BAB V HUKUM BENDA (ZAKENRECHT) A. TEMPAT PENGATURAN DAN SISTEM HUKUM BENDA 1. Pengertian Benda Benda dalam arti yuridis (menurut pasal 499 BW) adalah “ Segala sesuatu yang dapat menjadi objek hak milik”. Benda disini dalam arti sebagai objek yang berlawanan dengan subjek dalam hukum yaitu orang dan badan hukum. Dalam sistem hukum BW, pengertian benda sebagai objek hukum tidak hanya meliputi barang yang berwujud, tetapi juga barang yang tidak berwujud. Meskipun pengertian benda dalam BW tidak hanya meliputi benda yang berwujud saja, akan tetapi juga benda yang tidak berwujud, namun sebagian besar dari pasal-pasal Buku II BW adalah mengatur mengenai benda dalam arti barang yang berwujud. 2. Pembagian Benda Menurut sistem hukum BW, benda dapat dibedakan atas: a. Benda Bergerak Dan Benda Tidak Bergerak Benda tidak bergerak Benda tak bergerak diatur dalam Pasal 506-508 BW, yang terdiri dari tiga golongan, yaitu: i. Benda yang menurut sifatnya tidak bergerak Tanah Segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karena tumbuh dan berakar, seperti tumbuh-tumbuhan, buah-buahan yang belum dipetik. Segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karena didirikan di atas tanah, seperti bangunan. ii. Benda yang menurut tujuannya harus bersatu dengan benda tak bergerak
Mala Rahman
31
Pada pabrik, segala sesuatu yang menyatu dengan pabrik untuk menjalankan pabrik. Pada perkebunan, segala sesuatu yang digunakan sebagai pemanfaat perkebunan atau perikanan, seperti ikan dalam kolam. Pada rumah kediaman, seperti kaca dan paku-paku yang bersatu dengan dinding. iii. Benda yang ditetapkan undang-undang sebagai benda tak bergerak Hak-hak atau penagihan mengenai suatu benda yang tak bergerak Kapal-kapal yang berukuran 20 meter kubik ke atas. Benda bergerak i. Menurut sifatnya bergerak Benda itu dapat dipindahkan atau berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Misal sepeda, kursi, meja, buku. ii. Menurut penetapan undang-undang Segala hak atas benda-benda bergerak. Misal hak memetik hasil dan hak memakai, hak atas surat-surat berharga. Perbedaan antara benda bergerak dan benda tak bergerak penting artinya, karena adanya ketentuan khusus yang berlaku bagi masing-masing kelompok benda tersebut, yaitu: i. Mengenai hak kepemilikan (bezit) Pasal 1977 (1) menentukan barangsiapa yang menguasai benda bergerak dianggap sebagai pemilik. Jadi bezitter dari benda bergerak adalah eigenaar dari benda tersebut. Tidak demikian dengan benda tidak bergerak.
ii. Mengenai Pembebanan (bezwaring)
Mala Rahman
32
Terhadap benda bergerak harus dilakukan pand, sedangkan terhadap benda tak bergerak harus dilakukan dengan hypoteek. iii. Mengenai Penyerahan (Levering) Pasal 612 BW menentukan bahwa penyerahan benda bergerak dapat dilakukan dengan penyerahan nyata, sedangkan benda tidak bergeraak harus dengan balik nama. iv. Mengenai daluarsa (verjaring) Terhadap benda bergerak tidak dikenal verjaring sebab bezit disini sama dengan eigendom. Pada benda tidak bergerak dikenal verjaring. v. Mengenai penyitaan (beslag) Penyitaan untuk menuntut kembali barangnya sendiri hanya dapat dilakukan terhadap barang-barang bergerak. b. Benda yang musnah dan benda yang tetap ada i. Benda yang musnah Sebagaimana diketahui bahwa objek hukum adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi subjek hukum dan yang dapat menjadi objek suatu hubungan hukum karena sesuatu itu dapat dikuasai oleh subjek hukum. Maka benda-benda yang dalam pemakaiannya akan musnah, kegunaan benda-benda tersebut justru terletak pada kemusnahannya. Misal makanan, minuman, dll. ii. Benda yang tetap ada Benda yang tetap ada ialah benda-benda yang dalam pemakaiannya tidak mengakibatkan benda itu menjadi musnah, tetapi memberi manfaat/faedah bagi sipemakai. Misalnya sendok, piring, dll. c. Benda yang dapat dibagi dan benda yang tidak dapat dibagi Benda yang dapat dibagi adalah benda yang apabila wujudnya dibagi tidak mengakibatkan hilangnya hakikat dari benda itu sendiri. Misalnya beras, gula, dll.
Mala Rahman
33
Sedangkan benda yang tak dapat dibagi adalah benda yang apabila dibagi wujudnya mengakibatkan hilangnya hakikat benda tersebut. Misalnya kuda, sapi, uang, dll. d. Benda yang diperdagangkan dan benda yang tidak diperdagangkan Benda yang dapat diperdagangkan adalah benda-benda yang dapat dijadikan objek suatu perjanjian. Sedangkan benda yang tidak dapat diperdagangkan adalah bendabenda yang tidak dapat dijadikan objek suatu perjanjian dalam lapangan harta kekayaan, biasanya benda-benda untuk kepentingan umum. B. HAK KEBENDAAN 1. Pengertian Hak-Hak Kebendaan Hubungan hukum antara orang/seseorang dengan benda yang diatur dalam pasalpasal Buku II BW menimbulkan hak atas benda atau hak kebendaan (zakelik recht). Yang dimaksud dengan hak kebendaan adalah : “Hak yang memberikan kekuasaan langsung kepada seseorang yang berhak untuk menguasai sesuatu benda di dalam tangan siapapun juga benda itu berada”. Hak kebendaan itu bersifat absolut atau mutlak yang berarti bahwa hak seseorang atas benda itu dapat dipertahankan terhadap siapapun juga, dan siapapun juga harus menghormatinya. Dibandingkan dengan hubungan antara seseorang dengan seseorang yang diatur dalam pasal-pasal Buku III BW menimbulkan hak terhadap seseeorang atau hak perorangan (persoonlijk recht), yaitu hak yang memberikan kekuasaan kepada seseorang yang berhak untuk menuntut seseorang tertentu yang lain agar berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Hak perorangan ini bersifat relatif atau nisbi yang berarti bahwa hak perorangan ini hanya berlaku terhadap seseorang tertentu saja yang mempunyai hubungan hukum.
2. Ciri-Ciri Hak Kebendaan
Mala Rahman
34
Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, ada sepuluh ciri hak atas kebendaan yang dapat membedakannya dengan hak perorangan, yaitu: Hukum kebendaan merupakan hukum yang bersifat memaksa (dwingend recht) yang tidak dapat dikesampingkan. Hak kebendaan dapat dipindahkan, dengan pengertian bahwa hak milik atas kebendaan dapat dialihkan dari pemiliknya semula kepada pihak lainnya, dengan segala akibat hukumnya. Kecuali dalam hal yang bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Individualiteit, yang berarti bahwa yang dapat dimiliki sebagai kebendaan adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat ditentukan terpisah. Totaliteit. Asas ini menyatakan bahwa kepemilikan oleh individu atas suatu kebendaan berarti kepemilikan menyeluruh atas setiap bagian kebendaan tersebut. Ini berarti seseorang tidak mungkin memiliki bagian dari suatu kebendaan, jika ia sendiri tidak memiliki title hak milik atas kebendaan tersebut secara utuh. (Pasal 500, 588, dan 606 KUHPer) Asas tidak dapat dipisahkan (onsplitsbaarheid). Asas ini merupakan konsekuensi hukum dari asas totaliteit, dimana seseorang tidak dimungkinkan melepaskan hanya sebagian hak miliknya atas suatu kebendaan yang utuh. Meskipun seorang pemilik diberikan kewenangan untuk membebani hak miliknya dengan hak kebendaan lainnya yang bersifat terbatas (jura in re aliena), namun pembebanan yang dilakukan itupun hanya dapat dibebankan terhadap keseluruhan kebendaan yang menjaddi miliknya tersebut. Asas prioriteit. Suatu kebendaan dimungkinkan untuk diberikan jura in re aliena yang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang (prioritas) antara satu hak dengan hak lainnya. Asas percampuran (vermenging). Asas ini juga merupakan kelanjutan dari pemberian jura in re aliena, dimana diaktakan bahwa pemegang hak milik atas kebendaan yang diberikan hak kebendaan terbatas tidak mungkin
Mala Rahman
35
menjadi pemegang hak kebendaan terbatas tersebut. Jika hak terbatas tersebut jatuh ketangan pemegang hak milik kebendaan tersebut, maka hak kebendaan terbatas tersebut hapus demi hukum. Asas publiciteit. Asas perlakuan yang berbeda atas kebendaan bergerak dan kebendaan yang tidak bergerak. Adanya sifat perjanjian dalam setiap pengadaan atau pembentukan hak kebendaan. Asas ini mengingatkan kita bahwa pada dasarnya dalam setiap hukum perjanjian terkandung pula asas kebendaan dan dalam setiap hak kebendaan melekat pula sifat hukum perjanjian didalamnya. 3. Macam-Macam Hak Kebendaan Hak kebendaan selanjutnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu : Hak Kebendaan yang bersifat memberi kenikmatan Hak kebendaan yang memberi kenikmatan sebagaimana hak-hak atas tanah, yaitu: Hak milik Hak guna usaha Hak guna bangunan Hak pakai Hak sewa untuk bangunan Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan Hak guna air, pemeliharaan dan penangkapan ikan Hak guna ruang angkasa Hak-hak tanah untuk keprluan suci dan social. Hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan Hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan adalah :
Mala Rahman
36
Pand (gadai) Hypoteek. Selanjutnya sekarang ada yang dikenal dengan Hak Kebendaan Immateriil. Hak kebendaan immaterial adalah Hak atas kekayaan intelektual (HaKI), atau yang lebih dikenal dengan istilah Intellectual Property Rigths. Menurut Convention Establishing the World Intellectual Property Organization, yang dibuat di Stockholm pada tanggal 14 Juli 1967, Hak atas Kekayaan Intelektual meliputi: a. Literary, artistic and scientific works; b. Performances of performing artists, phonograms, and broadcast; c. Inventions in all fields of human endeavor; d. Scientific discoveries; e. Industrial designs; f. Trademarks, service marks, and commercial names and designations; g. Protection against unfair competition. Dua hak atas kekayaan intelektual yang disebutkan pertama dinamakan juga Copyrigths (Hak Cipta), dan 3 hak atas selanjutnya pada huruf c, e, dan f mewakili Industrial property rights (Hak Milik Industrial). Dari penjelasan diketahui, bahwa meskipun diakui sebagai hak atas kekayaan intelektual, namun tidak semua hak tersebut di atas dapat diberikan perlindungan hukum, yaitu dalam huruf d di atas. Selanjutnya oleh karena pokoknya perlindungan tersebut diberikan pada pelaku usaha, maka dalam ketentuan mengenai HaKI tersebut juga diatur perlindungan dari persaingan usaha yang tidak sehat. Namun karena pelaksanaan perlindungan atas HaKI dianggap kurang optimal, maka dalam perundingan GATT dimasukkanlah tentang HaKI ini. Jika kita lihat Perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual yang diatur dalam WTO-GATT-TRIPs meliputi:
Mala Rahman
37
(a). copyrights and related rights; (b). trademarks, service marks, trade names; (c). geographical indications; (d). industrial designs; (e). patents; (f). layout designs (topographies) of integrated circuits; (g). protection of undisclosed information; (h). control of anti-competitive rights. Meskipun dibedakan, namun secara prinsip, baik hak atas kebendaan maupun hak atas kebendaan immaterial, keduanya bersifat absolut; dengan pengertian baik hak atas kebendaan maupun hak atas kebendaan immaterial dapat dipertahankan terhadap siapa saja yang mencoba melangggarnya. Dalam hal ini perlindungan diberikan terhadap objek yang dimiliki secara kebendaan. Hanya saja terhadap HaKI, dengan pengecualian relasi, dagang dan pemberian perlindungan oleh negara terhadap pelanggaran hak pemilih oleh pihak ketiga senantiasa dibatasi oleh waktu, meskipun jangka waktu tersebut dimungkinkan untuk diperpanjang. C. DASAR-DASAR HAK MILIK 1. Pengertian Hak Milik Pengertian hak milik (hak eigendom) disebutkan dalam pasal 570 BW yang menyatakan bahwa hak milik adalah: Hak untuk menikmati kegunaan suatu benda dengan sepenuhnya dan untuk berbuat sebebas-bebasnya terhadap benda itu, asal tidak bertentangan dengan undang-undang atau peraturan umum dan tidak menimbulkan gangguan terhadap hak-hak orang lain, dengan tidak mengurangi kemungkinan pencabutan hak itu untuk kepentingan umum berdasarkan ketentuan undang-undang dengan pembayaran ganti rugi.
Mala Rahman
38
Hak milik merupakan hak kebendaan yang paling sempurna dan orang yang mempunyai hak milik dapat berbuat sebebas-bebasnya atas benda tersebut. Artinya pemilik benda itu dapat menjual, menyewakan, menggadaikan, menukar, memberikan bahkan menghancurkan benda itu, asal tidak melanggar undang-undang dan hak orang lain. Pada waktu dulu hak milik dipandang sebagai hak yang benar-benar mutlak. Namun dalam perkembangan doktrin, maka hak milik harus mempunyai fungsi sosial. Dan kemudian timbullah pembatasan-pembatasan terhadap hak milik, seperti pembatasan oleh hukum tata usaha, pembatasan oleh hukum tetangga, pembatasan dengan hak milik orang lain. Contohnya pada kasus cerobong asap di Perancis. 2. Ciri-Ciri Hak Milik Sebagai hak kebendaan yang paling sempurna, hak milik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Hak milik merupakan hak induk terhadap hak-hak kebendaan lain. Sedangkan hak kebendaan yang lain merupakan hak anak terhadap hak milik; Hak milik ditinjau dari kualitasnya merupakan hak yang selengkaplengkapnya; Hak milik bersifat tetap, artinya tidak akan lenyap terhadap hak kebendaan yang lain. Sedangkan hak kebendaan yang lain akan lenyap jika menghadapi hak milik; Hak milik mengandung inti dari hak kebendaan lain. Sedangkan hak kebendaan lain hanya bagian dari hak milik saja.
3. Gugatan Hak Milik Setiap orang yang mempunyai hak milik atas suatu benda, berhak meminta kembali benda miliknya itu dari siapapun juga yang menguasainya berdasarkan hak milik itu. Permintaan kembali yang didasarkan kepada hak milik itu dinamakan
Mala Rahman
39
“revindicatie”. Baik sebelum maupun saat perkara sedang diperiksa oleh Pengadilan, pemilik dapat meminta supaya benda yang diminta kembali itu disita. Penyitaan ini dinamakan “revendicatoir beslag”. Yang dilakukan terhadap benda-benda bergerak milik pemohon yang berada ditangan orang lain. Menurut yurisprudensi pemilik dalam gugatannya cukup mengemukakan bahwa benda yang dimintakan kembali padanya itu adalah hak miliknya, dengan tidak perlu mengemukakan bagaimana cara memperolehnya. 4. Cara Memperoleh Hak Milik Cara memperoleh hak milik yang disebutkan dalam pasal 584 BW adalah sebagai berikut: a. Pengambilan (toegening atau occupatio); Yaitu cara memperoleh hak milik dengan mengambil benda-benda bergerak yang sebelumnya tidak ada pemiliknya. b. Penarikan oleh benda lain (natrekking atau accesio); Yaitu cara memperoleh hak milik dimana benda yang dimiliki sebelumnya karena alam bertambah besar atau bertambah banyak. Misal pohon dan binatang ternak. c. Lewat waktu/daluarsa (verjaring); Yaitu cara memperoleh hak milik karena lampaunya waktu 20 tahun dalam hal ada alas hak yang sah atau 30 tahun apabila tidak ada alas hak yang sah. Syaratnya adalah harus ada bezit yang terus menerus dan tidak terganggu selam waktu itu, bezit diketahui oleh umum, harus dengan itikad baik, harus merasa dirinya sebagai pemilik yang sebenarnya, dan lewat waktu yang ditentukan di atas. d. Perwarisan (erfopvolging); Yaitu cara memperoleh hak milik bagi para ahli waris yang ditinggalkan pewaris. Para ahli waris menerima warisan menurut hukum tanpa adanya tindakan penerimaan.
Mala Rahman
40
e. Penyerahan (levering atau overdracht). Yaitu cara memperoleh hak milik karena adanya pemindahan hak milik dari seseorang yang berhak memindahkannya kepada orang lain. Levering untuk benda bergerak cukup dilakukan dengan penyerahan kekuasaan belaka atas benda itu. Sedangkan untuk benda tak bergerak harus dibuat suatu penyerahan (acto van transport) yang ahrus dikutip dalam daftar hak milik. Adapun cara memperoleh hak milik yang tidak disebutkan dalam pasal 584 BW adalah: a. Pembentukan benda (zaaksvorming); Yaitu dengan cara membentuk atau menjadikan benda yang sudah ada menjadi benda yang baru. Misalnya kayu diukir menjadi patung. Orang yang menjadikan patung itu merupakan pemilik baru benda itu. b. Penarikan buahnya; Menjadi bezitter yang beritikad baik pada suatu benda dia dapat menjadi pemilik benda tersebut. c. Persatuan atau percampuran benda; Memperoleh hak milik karena bercampurnya beberapa mecam benda kepunyaan beberapa orang. Jika bercampurnya karena kebetulan maka pemiliknya adalah bersama-sama. Bila karena perbuatan seseeorang pemilik benda, maka dia menjadi pemilik baru dengan membayar harga banda-benda yang bercampur kepada pemilik sebelumnya serta ongkos, ganti rugi dan bunganya.
d. Pencabutan hak; Yaitu cara memperoleh hak milik bagi penguasa dengan jalan mencabut hak milik atas suatu benda kepunyaan seseorang/beberapa orang. Namun untuk kepentingan umum dan diberikan ganti rugi yang layak. e. Perampasan; Mala Rahman
41
Yaitu cara memperoleh hak milik bagi penguasa dengan jalan merampas hak milik atas kepunyaan terpidana yang biasanya dipergunakan untuk melakukan tindak pidana. f. Pembubaran suatu badan hukum; Yaitu cara memperoleh hak milik karena pembubaran suatu badan hukum, dimana anggota-anggota badan hukum yang masih ada memperoleh bagian dari harta kekayaan badan hukum tersebut. 5. Hapusnya Hak Milik Adapun sebab-sebab yang mengakibatkan hapusnya hak milik adalah: a. karena orang lain memperoleh hak milik itu dengan salah satu cara untuk memperoleh hak milik; b. karena musnahnya benda yang dimiliki; c. karena pemilik melepaskan benda yang dimiliknya dengan maksud untuk melepaskan haknya itu. D. HAK MENGUASAI (BEZIT) 1. Pengertian dan Syarat Bezit “Bezit” adalah : “Suatu keadaan dimana seseorang menguasai sesuatu benda, baik sendiri maupun dengan perantaraan orang lain, seolah-olah benda itu kepunyaannya sendiri”. Orang yang menguasai benda itu, yang bertindak seolaholah sebagai pemiliknya disebut “Bezitter”. Untuk adanya bezit harus ada dua unsur, yaitu: a. Unsur keadaan dimana seseorang menguasai suatu benda (corpus); b. Unsur kemauan orang yang menguasai benda tersebut untuk memilikinya (animus).
Mala Rahman
42
Karena bezit harus mempunyai kedua unsur tersebut maka sudah barang tentu untuk menjadi bezitter, orang harus sehat akal pikirannya. Karena itu orang gila tidak mempunyai animus, tidak dapat mempunyai bezit. Namun anak-anak yang belum dewasa tapi sudah bisa membeda-bedakan dapat mempunyai bezit sekalipun melalui wakilnya menurut undang-undang. Bahkan seorang pencuri bisa mempunyai bezit untuk barang curiannya, sebagai bezitter yang beritikad tidak baik. Bezit harus dibedakan dengan “Detentie”, dimana seorang detentor (yang melakukan detentie) menguasai suatu benda berdasarkan suatu hubungan hukum antara detentor dengan pemilik sesungguhnya (eigenaar). Pada seorang detentor (penyewa atau peminjam misalnya) dianggap bahwa kemauan untuk memiliki benda tersebut tidak ada. Bilamana bezit berada pada pemilik benda itu sendiri, maka orang itu dinamakan bezitter-eigenaar. 2. Fungsi Bezit Bezit mempunyai dua fungsi, yaitu: a. Fungsi polisionil; Maksudnya bahwa bezit itu mendapat perlindungan hukum, tanpa mempersoalkan siapa sebenarnya pemilik sejati benda itu. Siapapun yang membezit benda, meskipun dia pencuri, ia mendapat perlindungan hukum sampai terbukti dimuka peradilan bahwa sebenarnya ia tidak berhak. Barangsiapa yang merasa haknya dilanggar maka ia harus melapor kepada polisi atau pengadilan. Fungsi ini ada pada setiap bezit.
b. Fungsi zakenrecht telijk bezit. Maksudnya bahwa setelah bezit itu berjalan beberapa waktu tanpa adanya protes dari eigenaar sebelumnya, maka bezit itu berubah menjadi eigendom, melalui lembaga verjaring. Fungsi ini tidak ada pada setiap bezit. 3. Cara Memperoleh Bezit
Mala Rahman
43
Bezit dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu: a. Dengan bantuan orang lain yang membezit lebih dulu, yaitu dengan jalan traditio (penyerahan bendanya) dari bezitter lama kepada yang baru. Memperoleh bezit dengan cara traditio ini juga disebut bezit yang bersifat derivatief. b. Dengan tanpa bantuan orang lain yang membezit lebih dahulu, yaitu dengan jalan occupatio (pengambilan bendanya). Pengambilan benda ini bisa terhadap benda yang tidak ada pemiliknya, misalnya ikan di sungai, binatang buruan di hutan. Memperoleh dengan jalan occupatio ini disebut juga dengan bezit yang bersifat originair. 4. Bezitter Bezitter ada yang beritikad baik ada yang beritikad tidak baik. 1. Bezitter yang beritikad baik Bezitter ini adalah bezitter yang memperoleh benda yang dikuasainya dengan salah satu cara memperoleh hak milik, dimana ia tidak mengetahui cacat yang terkandung didalamnya. Bezitter ini sungguh-sungguh mengira bahwa benda yang dikuasainya itu adalah miliknya sendiri. 2. Bezitter yang beritikad tidak baik Bezitter ini mengetahui bahwa yang dikuasanya itu bukan miliknya. Undang-undang memberikan perlindungan yang berbeda terhadap bezitter yang beritikad baik dengan beritikad tidak baik. Perbedaan ini berkaitan dengan fungsi zakenrecht bezit dalam tiga hal, yaitu; a. Kemungkinan untuk menjadi eigenaar; b. Hak untuk memetik hasil dari benda itu; c. Hak untuk mendapat penggantian kerugian berupa ongkos yang dikeluarkan untuk benda yang bersangkutan.
Mala Rahman
44
Bagi bezitter yang beritikad baik memperoleh ketiga hak tersebut, sedangkan bezitter yang beritikad tidak baik hanya memperoleh hak yang kedua saja, inipun lebih kurang dari bezitter yang beritikad baik. Adapun perlindungan yang sama akan diberikan bagi keduanya apabila: a. Selama tidak ada gugatan dianggap sebagai pemilik sejati; b. Apabila mereka diganggu dalam hal menguasai bendanya, maka mereka harus dibebaskan dari gangguan itu, atau apabila mereka kehilangan daya untuk menguasai benda itu, harus dikembalikan kekuasaannya tersebut. 5. Bezit Benda Bergerak Khusus mengenai bezit benda bergerak berlaku asas yang menyatakan bahwa: Terhadap benda bergerak yang tidak berupa bunga, maupun piutang yang tidak harus dibayar kepada si pembawa, maka barang siapa yang menguasainya dianggap sebagai pemiliknya. Ada beberapa penafsiran tentang kedudukan bezit benda bergerak dengan menggunakan dua buah teori, yaitu: a. Eigendomstheorie oleh Meijers; Menurut teori ini bezit terhadap benda bergerak berlaku sebagai alas hak yang sempurna. Jadi bezit benda bergerak sama dengan eigendom (bezitter sama dengan eigenaar). Dengan syarat bezitternya harus jujur. Teori ini mengabaikan dua syarat untuk sahnya levering, yaitu harus ada title yang sah dan harus dilakukan oleh orang yang berwenang untuk menguasai benda tersebut. b. Legitimatie-theorie oleh Scholten. Berpendapat bahwa bezit tidak sama dengan eigendom. Akan tetapi menurut teori ini barang siapa yang membezit benda bergerak dengan itikad baik/jujur maka ia dalam keadaan aman. Jadi keadaan bezit berfungsi mengesankan bezitter dari benda itu sebagai eigenaar. Teori ini hanya mengabaikan satu syarat levering yaitu tidak perlu dilakukan oleh orang yang berwenang, cukup
Mala Rahman
45
dengan mengira bahwa itu berasal dari orang yang berwenang menguasai benda tersebut. 6. Berakhirnya Bezit Bezit akan berakhir bila: 1. Bendanya diserahkan sendiri oleh bezitter kepada orang lain; 2. Bendanya diambil oleh orang lain dari kekuasaan bezitter dan kemudian selama satu tahun menikmatinya tidak ada gugatan apapun juga; 3. Bendanya telah dibuang (dihilangkan) oleh bezitter; 4. Bendanya tidak diketahui lagi dimana adanya; 5. Bendanya musnah oleh sebab peristiwa yang luar biasa atau karena alam.
Mala Rahman
46