BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH
KONSEP KEMISKINAN MAKRO DAN MIKRO Disampaikan pada Kegiatan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Secara Sinergis oleh TKSK, Semarang 27 Agustus 2014
DEFINISI UMUM KEMISKINAN • Kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. • Hak-hak dasar antara lain: – terpenuhinya kebutuhan pangan, – kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, – rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan – hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik KEMISKINAN ADALAH MASALAH MULTI DIMENSIONAL. Sulit mengukurnya perlu kesepakatan “pendekatan pengukuran” yg dipakai.
PENGUKURAN KEMISKINAN DI INDONESIA DATA KEMISKINAN MAKRO (tersedia sejak tahun 1976)
DATA KEMISKINAN MIKRO (tahun 2005, 2008, 2011)
1. Metodologi: Konsep: Basic Needs Approach Didasarkan pada Garis Kemiskinan: Makanan (2100 kkal per kapita perhari ) + Non Makanan
1. Metodologi: Pendekatan Kualitatif Didasarkan pada Indeks atau PMT dari ciriciri RT miskin (variabel non-moneter) yg dapat dikumpulksn dengan mudah
2. Sumber data: Susenas (sampel)
2. Sumber data: PSE05, PPLS08, PPLS2011
3. Data menunjukkan jumlah penduduk miskin di setiap daerah berdasarkan ESTIMASI
3. Data menunjukkan jumlah RT Sasaran (Menurut Kategori Ruta RTSM,SM,HM atau ranking) - by name by address
4. Kegunaan: Berguna untuk perencanaan dan evaluasi program kemiskinan dengan target geografis Tidak dapat menunjukkan siapa dan dimana alamat penduduk miskin sehingga tidak operasional untuk program bantuan langsung
4. Kegunaan: Berguna untuk target sasaran rumah tangga secara langsung pada Program Bantuan dan Perlindungan Sosial (BLT, PKH, Raskin, Jamkesmas, dsb)
Kemiskinan Makro
KONSEP KEMISKINAN MAKRO Konsep yang dipakai BPS dan juga beberapa negara lain adalah kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) “ Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran)” Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita perbulan di bawah Garis Kemiskinan, yang diperoleh dari hasil survei (sampel).
GARIS KEMISKINAN (1) Garis kemiskinan adalah rupiah yang diperlukan agar penduduk dapat hidup layak secara minimum yang mencakup pemenuhan kebutuhan minimum pangan dan non-pangan essential Hidup layak secara minimum diwakili oleh 20% kelompok terbawah penduduk tidak miskin => kelompok acuan
Garis Kemiskinan adalah harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkal/kapita/hari dan kebutuhan non-pangan esensial seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi dan lainnya
GARIS KEMISKINAN (2) Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili pleh 52 jenis komoditi. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar bukan makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. Garis Kemiskinan = Garis Kemiskinan Makanan + Garis Kemiskinan Non-Makanan dan dinyakatan dalam Rupiah per bulan per kapita
TAHAPAN DALAM PENGHITUNGAN GARIS KEMISKINAN (1) 1. Menentukan penduduk referensi Penduduk referensi yaitu 20 persen penduduk yang berada diatas Garis Kemiskinan Sementara yg merupakan Garis Kemiskinan periode lalu yang di-inflate dengan inflasi umum (IHK). Dari penduduk referensi ini kemudian dihitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM).
TAHAPAN DALAM PENGHITUNGAN GARIS KEMISKINAN (2) PENDUDUK REFERENSI GARIS KEMISKINAN YL INFLASI (IHK)
PERKIRAAN GARIS KEMISKINAN
PENGELUARAN NOMINAL MENURUT PERCENTILE
P– 1 . P - 20 P - 30 . . P - 100
REFERENCE POPULATION
GK = GKM + GKNM
TAHAPAN DALAM PENGHITUNGAN GARIS KEMISKINAN (3) 2. Penghitungan GKM: a.
b.
GKM adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52 komoditi dasar makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi yang kemudian disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari Penyetaraan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan dilakukan dengan menghitung harga rata-rata kalori dari ke-52 komoditi tersebut.
TAHAPAN DALAM PENGHITUNGAN GARIS KEMISKINAN (4) c. Hitung GKM (belum setara 2100 kalori) dengan rumus GKM
P jk Q jk
j
V
d. Hitung harga per kalori
HK
j
e. Hitung GKM (setara 2100 kalori)
K
V jk
jk jk
Fj
HK
j
2100
adalah nilai rupiah yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan enerji minimal 2100 kilo kalori per kapita per hari
TAHAPAN DALAM PENGHITUNGAN GARIS KEMISKINAN (5) 3. Penghitungan GKNM :
GKNM adalah merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditi-komoditi non-makanan terpilih yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan
GKNM
j
riV i
r = ratio pengeluaran barang non makanan terhadap pengeluaran
V= nilai pengeluaran per komoditi non-makanan
sub-kelompok
TAHAPAN DALAM PENGHITUNGAN GARIS KEMISKINAN (6) 4. Penduduk Miskin:
Konsep : Miskin adalah kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seseorang atau rumahtangga sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal/yang layak bagi kehidupannya.
Operasional : Mereka yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita perbulannya di bawah garis kemiskinan (GK=GKM+GKNM).
KOMODITI UNTUK PENGHITUNGAN GARIS KEMISKINAN MAKANAN BERAS
DAGING BABI
NANGKA MUDA
GULA PASIR
BERAS KETAN
DAGING AYAM RAS
BAWANG MERAH
GULA MERAH
JAGUNG PIPILAN
DAGING AYAM KAMPUNG
CABE MERAH
TEH
TEPUNG TERIGU
TETELAN
CABE RAWIT
KOPI
KETELA POHON
TELUR AYAM RAS
KACANG TANAH
GARAM
KETELA RAMBAT
TELUR ITIK/MANILA
TAHU
KEMIRI
GAPLEK
SUSU KENTAL MANIS
TEMPE
TERASI/PETIS
TONGKOL/TUNA
SUSU BUBUK
MANGGA
KERUPUK
KEMBUNG
BAYAM
SALAK
MIE INSTANT
TERI
BUNCIS
PISANG AMBON
ROTI MANIS
BANDENG
KACANG PANJANG
PEPAYA
KUE KERING
MUJAIR
TOMAT SAYUR
MINYAK KELAPA
KUE BASAH
DAGING SAPI
DAUN KETELA POHON
KELAPA
ROKOK KRETEK FILTER
CONTOH DAFTAR KOMODITI KEBUTUHAN DASAR MAKANAN, SEPTEMBER 2011 (1)
Jenis Komoditi
Satuan
Nilai (rp/kap/bln) Kota
Kandungan kalori
Desa
Kota
Desa
% Nilai (rp/kap/bln) Kota
Desa
% Kandungan kalori Kota
Desa
1. Beras
Kg
33.286
37.966
743,67
822,30
38,76
43,44
68,00
68,82
2. Beras ketan
Kg
44
99
0,66
1,60
0,05
0,11
0,06
0,13
3. Jagung pipilan
Kg
5
565
0,20
19,79
0,01
0,65
0,02
1,66
4. Tepung terigu
Kg
782
899
12,24
13,85
0,91
1,03
1,12
1,16
5. Ketela pohon
Kg
272
434
10,19
17,54
0,32
0,50
0,93
1,47
6. Ketela rambat
Kg
185
123
4,36
3,15
0,22
0,14
0,40
0,26
7. Gaplek
Kg
0
13
0,00
0,67
0,00
0,01
0,00
0,06
8. Tongkol/tuna/cakalang
Kg
152
128
0,39
0,30
0,18
0,15
0,04
0,03
9. Kembung
Kg
235
123
0,68
0,36
0,27
0,14
0,06
0,03
10. Teri
Kg
73
27
0,19
0,05
0,09
0,03
0,02
0,00
11. Bandeng
Kg
705
359
1,83
0,99
0,82
0,41
0,17
0,08
12. Mujair
Kg
420
294
1,06
0,65
0,49
0,34
0,10
0,05
13. Daging sapi
Kg
193
383
0,40
0,51
0,22
0,44
0,04
0,04
14. Daging babi
Kg
0
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
15. Daging ayam ras
Kg
2.703
1.571
16,05
9,27
3,15
1,80
1,47
0,78
16. Daging ayam kampung
Kg
629
841
2,65
3,88
0,73
0,96
0,24
0,32
17. Tetelan
Kg
49
2
0,18
0,02
0,06
0,00
0,02
0,00
CONTOH DAFTAR KOMODITI KEBUTUHAN DASAR MAKANAN, SEPTEMBER 2011 (2)
Jenis Komoditi
Satuan
Nilai (rp/kap/bln) Kota
18. Telur ayam ras 19. Telur itik/telur itik manila 20. Susu kental manis
Kg Butir 397 Gr
Kandungan kalori
Desa
Kota
Desa
% Nilai (rp/kap/bln) Kota
Desa
% Kandungan kalori Kota
Desa
3.758
3.185
16,61
15,52
4,38
3,64
1,52
1,30
31
104
0,11
0,44
0,04
0,12
0,01
0,04
1.167
821
8,49
5,78
1,36
0,94
0,78
0,48
21. Susu bubuk
Kg
709
289
2,30
1,36
0,83
0,33
0,21
0,11
22. Bayam
Kg
813
833
1,29
1,44
0,95
0,95
0,12
0,12
23. Buncis
Kg
204
356
0,62
1,37
0,24
0,41
0,06
0,11
24. Kacang panjang
Kg
883
918
2,60
2,68
1,03
1,05
0,24
0,22
25. Tomat sayur
Ons
228
223
0,46
0,43
0,27
0,25
0,04
0,04
26. Daun ketela pohon
Kg
289
694
3,55
9,81
0,34
0,79
0,32
0,82
27. Nangka muda
Kg
373
457
2,38
2,81
0,43
0,52
0,22
0,24
28. Bawang merah
Ons
1.902
2.055
2,40
2,46
2,21
2,35
0,22
0,21
29. Cabe merah
Ons
1.109
923
1,14
0,89
1,29
1,06
0,10
0,07
30. Cabe rawit
Ons
1.009
1.299
3,40
4,18
1,18
1,49
0,31
0,35
31. Kacang tanah tanpa kulit
Kg
51
41
1,24
0,92
0,06
0,05
0,11
0,08
32. Tahu
Kg
3.347
2.964
18,72
17,15
3,90
3,39
1,71
1,44
33. Tempe
Kg
4.119
4.066
38,63
37,40
4,80
4,65
3,53
3,13
34. Mangga
Kg
768
610
1,74
1,41
0,89
0,70
0,16
0,12
CONTOH DAFTAR KOMODITI KEBUTUHAN DASAR MAKANAN, SEPTEMBER 2011 (3)
Jenis Komoditi 35. Salak 36. Pisang ambon 37. Pepaya 38. Minyak kelapa 39. Kelapa 40. Gula pasir 41. Gula merah 42. T e h 43. Kopi 44. Garam 45. Kemiri 46. Terasi/petis 47. Kerupuk 48. Mie instan 49. Roti manis/roti lainnya Kue 50. kering/biskuit/semprong 51. Kue basah 52. Rokok kretek filter Jumlah Setara 2100 kkalori
Satuan Kg Kg Kg Liter Butir Ons Ons Ons Ons Ons Ons Ons Ons 80gr potong Ons Buah Batang -
Nilai (rp/kap/bln)
Kandungan kalori
Kota 285 510 346 401 958 4.089 784 1.098 636 290 517 324 444 2.999 957
Desa 186 337 181 548 1.115 3.838 953 1.122 1.071 367 462 359 590 2.945 986
Kota 2,37 2,48 1,70 11,71 18,80 58,56 13,58 2,52 3,53 0,00 7,24 1,70 5,10 33,63 8,45
Desa 1,69 2,23 1,03 15,77 25,02 51,36 15,86 2,85 6,16 0,00 5,77 2,14 7,79 31,75 9,15
1.231
800
11,53
6,71
1.106 8.409 85.875 164.893
% Nilai (rp/kap/bln) Kota Desa 0,33 0,21 0,59 0,39 0,40 0,21 0,47 0,63 1,12 1,28 4,76 4,39 0,91 1,09 1,28 1,28 0,74 1,22 0,34 0,42 0,60 0,53 0,38 0,41 0,52 0,67 3,49 3,37 1,11 1,13 1,43
0,92
% Kandungan kalori Kota Desa 0,22 0,14 0,23 0,19 0,16 0,09 1,07 1,32 1,72 2,09 5,35 4,30 1,24 1,33 0,23 0,24 0,32 0,52 0,00 0,00 0,66 0,48 0,16 0,18 0,47 0,65 3,08 2,66 0,77 0,77 1,05
0,56
888 10,34 8,66 1,29 1,02 0,95 0,72 6.991 0,00 0,00 9,79 8,00 0,00 0,00 87.404 1.093,66 1.194,94 100,00 100,00 100,00 100,00 153.605 78,52 73,15
CONTOH KOMODITI UNTUK PENGHITUNGAN GARIS KEMISKINAN BUKAN MAKANAN PERUMAHAN
KESEHATAN
HANDUK, IKAT PINGGANG, DSB
LISTRIK
BAHAN PEMELIHARAAN PAKAIAN
PERLENGKAPAN PERABOT RUMAH TANGGA
AIR
PEMELIHARAAN KESEHATAN
PERKAKAS RUMAH TANGGA
MINYAK TANAH
BENSIN
ALAT-ALAT DAPUR/MAKAN
KAYU BAKAR
ANGKUTAN
ARLOJI/JAM, KAMERA, DLL
OBAT NYAMUK, KOREK, API, BATERAI, AKI, DSB
KTP, SIM, AKTE KELAHIRAN, FOTOCOPY, PHOTO, DSB
TAS, KOPER, DSB
POS DAN BENDA POS
PAKAIAN JADI LAKI-LAKI DEWASA
MAINAN ANAK DAN PERBAIKANNYA
PERLENGKAPAN MANDI
PAKAIAN JADI PEREMPUAN DEWASA
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
BARANG KECANTIKAN
PAKAIAN JADI ANAK-ANAK
PAJAK KENDARAANG BERMOTOR
PERAWATAN KULIT, MUKA, KUKU, RAMBUT
KEPERLUAN MENJAHIT
PUNGUTAN/RETRIBUSI
SABUN CUCI
ALAS KAKI
PERAYAAN HARI RAYA AGAMA
PENDIDIKAN
TUTUP KEPALA
UPACARA AGAMA ATAU ADAT LAINNYA
CONTOH DAFTAR KOMODITI KEBUTUHAN DASAR BUKAN MAKANAN, SEPTEMBER 2011 (1)
Jenis Komoditi
Kebutuhan dasar bukan makanan perkapita Kota
1.
Perumahan
2.
% Kebutuhan dasar bukan makanan perkapita
Desa
Kota
Desa
12.865
10.924
19,45
20,86
Listrik
6.881
4.020
10,40
7,67
3.
Air
1.004
723
1,52
1,38
4.
Minyak tanah
126
85
0,19
0,16
5.
Kayu bakar
3.838
4.063
5,80
7,76
6.
Obat nyamuk, korek api, baterai, aki, dsb
1.134
693
1,71
1,32
7.
Pos dan benda pos
4
0
0,01
0,00
8.
Perlengkapan mandi
3.022
2.264
4,57
4,32
9.
Barang kecantikan
1.209
825
1,83
1,58
631
469
0,95
0,89
11. Sabun cuci
1.349
1.649
2,04
3,15
12. Pendidikan
5.752
3.141
8,70
6,00
13. Kesehatan
1.455
1.335
2,20
2,55
14. Bahan pemeliharaan pakaian
266
127
0,40
0,24
15. Pemeliharaan kesehatan
143
60
0,22
0,11
16. Bensin
4.529
2.839
6,85
5,42
17. Angkutan
2.989
2.280
4,52
4,35
91
63
0,14
0,12
10. Perawatan kulit, muka, kuku, tambut
18. KTP, SIM, akte kelahiran, foto copy, photo, dsb
CONTOH DAFTAR KOMODITI KEBUTUHAN DASAR BUKAN MAKANAN, SEPTEMBER 2011 (2)
Jenis Komoditi
Kebutuhan dasar bukan makanan perkapita
Kota 19. Pakaian jadi laki-laki dewasa 20. Pakaian jadi perempuan dewasa 21. Pakaian jadi anak-anak 22. Keperluan menjahit 23. Alas kaki 24. Tutup kepala 25. Handuk, ikat pinggang, dsb 26. Perlengkapan perabot rumah tangga 27. Perkakas rumah tangga 28. Alat-alat dapur/makan 29. Arloji/jam, kamera, dll 30. Tas, koper, dsb 31. Mainan anak dan perbaikannya 32. Pajak Bumi dan Bangunan 33. Pajak kendaraan bermotor 34. Pungutan/retribusi 35. Perayaan hari raya agama 36. Upacara agama atau adat lainnnya Jumlah
3.748 4.480 4.554 99 1.417 327 87 48 170 165 29 83 352 397 1.606 696 193 413 66.153
Desa 3.981 3.956 3.922 124 1.439 339 41 75 181 346 0 24 189 351 1.145 307 63 333 52.376
% Kebutuhan dasar bukan makanan perkapita
Kota 5,67 6,77 6,88 0,15 2,14 0,49 0,13 0,07 0,26 0,25 0,04 0,13 0,53 0,60 2,43 1,05 0,29 0,62 100,00
Desa 7,60 7,55 7,49 0,24 2,75 0,65 0,08 0,14 0,35 0,66 0,00 0,05 0,36 0,67 2,19 0,59 0,12 0,64 100,00
INDIKATOR KEMISKINAN Headcount Index:
• mengukur persentase penduduk miskin terhadap total penduduk
Indeks Kedalaman Kemiskinan/ Poverty Gap Index
• ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin thd garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh ratarata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.
Indeks Keparahan • semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara Kemiskinan/ Poverty penduduk miskin Severity Index Indikator kemiskinan: Formula Foster-Greer-Thorbecke [FGT]
FORMULA FOSTER-GREER-THORBECKE (FGT)
P
1 n
q
i 1
z
yi z
Z = Garis kemiskinan yi = rata-rata pengeluaran per kap sebulan yg berada dibawah garis kemiskinan q = jumlah penduduk hidup di bawah garis kemiskinan n = jumlah penduduk = 0, head count index, % penduduk miskin = 1, poverty gap, defisit penduduk miskin thd GK, = 2, poverty severity index, indeks keparahan kemiskinan
SUMBER DATA: SUSENAS
Mengumpulkan keterangan sosial ekonomi penduduk Diselenggarakan setiap tahun sejak 1964 Dua format kwesioner: kor dan 3 modul (sejak 1993) Ukuran sampel: kor 300.000 rumahtangga, modul 70.000 rumahtangga Statistik yang dihasilkan: tingkat kab/kota untuk kor dan prov untuk modul Panel survei: – 2004-2006 sampel 10.000 rumahtangga untuk estimasi nasional – 2007-2010 sampel 70.000 rumah tangga untuk estimasi propinsi Mulai 2011 – Setiap triwulan: Maret, Juni, September, Desember – Sampel 75.000 rumah tangga – Kor dan modul konsumsi – Estimasi nasional dan propinsi setiap triwulan
ANGKA KEMISKINAN CUM. % PEOPLE WITH EXPENDITURE BELOW EXP./CAP
100 90 80 70 60 50 40
ANGKA KEMISKINAN
30 20
GARIS KEMISKINAN
10 0 0
50
100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 PER CAPITA EXPENDITURE [THOUSANDS IDR]
JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN, SEPTEMBER 2013 - MARET 2014
50,00
48,11
48,36
40,00 30,00 20,00
14,44
14,46
10,00
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah pada Maret 2014 sebesar 4,836 juta orang (14,46 persen) meningkat sekitar 25,11 ribu orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2013 yang berjumlah 4,811 juta orang (14,44 persen)
0,00 September 2013
Maret 2014
Jumlah Penduduk Miskin (ratus ribu jiwa) % Penduduk Miskin
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH
25
JUMLAH PENDUDUK MISKIN MENURUT DAERAH, SEPTEMBER 2013 - MARET 2014 (RIBU ORANG)
5.500,0 5.000,0
4.811,34
4.836,45
3.500,0 3.000,0
2.898,26
4.000,0
2.891,17
4.500,0
Penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 7,09 ribu orang (dari 2.898,26 ribu orang pada September 2013 menjadi 2.891,17 ribu orang pada Maret 2014)
2.500,0
1.000,0 500,0
1.945,29
1.500,0
1.913,08
2.000,0
September 2013
Maret 2014
0,0
Kota
Penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah sekitar 32,21 ribu orang (dari 1.913,08 ribu orang pada September 2013 menjadi 1.945,29 ribu orang pada Maret 2014)
Desa
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH
26
PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT DAERAH, SEPTEMBER 2013 - MARET 2014
18,00
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2013 sebesar 12,52 persen meningkat menjadi 12,68 persen pada Maret 2014 (naik 0,15 persen)
16,00
14,00
12,00
10,00
September 2013
Maret 2014
Kota
12,52
12,68
Desa
16,05
15,96
Kota+Desa
14,44
14,46
Namun persentase penduduk miskin di daerah perdesaan menurun dari 16,05 persen pada September 2013 menjadi 15,96 persen pada Maret 2014 (turun 0,09 persen)
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH
27
PERKEMBANGAN KEMISKINAN TAHUN 2004 – 2014 70
60
57,3 53,7 51,4
53,2 50,5
50
49,5
48,3
48,1
48,4
40
30
2009 -2014 cenderung menurun 2009 5,726 juta orang 2014 4,836 juta orang
20 17,72 16,56
10
15,72
16,20
15,34
14,98
14,56
14,44
14,46
Mar 2011
Sept 2011
Mar 2012
Sept 2012
Mar 2013
Sept 2013
Mar 2014
0 Mar 2009
Mar 2010
Jumlah Pend. Miskin (ratus ribu orang)
% Pend. Miskin
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH
28
GARIS KEMISKINAN MENURUT DAERAH, SEPTEMBER 2013 - MARET 2014
Garis Kemiskinan naik sebesar 4,27 %, yaitu dari Rp 261.881,- per kapita per bulan pada September 2013 menjadi Rp 273.206,- per kapita per bulan pada Maret 2014
285.000 280.000 275.000
Garis Kemiskinan di daerah perkotaan lebih tinggi dibanding garis kemiskinan perdesaan.
270.000 265.000
Perkotaan GK Maret 2014 sebesar Rp. 279.036,- per kapita per bulan atau naik 3,96 persen dari kondisi September 2013 (Rp. 268.397,- per kapita per bulan).
260.000 255.000 250.000 245.000 September 2013
Maret 2014
Kota
268.397
279.036
Desa
256.368
267.991
Kota+Desa
261.881
273.056
Perdesaan GK juga mengalami peningkatan sebesar 4,53 persen menjadi sebesar Rp 267.991,- per kapita per bulan dibandingkan dengan September 2013 yaitu sebesar Rp 256.368,- per kapita per bulan
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH
29
GARIS KEMISKINAN MAKANAN DAN GARIS KEMISKINAN BUKAN MAKANAN GKNM 27,22
September2013
GKM 72,78
GKNM 27,03
Maret 2014
GKM 72,97
Komponen Garis Kemiskinan (GK) terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) Di Jawa Tengah peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada September 2013 sumbangan GKM terhadap GK sebesar 72,78 persen dan sekitar 72,97 persen pada Maret 2014
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH
30
Daftar Komoditi Makanan yang Memberi Pengaruh Besar pada Kenaikan Garis Kemiskinan, Maret 2014
Komoditi (1) Makanan Beras Rokok kretek filter Tempe Telur ayam ras Gula pasir Mie instan Tahu Daging ayam ras Bawang merah Susu bubuk
Kota (%) (2)
Komoditi (3) 37,06 13,64 4,74 4,41 3,98 3.53 3.52 3,28 2,29 1,74
Beras Rokok kretek filter Tempe Gula pasir Telur ayam ras Tahu Mie instan Daging ayam ras Bawang merah Cabe rawit
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH
Desa (%) (4) 41,26 8,50 5,23 4,41 4,22 3,67 3,43 2,77 2,72 2,33
31
Daftar Komoditi Bukan Makanan yang Memberi Pengaruh Besar pada Kenaikan Garis Kemiskinan, Maret 2014
Komoditi
(1) Bukan Makanan
Kota (%)
(2)
Komoditi (3)
Desa (%)
(4)
Perumahan
23,61 Perumahan
25,48
Bensin
12,48 Bensin
12,11
Listrik
12,06 Listrik
9,06
Pendidikan
12,03 Kayu bakar
7,95
Angkutan
5,86 Pendidikan
7,19
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH
32
INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1) DAN INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2)
2,500 2,000 1,500 1,000 0,500
0,000 September 2013
Maret 2014
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
2,374
2,254
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
0,594
0,565
September 2013 – Maret 2014, P1 dan P2 menurun P1 turun dari 2,374 pada September 2013 menjadi 2,254 pada Maret 2014 P2 turun dari 0,594 pada September 2013 menjadi menjadi 0,565 pada Maret 2014 Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati GK dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH
33
INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1) DAN INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2) MENURUT DAERAH, SEPTEMBER 2013 – MARET 2014 Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Maret 2014 di daerah perdesaan masih lebih tinggi dibandingkan di daerah perkotaan, sama seperti September 2013 Pada Maret 2014, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk daerah perkotaan hanya 1,854 sementara di daerah perdesaan mencapai 2,592 Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk daerah perkotaan sebesar 0,453 dan daerah perdesaan sebesar 0,660 Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih tinggi daripada daerah perkotaan.
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH
34
KEMISKINAN MENURUT KAB/KOTA DI JATENG (1) Kode
Kabupaten/Kota
(1) 3301 3302 3303 3304 3305 3306 3307 3308 3309 3310 3311 3312 3313 3314 3315 3316 3317 3318 3319
(2)
Persentase Persentase Persentase Penduduk Penduduk Miskin Penduduk Miskin Miskin (P0) *) (P0) *) 2011 (P0) *) 2012 2013
(3)
(4)
Cilacap 17.15 15.92 Banyumas 21.11 19.44 Purbalingga 23.06 21.19 Banjarnegara 20.38 18.87 Kebumen 24.06 22.40 Purworejo 17.51 16.32 Wonosobo 24.21 22.50 Magelang 15.18 13.97 Boyolali 14.97 13.88 Klaten 17.95 16.71 Sukoharjo 11.13 10.16 Wonogiri 15.74 14.67 Karanganyar 15.29 14.07 Sragen 17.95 16.72 Grobogan 17.38 16.14 Blora 16.24 15.11 Rembang 23.71 21.88 Pati 14.69 13.61 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Kudus 9.45 8.63
(4)
Perubahan P0 2012-2013
(5) 15.37 18.68 20.35 18.20 21.69 15.79 21.73 13.43 13.39 16.15 9.86 14.19 13.54 16.17 15.58 14.60 21.07 13.13 8.29
-0.55 -0.76 -0.83 -0.67 -0.71 -0.53 -0.77 -0.54 -0.49 -0.56 -0.29 -0.48 -0.54 -0.55 -0.56 -0.51 -0.82 35 -0.48 35 -0.34
KEMISKINAN MENURUT KAB/KOTA DI JATENG (2) Kode
Kabupaten/Kota
(1)
(2)
Persentase Persentase Persentase Penduduk Penduduk Miskin Penduduk Miskin Miskin (P0) *) (P0) *) 2011 (P0) *) 2012 2013 (3)
(4)
(4)
Perubahan P0 2012-2013
(5)
3320
Jepara
10.32
9.38
8.97
-0.41
3321
Demak
18.21
16.73
16.07
-0.66
3322
Semarang
10.30
9.40
9.00
-0.40
3323
Temanggung
13.38
12.32
11.85
-0.47
3324
Kendal
14.26
13.17
12.67
-0.49
3325
Batang
13.47
12.40
11.93
-0.47
3326
Pekalongan
15.00
13.86
13.35
-0.50
3327
Pemalang
20.68
19.28
18.63
-0.64
3328
Tegal
11.54
10.75
10.40
-0.35
3329
Brebes
22.72
21.12
20.42
-0.71
3371
Kota Magelang
11.06
10.31
9.98
-0.33
3372
Kota Surakarta
12.90
12.01
11.59
-0.41
3373
Kota Salatiga
7.80
7.11
6.80
-0.31
3374
Kota Semarang
5.68
5.13
4.90
-0.23
Kota Pekalongan 10.04 9.47 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Kota Tegal 10.81 10.04
9.32
36-0.15
9.71
-0.33
3375 3376
36
Data Kemiskinan BPS dan Bank Dunia:
MENGAPA BERBEDA?
MENGAPA ANGKA KEMISKINAN BPS BERBEDA DENGAN ANGKA KEMISKINAN WORLD BANK? • Untuk membandingkan angka kemiskinan antar negara, World Bank menghitung garis kemiskinan dengan menggunakan estimasi konsumsi yang di konversi kedalam US$ PPP (Purchasing Power Parity/ paritas daya beli), bukan nilai tukar US$ resmi • Angka konversi PPP menunjukkan banyaknya rupiah yang dikeluarkan untuk membeli sejumlah kebutuhan barang dan jasa di mana jumlah yang sama tersebut dapat dibeli seharga US$1 di Amerika. • Angka konversi ini dihitung berdasarkan harga dan kuantitas di masing-masing negara yang dikumpulkan dalam suatu survei yang biasanya dilakukan setiap lima tahun sekali
GARIS KEMISKINAN DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA, 2006 (BPS DAN WORLD BANK)
Sumber
BPS
World Bank
Garis Kemiskinan Garis Kemiskinan Persentase per Hari per Bulan Penduduk Miskin
Rp. 5.066,57,≈ US$ 1.55 PPP
Rp. 151.997,-
17,8
US$ 1 PPP ≈ Rp. 3.240,60,-
≈ Rp. 97.218,-
7,4
US$ 2 PPP ≈ Rp. 6.481,30,-
≈ Rp. 194.439,-
49,0
Sumber: BPS dan World Bank (Making the New Indonesia Work for the Poor, 2006)
Note: - Tabel diatas dihitung dengan PPP 1993. Konversi PPP 1993 pada Maret 2011, US$ 1 = Rp. 4.468 - PPP 1993 diupdate WB dengan PPP 2005. US$ 1 PPP≈ Rp. 5.763. - Konversi PPP 2005 pada Maret 2011, US$ 1 = Rp. 6.818
JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT PENGHITUNGAN BPS DAN WOLRD BANK (PPP 1993) World Bank BPS Tahun
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah pend miskin (juta) 47,97 38,70 37,90 38,40 37,30 36,10 35,10 39,30 37,17 34,96 32,53 31,02 30,02
% penduduk miskin 23,43 19,14 18,41 18,20 17,42 16,66 15,97 17,75 16,58 15,42 14,15 13,33 12,49
Penduduk miskin dibawah US$1 PPP Jumlah pend % penduduk miskin (juta) miskin 24,90 12,00 20,90 9,90 19,70 9,20 15,50 7,20 14,50 6,60 16,50 7,40 13,60 6,00 19,50 8,50 15,50 6,70 14,00 5,90 4,28 1,86 3,06 1,32 2,30 0,95
Penduduk miskin dibawah US$2 PPP Jumlah pend % penduduk miskin (juta) miskin 135,00 65,10 125,30 59,50 125,20 58,70 115,60 53,50 110,00 50,10 109,10 49,00 102,10 45,20 113,80 49,60 105,30 45,20 100,70 42,60 69,43 30,19 61,55 26,44 57,10 23,74
Catatan: Tahun 1999-2008 dihitung BPS, sedangkan Tahun 2008-2011 dihitung oleh BPS karena WB tidak menghitung lagi
Sekilas Tentang Susenas 1. Pendahuluan • Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) merupakan survei yang diselenggarakan BPS setiap tahun untuk menghasilkan data sosial ekonomi penduduk. Pertama kali dilaksanakan pada tahun 1963 • Sejak tahun 2005 Susenas diselenggarkan dua kali dalam satu tahun, yaitu pada bulan Maret dan Juli.
• Susenas bulan Maret adalah Susenas Panel yang dikhususkan pada pengumpulan data konsumsi/pengeluaran rumahtangga untuk penyediaan data dasar penghitungan angka kemiskinan • Susenas bulan Juli mengumpulkan data KOR dan Modul dengan modul berulang setiap tahun. Tiga modul Susenas mencakup : Modul Konsumsi dan Pengeluaran Rumahtangga, Modul Sosial, Budaya, dan Pendidikan, dan Modul Kesehatan dan perumahan
Sekilas Tentang Susenas 1. Pendahuluan • Pada awalnya Susenas Panel dirancang untuk estimasi tingkat nasional dengan jumlah sampel sebanyak 10.000 rumahtangga di seluruh Indonesia • Tahun 2007 sampel Susenas Panel diperbesar menjadi 68.000 rumahtangga secara nasioan (890 rumahtangga di Jabar) agar data kemiskinan dapat disajikan sampai level provinsi.
• Dengan demikian hasil Susenas Panel dapat disajikan menurut provinsi dan daerah tempat tinggal (kota/desa) • Mulai tahun 2011 pengumpulan data konsumsi/pegeluaran rumahtangga dilaksanakan secara triwulanan; yaitu Tw 1 pd bulan Maret, Tw 2 bulan Juni, Tw3 bulan september, dan tw 4 bulan Desember
Sekilas Tentang Susenas 2. Tujuan • Untuk memperoleh estimasi pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk neraca nasional, • Estimasi beberapa Indikator pendidikan, perumahan, konsumsi, dll
Sosial,
seperti
• Untuk memperoleh data yang dapat digunakan untuk menghitung garis kemiskinan dan penentuan jumlah penduduk miskin, dan • Untuk memperoleh struktur pengeluaran konsumsi penduduk pada level nasional dan regional.
Sekilas Tentang Susenas 3. Ruang Lingkup • Pelaksanaan Susenas 2011 di Jawa Tengah mencakup 27.520 rumah tangga sampel (6.880 rumahtangga per triwulan) yang tersebar di 35 Kab/Kota. • Data hasil pencacahan setiap triwulan dapat disajikan untuk tingkat nasional maupun provinsi. • Sedangkan dari kumulatif pelaksanaan pencacahan selama empat triwulan, datanya dapat disajikan sampai dengan tingkat kabupaten/kota.
Sekilas Tentang Susenas 4. Jenis Data (1/3) 1. Data Kor yang dikumpulkan mencakup: – Keterangan umum anggota rumah tangga, yaitu nama, hubungan dengan kepala rumah tangga (kepala ruta), jenis kelamin, umur, dan status perkawinan; Keterangan anggota ruta yang menjadi korban kejahatan; Keterangan anggota ruta yang melakukan perjalanan; Keterangan akte kelahiran; dan Keterangan anggota ruta yang mengikuti pendidikan pra sekolah; – Keterangan tempat lahir, tempat tinggal 5 tahun yang lalu, dan keberadaan ibu kandung di dalam ruta; – Keterangan tentang kesehatan antara lain mencakup keadaan kesehatan penduduk dan kesehatan balita; – Keterangan pendidikan anggota ruta 5 tahun ke atas dan akses terhadap internet;
Sekilas Tentang Susenas 4. Jenis Data (2/3) – Keterangan kegiatan ketenagakerjaan anggota ruta 10 tahun ke atas;
– Keterangan fertilitas untuk wanita pernah kawin dan cara pencegahan kehamilan untuk wanita berstatus kawin; – Keterangan perumahan antara lain mencakup penguasaan tempat tinggal, luas lantai, sumber air minum, fasilitas tempat buang air besar, dan sebagainya;
– Keterangan sosial ekonomi lainnya, antara lain mencakup program pengentasan kemiskinan (pelayanan fasilitas gratis, raskin, kartu sehat, pemanfaatan fasilitas kredit) serta aset dan jaminan rumah tangga; – Keterangan teknologi komunikasi dan informasi mencakup penguasaan telepon rumah, telepon selular (HP), jumlah nomor HP dan penguasaan komputer.
Sekilas Tentang Susenas 4. Jenis Data (3/3) 2. Data dari Modul Konsumsi yang dikumpulkan mencakup: – Keterangan tentang kuantitas dan nilai konsumsi makanan, minuman, dan tembakau baik dari pembelian maupun produksi sendiri atau pemberian. Konsumsi makanan, minuman dan tembakau mencakup 215 komoditi yang terbagi ke dalam 14 kelompok; – Keterangan tentang pengeluaran rumah tangga untuk barang-barang bukan makanan, mencakup kelompok perumahan dan fasilitas rumah tangga, aneka barang dan jasa, pakaian, alas kaki dan tutup kepala, barang tahan lama, pajak, pungutan, dan asuransi, serta pengeluaran untuk keperluan pesta dan upacara. Konsumsi bukan makanan meliputi 108 rincian yang terbagi atas 6 kelompok.
Sekilas Tentang Susenas 5. Tahap Kegiatan Secara garis besar, kegiatan lapangan Susenas 2011 mencakup kegiatan:
• Pemuktahiran bangunan dan rumah tangga, • Pemilihan ruta sampel, • Pencacahan, • Pengawasan/pemeriksaan, dan • Penyerahan hasil pencacahan.
Survei Sosial Ekonomi Nasional (S u s e n a s) Suplemen Perlindungan Sosial (Social Protection Index (SPI))
Informasi
yang
Dikumpulkan
Keterangan sosial ekonomi rumah tangga Keterangan pengeluaran rumah tangga Perlindungan sosial yang dimiliki oleh masing-masing anggota
rumah tangga maupun oleh rumah tangga, serta kepemilikan aset dan jaminan terhadap kebutuhan hidup sehari-hari, yang meliputi : beras miskin (raskin), program keluarga harapan (PKH), aset, jaminan kebutuhan sehari-hari, kredit usaha, beasiswa dan bantuan pendidikan, jaminan pensiun, jaminan hari tua, jaminan veteran, asuransi kecelakaan kerja, pesangon pemutusan hubungan kerja (PHK) dan jaminan pembiayaan/asuransi kesehatan.
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH
50
Kuesioner Suplemen Perlindungan Sosial (1)
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH
51
Kuesioner Suplemen Perlindungan Sosial (2)
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH
52
Kemiskinan Mikro
KONSEP KEMISKINAN MIKRO Berbeda dengan tujuan angka kemiskinan makro, kemiskinan mikro digunakan untuk program targeting perlindungan sosial pemerintah, seperti BLT, PKH, RASKIN dan JAMKESMAS BPS telah melakukan beberapa pendataan untuk mendapatkan data by name dan by address untuk keperluan program targeting - PSE05, PPLS08, dan PPLS2011
PROGRAM ANTI-KEMISKINAN & PERLINDUNGAN SOSIAL KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI Hampir Miskin
Miskin
Sangat Miskin
Hampir Miskin
Miskin
Sangat Miskin
Kluster-1 (Berbasis keluarga)
Kluster-2 (Berbasis komunitas)
1. Beasiswa 2. Jemkesmas 3. Raskin 4. PKH 5. BLT 6. Bantuan Sosial
Program Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Kluster-3 (Berbasis UMKM) Kredit Mikro (KUR)
Kluster-4 1. Perumahan 2. Transportasi 3. Air bersih 4. Listrik untuk rakyat miskin 5. Nelayan miskin *) 6. Kelompok rentan di perkotaan*)
Sumber: BAPPENAS 2011
Meningkatkan kesejahteraan dan perluasan kesempatan kerja
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
KELOMPOK PENDUDUK MENURUT STATUS KEMISKINAN
Tidak Miskin 120%/160% Garis Kemiskinan
Hampir Miskin Garis Kemiskinan Nasional 2011: Rp 233.740 ribu/kapita/bulan
Miskin 80% Garis Kemiskinan Sangat Miskin
EFEKTIVITAS PENTARGETAN PROGRAM BANTUAN SOSIAL SELAMA INI
Persentase Penerima Bantuan
100
Diperkirakan hanya 30% penduduk miskin yang menerima ketiga program perlindungan sosial (Raskin, BLT, Jamkesmas)
75
Raskin 50 BLT
Efektifitas pentargetan setiap program dapat diperbaiki apabila seluruh program menggunakan basis data yang sama (unified data base)
25 Daerah Pentargetan Efektif
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
Desil Konsumsi Rumah Tangga Sumber: Susenas 2009 57
KEMISKINAN MIKRO: PSE05
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH
TUJUAN, INSTRUMEN, METODOLOGI DAN KRITERIA RTS • Tujuan: Mendapatkan RTS untuk BLT, Raskin dan Jamkesmas • Instrumen pendataan – Variabel pembeda yang memenuhi sifat kemiskinan dengan % matched tinggi [> 83%] dengan kriteria garis kemiskinan – Ditentukan siapa dan dimana rumah tangga miskin
• Pendataan Kemiskinan – Instrumen pendataan: 14 variabel pokok pembeda kemiskinan – Tahap 1: meminta ketua RT/dusun daftar RT layak diberi bantuan – Tahap 2: mendata rumahtangga tsb dengan instrumen pendataan
• Kriteria Rumah Tangga Sasaran (1) – Cakupan: sangat miskin, miskin, hampir miskin – Dibuat indeks kemiskinan ≡ I RTM = Σi Wi Xi, Σi Wi =1, Xi = 0 (tidak miskin) atau 1 (sifat miskin); 0 ≤ IRTM ≤ 1, 0 ≡ tidak miskin; 1 ≡ sangat miskin – W adalah matrix koefisien dengan dimensi 450 kab/kota kali 14 variabel
VARIABEL KEMISKINAN NON-MONETER Variabel Kemiskinan
Kriteria
1. Luas lantai per anggota rumah tangga/keluarga
< 8m²
2. Jenis lantai rumah
Tanah/papan/kualitas rendah
3. Jenis dinding rumah
Bambu, papan kualitas rendah
4. Fasilitas tempat buang air besar (jamban)
Tidak punya
5. Sumber air minum
Bukan air bersih
6. Penerangan yang digunakan
Bukan listrik
7. Bahan bakar yang digunakan
Kayu/arang
8. Frekuensi makan dalam sehari
Kurang dari 2 kali sehari
9. Kemampuan membeli daging/ayam/susu dalam seminggu
Tidak
10. Kemampuan membeli pakaian baru bagi setiap ART
Tidak
11. Kemampuan berobat ke puskesmas/poliklinik
Tidak
12. Lapangan pekerjaan kepala rumah tangga
Petani gurem, nelayan, pekebun
13. Pendidikan kepala rumah tangga
Blm pernah sekolah/Tidak tamat SD
14. Kepemilikan aset/barang berharga minimal Rp. 500.000,-
Tidak ada
VARIABEL KEMISKINAN VS GARIS KEMISKINAN Variabel Kemiskinan
Kaitan dengan GK
1. Luas lantai per anggota rumah tangga/keluarga 2. Jenis lantai rumah
Kualitas rumah yang ditempati
3. Jenis dinding rumah
dan sewa yang dibayar
4. Fasilitas tempat buang air besar (jamban) 5. Sumber air minum
Pengeluaran untuk air minum
6. Penerangan yang digunakan
Pengeluaran perumahan
7. Bahan bakar yang digunakan
Pengeluaran untuk bahan bakar
8. Frekuensi makan dalam sehari
Asupan energi 2.100 kkal/hari
9. Kemampuan membeli daging/ayam/susu dalam seminggu
Pengeluaran bahan makanan
10. Kemampuan membeli pakaian baru bagi setiap ART
Pengeluaran untuk pakaian
11. Kemampuan berobat ke puskesmas/poliklinik
Pengeluaran perawatan kesehatan
12. Lapangan pekerjaan kepala rumah tangga 13. Pendidikan kepala rumah tangga 14. Kepemilikan aset/barang berharga minimal Rp. 500.000,-
61
KATEGORI KEMISKINAN RTM hasil PSE2005 dibuat menurut 3 kategori: 1. Rumah tangga sangat miskin: Nilai IRM = 0.80-1.00 (setara GK < Rp. 120.000) (Setara Skor Sifat Miskin =14) 2. Rumah tangga miskin: Nilai IRM = 0.60-0.79 (Setara GK Rp. 120.000-150.000) (Setara Skor Sifat Miskin = 12-13) 3. Rumah tangga mendekati miskin Nilai IRM = 0.20- 0.59 (Setara GK > Rp. 150.000) (Setara Skor Sifat Miskin = 10-11)
KEMISKINAN MIKRO: PPLS08
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH
TUJUAN DAN INFORMASI YANG DIKUMPULKAN ● Tujuan: Menghasilkan RTS untuk Program Perlindungan Sosial: PKH, Raskin, Jamkesmas
● Informasi yang dikumpulkan: data individu: -
Nama dan alamat kepala rumah tangga, jumlah keluarga, dan jumlah anggota rumah tangga, dan hubungan denga kepala rumah tangga ,
-
Jenis kelamin, umur, status perkawinan, kepemilikan kartu identitas,
-
Partisipasi sekolah, kelas tertinggi yang pernah/sedang diduduki, ijazah tertinggi yang dimiliki,
-
Jenis cacat, penyakit kronis/menahun yang diderita,
-
Lapangan usaha dari pekerjaan utama dan status pekerjaan utama.
● Informasi yang dikumpulkan: data rumah tangga - Status penguasaan tempat tinggal, luas lantai, jenis dinding, jenis atap, sumber air minum, cara memperoleh air minum, sumber penerangan utama, bahan bakar utama, tempat pembuangan air tinja, dsb
JUMLAH RUMAH TANGGA SASARAN (RTS) JAWA TENGAH (HASIL PPLS08) Kab./Kota
SM
M
HM
Jumlah
Kab/Kota
SM
M
HM
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Kab. Cilacap
26.712
64.106
59.889
150.707
Kab. Kudus
4.772
8.494
22.236
35.502
Kab. Banyumas
20.625
62.500
58.046
141.171
Kab. Jepara
13.683
19.946
51.527
85.156
Kab. Purbalingga
11.276
35.968
21.068
68.312
Kab. Demak
20.349
39.784
52.451
112.584
Kab. Banjarnegara
15.304
42.715
27.396
85.415
Kab. Semarang
12.674
26.634
27.492
66.800
Kab. Kebumen
19.707
52.702
49.791
122.200
8.548
24.025
26.757
59.330
Kab. Purworejo
13.353
21.373
32.084
66.810
Kab. Kendal
12.050
29.957
33.130
75.137
Kab. Wonosobo
14.836
44.199
22.804
81.839
Kab. Batang
11.674
32.939
32.648
77.261
Kab. Magelang
14.207
39.111
49.210
102.528
Kab. Pekalongan
15.249
30.016
40.792
86.057
Kab. Boyolali
10.410
30.801
33.803
75.014
Kab. Pemalang
24.500
40.098
68.123
132.721
Kab. Klaten
15.735
49.158
48.891
113.784
Kab. Tegal
15.999
41.949
44.349
102.297
Kab. Sukoharjo
9.997
22.914
28.988
61.899
Kab. Brebes
35.979
80.781
100.930
217.690
Kab. Wonogiri
12.979
33.343
27.117
73.439
Kota Magelang
1.010
2.571
3.380
6.961
9.135
25.601
25.613
60.349
Kota Surakarta
3.568
7.135
11.251
21.954
Kab. Sragen
11.413
26.523
26.742
64.678
Kota Salatiga
1.461
2.796
3.396
7.653
Kab. Grobogan
25.634
67.007
66.855
159.496
Kota Semarang
6.610
17.620
30.991
55.221
Kab. Blora
14.791
33.002
38.569
86.362
Kota Pekalongan
894
5.969
15.776
22.639
Kab. Rembang
11.640
31.748
26.986
70.374
Kota Tegal
757
5.506
8.814
15.077
Kab. P a t i
20.195
48.248
55.501
123.944
467.726
1.147.239
1.273.396
2.888.361
Kab. Karanganyar
Kab. Temanggung
Jawa Tengah
KEMISKINAN MIKRO: PPLS2011
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH
TUJUAN Menghasilkan basis data terpadu rumah tangga dan keluarga untuk sasaran pelbagai program perlindungan sosial (program klaster 1): - menurut nama dan alamat kepala rumah tangga, - mencakup 40 % kelompok masyarakat menengah ke bawah (masyarakat miskin dan rentan miskin) dengan persentase beda untuk setiap provinsi/ kabupaten/kota sesuai intensitas kemiskinan, - memuat informasi persyaratan program yang diluncurkan oleh Kementerian/Lembaga Non Kementerian di Pusat dan Pemerintah Daerah.
INFORMASI YANG DIKUMPULKAN ● Informasi individu: - Nama dan alamat kepala rumah tangga/keluarga, jumlah keluarga, dan jumlah anggota rumah tangga - Hubungan denga kepala rumah tangga dan kepala keluarga, - Jenis kelamin, umur, status perkawinan, kepemilikan kartu identitas,
- Partisipasi sekolah, kelas tertinggi yang pernah/sedang diduduki, ijazah tertinggi yang dimiliki, - Jenis cacat, penyakit kronis/menahun yang diderita,
- Lapangan usaha dari pekerjaan utama dan status pekerjaan utama.
● Informasi rumah tangga/keluarga - Status penguasaan tempat tinggal, luas lantai, jenis dinding, jenis atap, sumber air minum, cara memperoleh air minum, sumber penerangan utama, bahan bakar utama, tempat pembuangan air tinja, - Kepemilikan aset dan keikutsertaan pada Program Keluarga Harapan (PKH) Jamkesmas, Raskin, dan Keluarga Berencabna (KB)
KENAPA CAKUPAN PPLS 2011 40% ? 50%
45 40
39.3 36.1
35
35.1
45% 37.2
34.9
40% 32.5
31
30
30
35%
100,000,000 80,000,000
30%
25 20
120,000,000
16.7
15.9
17.7
15
16.6
25% 15.4 14.15 13.33
20% 12.49
10 5
15% 10%
0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Penduduk miskin (juta) Sumber: Susenas 2004-2011
60,000,000
% miskin
Penduduk % miskin
40,000,000 20,000,000
5% 0%
0
Sumber: Susenas 2010
Jika GK dinaikkan 60% maka penduduk miskin menjadi 40%, yang berarti 27% penduduk rentan miskin
MENUJU PENTARGETAN YANG EFEKTIF MENYUSUN BASIS DATA TERPADU NASIONAL Pengalaman berbagai pentargetan sebelumnya BLT Jamkesmas Raskin
PKH Program Lain
I N P U T
Dilaksanakan terintegrasi oleh BPS
Proses PROSES Proses Pendataan PENDATAAN Pendataan (Dilakukan 3 tahun 2011 2011 sekali terakhir 2008, berikutnya 2011)
Survei penduduk digunakan untuk mempertajam sasaran rumah tangga yang menjadi sasaran proses pendataan
T A R G E T
Basis Data Terpadu untuk Program Bantuan Sosial Sebagai basis data nasional Sebagai sumber data bagi penerima semua program penanggulangan kemiskinan/perlindungan sosial
TNP2K MELAKUKAN KENDALI MUTU SISTEM PENTARGETAN
PROSES PENGEMBANGAN BASIS DATA TERPADU Juli 2011 – Oktober 2011
Oktober 2011 – Desember 2011
Mulai Januari 2012
Pendataan (PPLS 2011)
Pengolahan Data
Basis Data Terpadu Dengan urutan berdasarkan tingkat kesejahteraan
Memiliki lebih banyak variabel penentu kesejahteraan
Data checking &Analisis Tingkat Kemiskinan
Lebih fleksibel untuk keperluan program
Menggunakan kriteria penentu kesejahteraan yang berbeda disetiap kabupaten/kota
Informasi lokasi geografis (alamat) Keterangan pokok RT Keterangan sosial ekonomi anggota RT
TNP2K AKAN MEMFASILITASI PENGGUNAAN BASIS DATA TERPADU OLEH PROGRAM
Sinergi dengan data lainnya
METODOLOGI PENDATAAN PPLS2011 ● Cakupan: - Wilayah: 33 Provinsi, 497 Kabupaten/Kota 6.699 Kecamatan, 77.062 -
desa/kelurahan, ± 1,2 juta Satuan Lingkungan Setempat Terkecil (Rukun Tetangga, Dukuh, Jorong, dsb). Di Provinsi Jawa Tengah meliputi 35 kabupaten/kota, 573 kecamatan dan 8.577 desa/kelurahan. Calon rumah tangga untuk di survei : ± 27 juta (45% penduduk) secara nasional dan ± 4,8 juta di Provinsi Jawa Tengah.
● Mekanisme Pendataan [kunjungan ke SLS/rumahtangga]
- verifikasi keberadaan 40 % calon rumah tangga untuk di survei pada Ketua -
Satuan Lingkungan Setempat Terkecil (RT, Dukuh, Jorong, dsb) konsultasi di ruang tertutup dengan 3 rumahtangga miskin => menambah rumahtangga miskin yang belum dicakup [exclusion error] penyisiran pada saat pendataan calon rumah tangga untuk menambah rumah tangga miskin yang belum dicakup [exclusion error] pencacahan pada calon rumah tangga sasaran: komputer akan membuang rumah tangga mampu, misalnya PNS, Polri, TNI, Pegawai BUMN/BUMD, dan rumah tangga mampu lainnya [inclusion error]
TAHAPAN PENETAPAN CALON RTS KAJIAN LITERATUR: Identifikasi variabel prediksi pendapatan
DATA Susenas Juli 2010 Podes 2008
DATA SP 2010
Running model
Test dan seleksi model Membangun model dan penetapan kuota RTS per kab/kota, kecamatan, desa
Replikasi model prediksi pendapatan dengan data sensus
DATA SP 2010
Prediksi pendapatan ≤ 1.6*GK
PPLS2011.LS Calon RTS per SLS
Verifikasi kelayakan Calon RTS (union denganPPLS08) [Desk Verification]
lists ELIGIBLE RTS per SLS
TAHAPAN PENDATAAN PPLS2011 RTS miskin Prelisted RTS per SLS
Ketua SLS
1 Konfirmasi keberadaan RTS pada Ketua SLS
2 Konsultasi tambahan RTS
3
KONSULTASI DENGAN SI MISKIN
Keliling SLS, SWEEPING
Validasi dan kompilasi propinsi
Updated lists RTS Data Entry
Database
PPLS 2011
Evaluasi final kelayakan RTS
Kompilasi Pusat
INFORMASI KEPESERTAAN PROGRAM DALAM PPLS 2011 Keterangan Individu
Keterangan Rumahtangga
Nama Umur Jenis kelamin Status perkawinan
Kepemilikan rumah tinggal Luas lantai Jenis lantai terluas Jenis dinding terluas
Kepemilikan kartu identitas
Jenis atap terluas
Kecacatan Penyakit kronis Keterangan kehamilan
Sumber air minum Sumber penerangan utama Bahan bakar memasak
Partisipasi sekolah Pendidikan tertinggi Lama sekolah Mempunyai pekerjaan
Kepemilikan jamban Kepemilikan asset Kepesertaan dalam program KB dan program klaster 1
Lapangan usaha Status pekerjaan
PMT UNTUK FINALISASI PPLS 2011 Model PMT digunakan untuk menentukan peringkat (ranking) rumah tangga yang telah dicacah di PPLS 2011 Model PMT menggunakan metode segmented regression dan didukung metode PCA (Wealth Index)
HASIL PPLS2011 (1)
Hasil PPLS 2011 menjadi Basis Data Terpadu Program Perlindungan Sosial 2012-2014 untuk semua Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
Pengurutan Rumah Tangga PPLS2011: model Proxy Means Test (PMT), yaitu regresi pengeluaran per kapita dengan variabel non moneter, termasuk Wealth Index. Diperoleh perkiraan pengeluaran perkapita setiap Ruta PPLS2011 (Desember 2011)
Cakupan Rumah Tangga PPLS2011 (untuk 42,5 % penduduk menengah bawah): Jumlah Rumah Tangga: 25.219.793 Nasional ( 4.244.206 Prov. Jawa Tengah) Jumlah Keluarga: 26.847.913 Nasional ( 4.628.110 Prov. Jawa Tengah) Jumlah Anggota Rumah Tangga: 96.772.008 Nasional (15.758.436 Prov. Jawa Tengah)
Data tersedia menurut ranking dan kategori kemiskinan (SM, M, HM, RML)
Data PPLS sudah diserahkan secara resmi ke Bapak Wakil Presiden selaku Ketua TNP2K tanggal 20 Januari 2012.
TNP2K akan memotong menjadi 40 % terbawah (sekitar 24,5 juta RTS) untuk berbagai program perlindungan sosial tahun 2012-2014
HASIL PPLS2011 (2)
Data PPLS 2011 siap digunakan untuk keperluan program perlindungan sosial pada akhir Pebruari/awal Maret 2012
Hanya TNP2K yang berhak memberikan data by name by address kepada penanggung jawab program. Protokol diseminasi segera disosialisasikan Untuk keterangan lebih lanjut mengenai data tersebut, hubungi: Dr. Bambang Widianto, MA Sekertaris Eksekutif TNP2K Gedung Graha Kebon Sirih, Jl. Raya Kebon Sirih No. 14 Jakarta Pusat 10110 Telp. 021-3912812, Faks. 021-3912511, 021-3912513 (Informal: Bapak Purwanto email:
[email protected], HP: 08112518725)
Data by name by address tidak akan diberikan semua, tapi tergantung kebutuhan masing-masing program sesuai dengan kuota/anggaran dan kriteria program
BPS RI maupun daerah tidak boleh memberikan data PPLS 2011 by name by address kepada siapapun.
BPS hanya dapat menggunakan data PPLS 2011 (tanpa identitas) untuk keperluan evaluasi dan analisis statistik wilayah kecil sampai tingkat desa.
Jumlah Rumah Tangga, Keluarga, dan Anggota Rumah Tangga PPLS2011 menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2011
Provinsi
Rumah tangga
Keluarga
ART
Provinsi
Rumah Tangga
Keluarga
ART
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(4)
Aceh
634,967
662,378
2,632,966
Sumatera Utara
1,103,281
1,132,291
4,678,936
Sumatera Barat
416,102
443,819
1,813,972
Riau
375,558
389,513
1,567,920
Jambi
254,114
269,342
993,110
Sumatera Selatan
759,410
788,034
3,026,467
Bengkulu
179,755
194,775
708,492
Lampung
934,904
979,195
3,607,897
Bangka Belitung
78,052
83,392
288,925
Kepulauan Riau
94,970
98,806
377,192
DKI Jakarta
317,196
341,595
1,348,085
Jawa Barat
4,311,900
4,552,546
16,260,690
Jawa Tengah DI Yogyakarta
4,244,206
4,628,110 15,758,436
476,744
528,367
1,669,788
4,606,587
4,879,817
15,338,972
Banten
873,116
951,789
3,710,926
Bali
270,997
300,092
1,078,141
Jawa Timur
Nusa Tenggara Barat
802,313
822,233
2,778,691
Nusa Tenggara Timur
638,001
679,768
2,924,497
Kalimantan Barat
402,165
429,002
1,701,585
Kalimantan Tengah
161,156
169,975
623,118
Kalimantan Selatan
272,369
283,990
944,237
Kalimantan Timur
219,958
233,252
892,157
Sulawesi Utara
218,708
236,621
890,585
Sulawesi Tengah
293,927
319,662
1,252,415
Sulawesi Selatan
913,762
987,836
3,820,721
Sulawesi Tenggara
287,911
317,569
1,273,100
Gorontalo
138,334
154,206
605,492
Sulawesi Barat
142,858
154,580
649,217
Maluku
169,218
189,152
832,527
Maluku Utara
73,328
83,110
361,200
Papua Barat
93,246
98,159
423,569
460,680
464,937
1,937,982
Papua
Indonesia
25,219,793
26,847,913 96,772,008
Jumlah Rumah Tangga, Keluarga, dan Anggota Rumah Tangga PPLS2011 menurut Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 Kabupaten/Kota
Rumah Tangga
Keluarga
ART
Kabupaten/Kota
Rumah Tangga
Keluarga
ART
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(4)
Kab. Cilacap
226.611
245.543
838.606
Kab. Banyumas
239.002
269.285
889.264
Kab. Purbalingga
126.416
150.285
518.303
Kab. Banjarnegara
110.707
121.793
417.954
Kab. Kebumen
180.345
194.585
690.275
Kab. Purworejo
89.765
92.948
302.033
Kab. Wonosobo
113.538
123.757
409.368
Kab. Magelang
142.591
151.799
523.027
Kab. Boyolali
115.365
123.423
400.311
Kab. Klaten
182.475
190.296
617.267
Kab. Sukoharjo
98.097
105.025
340.254
Kab. Wonogiri
96.574
106.263
334.390
Kab. Karanganyar
87.290
95.731
327.966
Kab. Sragen
105.566
111.326
349.027
Kab. Grobogan
207.638
215.500
663.018
Kab. Blora
118.415
122.548
386.685
Kab. Rembang
108.351
115.668
378.311
Kab. P a t i
186.908
198.401
616.297
Kab. Kudus
68.379
73.897
263.695
Kab. Jepara
139.106
150.975
500.104
Kab. Demak
175.275
181.377
626.902
Kab. Semarang
86.725
96.810
308.292
Kab. Temanggung
85.042
94.922
320.230
Kab. Kendal
116.380
123.671
397.540
Kab. Batang
104.359
116.799
409.404
Kab. Pekalongan
108.310
129.096
503.954
Kab. Pemalang
174.554
198.363
742.915
Kab. Tegal
173.166
193.342
744.679
Kab. Brebes
282.889
327.091
1.181.529
Kota Magelang
9.114
9.890
33.694
Kota Surakarta
44.872
47.318
170.444
Kota Salatiga
11.370
12.586
42.696
Kota Semarang
83.454
88.782
315.595
Kota Pekalongan
24.222
25.711
104.313
Kota Tegal
21.335
23.304
90.094
Jawa Tengah
4,244,206
4,628,110 15,758,436
Jumlah Rumah Tangga PPLS2011 menurut Kabupaten/Kota dan Kriteria Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 Kab./Kota
SM
M
HM
RML
Jumlah
Kab/Kota
SM
M
HM
RML
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Kab. Cilacap
29.279
33.516
65.054
98.762
226.611
Kab. Kudus
6.053
6.537
18.277
37.512
68.379
Kab. Banyumas
27.194
42.750
67.717
101.341
239.002
Kab. Jepara
17.656
18.181
29.583
73.686
139.106
Kab. Purbalingga
20.688
30.913
33.328
41.487
126.416
Kab. Demak
32.045
41.852
31.600
69.778
175.275
Kab. Banjarnegara
13.706
19.363
31.293
46.345
110.707
Kab. Semarang
7.440
7.682
26.419
45.184
86.725
Kab. Kebumen
26.915
35.763
49.514
68.153
180.345
Kab. Temanggung
7.247
11.286
25.194
41.315
85.042
Kab. Purworejo
14.713
17.349
16.958
40.745
89.765
Kab. Kendal
10.857
16.348
34.171
55.004
116.380
Kab. Wonosobo
16.300
24.951
30.797
41.490
113.538
Kab. Batang
10.354
14.963
30.495
48.547
104.359
Kab. Magelang
12.071
17.246
42.576
70.698
142.591
Kab. Pekalongan
15.902
21.373
19.463
51.572
108.310
Kab. Boyolali
9.676
14.582
34.339
56.768
115.365
Kab. Pemalang
31.095
35.276
34.356
73.827
174.554
Kab. Klaten
19.771
32.359
51.896
78.449
182.475
Kab. Tegal
14.232
17.884
52.353
88.697
173.166
Kab. Sukoharjo
7.493
8.368
30.077
52.159
98.097
Kab. Brebes
49.927
54.258
76.922
101.782
282.889
Kab. Wonogiri
10.263
12.886
28.307
45.118
96.574
Kota Magelang
687
913
2.770
4.744
9.114
7.132
10.764
26.061
43.333
87.290
Kota Surakarta
4.096
4.487
13.536
22.753
44.872
Kab. Sragen
14.621
15.839
30.122
44.984
105.566
Kota Salatiga
649
706
3.568
6.447
11.370
Kab. Grobogan
28.860
35.129
58.471
85.178
207.638
Kota Semarang
2.430
3.438
26.850
50.736
83.454
Kab. Blora
14.005
16.517
34.369
53.524
118.415
Kota Pekalongan
597
1.965
7.625
14.035
24.222
Kab. Rembang
17.203
23.681
29.180
38.287
108.351
Kota Tegal
650
2.199
6.608
11.878
21.335
Kab. P a t i
19.379
22.858
55.253
89.418
186.908
674.182 1.155.102 1.893.736
4.244.206
Kab. Karanganyar
Jawa Tengah
521.186
BASIS DATA TERPADU HASIL PPLS2011 Hasil PPLS 2011: terkumpul 42,5% RT Selanjutnya ……
BAGAIMANA MEMILIH (misalnya) 28% terendah? • Modelling indeks kemiskinan dengan Proxy Means Testing (PMT) • Menggunakan informasi yang ada dalam PPLS, dibuat suatu indeks yang dapat menunjukkan peringkat RT Indeks = f (karakteristik rumah tangga) • Rumah tangga diperingkat menurut indeks yang ada • Model PMT dibuat spesifik untuk setiap Kabupaten/Kota Artinya, setiap Kabupaten/Kota memiliki karakteristik yang berbeda-beda, yang secara signifikan menentukan indeks Sumber : TNP2K
BASIS DATA TERPADU UNTUK PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL (1) Dengan sumber utama dari PPLS 2011, Basis Data Terpadu berisikan nama dan alamat 40% rumah tangga di Indonesia dengan kondisi kesejahteraan terendah
Prinsip Dasar
• Fleksibel mengakomodasi kebutuhan unit intervensi program (individu, keluarga, RT) • Fleksibel mengakomodasi kriteria kepesertaan program (berdasarkan status kesejahteraan, lokasi administrasi, status demografis, dll) • Pengukuran status kesejahteraan berdasarkan metode ilmiah, kriteria yang comparable dengan mengakomodasi kondisi lokal, dan kelengkapan informasi dasar • Dapat diakses secara luas oleh Program dengan memperhatikan privasi informasi individu/ keluarga/rumah tangga dalam Basis Data Terpadu 83
BASIS DATA TERPADU UNTUK PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL (2) Dikelola oleh UNIT PENETAPAN SASARAN NASIONAL, di bawah Sekretariat TNP2K dengan 3 (tiga) tugas utama:
Menyediakan Layanan Program
• Memastikan Basis Data Terpadu dapat dimanfaatkan oleh Program Perlindungan Sosial , dengan bekerja sama dengan penyelenggara program • Memberi dukungan teknis kepada pengguna basis data terpadu
Melakukan Riset
• Memastikan kesahihan berbagai studi untuk memperbaiki kualitas penetapan sasaran program • Melakukan pemantauan dan evaluasi pemanfaatan Basis Data Terpadu
Membangun Sistem Informasi
• Manajemen Basis Data Terpadu berbasis teknologi informasi • Penyajian beragam informasi dari basis data terpadu melalui media berbasis teknologi informasi
BASIS DATA TERPADU UNTUK PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL (3) Ditetapkan oleh Kementerian atau Pemerintah Daerah penyelenggara Program
Kriteria Kepesertaan Program Perlindungan Sosial
Basis Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial
Jamkesmas
Subsidi Siswa Miskin
Program Keluarga Harapan
Kriteria diterapkan kepada Basis Data Terpadu
Raskin
Program Perlindungan Sosial lainnya Dengan Sasaran Individu/Keluarga/Rumah Tangga
Daftar nama dan alamat individu/ keluarga/ rumah tangga sasaran masing-masing program
BASIS DATA TERPADU UNTUK PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL (4) Sekretariat TNP2K telah berkoordinasi dengan beberapa K/L memastikan penggunaan Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial
Jamkesmas
• Menggunakan nama & alamat dari Basis Data Terpadu sebagai basis kepesertaan tahun 2012
Raskin
• Menggunakan nama & alamat dari Basis Data Terpadu mulai Juni 2012, dengan metode penyaluran baru
PKH Subsidi Siswa Pemda
• Menggunakan nama & alamat dari Basis Data Terpadu untuk ekspansi 2012 menuju 3 juta cakupan tahun 2014 • Komitmen penggunaan, sedang diupayakan teknis sinkronisasi data dengan Kemdikbud • Sejumlah Pemda telah meminta nama & alamat dari Basis Data Terpadu untuk Program yang dijalankan Daerah
Basis Data Terpadu juga dapat diakses oleh instansi Pemerintah lainnya untuk keperluan khusus seperti pemantauan dan evaluasi (contoh oleh UKP4)
AKSES TERHADAP BASIS DATA TERPADU UNTUK PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL Untuk keperluan Program, K/L dan Pemda terkait menyampaikan permintaan data kepada Sekretaris Eksekutif TNP2K, dengan menguraikan: • Nama dan tujuan Program yang akan dijalankan • Cakupan dan jenis intervensi (bentuk perlindungan sosial) yang akan dijalankan • Data pendukung yang diperlukan Sekretariat TNP2K bekerja sama dengan K/L dan Pemda menyiapkan daftar nama & alamat sasaran serta data pendukung lainnya. Data disediakan oleh Sekretariat TNP2K tanpa biaya apapun.
Untuk memastikan integritas data diperlukan Nota Kesepakatan Pemanfaatan Basis Data Terpadu, memastikan bahwa nama & alamat dari Basis Data Terpadu hanya akan dipakai untuk keperluan Program Perlindungan Sosial
PROGRAM BANTUAN SOSIAL BERBASIS RT/KELUARGA Nama
BLSM (rencana)
Raskin Beras/ Pangan
Jamkesmas Asuransi kesehatan
Jenis transfer
Tunai
Beras bersubsidi
Biaya pelayanan kesehatan gratis
Sasaran
Miskin dan Rentan
Jumlah Penerima 18,5 juta RT
Jumlah bantuan
Lembaga pelaksana utama
Rp150.000 per bulan
Kemensos
BSM
PKH
Pendidikan
Bantuan Tunai Bersyarat
Tunai
Tunai dan bersyarat
Murid dari RT Keluarga Sangat Miskin dan Miskin Rentan 6.175.755 17,5 juta RT 76.4 Juta orang (SD/MI dan 1.116.000 RT SMP/MTs) Rp360.000 Minimum (SD/MI) Rp600.000 15 kg beras Tidak terbatas Rp550.000 Maksimum per bulan (SMP/MTs) Rp 2.200.000 per tahun per tahun Miskin dan Rentan
Kemenko Kesra, BULOG Kemendagri,
Miskin dan Rentan
Kemenkes
Kemendiknas/ bud, Kemenag
Kemensos dan Kementrian terkait
PROGRAM BANTUAN SOSIAL BERBASIS RT/KELUARGA
Nama
JAMINAN JAMINAN SOSIAL SOSIAL LANJUT PENYANDANG USIA CATAT (JSLU) (JSPACA)
Jenis transfer
Tunai
Tunai
Sasaran
Miskin
Miskin
ANAK TERLANTAR (PKSA)
PEKERJA ANAK (PPA-PKH)
Tunai dan Tunai dan Rumah Singgah Rumah Singgah
Miskin
Jumlah Penerima 13.250 orang 17.000 orang 138.000 anak
JAMINAN SOSIAL
Asuransi, kecelakaan, kesehatan, kematian/ pensiun
Miskin
Semua
10.750 anak
Belum tersedia
Jumlah bantuan
Rp 300.000 per bulan
Rp 300.000 per bulan
Rp 1.5 juta per tahun
Rp 1.5 juta per tahun
Akan dibahas
Lembaga pelaksana utama
Kemensos
Kemensos
Kemensos
Kemenakertrans
DJSN
KUESIONER PPLS 2011 (1)
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH
90
KUESIONER PPLS 2011 (2)
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH
91
KUESIONER PPLS 2011 (3)
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH
92
RANCANGAN PEMUTAKHIRAN BASIS DATA TERPADU
SEJARAH PEMBANGUNAN BASIS DATA TERPADU PSE 2005 19,1 juta RT Digunakan untuk BLT 2005, dan juga BLT 20082009
PPLS 2008 18,5 juta RT Pemutakhiran PPLS 2005 Digunakan sebagai basis sasaran PKH dan program nasional lainnya
PPLS
PPLS
2011
2014
25,2 juta RT Pendataan dengan metodologi terkini, Dikelola sebagai BDT menjadi bagian dari Sistem Penargetan Nasional, untuk Program Nasional dan Daerah
Sekitar 31 juta RT • Penyusunan daftar Rumah Tangga melalui konsultasi publik • Pendataan berdasarkan daftar Rumah Tangga hasil konsultasi publik
PERLUNYA PEMUTAKHIRAN BDT 1. Tindak Lanjut Kartu Perlindungan Sosial (KPS) Melanjutkan pemutakhiran data kepersertaan Kartu Perlindungan Sosial (KPS) secara keseluruhan dari Program Perlindungan Sosial (Raskin, BSM, PKH, BLSM dan BPJS PBI dan lain-lain). 2. Mengakomodasi Masukan dari Pemerintah Daerah dan Masyarakat. Beberapa Pemerintah Daerah sudah menginisiasi kegiatan pemutakhiran data rumah tangga miskin dalam keterkaitannya terhadap program kemiskinan daerah dan mengirimkan hasil tersebut ke TNP2K. 3. Kerjasama Berkelanjutan dengan Pemda dan Masyarakat. Diperlukan pemutakhiran data rumah tangga miskin yang sangat dinamik secara cepat (real-time) sehingga diperlukan kerjasama dengan Pemda dan masyarakat dengan pelibatan langsung peran dan tanggung jawab secara berkesinambungan . 95
PENTINGNYA KONSULTASI PUBLIK 1. Mempertajam Ketepatan Sasaran Mengurangi kekurangcakupan (exclusion error) dan kebocoran (inclusion error) dan mengakomodasi perubahan karakteristik rumah tangga akibat perubahan sosial-demografi 2. Memperoleh Dukungan Pemerintah Daerah dan Masyarakat Meningkatkan peran serta dan tanggung jawab pemerintah daerah dan masyarakat sehingga terbina rasa-memiliki terhadap data rumah tangga miskin. 3. Mengakomodasi Kearifan Lokal. Verifikasi dan validasi rumah tangga miskin melalui konsultasi publik dapat menangkap dan mengakomodasi kearifan lokal dalam upaya mencegah konflik horisontal. 4. Sebagai Landasan Pelibatan Pemda dan Masyarakat dalam Pemutakhiran BDT Pemerintah daerah dan masyarakat berpartisipasi secara aktif dalam dalam proses penyusunan BDT sehingga mereka dapat melakukan mekanisme pemutakhiran BDT secara berkala (dinamis). 96
UPAYA SOSIALISASI YANG DIPERLUKAN
Perlu dilakukan kepada lintas pelaku, pelaksana dan pemanfaat data FGD lintas pelaku pelaksana dan lembaga pemanfaat potensial (K/L, daerah). uji materi terhadap konsep dan mekanisme pelaksanaan konsultasi publik (Pleno K/L dan daerah) penerbitan Surat Edaran/Instruksi/Peraturan dari K/L dan daerah terkait untuk mendukung pelaksanaan konsultasi publik dan pendataan
Perlu disampaikan kepada sasaran pendataan dan penerima manfaat Tidak seluruh rumah tangga terdaftar hasil konsultasi publik akan di tindaklanjuti dengan pendataan/verifikasi. Perlu menyampaikan dalam konsultasi publik bahwa rumah tangga terdata tidak secara otomatis akan menerima manfaat program. Perlu menyampaikan pada saat konsultasi publik, bahwa setelah pendataan akan dilakukan konsultasi hasil pendataan untuk memperoleh validasi pihakpihak terkait, khususnya pemerintah daerah dan masyarakat setempat
Sosialisasi dan komunikasi hanya dapat dilakukan setelah terdapat kepastian pelaksanaan PPLS 2014 97
PRA PPLS 2014: PEMUTAKHIRAN DAFTAR RUMAH TANGGA SASARAN
98
TINGKAT AKURASI DAN MASUKAN PERBAIKAN BDT Hasil uji petik TNP2K mengecek nama & alamat BDT menunjukkan bahwa sekitar 90-95% nama & alamat dapat ditemukan.
Hasil pencocokan dengan data Adminduk Kemendagri menunjukkan 74,8% nama & alamat mendapatkan NIK dan Nomor KK. Pembelajaran dari BLSM dan Jamkesmas • Laporan PT Pos: 93% Kartu Perlindungan Sosial (KPS) terkirim • Pemutakhiran via Musdes/Muskel sekitar 350 ribu Kartu • Pemutakhiran 600 ribu peserta Jamkesmas (berdasarkan SE Menkes)
Hasil survei penggunaan BDT oleh Pemerintah Daerah Keluhan Utama: • Data kurang/tidak akurat • Cakupan kurang • Pemerintah Daerah tidak dilibatkan • Kinerja BPS dalam pendataan Tindak lanjut dari Pemda • Data BDT tidak digunakan untuk program Daerah (mis. Kota Pekalongan) • Melakukan validasi dan verifikasi data BDT (mis. Kab Bintan, Kota Cilegon, Kab Sleman, Kab Belitung Timur, Kota Depok) 99
CAKUPAN PEMUTAKHIRAN DAFTAR RUMAH TANGGA SASARAN PENDATAAN Deskripsi Jumlah Kabupaten/Kota Jumlah Kecamatan Jumlah Desa
Jumlah SLS di bawah Desa (RW/Dusun) (Berdasarkan Podes 2008)
Estimasi Target Rumah Tangga Pendataan - Daftar Awal (28,2 juta RT) - Hasil Konsultasi Publik (3,3 jt RT) 100
Jumlah 508
Unit Daerah
6,911 Kecamatan 79,992
Desa
299,555
SLS
31,500,000
RT
PERKIRAAN JUMLAH RUMAH TANGGA DALAM DAFTAR AWAL Sumber Data BDT 2011 (PPLS 2011)
Jumlah Rumah Tangga 25,200,959
Perubahan Data PBI Jaminan Kesehatan
346,449
Form Rekap Pengganti Raskin & KPS (2012, 2013,2014)
559,527
Data MIS – PKH (Kohor sebelum menggunakan BDT) ODK (Orang dengan Kecacatan) -Data Kemensos RT dengan SKRTM (Surat Keterangan Rumah Tangga Miskin) Kabupaten Belitung Timur
Kabupaten Sleman Perkiraan Total Jumlah Rumah Tangga dalam Daftar Awal 101
1,052,201 834,441 13,432 7,761
104,493 28,119,263
ALTERNATIF PENENTUAN SASARAN PENDATAAN DALAM KONSULTASI PUBLIK ASPEK
TERBUKA
TERTUTUP
Konsep
Seluruh usulan rumah tangga Tidak seluruh usulan rumah tangga yang perlu didata diakomodasi sasaran pedataan diakomodasi, melalui konsultasi publik penentuan rumah tangga diberlakukan batas maksimal dengan skala prioritas
Cakupan
Di upayakan mengakomodasi aspek exclusion error
Exclusion error menjadi tantangan utama dengan kuota yang terbatas
Pembiayaan
Tidak dapat dipastikan sejak awal perencanaan
Dapat dipastikan sejak awal perencanaan
Perencanaan
Perlu memperkirakan alokasi masing-masing wilayah
Perlu menentukan alokasi tetap yang akurat masing-masing wilayah
Implementasi
Program KSM Kota Jogjakarta
KPS P4S, RTSPM Raskin, Update PBI Jamkesmas, FUS BSM
Rumah tangga sasaran hasil konsultasi publik seluruhnya diakomodasi, namun dalam hal pendataan rumah tangga ditentukan berdasarkan skala prioritas dan mengacu pada ketersediaan pembiayaan. 102
MEKANISME PEMUTAKHIRAN BASIS DATA TERPADU (BDT) Pemutakhiran Data dibangun berdasarkan pemanfaatan data sampai dengan saat ini
Penggunaan saat ini menjadi basis Pemutakhiran BDT Perubahan Data PBI Jaminan Kesehatan Form Rekap Pengganti Raskin (2012, 2013) Data MIS – PKH Form Usulan Sekolah BSM (2012, 2013)
Pelibatan Pemda dan Masyarakat memperbaiki daftar RT yang akan dicacah oleh BPS Konsultasi Publik dengan Pertemuan Masyarakat ditingkat RW/Dusun dikoordinir oleh TKPK Daerah dan BPS Kab/Kota Konsultasi Publik dibantu oleh Fasilitator Mitra/Kader di Desa dan aparat RW/Dusun
Pendataan Nasional dilakukan oleh BPS
Kompilasi Hasil Konsultasi Publik: perbaikan nama/alamat menjadi input bagi PRE-LIST AKHIR yang akan diserahkan ke BPS
Desa A
Basis Data Terpadu
RW-1 RW-2
PRE-LIST AKHIR
PRE-LIST AWAL
Form Rekap Pengganti KPS (Musdes/Muskel)
Kesetaraan informasi menjadi kriteria utama apakah data program dapat menjadi bagi PRE-LIST AWAL
PRE-LIST Akhir dijadikan dasar bagi Pendataan PPLS 2014 oleh BPS
Hasil Pertemuan Masyarakat di-entry di Kab/Kota, Dikompilasi di Pusat oleh TNP2K 103
TAHAPAN PELAKSANAAN PEMUTAKHIRAN BASIS DATA TERPADU (BDT) 1 Identifikasi Sumber Data RT dalam Pre List
2 Penyusunan Daftar Awal (Prelist) 2014 7
0 Basis Data Terpadu
Konsultasi Publik Daftar Akhir dan Penanganan Keluhan
3 Konsultasi Publik Daftar Awal
4 Pendataan PPLS
2015 6*
Penetapan Daftar Rumah Tangga
5 Penyusunan Rangking Rumah Tangga PPLS 2014
Keterangan: Persiapan Pemutakhiran BDT (1,2,3); Pemutakhiran BDT (4,5,6,7)
Perlu disusun mekanisme pemutakhiran secara berkala (Dynamic Updating) dalam upaya penyempurnaan BDT secara berkesinambungan 104
ALUR PROSES KONSULTASI PUBLIK PENGIRIMAN PRE-LIST RUMAH TANGGA PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL KAB/KOTA
+
TNP2K + BPS Pusat mengirimkan Pre-List ke BPS Kab/Kota
KECAMATAN
DESA
RW/DUSUN
PRE-LIST
Daftar Final RT layak yang akan dicacah Oleh BPS dengan Melampirkan Berita Acara
Hasil Konsultasi Publik Publikasi Daftar RT untuk pendataan 105
Pertemuan dan konsultasi untuk identifikasi: 1. RT Pindah 2. RT Meninggal tanpa ART lainnya 3. RT Tercatat Ganda 4. RT tidak layak menurut masyarakat, dan 5. Usulan/Tambahan RT layak yang belum tercakup dalam PRE-LIST
RW/Dusun menjadi pusat dilakukan Konsultasi Publik. Kegiatan yang dilakukan: 1. Publikasikan PRE-LIST 2. Pertemuan dan Konsultasi daftar RT yang ada pada PRE-LIST 3. Usulan/Tambahan Rumah Tangga layak 4. Didampingi oleh Fasilitator
ASPEK PERBANDINGAN
ALTERNATIF DISTRIBUSI DAFTAR AWAL BADAN PUSAT STATISTIK (BPS)
PT POS INDONESIA
Mekanisme Kontrol
Menjadi bagian penugasan pemerintah pusat dan sebagai tugas tambahan
Sesuai penugasan pemerintah dan perjanjian bisnis
Ketepatan Waktu
Sesuai dengan instruksi pusat dan dapat dilakukan dengan cepat
Sesuai perhitungan bisnis pengiriman barang dan jasa (maksimal 2 minggu)
Pengetahuan Proses
Mengerti proses bisnis dalam lingkup pendataan
Mengerti proses bisnis distribusi barang
Jangkauan Maksimal
Diperlukan kesiapan tenaga lapangan di bawah kecamatan
Dapat dikirimkan langsung hingga level desa/kelurahan
Proses Pengadaan/ Pencetakan
Dapat dilakukan penggandaan pada level kabupaten/kota dan diidistribusikan pada tingkat desa/kelurahan
Dilakukan pada level pusat dan didistribusikan ke tingkat desa/kelurahan
Rekomendasi: Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) 106
PRIORITAS USULAN RUMAH TANGGA SASARAN PENDATAAN • Pengalaman menunjukkan bahwa mekanisme usulan penambahan rumah tangga sasaran dari masyarakat dapat bertambah dengan signifikan sehingga berpengaruh kepada anggaran yang tersedia. Oleh karena itu, perlu di tetapkan kriteria usulan rumah tangga dalam konsultasi publik. • Kriteria rumah tangga yang layak diusulkan sebagai tambahan rumah tangga sasaran pendataan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 107
Tidak memiliki tempat tinggal atau kondisi rumah tidak layak huni Berpenghasilan rendah dan tidak tetap Memiliki ART penyandang kecacatan mental atau fisik tetap Janda/Duda/Lansia yang tinggal dengan: ART yang tidak bekerja atau sebatang kara Seluruh anggota rumah tangga pengangguran Tidak memiliki asset maupun harta berharga Peserta program daerah dan penerima manfaat kegiatan sosial keagamaan (zakat, santunan dll) Kepesertaan program kemiskinan lainnya yang tidak termasuk dalam daftar awal
ORGANISASI PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK Kelompok Kerja Kabupaten/Kota
PEMDA KABUPATEN/KOTA
TIM KONSULTASI PUBLIK DAN PENDATAAN KABUPATEN/KOTA
BPS KABUPATEN/KOTA
1. Supervisi, koordinasi, s osialisasi dan advokasi ditingkat kecamatan 2. Koordinasi dengan pelaksana data entry 3. Pengiriman daftar pemutakhiran 108
Kelompok Kerja Kecamatan
SKPD KECAMATAN
Koordinator Desa
Komunitas/ Lingkungan
DESA / KELURAHAN
TIM KONSULTASI PUBLIK DAN PENDATAAN KECAMATAN
KOORDINATOR KECAMATAN
1. Supervisi, koordinasi, sosialisasi dan advokasi ditingkat desa/kelurahan 2. Verifikasi, kompilasi dan pengiriman daftar pemutakhiran
TIM KONSULTASI PUBLIK DAN PENDATAAN DESA/KELURAHAN
KONSULTASI PUBLIK DI TINGKAT LINGKUNGAN
KOORDINATOR DESA
1. Koordinasi, sosialisasi, advokasi pelaksanaan pemutakhiran 2. Verifikasi, kompilasi dan pengambilan di tingkat lingkungan
1. Melaksanakan musyawarah/ konsultasi di tingkat lingkungan 2. Pemutakhiran daftar rumah tangga sasaran pendataan
ORGANISASI KONSULTASI PUBLIK TINGKATAN WILAYAH
Pusat
Kabupaten/Kota
Kecamatan
PENANGGUNGJAWAB DAERAH
ANGGOTA KELOMPOK KERJA
Presiden/Wakil Presiden
1. 2. 3. 4. 5.
Bappenas Kemendagri Kemensos BPS TNP2K
Bupati / Walikota
1. 2. 3.
BPS Kabupaten/Kota Petugas PPLS 2014 Bappeda/TKPKD
Camat
1. 2. 3.
KSK/PML BPS Petugas PPLS 2014 Petugas/aparat Kecamatan
1. 2.
Aparat Desa/kelurahan Mitra Tim Pusat (Alternatif) Kader Posyandu Guru Karang Taruna
1. 2.
Petugas/Aparat RW/Dusun Petugas/Aparat RT
Desa/Kelurahan
Kepala Desa/Lurah
Dusun/RW
Kepala Dusun/Ketua RW
Keterangan: KSK : Koordinator Statistik Kecamatan; PML : Pengawas Lapangan; PCL : Petugas Pencacah Lapangan
PPLS 2014: PENDATAAN RUMAH TANGGA PRIORITAS
110
KONDISIONALITAS PENDATAAN • Pendataan dilaksanakan dengan mengacu pada hasil konsultasi publik sebagai daftar awal rumah tangga sasaran pendataan. • Jika hasil konsultasi publik melebihi ambang batas ketersediaan anggaran, maka pendataan untuk tahun 2014 ditetapkan berdasarkan skala prioritas. • Prioritas pendataan didasarkan pada daftar rumah tangga sasaran pendataan yang belum tersedia informasi rumah tangganya sesuai dengan budget yang tersedia. • Kekurang cakupan pendataan terhadap total rumah tangga hasil konsultasi publik akan dipindahkan pada tahun anggaran selanjutnya dan otomatis dianggap sebagai RT sasaran pemutakhiran secara dinamik. 111
RENCANA ANGGARAN PEMUTAKHIRAN BDT 2014 SKENARIO 1
SKENARIO 2
Uraian Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
31.5 Juta RT
50%
16.8 Juta RT
27%
Tahap 1: Penyusunan Daftar Rumah Tangga (Prelist) Awal
Rp 1,3 miliar
0.2%
Rp 1,3 miliar
0.3%
Tahap 2: Konsultasi Publik Daftar Rumah Tangga (Prelist) Awal
Rp 65,2 miliar
8.3%
Rp 65,2 miliar
14.5%
Tahap 3: Pencacahan Rumah Tangga Berdasarkan Rp 720,9 Daftar Hasil Konsultasi Publik - PPLS 2014 (APBNmiliar P 2014)
91.6%
Rp 384,8 miliar
85.5%
Estimasi Cakupan Pendataan (Rumah Tangga) Perhitungan Biaya
Total Biaya (Tahap 1 + 2 + 3)
Rp 787,4 miliar
Rp 450,0 miliar
Catatan: Harga per unit rumah tangga: Rp.22,889 * Estimasi jumlah rumah tangga 63,000 (Susenas Maret 2013) 14
SKEMA PRIORITAS PENDATAAN
1
RUMAH TANGGA USULAN TAMBAHAN
2 3 4
5 113
PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMUTAKHIRAN RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM DAERAH RUMAH TANGGA DIUSULKAN TIDAK LAYAK
RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM NASIONAL
PRIORITAS PENDATAAN Prioritas
Kelompok Rumah Tangga
Keterangan
1
Rumah Tangga Tambahan
100% usulan masyarakat melalui konsultasi publik (sesuai kriteria usulan RT tambahan)
2
RT Pemutakhiran Kepesertaan Program Nasional
Rumah Tangga Non-PPLS 2011 (pemutakhiran KPS, FRP Raskin, PKH, FUS BSM, Jamkesmas)
3
RT Peserta Program Daerah
Rumah Tangga Non-PPLS 2011 Jamkesda, KMS dll Penerima Zakat Santunan dll
4
RT Usulan Tidak layak
Hasil konsultasi publik memutuskan RT tertentu tidak layak
5
RT Peserta Program Nasional
Hasil konsultasi publik memutuskan RT tertentu layak dan terdapat dalam BDT/PPLS11
114
Perkiraan Jumlah
KEGIATAN PERSIAPAN YANG SEDANG DILAKUKAN
Penyusunan daftar awal rumah tangga sasaran pendataan Penyusunan daftar variabel, pertanyaan dan instrumen lapangan Penyusunan pedoman operasional konsultasi publik Pedoman Umum Pelaksanaan Petunjuk Teknis Pelaksanaan (SOP) Buku Saku Konsultasi Publik Perumusan kandidat modelling perangkingan rumah tangga hasil pendataan Menyusun mekanisme pelibatan daerah melalui perumusan surat edaran/instruksi kementerian dan lembaga terkait 115
REKOMENDASI Dalam mendukung upaya pemutakhiran BDT: 1. Mengupayakan pendanaan pemutakhiran melalui APBN-P 2014 2. Pembentukan task force yang terdiri dari Bappenas, Kemendagri, Kemensos, BPS dan TNP2K 3. Memastikan keterlibatan pemerintah daerah melalui Instruksi Mendagri 4. Pembuatan Surat Tugas Pelaksanaan Konsultasi Publik dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota 5. Berkoordinasi dengan K/L terkait (BPS, Kemendagri) untuk memperbantukan staf di daerah dalam 116 pelaksanaan Konsultasi Publik
RENCANA PELAKSANAAN PPLS 2014 Kegiatan Utama
Periode Pelaksanaan
Kompilasi dan pemetaan ketersediaan data peserta perlindungan sosial berbasis rumah tangga (BPJS, P4S, dll)
Januari -Februari 2014
Menyusun daftar awal yang merupakan hasil dari konsolidasi data perlindungan sosial berbasis rumah tangga dan PPLS 2011
Maret-April 2014
Uji coba pelaksanaan konsultasi publik
Mei 2014
Uji coba pelaksanaan pendataan dan desain pendataan
Mei 2014
Sosialisasi tentang pelaksanaan PPLS 2014 ke Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Juni 2014
Komitmen dan Dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota terhadap pelaksanaan PPLS 2014
Juni 2014
Persetujuan, Penolakan dan tambahan dari pemerintah lokal (RT/RW/Desa) dan Masyarakat
Juli 2014
Pelaksanaan Konsultasi Publik Daftar Awal Pada tingkat Desa/RW
Agu-Sept 14
Penyusunan daftar rumah tangga prioritas sasaran pendataan PPLS 2014
Agu-Okt 14
Pendataan lapangan: Rumah Tangga Prioritas
Nov-Des 14
Pengelolaan data, analisis dan pengelompokan rumah tangga
Jan-Feb 15
Pelaksanaan konsultasi publik daftar rumah tangga dan kelompok
Maret 15
Serah terima dan finalisasi rumah tangga dalam BDT
April 15
Pemanfaatan data 117
Mei 15 dst
TERIMA KASIH