BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN PENELITIAN
5.1
Kesimpulan dan Implikasi Penelitian Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan metode non
parametrik (DEA) dapat dilihat secara keseluruhan bahwa program pendidikan wajib belajar 9 tahun di D.I Yogyakarta belum sepenuhnya efisien. Hal ini dapat di lihat dari skor rata-rata efisiensi pendidikan di beberapa sekolah setiap tahun ajaran yang masih dibawah 100 persen. Pengukuran tingkat efisiensi pada program pendidikan dasar (Wajib belajar 9 tahun) sangat perlu dilakukan oleh tingkat satuan pendidikan, yaitu SD dan SMP itu sendiri dengan metode dan analisis yang berbeda pada masing-masing sekolah. Jumlah jam siswa di sekolah pada proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka yang berbeda-beda untuk masing-masing tingkatan sekolah. Untuk jumlah jam siswa di SD, peneliti menggunakan jam belajar siswa di sekolah pada kelas IV sampai kelas VI yaitu 27 jam per minggu, yang juga berdasarkan standar pelayanan minimal ini tingkat SMP untuk jumlah jam siswa di sekolah adalah sama, yaitu minimal 27 jam per minggu. Hasil pengujian penelitian ini diperoleh rata-rata jumlah jam siswa di sekolah yaitu selama 33 jam per minggu, artinya dengan menambah atau memperlama siswa tinggal di sekolah diharapkan akan menghasilkan output yang lebih baik. Implikasi dari variabel ini yaitu sekolah seharusnya dapat mengevaluasi jumlah jam atau lamanya siswa di sekolah selama
76
ini sudah berjalan dengan baik, dengan begitu maka kepala sekolah beserta guru dapat memperbaiki output secara bertahap yang akan menyesuaikan dengan jumlah jam siswa di sekolah. Rasio guru-siswa merupakan perbandingan antara jumlah guru dengan jumlah siswa di sekolah. Melalui hasil penelitian ini, ada kecenderungan bahwa semakin besar jumlah siswa di kelas maka makin baik prestasi belajar siswa. Hal ini berbeda dengan pandangan peneliti lain yang mengemukakan bahwa siswa dapat belajar lebih cepat dengan sering interaksi dengan guru di kelas yang lebih kecil. Perbedaan ini mengindikasikan bahwa sekolah tersebut memiliki reputasi yang baik dari masyarakat. Implikasi dari variabel ini adalah pemerintah hendaknya memperhatikan sarana dan prasarana sekolah dengan lebih baik lagi. Persentase Jumlah Guru yang berpendidikan S1 Keatas dan Pengalaman Mengajar Guru Lebih dari 5 Tahun merupakan indikator dari kualitas guru. Beberapa studi menunjukkan bahwa kualitas guru memiliki efek yang kuat terhadap prestasi siswa. Standar minimal yang ditetapkan pemerintah yaitu setiap SD/MI harus tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan di setiap SMP/MTs guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% di D. I Yogyakarta sudah sangat baik, terlihat bahwa hampir semua SD memiliki guru yang berpendidikan minimal S1 dan pengalaman mengajar guru lebih dari 5 tahun. Implikasi dari variabel ini adalah bahwa salah satu kualitas guru dilihat dari kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan pengalaman mengajar akan lebih baik jika ada persyaratan khusus tentang prestasi akademik guru.
77
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dijadikan sebagai salah satu input dari penelitian karena sekolah tidak dibenarkan memungut biaya apapun untuk menjalankan operasional pendidikan, kecuali untuk beberapa hal pungutan yang dibenarkan berdasarkan peraturan pemerintah yang boleh melakukan pungutan. Namun secara umum sekolah tidak dilakukan pungutan biaya pendidikan. Dana BOS relatif sama atau merata antar sekolah, perbedaan mendasar adalah letak sekolah yaitu sekolah yang berada di kota dan kabupaten. Jumlah dana yang diterima dikota pada tahun ajaran 2010/2011 dan 2011/2012 untuk tingkat SD di Kota sebesar Rp. 400.000/siswa/tahun dan SD di tingkat Kabupaten sebesar Rp. 397.000/siswa/tahun. Pada tingkat SMP juga berbeda, yaitu SMP yang berada di Kota dana BOS yang diterima sebesar Rp. 575.000/siswa/tahun dan di kabupaten sebesar Rp. 570.000/siswa/tahun. Hal ini berarti tiap sekolah akan mendapat jumlah subsidi yang relatif sama dari pemerintah. Implikasi dari variabel ini adalah terjadi ketimpangan antara sekolah yang berada di kota dan desa. Dengan jumlah subsidi yang sama bagi setiap siswa, maka siswa di kota lebih diuntungkan dibandingkan dengan siswa di desa yang secara status sosial lebih rendah dari rata-rata status sosial siswa di kota. Upaya yang dapat dilakukan pemerintah dengan menambah jumlah beasiswa kepada siswa kurang mampu di tiap-tiap sekolah. Harapan pemerintah dengan gaji yang lebih tinggi akan menarik lebih banyak guru yang berkualitas dan produktif yang mampu memberikan kontribusi lebih efektif terhadap prestasi siswa. Implikasi dari variabel ini adalah peningkatan anggaran pendidikan akan bertambah pada sisi gaji guru namun tidak
78
mengalami perubahan pada sisi biaya operasional pendidikannya. Persentase Jumlah Buku Bacaan di Perpustakaan dibeberapa sekolah masih kurang jumlahnya. Artinya siswa kekurangan sumber daya yang harus dimiliki oleh sekolah. Keterbatasan inilah yang menjadi salah satu penghambat proses belajar mengajar di sekolah. Implikasi dari variabel ini adalah sekolah tidak efisien dalam memanfaatkan sumber daya sekolah dengan semaksimal mungkin. Pada penelitian ini rata-rata nilai Ujian Nasional (UN)
sebagai indikator output yang dapat
dipercaya untuk mengetahui mutu pendidikan. Output sekolah dikatakan berkualitas apabila prestasi belajar siswa menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam prestasi akademik (nilai ulangan umum, Ujian Nasional, karya ilmiah, dsb) dan non akademik (kejujuran, kesopanan, olah raga, dan kegiatan-kegiatan ektsrakurikuler lainnya). Pelaksanaan pendidikan fokus pada input seperti jumlah siswa yang bersekolah dan output berupa siswa yang lulus ujian nasional. Pada periode yang akan datang pemerintah dan sekolah harus fokus
pada proses
pendidikan di sekolah, media pembelajaran, dan ketersediaan sumber belajar bagi siswa, dan sejauhmana kompetensi guru dan tenaga pengajar lainnya beserta alat evaluasi proses pembelajaran yang dilakukan sekolah.
5.2
Keterbatasan Penelitian Penelitian
ini
memiliki
keterbatasan-keterbatasan,
yaitu
dalam
menganalisis efisiensi program pendidikan dasar untuk mengetahui keberhasilan sekolah dalam menggunakan dan memanfaatkan sumber daya, sarana, dan prasaran sekolah pada hakikatnya merupakan kewajiban dan tanggungjawab
79
sekolah. Hingga saat ini belum ada standar yang baku dalam penilaian efisiensi pada program pendidikan dasar. Penelitian ini hanya melibatkan satu output pendidikan, yaitu rata-rata nilai ujian nasional siswa, artinya output penelitian ini hanya mengungkapkan prestasi siswa berdasarkan nilai akademik. Sementara Hanushek (1986) mengungkapkan bahwa meskipun banyak penelitian yang mengukur output dengan prestasi siswa berdasarkan nilai tes, meskipun signifikan ukuran yang lain juga sangat penting dilakukan, yaitu sikap siswa, tingkat kehadiran siswa, tingkat putus sekolah dan angka melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi.
5.3
Saran Penelitian Selanjutnya Berdasarkan kesimpulan dan implikasi serta keterbatasan penelitian seperti
diuraikan di atas, dibawah ini diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1.
Dari temuan penelitian diakui bahwa program wajib belajar 9 tahun cukup berhasil. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya angka putus sekolah di tingkat SD dan SMP di D. I Yogyakarta. Namun perbaikan-perbaikan kinerja sekolah melalui variabel input yang diteliti hendaknya disesuaikan dengan input yang dimiliki sekolah sesuai dengan output yang ingin dicapai sekolah. Hal ini disebabkan karena adanya otonomi sekolah yang diberikan oleh pemerintah dalam hal pengelolaan keuangan sekolah untuk meningkatkan performansi sekolah masing-masing.
2.
Perhatian pemerintah terhadap mutu pendidikan di D.I Yogyakarta khususnya di masing-masing Kabupaten/Kota sudah sangat baik, tercermin
80
dari besarnya alokasi anggaran pendidikan dari APBD kabupaten/kota. Namun pemerintah juga harus melakukan kontrol terhadap anggaran yang digunakan sekolah, terkait dengan efisiensi penggunaan dana. 3.
Secara umum untuk SMP negeri dilihat dari pencapaian skor efisiensi sudah sangat bagus dan lebih bagus lagi ditingkatkan dan dimanfaatkan secara optimal sumber daya yang dimiliki sekolah.
4.
Penelitian ini menambah wawasan pada pengukuran kinerja (pada dimensi efisiensi sumber daya, yaitu input dan output) sektor publik khususnya bagi sekolah pada tingkat pendidikan dasar (wajar 9 tahun). Hasil penelitian ini bisa menjadi sumber informasi bagi SD dan SMP untuk lebih meningkatkan efisiensi sumber daya sekolah sehingga bisa mencapai sekolah berprestasi.
81