentasi penulis
Hutan karst menjadi display utama dari museum ini. Oleh karena itu diberikan lahan yang luas (memungkinkan pula pelebaran lahan). Hutan ini berisi tumbuhan pohon perdu yang merupakan khas daerah Karst Gunungkidul dan merupakan tempat hidup bagi beberapa satwa, terutama jenis burung-burungan.
111
Gambar 5.36 Ilustrasi contoh pembagian cluster berdasarkan kedekatan fisiologi pohon
d. Ruang perjalanan (Sebuah Kontemplasi Mengingatkan Kepedulian terhadap Alam) Sudah cukup banyak materi yang dapat diperoleh dari bagian pameran indoor dan outdoor mengenai hutan karst. Tetapi, orang hanya akan ingat kepada hutan tanpa tahu perjalanan yang telah hutan di dunia lampaui saat ini. Seperti tujuan awal museum hutan yang dipakai untuk memicu perasaan emosional manusia untuk mengingat alam ini, maka diperlukan sebuah ruangan kontemplasi.
Gambar 5.37 ilustrasi
112
Ruang ini adalah sebuah diorama mengenai perjalanan hutan. Cerita di diorama ini adalah mengenai bagaimana pada mulanya hutan mulai tumbuh mulai dari semak-semak, pohon rendah, hingga menjadi pohon tinggi, lalu pepohonan mulai ditebangi hingga pada akhirnya hanya tinggal bonggol-bonggolnya saja yang tersisa. Tanah mulai hanya ditumbuhi rumput. Lalu hanya tinggal tanah kering saja. Lalu ‘hutan’ beton mulai muncul. Tiang-tiang beton mulai dari setinggi semak hingga pada akhirnya membentuk ‘hutan’ beton. Suasana di sini dibuat dingin dan pencahayaan yang diatur agar susam. Lalu diakhir perjalanan ini, pengunjung akan dihadapkan pada sebuh tembok besar yang tinggi dan terdapat pintu keluar yang hanya muat satu orang saja. 5.5. Konsep Komponen Ruang 5.5.1. Cell Sel atau cell berasal dari kata cella yang berarti ruang kecil yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Sel adalah unit terkecil yang dapat menduplikasi dirinya sendiri. Sekumpulan sel sejenis akan berkumpul dan membentuk sebuah jaringan. Jaringan-jaringan berkumpul membentuk organ.
Gambar 5.38 berbagai contoh dan bentuk sel pada tumbuhan Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e7/Plant_cell_types.svg/600pxPlant_cell_types.svg.png diakses pada 12 januari 2014 pukul 01.55 pm
113
Gambar 5.39 ilustrasi pengaplikasian bentuk sel pada pembagian display
5.5.2. Voronoi boundaries Sel pada tumbuhan adalah sel yang bentuknya tetap karena dinding terluar sel memiliki selulosa. Hal inilah mengapa sel tumbuhan memiliki bentuk geometirs. Meski memiliki bentuk geometris tapi tidak sepenuhnya sama satu sama lain. Sel tumbuhan ini berbentuk polygon. Dalam matematika, ada sebuah bentuk yang menyerupai bentuk sel pada tumbuhan. Yaitu bentuk voronoi yang sebenarnya digunukan untuk membagi ruang menjadi beberapa bagian. Cara membuat voronoi adalah meletakkan beberapa titik secara acak pada bidang. Kemudian tiap titip dihubungkan ke titik-titik yang terdekat dengan menggunakan garis imaginer. Lalu buat garis yang tegak lurus terhadap semua garis imaginer tersebut. Garis-garis tegak lurus tersebut akan berpotongan pada beberapa titik. Bagian yang dibentuk oleh baris-garis tersebut dinamakan voronoi. Pengaplikasian voronoi ini pakai pada display outdoor. Tiap pohon memiliki kecenderungan untuk tumbuh sembarangan dan pasti terdapat ruang antara yang dihasilkan dari kerandoman suatu koloni. Pusat ruang tersebut menjadi poros titik voronoi. Bidang-bidang garis voronoi sekaligus dipakai untuk pembatas zona pohon. 114
Gambar 5.40 gambar ilustrasi ruang voronoi
5.5.3. Amuboid path Akan menjadi sangat membosankan apabila tiap ruang dihubungkan dalam sebuah pangantar yang monoton. Ketika jalur-jalur dibuat secara acak meliuk-liuk seperti bentuk yang amuboid, akan lebih dinamis. Amuboid path juga dapat memecah kekakuan dari bentukanbentukan geometris yang saklek. Amuboid path ini dapat dibuat dengan cara membuat jalur yang dibuat oleh kerapatan tumbuhan yang berbeda-beda.
Gambar 5.41 ilustrasi amuboid path
115
Gambar 5.42 ilustrasi pengaplikasian amuboid path yang menghubungkan antar ruang
5.6. Konsep Sistem Bangunan 5.6.1. Sistem Struktur dan Teknologi Bahan
Gambar 5.43 ilustrasi pemilihan bahan. Dokumentasi penulis
Kesan yang ingin ditonjolkan untuk museum Hutan Karst ini adalah gaya arsitektur kontemporer yang menitik beratkan pada efek industrial pada bangunan. Efek industrial ini memang akan bertentangan dengan lingkungan hutan sekitar. Tapi memang kesan ‘bangunan yang menginvasi alam’ yang ingin ditunjukan kepada pengunjung dalam sekali lihat. Struktur utama yang digunakan adalam menggunakan konstruksi beton. Lahan yang berkontur mau tak mau harus menggunakan metode cut and fill.
116
Gambar 5.44 ilustrasi cut and fill pada bentang kontur lokasi. Dokumentasi penulis
Bangunan utama yaitu indoor memory menggunakan konstruksi beton. Referensi yang digunakan penulis adalah Chichu Art Museum karya Tadao Ando di Naoshima.
Gambar 5.45 Chichu Art Museum karya Tadao Ando di Naoshima Sumber : http://theculturetrip.com/asia/japan/articles/the-world-s-best-museum-chichuart-museum-in-naoshima/ diakses pada 17 maret 2014 12.27
Chichu Art Museum museum ini berada di bawah tanah sebuah bukit dan sebagian besar menggunakan kontruksi beton bertulang untuk bangunannya. Sedang pada Teshima Art Museum, Ryue Nishizawa, SANAA, konstruksi yang digunakan adalah flat slab concrete. Penggunaan material beton ini dipilih juga karena pertimbangan fleksibilitas dan kekuatan bahan.
Gambar 5.46 Thesima Art Museum http://www.designboom.com/architecture/ryue-nishizawa-teshima-art-museum/ diakses pada 6 Desember pukul 08.10
117
Untuk outdoor memory, konstruksi bangunan akan menggunakan kontruksi arsitektur kontemporer kayu. Referensi yang penulis pakai adalah Tokachi Millenium Forest Hokaiddo.
Gambar 5.47 Tokachi Millenium Forest Sumber : http://www.designboom.com/architecture/dan-pearson-studio-tokachimillenium-forest/ diakses pada 6 Desember 2013 pukul 8.45
Khusus untuk bagian hall utama museum, penulis ingin memasukkan unsure kayu dalam wujud struktur kayu kontemporer yang sifatnya artificial. Referensi yang penulis pakai adalah Museum of Wood karya Tadao Ando.
Gambar 5.48 Salah satu bagian interior dari Museum of Wood, Tadao Ando Sumber : http://www.floornature.com/projects-learning/project-tadao-ando-museum-ofwood-mikata-gun-forest-4816/ diakses pada 18 Maret 2014
5.6.2. Sistem Cahaya dan Ventilasi Sistem void dan rotunda sering kali digunakan untuk memasukkan cahaya alami dan ventilasi sekaligus. Dari studi preseden yang telah dilakukan, kebanyakan karya museum memiliki sebuah ruangan besar (Hall utama) yang beratam sangat tinggi dan memiliki void di atap atau kadang atap kaca untuk memasukkan cahaya dan menambah kesan megah ‘le grande’ pada bangunan museum. Pada beberapa studi preseden yang telah dilakukan penulis terhadap karya Tadao Ando, Toyo Ito, SANAA dan Sou Fujimoto, mereka pasti membuat sebuah void udara pada bagian tengah ‘hall’ bangunan. Tujuannya selain untuk memasukkan cahaya dan sebagai ventilasi alami, juga untuk
118
menangkap panorama di sekitar bangunan. Beberapa berbentuk membulat yang mirip dengan konsep rotunda pada kuil-kuil yunani-romawi.
Gambar 5.49 Pusat Museum of Wood, Tadao Ando Sumber : http://www.floornature.com/projectslearning/project-tadao-ando-museum-of-woodmikata-gun-forest-4816/ diakses pada 18 Maret 2014
Gambar 5.51 Naoshima Contemporary Art Museum Annex, Tadao Ando Sumber : http://livingandtravel.com.mx/ naoshima-contemporary-art-museum-annex/ diakses pada 18 maret 2014
Gambar 5.52 Interior Teshima Art Museum, Ryue Nishizawa, SANAA Sumber : http://www.designboom.com/ architecture/ryue-nishizawa-teshima-artmuseum/ diakses pada 6 Desember pukul 08.10 Gambar 5.50 Tikotin Museum of Japanese Art, Tadao Ando Sumber : http://www.tmja.org.il/Museum/Templates/sho wpage.asp? DBID=1&LNGID=1&TMID=841&FID=1033 diakses pada 18 maret 2014
Gambar 5.53 Hiroshi Senju Museum Karuizawa Ryue Nishizawa, SANAA Sumber : http://www.detailonline.com/daily/hiroshi-senju-museumkaruizawa-by-ryue-nishizawa-1070/#more1070 diakses pada 18 maret 2014
119