121
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Kehidupan menjadi sandiwara, ada yang kaya dan ada yang miskin. Permasalahan kaya dan miskin tidak akan pernah selesai tanpa adanya sistem berbagi. Kehidupan yang sejati selalu ada sikap empati dengan sesama, dimana yang kaya membagi yang miskin dengan begitu diharapkan ada keseimbangan. Islam mengajarkannya dengan sedekah diperuntukkan kepada orang kaya yang bersikap dermawan. Pendidikan menjadi prioritas utama untuk seseorang memiliki akhlak dan ilmu yang baik untuk menerapkan sikap dan perilaku yang baik juga. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya kerjasama dari semua elemen baik dari pemerintah maupun masyarakat. Pendidikan menjadi salah satu cara seseorang untuk meraih ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum. Permasalahannya apakah setiap manusia dapat memeproleh ilmu itu? Tentu tidak. Bagi yang kaya akan mudah untuk memperoleh ilmu sedangkan untuk yang miskin sangat tidak mudah memperoleh ilmu tersebut. Tesis ini berusaha menjelaskan bagaimana seseorang yang peduli kemudian membentuk sekolah atau asrama untuk tempat tinggal, baik itu berupa pondok pesantren maupun berbentuk asrama dan sekolah seperti sekolah pada umumnya, hanya saja mereka menggunakan istilah yayasan yatim piatu.
122
Teori yang utama dalam tesis ini adalah teori Altruisme, yaitu teori yang berusaha menginspirasi tulisan ini untuk menolong tanpa pamrih. Artinya menolong disini dalam bentuk melalui pendidikan gratis kepada yang tidak mampu secara ekonomi. Jadi tolong menolong disini adalah bagi yang mampu secara ekonomi memberi bantuan kepada yang tidak mampu secara ekonomi. Yayasan berusaha mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan memfasilitasi konsep tolong-menolong ini. Konsep saling memberi dan menerima ada di dalam yayasan panti asuhan ini, memberi kepada yang memang benar-benar membutuhkan. Konsep saling berbagi kepada dermawan yang suka memberi kepada lembaga yayasan pendidikan sekolah anak yang terdapat di panti asuhan. Jadi teori Altruisme ini diterapkan kepada para dermawan yang mementingkan kepentingan Pembuatan ini tentu tidak mudah baik itu berupa, asrama, sekolah, maupun pondok pesantren. Hal ini dibutuhkan usaha dan niat utama yang ikhlas dan akan ada pertolongan yang tidak terduga dalam pelaksanaannya, tenyata banyak yang berhasil dan berkembang contohnya di dua tempat yang menjadi penelitian tesis ini yaitu di Yayasan Jihadul Mukhlishin dan Yayasan Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah. Yayasan pertama berada di wilayah DKI Jakarta, sedangkan yayasan pondok pesantren ini masuknya di wilayah Tangerang Selatan. Permasalahan selalu ada dalam pelaksanaannya dari awal hingga saat ini, tetapi kedua tempat ini selalu menanggapi setiap masalah bukan masaah karena keikhlasan di awal pembuatan yayasan ini, jadi tidak mengharapkan apapun kecuali Ridho Tuhan Yang Maha Esa.
123
Peran Yayasan Jihadul Mukhlishin dengan Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah yaitu sama-sama berusaha menyelenggarakan pendidikan yang gratis dan menampung anak-anak yatim piatu, dhuafa, dan yang tidak mampu secara ekonomi. Penyelenggaraan pendidikan yang terjadi di sekolah milik yayasan dan pondok pesantren. Kedua yayasan ini memfasilitasi masyarakat untuk ikut berperan serta membantu mereka yang kekurangan, terutama anak yatim yang telah ditinggalkan orang tua, sehingga tidak ada yang membiayai hidupnya serta kurang kasih sayang. Harapan dengan adanya yayasan ini tercipta tolong-menolong dan membantu sesama yang membutuhkan, si kaya membantu si miskin dan si kuat membantu si lemah. Keadaan ini mengesampingkan kepentingan individu atau pribadi di atas kepentingan bersama. Sistem pendidikan yang berjalan sesuai dengan kebutuhan masing-masing sekolah yayasan dan sekolah di pondok pesantren. Sistem pendidikan tentunya berbeda dalam ritme keseharian anak. Pondok lebih ketat dibandingkan dengan asrama dan banyak aturan serta kegiatan belajar agama yang lebih banyak dibandingkan dengan anka yang tinggal di yayasan Jihadul Mukhlishin. Santri dan anak asuh disekolahkan dari tingkat SD sampai perguruan tinggi, di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah santri memperoleh pendidikan selama enam tahun, setelah lulus dari pendidikan pondok santri diharapkan mampu mengamalkan ilmu di pondok dan mengabdi disana. Sedangkan di yayasan Mukhlishin tidak ada aturan seperti itu, setelah lulus dapat kembali ke tempat asal masing-masing anak, untuk posisi anak tersebut digantikan dengan anak lain yang membutuhkan. Manajemen pendidikan, sistem dan pengelolaan sama dengan sekolah pada umumnya, hanya sekolah di Yayasan ini berlabel Islam dengan nama sekolah Islam
124
Terpadu. Manajemen pondok sama seperti manajemen pondok yang lain ada bagianbagian yang mengatur setiap santri, semua diatur secara bersama karena mengatur banyak santri. Sedangkan di Mukhlishin dengan jumlah anak asuh yang tidak terlalu banyak maka pengaturan dan pengelolaan lebih terarah. Yayasan Mukhlishin mengatur sekolah dan asrama sendiri. Saat di asrama ada yang bertanggung jawab dan sebaliknya di sekolah pun demikian ada yang bertanggung jawab sendiri, sebab jarak antara sekolah dengan asrama cukup berjauhan. Hal ini berbeda dengan pondok pesantren AlQur’aniyyah semua diatur oleh satu ustad. Ustad Sobron yang bertugas mengatur segala urusan pondok dibantu ustad yang lain, walaupun di sekolah tetap ada yang menangani sendiri. Pada dasarnya semua sama dalam hal manajemen dan pengelolaan lembaga.
B. Saran Harapannya selalu ada masyarakat minimal individu yang mau membantu anakanak yang kurang beruntung dalam hidupnya, baik ikut membantu melalui santunan sedekahnya malalui tempat-tempat yayasan yang jelas seperti ini, atau ikut membangun sendiri sekolah buat mereka. Islam mengajarkan sedekah dalam Al-Qur’an tentu membawa dampak banyak hal yang positif dan ini juga diajarkan oleh agama lain selain agama Islam. Manfaat yang didapat tentu sangat banyak, salah satunya hidup menjadi tenang dengan membantu yang membutuhkan, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dengan menyekolahkan mereka yang cerdas namun tidak memiliki biaya. Apalagi ikut menyantuni anak yang tergolong yatim piatu maka Rosul sendiri mengatakan dalam
125
hadisnya akan berdampingan seperti jari telunjuk dengan jari tengah saat di akhirat nanti. Itu bagi kepercayaan umat Islam. Pemerintah juga harus campur tangan untuk mengatasi kemiskinan ini salah satunya dengan pendidikan dengan bersatunya elemen semua warga baik dari kalangan masyarakat biasa maupun pemerintah maka akan terwujud apa yang dicita-citakan bangsa dan negara memiliki manusia yang baik seutuhnya dan cerdas secara jasmani dan rohani. Harapannya tidak hanya pintar namun juga memiiki akhlak atau perilaku yang baik. Sarannya perlu ditingkatkan sekolah gratis dan sasaran yang tepat bagi anak yang memang membutuhkan. Pelaksanaannya juga diharapkan diketahui oleh masyarakat luas, sehingga informasi ini sampai kepada yang benar-benar membutuhkan terutama yang yatim piatu dan tanpa ada keluarga yang bisa membantu. Pondok pesantren yatim piatu dan yayasan pun ikut turut serta mencari anak-anak tersebut yang memang putus atau belum mengenal sekolah karena ketiadaan biaya. Hal ini perlu ditampung dan disebarluaskan kepada para dermawan dan pemerintah untuk bersama-sama membantu baik secara dukungan moril maupun finansial. Wujud bantuan itu diberikan untuk murid dan guru secara langsung dengan begitu akan berkurang yang bodoh dan kemiskinan sedikit demi sedikit dapat diatasi disetiap negara, khususnya di Indonesia saat ini.