BAB V KEBIJAKAN DAN PROGRAM CSR PT INDOCEMENT Analisis mengenai kebijakan dan program CSR PT Indocement akan dijelaskan secara mendalam dalam bab ini. Kebijakan dalam hal ini adalah komitmen perusahaan dalam melaksanakan CSR yang mempertimbangkan prinsip triple bottom lines yaitu aspek lingkungan (planet), sosial-masyarakat (people), dan ekonomi (profit). Kebijakan yang dianalisis tidak hanya mencakup komitmen secara tertulis, namun bagaimana komitmen tersebut diimplementasikan dengan aksi nyata sejalan dengan lingkup tanggungjawab sosial perusahaan (CSR).
5.1
Pandangan dan Alasan PT Indocement Melakukan CSR PT Indocement menyadari bahwa CSR adalah suatu kewajiban dan
tanggungjawab moral dan sosial perusahaan pada masyarakat, baik masyarakat lokal dimana perusahaan beroperasi maupun masyarakat secara luas yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan operasi perusahaan. Selain itu, hubungan yang harmonis antara perusahaan dan masyarakat, khususnya masyarakat lokal sangat dibutuhkan agar kegiatan operasi perusahaan dapat berjalan dengan baik dan lancar serta sebagai wujud terima kasih bagi masyarakat yang telah mendukung kegiatan usaha perusahaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Caroll (2003) bahwa CSR adalah nilai moral atau kebajikan yang dilakukan perusahaan bagi kesejahteraan masyarakat baik ke dalam maupun ke luar perusahaan. CSR bagi PT Indocement merupakan suatu kebijakan pimpinan puncak perusahaan dan dilakukan in-line dengan kegiatan usaha perusahaan serta dijalankan
terintegrasi
dalam
kelembagaan
perusahaan.
Dalam
konteks
pengembangan masyarakat dan kesehatan, keamanan dan keselamatn kerja karyawan dibentuk kelembagaan khusus untuk menyusun, menjalankan dan melakukan evaluasi atas setiap program CSR bagi masyarakat dan bagi karyawan dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat dan karyawan, skala prioritas dengan tetap memperhatikan pengembangan perusahaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, kesiapan dana yang mendukung program CSR perusahaan telah
50
menjadi bagian dari kegitan operasi perusahaan yang direncanakan dan dibelanjakan secara berkesinambungan bukan sebagai biaya tetapi sebagai bagian dari investasi. Seperti yang diungkapkan informan:
“CSR jangan hanya diukur dari besaran uang yang dikeluarkan, yang penting kita harus melihat apakah CSR yang dilakukan itu memberdayakan masyarakat dan menciptakan nilai. Arahnya harus selalu pada value creation bukan terhadap uang yang kita dikeluarkan” (Bapak KU).
Menurut PT Indocement, CSR yang benar adalah suatu kegiatan dengan prinsip triple bottom lines dan bukan lagi filantropis. Memang filantropis tetap kita butuhkan karena ada aspek-aspek tertentu yang perlu kita berikan, tapi bukan berarti filanropi melulu. Dengan berpedoman pada triple bottom lines yang bermula dari pemikiran Elkington J (1994), maka program CSR itu ada kaitannya dengan operasional dan tujuan perusahaan sehingga kegiatan dapat berjalan secara sustainable dan memberikan manfaat baik kepada perusahaan dan masyarakat atau stakeholders lainnya. Salah seorang informan juga menambahkan bahwa: “Bagi kami CSR bukan lagi kesekedar kegiatan filantropis yang bersifat pamer dan menghabiskan anggaran namun CSR adalah komitmen dalam penciptaan nilai tambah secara berkesinambungan. Walaupun kita secara perlahan mengurangi program yang sifatnya filantropis tetapi bukan langsung dihilangkan begitu saja. Masih terdapat beberapa hal yang harus kita bantu, seperti pembangunan infrastruktur, perbaikan gedung ibadah, penyediaan air bersih, sarana MCK, pemberian layanan kesehatan, posyandu, beasiswa, penyuluhan HIV/AIDS dan lainnya” (Bapak AL). Sebenarnya PT Indocement telah menjalankan program CSR sejak perusahaan berdiri tahun 1985, walaupun pada saat itu di titik beratkan pada ekspansi usaha. Sejak tahun 1990-an kegiatan CD (Community Development) sudah dilaksanakan dan saat ini telah mulai terbentuk serta terarah pelaksanaannya yang meliputi Program Lima Pilar Pengembangan Masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan bahwa:
51
“Sekitar empat tahun belakang ini, kami bersama Manajemen ITP telah lebih memantapkan kebijakan CD yang ada selama ini dalam wujud kebijakan CSR perusahaan yang didasarkan pada kepentingan triple bottom lines. Namun tidak berarti bahwa kegiatan CD perusahaan yang selama ini telah dilakukan akan ditinggalkan begitu saja, karena masih merupakan kebutuhan dasar masyarakat. Akan tetapi, secara bertahap kami arahkan pada pemberdayaan masyarakat (empowerment)” (Bapak AL). Cara PT Indocement memandang CSR atau alasan PT Indocement melaksakan praktik CSR dapat dikategorikan kedalam beyond compliance, karena perusahaan tidak hanya melakukan praktik CSR sebagai upaya memenuhi kewajiban terhadap hukum yang memaksanya. Namun dilakukan karena ada komitmen
yang
tulus
untuk
berbuat
lebih
(beyond
complinace)
atau
memaksimalkan manfaat positif kepada stakeholders. Tentu semua program CSR harus memberikan manfaat bagi stakeholders karena ujung dari kegiatan CSR adalah memberikan atau membantu meningkatkan kesejahteraan stakeholders termasuk masyarakat dan pada akhirnya mencipatakan hubungan harmonis dengan lingkungan (masyarakat). Program CSR juga harus bisa memberdayakan masyarakat yang pada akhirnya membuat masyarakat mandiri dan tidak tergantung pada perusahaan. Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah memberikan kontribusi dalam menjaga kelestarian dan mencegah kerusakan lingkungan. Secara langsung atau tidak, program CSR juga harus mendukung program pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menjaga lingkungan dan sumber daya alam. Sejalan dengan triple bottom lines yang dijalankan maka setiap program CSR dikaitkan dengn manfaat yang juga dirasakan perusahaan sehingga kegiatan CSR turut menjadi pilar penopang kegiatan usaha.
5.2
Kebijakan CSR PT Indocement terhadap Lingkungan (Planet) Komitmen PT Indocement dalam melestarikan lingkungan tertulis dalam
kebijakan perusahaan yang menyatakan bahwa “Senantiasa menjalankan perusahaan untuk selalu mematuhi undang-undang, peraturan yang berlaku dan standar yang relevan” (Tabel 5). Hal tersebut ditunjukkan PT Indocement dengan memenuhi dan mentaati standar hukum dan perundang-undangan yang berlaku di
52
Indonesia. PT Indocement telah memperoleh ijin operasional lingkungan yang dituangkan dalam Rencana Kelola Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang menjadi bagian dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di setiap pabrik. Selain itu, sebagai inisiatif dalam pengendalian polusi dan kualitas udara, PT Indocement ikut ambil bagian dalam PROPER dan Program Langit Biru dari pemerintah Indonesia. Kemudian sebagai pemenuhan
kewajiban
pada
pemerintah
Indonesia,
PT
Indocement
mempertahankan akreditasi ISO 14001: Sistem Manajemen Lingkungan. Sistem Manajemen Lingkungan ini merupakan verifikasi dari pihak ketiga. Selain itu, PT Indocement secara tertulis berkomitmen untuk “Senantiasa berupaya menghemat sumber daya alam, mengutamakan keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja serta mengendalikan dan mengurangi dampak lingkungan terutama emisi debu melalui kegiatan perbaikan secara terus menerus”. PT Indocement tunjukkan dengan dilakukannya pemantauan polusi debu, pemantauan tingkat kebisingan dan pemantauan polusi gas rumah kaca untuk mengendalikan dan meminimalkan dampak terhadap lingkungan (Tabel 5). Pemantauan polusi debu dilakukan secara terus menerus dengan memasang alat penangkap debu elektrostatik (Elektronic Precipitator), alat pemantau partikel kontinu (Continuous Particel Monitoring), dan kantong penyaring debu pada tiap cerobong. Upaya meredam tingkat kebisingan dilakukan dengan cara memberikan penutup atau pelindung kedap suara pada ban berjalan. Kemudian pemantau polusi gas rumah dilakukan melalui program Mekanisme Pembagunan Bersih (MPB) yang sesuai dengan Protokol Kyoto, dimana gas-gas berbahaya seperti CO2, SO2, SOX, dan NOX secara berkala diaudit oleh Quality Sysytem Management. Hal ini menunjukkan bahwa komitmen PT Indocement terhadap keberlanjutan lingkungan tidak hanya secara tertulis saja. Komitmen tertulis tersebut ditunjukkan dengan berbagai upaya nyata untuk mengendalikan, mengelola dan meminimalkan dampak terhadap lingkungan. Atas komitmen perusahaan dalam pengelolaan lingkungan, pabrik PT Indocement unit operasi Citeurep telah diaudit pada tahun 2004 dan 2005 dan berhasil meraih peringkat hijau karena melampaui dan memenuhi standar PROPER (Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan).
53
5.3
Kebijakan CSR PT Indocement terhadap Sosial (People) Komitmen PT Indocement terhadap pemangku kepentingan (khususnya
masyarakat tempatan) tertulis dalam kebijakan perusahaan yang menyatakan bahwa “Senantiasa berupaya meningkatkan program untuk menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis dengan lingkungan sekitar”. CSR bagi PT Indocement merupakan tanggungjawab sosial perusahaan terhadap peningkatan nilai dan kualitas hidup pemangku kepentingan (stakeholders) sehingga penting untuk terus berupaya meningkatkan manfaat bagi karyawan, supplier, konsumen, media massa (pers), dunia pendidikan dan masyarakat binaaan (Tabel 6). Sejumlah prinsip pokok dijadikan panduan bagi upaya PT Indocement untuk pengembangan dan pelayanan masyarakat. PT Indocement memfokuskan pada upaya yang bersentuhan dengan masyarakat yang berhubungan dengan isu lingkungan. Kunci utama adalah turut melibatkan masyarakat dengan sejumlah kebutuhan dalam melindungi lingkungan dan kualitas kehidupan bersama. PT Indocement selalu berhubungan dengan tokoh masyarakat sekitar untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan pengembangan masyarakat, salah satunya melalui kegiatan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi). Saat ini PT Indocement di unit operasi Citeureup mempunyai program community development (Program Lima Pilar) yang dilakukan di 12 Desa Binaan. Pengembangan utama pada masyarakat mencakup pendidikan, kesempatan kerja, nilai budaya dan sosial, infrastruktur, dan kesehatan masyarakat. PT Indocement menyadari bahwa dialog dan kepercayaan adalah yang hal yang sangat penting. Kepercayaan dibangun dengan mengadakan kegiatan Bilikom dan menerapkan keterbukaan dalam berbagi informasi. Hal ini menunjukkan bahwa PT Indocement menyadari masyarakat disekitar operasi khususnya, merupakan stakeholders penting karena dukungan dan partisipasi mereka sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup serta perkembangan perusahaan. Sehingga sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat sekitar, PT Indocement berkomitmen dan berkontribusi memaksimalkan dampak positif kepada masyarakat.
54
5.4
Kebijakan CSR PT Indocement terhadap Ekonomi (Profit) Komitmen atau kebijakan CSR PT Indocement dalam aspek ekonomi
(profit) adalah “Senantiasa menjalankan seluruh kegaitan usaha dengan tetap memperhatikan pembangunan bisnis perusahaan secara berkelanjutan” (Table 7). Pada awal tahun 2004, PT Indocement masih menanggung beban utang sejumlah Rp 5.290 miliar akibat krisis keuangan Asia, sekalipun sejumlah Rp 2.007 miliar dari utangnya telah diselesaikan pada tahun sebelumnya. PT Indocement juga membayar utang sejumlah Rp 681 miliar pada tahun 2004 sehingga PT Indocement berfokus pada pemulihan kondisi kesehatan keuangan yang berkesinambunga. Pada tahun 2005, kondisi keuangan mulai membaik ditunjukkan dengan pengurangan beban utang sebesar Rp 739 miliar menjadi Rp 3.870 miliar. Kemudian pada akhir tahun 2006 jumlah utang PT Indocement menurun menjadi Rp 2.271 miliar dan pada tahun 2007 PT Indocement telah menyelesaikan keseluruhan utang serta menyisakan US$ 150 juta atas pinjamannya (PT Indocement, 2008). Menguatnya arus kas dari tahun ke tahun, menunjukkan kesehatan keuangan PT Indocement yang semakin membaik dan stabil. Arus kas yang sehat menghasilkan dana internal yang memadai bagi perseroan untuk melaksanakan berbagai program pengembangan berkaitan dengan peningkatan kapasitas produksi. Adanya peningkatan ekonomi secara bertahap menunjukkan komitmen PT Indocement untuk tetap memperhatikan pengembangan kapasitas untuk mempertahankan pertumbuhan dan keunggulan perseroan dengan memanfaatkan peluang secara tepat di masa depan. PT Indocement telah memberi kontribusi nyata dalam aspek ekonomi perusahaan dan ekonomi negara., juga ekonomi bagi karyawan dan masyarakat sekitar. Total keuntungan PT Indocement pada tahun 2007 adalah sekitar Rp 1 triliun, dengan total pajak penghasilan yang diserahkan kepada pemerintah sekitar Rp 435 milyar (Tabel 5). Kaitannya dengan pendanaan program CSR bagi masyarakat, baik dalam Program Lima Pilar maupun Proyek Pembangunan Berkelanjutan, selama tiga tahun terakhir PT Indocement mengalokasikan dana sebesar Rp 4 milyar rata-rata per tahun (PT Indocement, 2008). PT Indocement menganggap pengeluaran ini sebagai investasi, bukan sebagai biaya operasional.
55 Tabel 5. Konsistensi Kebijakan dan Implementasi CSR PT Indocement pada Aspek Lingkungan (Planet) ASPEK TRIPLE BOTTOM LINES
LINGKUNGAN (PLANET)
KEBIJAKAN Visi: Membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunias, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan beroperasi sehingga tercipta hubungan yang harmonis Misi: Menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap menerapkan konsep ramah lingkungan (environment friendly) Komitmen lainnya: 1. Menjalankan perusahaan untuk selalu mematuhi undang-undang, peraturan yang berlaku dan standar yang relevan 2. Menjalankan perusahaan dengan melaksanakan pengendalian risiko untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, selamat, dan sehat 3. Berupaya untuk menghemat sumber daya alam, mengutamakan keselamatan kerja serta mengendalikan dan mengurangi dampak terutama emisi debu melalui kegiatan perbaikan secara terus menerus
IMPLEMENTASI
1. Pemantauan polusi debu 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Dipasang alat Penangkap Debu Elektrostatik, pemantauan partikel kontinu dan peyaring debu di setiap cerobong. Pemantauan tingkat kebisingan Memberikan penutup atau pelindung kedap suara pada ban berjalan. Pemantauan polusi gas rumah kaca Melaksanan Program Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) sesuai Protokol Kyoto. Standar PROPER Meraih Peringkat Hijau tahun 2004 karena melampaui dan memenuhi standar PROPER. Jatropha (Jarak Pagar) Biji jarak itu dipakai sebagai bahan bakar alternative (biofuel) dalam proses pembakaran indocement. Waste Energy Menghasilkan biomas (bahan bakar alternatif) dan kompos (pupuk). Proyek Konversi Energi Pemanfaatan energi yang berasal dari kotoran sapi yang diubah menjadi biogas. Mengurangi emisi gas methan yang merusak ozon.
56 Tabel 6. Konsistensi Kebijakan dan Implementasi CSR PT Indocement pada Aspek Sosial (People) ASPEK TRIPLE BOTTOM LINES
SOSIAL (PEOPLE)
KEBIJAKAN Visi: Membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunias, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan beroperasi sehingga tercipta hubungan yang harmonis Misi: Menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome) Komitmen terhadap stakeholders: 1. Karyawan, mencakup : sistem pengupahan, dana pension, K3, meningkatkan bakat karyawan (pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan) 2. Supplier, mencakup kerjasama yang memenuhi standard dan peraturan yang berlaku serta harga bersaing 3. Konsumen, mencakup: kualitas baik, harga yang layak bersaing dan delivering time 4. Media, mencakup: melakukan koordinasi dan gathering dalam informasi yang seimbang 5. Dunia Pendidikan, mencakup kerjasama penelitian magang, pihak independen 6. Masyarakat Binaan, mencakup: meningkatkan program untuk menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis dengan lingkungan sekitar
IMPLEMENTASI 1. Karyawan, Mancakup: Dilakukan Berbagai Program Pelatihan Dan Pengembangan SHE (Safety, Health, And Environmental) Dalam Rangka Peningkatan Sumber Daya Manusia Serta Karyawan Dinilai Berdasarkan Pencapaian Prestasi Kerja Jika Dahulu Berdasarkan Loyalitas Terhadap Perushaan. 2. Supplier dan Konsumen, mencakup: membangun kepercayaan dan kerjasama melalui penetapan kualitas dan harga yang saling menguntungkan. 3. Media, mencakup: melakukan kerjasama dengan beberapa media cetak dan elektronik untuk meliputi berbagai kegiatan CSR perusahaan. 4. Dunia Pendidikan, mencakup: melakukan berbagai kerjasama penelitian (contoh: program Jatropha), kerjasama PKL/magang dan sebagai pihak independen (melakukan pmetaan sosial dan evaluasi) 5. Masyarakat Binaan, mancakup implementasi Program Lima Pilar dan Sustainable Developmenet Project (SDP). Program Lima Pilar mencakup kegiatan pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosbudag (sosial, budaya dan olahraga) dan keamanan yang dilakukan setiap tahunya di 12 desa binaan dan cenderung bersifat filantropis. Sedangkan Sustainable Developmenet Project (SDP) merupakan proyek jangka panjang yang in-line dengan core bisnis perusahaan seperti Jatropha, Pengelolaan Sampah (Waste to Energy), Peternakan dan UMKM.
57 Tabel 7. Konsistensi Kebijakan dan Implementasi CSR PT Indocement pada Aspek Ekonomi (Profit) ASPEK TRIPLE BOTTOM LINES
EKONOMI (PROFIT)
KEBIJAKAN
IMPLEMENTASI
a. Keuntungan Perusahaan pada tahun 2007 sekitar satu Visi: Membangun kepentingan perusahaan untuk triliun rupiah, dengan total pajak kepada pemerintah kepentingan bersama perusahaan dan komunias, sekitar 435 milyar rupiah khususnya komunitas lokal dimana perusahaan b. Alokasi dana CSR bagi CD dan SDP sekitar 4 milyar beroperasi sehingga tercipta hubungan yang pertahun (4.3 milyar tahun 2006 dan 3.6 milyar tahun harmonis 2007) terbagi atas: Misi: Menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap • Pendanaan kegiatan fisik CSR yang telah dianggarkan memperhatikan pembangunan bisnis perusahaan secara rutin sebagai biaya investasi (Opex). secara berkelanjutan • Pendanaan guna membiayai aktivitas yang Komitmen lainnya: dianggarkan dalam biaya penyelenggaraan (FOH). Besar anggaran didasarkan pada analisa kebutuhan masyarakat dan prioritas kebutuhan tersebut, tidak diukur dari berapa besar manfaat yang diberikan dan dirasakan masyarakat
58
Berdasarkan tiga tabel diatas (tabel 5, 6 dan 7) memperlihatkan jika PT Indocement telah menetapkan komitmen dan kebijakan CSR secara tertulis lalu diimplementasikan ke dalam berbagai kegiatan dan program. Secara tertulis, kebijakan CSR PT Indocement telah mempertimbangkan prinsip triple bottom lines yaitu turut memperhatikan keberlanjutan pembangunan dalam aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Namun, dalam wujud implementasi CSR belum memberikan perhatian yang maksimal terhadap aspek sosial (planet) dan aspek ekonomi (profit). Tidak ada secara rinci bagaimana bentuk CSR kepada stakeholders eksternal seperti konsumen, pemasok, NGO dan lain-lain serta transparansi terkait dana kepada stakeholders eksternal (masyarakat). Selain itu, masyarakat di 12 desa binaan sendiri merasakan bahwa implementasi program yang telah dilaksanakan belum tepat sasaran. Hal ini mungkin karena PT Indocement belum menetapkan skala prioritas melalui penetapan wilayah Ring 1, 2 dan 3 yang disusun berdasarkan kontribusi dampak negatif yang diterima masyarakat.
5.5 Program CSR PT Indocement di Unit Operasi Citeureup Dalam kaitannya dengan program CSR, PT Indocement memiliki Renstra CSR
Renstra CSR PT Indocement diterjemahkan dari visi, misi dan tujuan
perusahaan, serta dari visi, misi dan tujuan CSR PT Indocement dengan mempertimbangkan masalah dan kebutuhan stakeholders (Gambar 6). Dalam konteks Bina Lingkungan, program prioritas CSR PT Indocement dikemas dalam Program Lima Pilar Pengembangan Masyarakat, dan Proyek Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Project (SDP). PT Indocement yang beroperasi di Citeureup, memiliki sembilan pabrik yang termasuk ke dalam tiga Kecamatan yang berbeda yaitu Kecamanatan Citeureup, Kecamantan Cileungsi dan Kecamatan Klapanunggal. Dari masingmasing kecamatan tersebut ditentukan desa binaan yang menjadi skala priortias program CSR PT Indocement, yaitu tujuh desa di Kecamatan Citeureup, empat desa di Kecamatan Klapanunggal dan satu desa di Kecamatan Cileungsi sehingga jumlah keseluruhan desa binaan adalah 12 desa. Keduabelas desa binaan tersebut adalah desa Gunung Putri, Citeureup, Puspanegara, Lulut, Leuwi Karet, Nambo,
59
Bantarjati, Tarikolot, Gunung Sari, Pasir Mukti, Tajur dan Hambalang. Dasar pertimbangan dalam menentukkan desa binaan adalah desa yang berada disekitar operasi perusahaan (terdekat) serta kemungkinan dampak negatif yang dapat diterima masyarakat desa. Adalah wajar bahkan suatu keharusan menurut Crane, A et al. (2008) bahwa program CSR diprioritaskan kepada masyarakat terdekat dengan perusahaan dan yang mungkin paling rawan berisko.
VISI, MISI & TUJUAN PERUSAHAAN
TRIPLE BOTTOM LINES
RENSTRA CSR 5 TAHUN
PROYEK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
PROGRAM LIMA PILAR
1. 2. 3. 4. 5.
Pendidikan Ekonomi Kesehatan Sosbudag & Olahraga Keamanan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jatropha Waste Energi Peternakan Local Purchase Local Employee UMKM
TUJUAN TAHUNAN 2006: Pemetaan sosial dan data dasar 2007: Jatropha, Waste Energi, Local Purchase, Local Employee 2008: Peternakan, UMKM, Komposter, Kampanye AIDS, Edukasi Habit Guru 2009: Lingkungan Masyarakat, Penghijauan Lahan Kosong Pabrik 2010: Lingkungan Masyarakat, Penghijauan Lahan Kosong 3 Kecamatan
Gambar 6. Proses Perumusan Program CSR PT Indocement
Penentuan program CSR untuk 12 desa binaan terlebih dahulu dilakukan pemetaan sosial oleh pihak perusahaan untuk mendapatkan gambaran atau data yang jelas dan akurat mengenai situasi/kondisi yang ada di masyarakat binaan sehingga bisa menentukan prioritas program yang akan dilaksanakan agar
60
program lebih tepat sasaran dan tepat guna sesuai dengan kebutuhan masyarakat binaan. Pemetaan sosial ini dilakukan oleh pihak ketiga (independen) yaitu IPB yang menghasilkan data mengenai:
1) basis data sosiodemografi terkait
kependudukan, pendidikan, dan kesehatan, 2) kebutuhan bantuan pendidikan, kesehatan, sosial, budaya, agama dan lain-lain, 3) potensi desa bidang usaha mikro dan menengah, 4) perilaku masyarakat binaan yang lebih memilih bekerja di perusahaan daripada berusaha mandiri, 5) tingkat persepsi komunitas atas kegiatan CSR perusahaan. Selain dilakukan pemetaan sosial dan survei oleh pihak perusahaan, dilakukan juga dengan mengevaluasi kegiatan CSR tahun lalu, melakukan pertemuan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi) di 12 Desa Binaan untuk mengetahui kebutuhan masyarakat binaan, serta mengacu pada Rencana Pembangunan Desa (Renbangdes) yang merupakan hasil musyawarah rencana pembangunan di tiap desa. Setelah itu, perusahaan menganalisis kebutuhan masyarakat desa binaan dan menetapkan rencana program sesuai dengan skala prioritas (Gambar 7).
Kebijakan CSR PT Indocement
Kebutuhan Masyarakat
BILIKOM
Analisis Kebutuhan
Renbangdes
Rencana Program
Kerangka Pemikiran
Rencana Tahunan Program CSR
Monitoring & Evaluasi
Realisasi Program
Gambar.7 Tahapan Pelaksanaan Program CSR PT Indocement (Indocement 2008)
61
Proses perencanaan program pengembangan masyarakat dalam kerangka CSR yang dilakukan PT Indocement tersebut sejalan dengan prinsip pemberdayaan masyarakat yang diungkap Elyas dkk (2005), yaitu bermula dari komitmen perusahaan, melibatkan partisipasi masyarakat dan stakeholders, berbasis masalah dan kebutuhan masyarakat sasaran, dan dimuali dari dari bawah. Berdasarkan Renstra CSR PT Indocement (PT Indocement, 2009), bidang program dan skala prioritas CSR PT Indocement adalah Program Lima Pilar Pengembangan Masyarakat (Community Developmen), dan Proyek Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Project (SDP). Program Lima Pilar di unit operasi Citeureup dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan di 12 Desa Binaan yang meliputi: 1. Pilar Pendidikan Diprioritaskan untuk mendukung program pemerintah dalam upaya mencerdaskan
kehidupan
masyarakat
serta
meningkatkan
indeks
pembangunan manusia di 12 Desa Binaan. Berbagai program yang telah diimplementasikan meliputi pembangunan dan renovasi gedung-gedung sekolah (SD, SMP, dan SMA), beasiswa, latihan-latihan keterampilan melalui Sekolah Magang Indocement (SMI), perpustakaan, dan fasilitas serta perlengkapan lainnya berupa buku-buku, bangku, dan meja.. 2. Pilar Ekonomi Diprioritaskan mengupayakan pemberdayaan UKM yang merupakan landasan perekonomian nasional, khususnya dalam peningkatan ekonomi masyarakat sekaligus menciptakan lapangan usaha dan lapangan kerja bagi komunitas sekitar. Usaha-usaha pemberdayaan itu mencakup serangkaian pelatihan, bimbingan dan arahan tentang bagaimana mengembangkan bisnis mereka itu serta bantuan modal usaha. Kegiatan pemberdayaan ekonomi ini, telah menciptakan kegiatan ekonomi unggulan di bidangnya masing-masing, seperti peternakan ayam, konveksi, pembuatan kue, dan bengkel sepeda motor.
62
3. Pilar Kesehatan Diprioritaskan untuk mendukung masyarakat dalam pelayanan kesehatan, khususnya bagi wilayah desa yang masih sulit terjangkau oleh pelayanan kesehatan di tingkat Kecamatan (Puskesmas). Bekerjasama dengan Puskesmas milik pemerintah, PT Indocement mengelola Puskesmas Keliling (PUSLING) guna mendekatkan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat di 12 Desa Binaan. PT Indocement juga membangun fasilitas-fasilitas kesehatan, operasi katarak, sunatan massal, proyek air bersih,dan proyek lainnya yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. 4. Pilar Sosbudag (Sosial, Budaya, Agama) dan Olahraga Diprioritaskan membantu kesejahteraan masyarakat yang menyangkut pembangunan atau rehabilitasi sarana prasarana lingkungan, pembangunan fasilitas ibadah, kesenian, olahraga dan lain-lain. PT Indocement juga memberikan pembinaan kepada generasi muda melalui pemberian sarana untuk kegiatan olah raga (pembinaan sepak bola Indocement), memelihara budaya lokal, seperti tarian Degung, Reog dan kesenian lokal lainnya. 5. Pilar Keamanan Diprioritaskan untuk turut menciptakan kondisi aman di tengah masyarakat melalui pemberdayaan Pam Swakarsa, yang pada akhirnya menciptakan lingkungan perusahaan yang aman. Hal itu dilaksanakan dengan memberikan pelatihan-pelatihan keamanan kepada masyarakat atau petugas perlindungan masyarakat (Linmas) di 12 Desa Binaan serta menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung dan peralatan, seperti pos keamanan lingkungan dan seragam petugas keamanan lokal. Berbeda dengan Program Lima Pilar Pengembangan Masyarkat, yang secara
lansung
merespon
kebutuhan
dan
harapan
masyarakat;
Proyek
Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Development Project (SDP) merupakan program rintisan dengan fokus merespon kebutuhan perusahaan sekaligus juga terkait dengan kebutuhan masyarakat. Proyek SDP meliputi:
63
1. Jatropha (Jarak Pagar) PT Indocement menjalin kerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) di areal bekas penambangan di Citeureup seluas 71,2 Ha dengan melibatkan partisipasi masyarakat setempat. Proyek ini telah memadukan usaha konservasi lingkungan dengan program pembangunan masyarakat. Perkebunan tersebut telah merehabilitasi sebagian dari areal bekas penambangan PT Indocement. Hasil panenannya diharapkan mengurangi biaya bahan bakar, karena biji-biji jarak itu dipakai sebagai bahan bakar alternatif dalam proses pembakaran pabrik (biofuel). 2. Waste Energy Menjalin kerjasama dengan pemerintah setempat, dimana telah dibangun fasilitas pengolah sampah di Kelurahan Puspanegara yang merupakan salah satu dari 12 Desa Binaan PT Indocement. Dalam rangka proyek tersebut, masyarakat diajak berpartisipasi untuk mengumpulkan sampahsampah rumahtanga untuk diolah di satu fasilitas pengolahan sampah (TPA) berskala kecil. Di TPA ini sampah-sampah tersebut disortir menjadi dua macam, yakni sampah organik dan sampah non-organik. Sampah organik akan diproses lebih lanjut menjadi kompos dan biomas. Hasil kompos itu akan dipakai sebagai pupuk di perkebunan jarak pagar sedangkan biomas digunakan sebagai bahan bakar alternatif dalam proses pembakaran pabrik. 3. Peternakan Bekerjasama
dengan
pihak
Institut
Pertanian
Bogor
(IPB)
mengembangkan ternak sapi dan domba. Ternak sapi untuk percontohan biogas, dan ternak domba untuk kegiatan ekonomi (budidaya domba dan kompos). Teknis pelaksanaan dilakukan
masyarakat yang dibina dan
dilatih menjadi peternak yang tangguh oleh Tim IPB. Setelah peserta menguasai dengan baik, peternak dapat mengembangkan sendiri peternakan
ditempatnya
sendiri
dengan
membawa
ternak
sesuai
pengembangannya.yaitu untuk tujuan ekonomi dan tujuan lingkungan. Pemanfaatan kotoran ternak atau sapi menjadi biogas rumahtanga untuk menghemat pembelian dan penggunaan energi fosil. Penjualan domba
64
atau sapi hasil budidaya akan berdampak pada ekonomi rumahtangga; dan pemanfaatan kompos untuk peningkaatn ekonomi rumahtangga dan penghijaun lingkungan. 4. Pembelian dan Tenaga Kerja Lokal serta Pengembangan UMKM Selain proyek jatropha, waste energy dan peternakan sapi/domba, juga dikembangkan kegiatan-kegiatan lain dalam proyek SDP, seperti pembelian barang dan jasa dari karya atau produksi masyarakat lokal (local purchase), dan rekrutmen pekerja dari masyarakat lokal (local employee). Juga bersama masyarakat dikembangkan berbagai usaha mikro kecil mengengah (UMKM) seperti usaha konveksi (sekaligus untuk pembelian seragam karyawan), usaha pembuatan palet kayu termasuk sebagai suplier palet yang dibutuhkan PT Indocement, ternak ayam dan lain sebagainya, yang bermanfaat bagi ekonomi masyarakat dan juga bagi pemenuhan kebutuhan perusahaan Berbagai program dalam Program Lima Pilar dan Proyek Pembangunan Berkelanjutan merupakan wujud integrasi antar kompoen triple bottom lines (3P) seperti diungkap Elkington, J (1994). Misalnya berbagai program pelatihan dalam Pilar Pendidikan (Aspek Sosial dalam 3P) akan berdampak pada peningkatan peluang usaha dan peluang kerja (Aspek Ekonomi dalam 3P). Berbagai kegiaatan dalam Pilar Ekonomi (Aspek Ekonomi dalam 3P) akan berdampak pada peningaktan derajat kesehatan dan pendidikan keluarga (Aspek Sosial dalam 3P). Demikian pula dalam proyek SDP, proyek Jatropa yang menghijaukan lahan kapur dan sumber energi non-fosil, memerlukan pupuk kompos dari ternak domba dan sapi (Aspek Lingkungan dalam 3P) memberikan peluang pekerjaan dan pendapatan bagi para penduduk lokal di dekat areal jarak (Aspek Ekonomi dalam 3P). Proyek pengelolaan sampah dalam “waste energy’, selain bermanfaat dalam pengelolaan lingkungan kebersihan lingkungan penduduk dan pasar, juga bermanfaat bagi peningkatan ekonomi penduduk dan penghematan energi fosil oleh perusahaan.
65
5.6 Ikhtisar Secara ringkas bab ini mengungkap cara PT Indocement memandang CSR tidak hanya sebagai upaya memenuhi kewajiban terhadap hukum yang memaksanya, namun karena ada komitmen yang tulus untuk berbuat lebih (beyond complinace), khususnya memaksimalkan manfaat positif kepada stakeholders. Secara tertulis, PT Indocement telah merumuskan dan menetapkan kebijakan CSR berdasarkan visi, misi dan tujuan perusahaan yang mencakup kebijakan keberlanjutan lingkungan, keberlanjutan kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan ekonomi yang sejalan dengan prinsip triple bottom lines. PT Indocement juga dalam implementasi CSR telah berusaha mentaati berbagai peraturan perundangan yang berlaku, seperti berupaya menghemat sumber daya alam, mengutamakan keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja serta mengendalikan dan mengurangi dampak lingkungan secara terus menerus, bahkan berbuat lebih baik sebagai wujud komitmen CSR PT Indocement (merupakan bentuk dari legal responsibilities). Selain itu, kebijakan CSR PT Indocement diimplementasikan dalam Program Lima Pilar Pengembangan Masyarakat, dan Proyek Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Project-SDP). Namun implementasi program CSR belum terasa maksimal, khususnya pada aspek sosial (people) dan ekonomi (profit), khususnya yang berkaitan dengan masyarakat di 12 desa binaan PT Indocement. Masyarakat merasakan bahwa program yang diimplementasikan belum tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini karena PT Indocement mengimplementasikan program lima pilar di 12 desa binaan adalah sama padahal kebutuhan, sumberdaya manusia, dan kontribusi dampak yang diterima setiap desa berbeda. Selain itu, belum ditetapkannya skala prioritas melalui penetapan wilayah desa yang terletak di Ring 1, 2 dan 3 dari operasi perusahaan sehingga desa yang paling banyak berisiko terkena dampak negatif adalah desa yang harus diprioritaskan. Kemudian masih belum adanya transparansi terkait dana CSR kepada masyarakat untuk 12 desa binaan. Jika dilihat dari dana CSR pada tahun 2006 dan 2007 maka terjadi penurunan yaitu 4,3 miliyar menjadi 3,6 miliyar.