70
BAB V HASIL PENELITIAN
Hasil dan analisis hasil pengamatan dan pengukuran terhadap variabel pada penelitian ini disajikan sebagai berikut : 5.1 Kondisi Subjek Penelitian 5.1.1 Analisis deskripsi karakteristik subjek Hasil analisis deskripsi subjek yang meliputi rerata, simpang baku, dan rentang pada variabel umur, berat badan, tinggi badan, dan lama pengalaman kerja disajikan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian (n=16) No
Variabel
Rerata
SB
Rentangan
1
Umur (thn)
25,87
5,16
20-38
2
Berat badan (kg)
54,75
5,35
49-68
3
Tinggi badan (cm)
162,88
2,94
158-168
4
Pengalaman kerja (th)
7,50
2,90
4-13
Keterangan : SB = Simpang Baku
70
71
Gambar 5.1 Subjek Mengisi Kuesioner Sebelum Bekerja
Gambar 5.2 Pengukuran Tinggi Badan Subjek dengan Antropometer
Berdasarkan Tabel 5.1 diketahui rerata umur pengecat plafon rukan di Denpasar pada saat penelitian dilakukan adalah 25,87±5,16 tahun, dengan rerata berat badan 54,75±5,35 kg, rerata tinggi badan 162,99±2,94 cm, dan rerata lama pengalaman kerja adalah 7,50±2,90 tahun. Dari umur, berat badan dan tinggi badan termasuk dalam kategori normal sedangkan pengalaman kerja subjek termasuk dalam kategori berpengalaman atau cukup lama bekerja. Untuk kesehatan pengecat plafon yang dijadikan subjek penelitian ini yang tidak cacat fisik, mental dan dapat bekerja sehari-hari seperti biasanya, tanpa keluhan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Sedangkan kategori pendidikan yaitu minimal Sekolah dasar (SD) dan maksimal tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) sehingga dalam pengisian kuesioner tidak mengalami kesulitan. 5.1.2 Analisis antropometri subjek Data antropometri sangat penting dimiliki oleh para perancang alat untuk mendapatkan ukuran yang paling sesuai. Ukuran yang didapatkan harus disesuaikan dengan ukuran tubuh dan dalam keadaan nyaman bila digunakan oleh pekerja. Untuk mendapatkan ukuran yang sesuai maka dilakukan pengukuran
72
antropometri bagi pengecat plafon. Antropometri subjek yang diukur dalam penelitian ini meliputi panjang telapak tangan, lebar telapak tangan, diameter genggam, tinggi siku berdiri, tinggi pinggang berdiri dan tinggi pinggul berdiri, tinggi bahu dan tinggi jangkauan ke atas. Pengukuran antropometri subjek tersebut berkaitan dengan alat yang akan dirancang yaitu tangkai pegangan roller cat. Data antropometri subjek disajikan dalam Tabel 5.2 di bawah ini. Tabel 5.2 Data Antropometri Subjek
16
5 8,5
Persentil 50 11
95 11,5
Lebar telapak tangan
16
7
7,75
8
3
Diameter genggaman
16
3,3
3,45
3,7
4
Tinggi siku berdiri
16
100
104
108
5
Tinggi pinggang berdiri
16
90
95
102
6
Tinggi pinggul berdiri
16
80
81
82
7
Tinggi bahu
16
129
130
135
8
Tinggi jangkauan ke atas
16
200
210
215
No
Antropometri (cm)
n
1
Panjang telapak tangan
2
Dari Tabel 5.2 data antropometri subjek yang meliputi panjang tangan, lebar telapak tangan, diameter genggaman, tinggi siku berdiri, tinggi pinggang berdiri dan tinggi pinggul berdiri dalam penelitian selanjutnya dipakai acuan dalam menentukan panjang tangkai dan diameter genggaman terhadap tangkai pegangan roller cat yang dimodifikasi. Untuk menentukan panjang tangkai
73
ditetapkan pada persentil 95 diambil dari dimensi tinggi siku berdiri dan tinggi bahu postur pengecat plafon. Sedangkan untuk diameter genggaman pada tangkai peganggan roller cat ditetapkan pada persentil 95 dari dimensi diameter genggaman.
Gambar 5.3 Pengukuran Antropometri Tangan Subjek dengan Antropometer
Gambar 5.4 Pengukuran Diameter Genggaman Subjek
5.2 Analisis Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan yang diukur di lokasi penelitian adalah kondisi ruangan berplafon yang meliputi suhu basa, suhu kering, kebisingan, dan intensitas penerangan, sedangkan kelembaban relatif dicari dalam diagram psikometri. Hasil uji beda menggunakan Kolmogorov-Smirnov dengan tingkat kepercayaan
dapat dilihat pada Tabel 5.3.
74
Tabel 5.3 Hasil Uji Beda Kondisi Lingkungan pada Ruangan Berplafon Variabel
Periode I Rerata SB 28,00 1,22
Periode II Rerata SB 28,02 1,23
Nilai t -0,555
Nilai p 0,594
Suhu basah (ºC)
n 16
Suhu kering (ºC)
16
29,10
1,13
28,96
1,10
1,579
0,153
Intensitas Kebisingan (dBA) Intensitas Penerangan (lux) Kelembaban relatif (%)
16
45,10
2,01
45,00
2,05
0,398
0,701
16
356,11
8,25
356,11
8,25
129,449
0,005
16
79,18
2,27
79,18
2,37
1,908
0,093
Tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa variabel suhu basah, suhu kering, intensitas kebisingan, dan kelembaban relatif memiliki nilai p>0,05
dapat
dikatakan bahwa semua variabel terkontrol atau perubahan yang terjadi pada variabel tergantung sepenuhnya dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan.
5.3 Analisis Beban Kerja Beban kerja diukur berdasarkan denyut nadi pekerja melalui selisih denyut nadi kerja dan denyut nadi istirahat. Sebelum dilakukan analisis efek perlakuan perlu dilakukan uji normalitas terhadap data denyut nadi tersebut. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa denyut nadi kerja tidak berdistribusi normal. Kondisi awal sebelum bekerja baik pada sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan dapat dikatakan tidak berbeda bermakna, namun terdapat perbedaan setelah perlakuan baik pada denyut nadi kerja maupun nadi kerja.
75
Uji normalitas pada hasil pengukuran denyut nadi pekerja dengan tingkat kepercayaan
menunjukkan bahwa seluruh variabel denyut nadi pekerja
pengecat plafon memiliki nilai p<0,05, menunjukkan bahwa data tersebut tidak berdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan uji Wilcoxon. Hasil uji Wilcoxon dengan tingkat kepercayaan
dapat dilihat
pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Uji Perbedaan Efek Sebelum dan Sesudah Perlakuan dengan Perbedaan Skor Denyut Nadi Pekerja Pengecat Plafon (n=16) Variabel Denyut nadi istirahat Denyut nadi kerja Nadi kerja
n 16
Periode I Rerata SB 64,50 2,76
Periode II Rerata SB 63,75 2,74
Nilai z -2,546
Nilai p 0,011
16
118,95
2,30
111,90
6,58
-3,517
0,005
16
54,45
3,37
48,15
3,57
-3,517
0,005
Hasil uji perbedaan efek perlakuan dengan uji Wilcoxon pada tingkat kepercayaan
diperoleh hasil nilai p<0,05 menunjukkan bahwa setiap
variabel denyut nadi memiliki perbedaan yang signifikan setelah diberikan perlakuan.
5.4 Analisis Kelelahan pada Pekerjaan Pengecatan Plafon Hasil analisis normalitas data menunjukkan bahwa data skor kelelahan berdistribusi normal sehingga dapat diuji menggunakan uji t paired test. Untuk variabel kelelahan antara sebelum dan sesudah perlakuan pada pengecat plafon disajikan pada tabel berikut ini:
76
Tabel 5.5 Uji Kelelahan Pekerja Pengecat Plafon dengan uji paired test (n=16) Variabel Kelelahan sebelum bekerja Kelelahan sesudah bekerja Selisih
Periode I Rerata SB
Periode II Rerata SB
Nilai t
Nilai p
44,00
2,66
44,44
2,00
-27,133
0,005
79,62 30,62
3,88 4,51
64,50 20,06
2,88 3,29
-24,349 -2,784
0,005 0,005
Dari hasil uji kelelahan dengan uji t-paired pada tingkat kepercayaan diperoleh hasil nilai p<0,05 menunjukkan bahwa kelelahan pekerja pengecat plafon berbeda secara signifikan sebelum dan sesudah perlakuan. Untuk variabel kelelahan antara sebelum dan sesudah perlakuan pengecat plafon disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 5.6 Uji Perbedaan Efek Sebelum dan Sesudah Perlakuan Beda Skor Kelelahan Pekerja Pengecat Plafon (n=16) Variabel Kelelahan
Waktu Periode I Periode II
Rerata 30,62 20,06
SB 4,51 3,30
Nilai z
Nilai p
-3,530
0,005
Hasil uji perbedaan efek perlakuan dengan uji Wilcoxon pada tingkat kepercayaan
diperoleh hasil nilai p<0,05, yang menunjukkan bahwa
variabel perbedaan skor kelelahan pekerja pengecat plafon berbeda secara signifikan pada periode I dengan periode II.
77
5.5 Keluhan Muskuloskeletal pada Pengecatan Plafon Keluhan muskuloskeletal pada subjek diukur dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map. Pengukuran ini merupakan pengukuran Nordic Body Map secara subjektif. Untuk variabel keluhan muskuloskeletal antara sebelum dan sesudah perlakuan pada pengecat plafon disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 5.7 Uji Normalitas Keluhan Muskuloskeletal Pekerja Pengecat Plafon (n=16) Variabel Kelelahan muskuloskeletal sebelum bekerja Kelelahan muskuloskeletal sesudah bekerja Selisih
Periode I Rerata SB
Periode II Rerata SB
Nilai t
Nilai p
33,43
2,06
33,31
1,66
-24,729
0,005
78,50 45,06
5,84 7,28
61,61 28,31
1,71 3,04
-37,144 -12,415
0,005 0,005
Setelah uji normalitas didapatkan nilai p<0,05 menunjukkan bahwa data keluhan muskuloskeletal pekerja pengecat plafon tidak berdistribusi dengan normal. Untuk variabel keluhan muskuloskeletal antara sebelum dan sesudah perlakuan pada pengecat plafon disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 5.8 Uji Perbedaan Efek Sebelum dan Sesudah Perlakuan Beda Skor Keluhan Muskuloskeletal (n=16) Variabel Keluhan muskuloskeletal
Waktu Periode I Periode II
Rerata
SB
45,06
7,28
28,31
3,04
Nilai z
Nilai p
-3,519
0,005
78
Hasil uji perbedaan efek perlakuan dengan uji Wilcoxon pada tingkat kepercayaan
diperoleh hasil nilai p<0,05 menunjukkan bahwa variabel
tingkat keluhan muskuloskeletal pekerja pengecat plafon berbeda secara signifikan periode I dengan periode II.
5.6 Analisis Produktivitas Kerja Keluaran (output) adalah luas plafon yang dapat dicat oleh pekerja pengecat plafon (m2). Sedangkan masukan (input) adalah beban yang diterima oleh pekerja pengecat plafon berupa perubahan denyut nadi kerja. Selanjutnya produktivitas merupakan perbandingan antara rerata hasil kerja (m2) dan beban kerja. Hasil analisis normalitas data menunjukkan bahwa data skor produktivitas berdistribusi normal. Hasil uji beda efek skor produktivitas periode I dan periode II dapat dilihat pada tabel 5.9. Tabel 5.9 Uji Beda Efek Skor Produktivitas Pekerja Pengecat Plafon Periode I dan Periode II (n=16)
Variabel Produksi
Periode I Rerata 66,75
SB 1,13
Periode II Rerata 77,00
SB 4,73
Nilai t
Nilai p
3,526
0,005
Dari hasil uji perbedaan efek perlakuan dengan uji Wilcoxon pada tingkat kepercayaan
diperoleh hasil nilai p<0,05 menunjukkan bahwa variabel
produktivitas kerja pengecat plafon berbeda secara signifikan antara periode I dan periode II.
79
5.6.1 Analisis biaya Dari pertimbangan ekonomi, maka uang yang ditanamkan untuk membeli alat harus kembali paling tidak selama umur ekonomis alat tersebut. Umur ekonomis alat adalah jangka waktu dari membeli alat dan menggunakan alat sampai pada perkiraan dimana alat tersebut sudah tidak ekonomis untuk dioperasikan. Alat dikatakan tidak ekonomis kalau biaya kepemilikan dan biaya operasi alat termasuk biaya pemeliharaan ternyata lebih besar dari ongkos yang diterima bila alat tersebut dioperasikan (Rochmanhadi,1984). Analisis biaya dan manfaat yang dapat dirasakan dalam modifikasi tangkai pegangan roller cat adalah sebagai berikut: 1. Harga alat lama (kayu reng 2/3)
Rp. 15.000,-
2. Harga alat modifikasi (bambu 3,5 cm)
Rp. 5.000,-
3. Biaya penyusutan = (harga alat baru – harga alat bekas)/umur ekonomis alat a. Alat lama
= (Rp.15.000 – 10% x Rp. 15.000 )/5.000 = Rp. 449
b. Alat modifikasi
= (Rp. 5.000 – 10% x Rp. 5.000)/5.000 = Rp. 49
4. Bunga modal = (lama pinjam (th) x bunga (th) x harga alat)/umur ekonomis a. Alat lama
= (2x20% x Rp. 15.000)/5.000 = Rp. 1,2/jam
80
b. Alat modifikasi
= (2x20% x Rp. 5.000)/5.000 = Rp. 0,4/jam
5. Biaya perbaikan = (faktor perbaikan x harga alat)/umur ekonomis a. Alat lama
= (1 x Rp.15.000)/5.000 = Rp. 3/jam
b. Alat modifikasi
= (1 x Rp. 5.000)/5.000 = Rp. 1/jam
Dengan demikian alat yang harus dioperasikan (disewakan), minimal sama dengan jumlah biaya penyusutan, bunga modal dan biaya perbaikan yaitu Rp. 453,2/jam atau Rp. 18,8/hari untuk alat yang lama, dan Rp. 50,4/jam atau Rp. 2,1/hari untuk alat modifikasi.